Tugas 3 :
1. Mengapa pendekatan kontekstual sangat penting diterapkan pada pembelajaran IPS? Uraikan
kelebihannya dibanding pendekatan yang lain!
2. Uraikan hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan kontekstual dan
berikan contoh kegiatannya!
3. Penggunaan pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran IPS (yang terwujudkan oleh
correlated dan intergrated) ideal dilakukan karena adanya keterkaitan antara ilmu sosial yang
satu dengan yang lainnya. Namun demikian, bukan berarti hal itu tidak mendapatkan hambatan
dalam pelaksanaannya. Pada umumnya hambatan tersebut terkait dengan: 1) Kurikulum; 2)
Paradigma/pandangan Umum; dan 3) Input (guru). Terkait dengan hal tersebut, sebutkan dan
tafsirkan hambatan pengunaan pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran IPS di tempat
saudara bekerja dan bagaimana saudara mengatasi hambatan tersebut!
4. Teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang diciptakan untuk memudahkan kehidupan
manusia tanpa perlu merusak atau memberikan dampak negatif pada lingkungan di sekitarnya.
Untuk bisa mendapatkan teknologi ini pada umumnya dibutuhkan biaya yang cukup mahal bila
dibandingkan dengan membeli peralatan dengan teknologi konvensional. Uraikan pendapat
Anda terkait hal tersebut serta berikanlah saran pengembangan teknologi ramah lingkungan
yang efektif dan efisien!
5. Pembelajaran yang interaktif adalah proses belajar mengajar yang tidak didominasi guru,
melainkan dicirikan dengan ikut terlibatnya siswa secara aktif di dalamnya. Berikanlah
rekomendasi model pembelajaran interaktif yang pernah Anda lakukan di kelas dan uraikan
kelebihan serta kekurangan model pembelajaran tersebut!
Jawaban
1) Pendekatan kontekstual sangat penting diterapkan dalam pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan
Sosial) karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pendekatan lain. Berikut
adalah beberapa kelebihan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS:
1. Relevansi dengan kehidupan nyata: Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa untuk
menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dengan
memahami konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya di sekitar mereka, siswa dapat
melihat bagaimana konsep-konsep dalam IPS berlaku dalam kehidupan nyata. Hal ini
membuat pembelajaran lebih bermakna dan relevan bagi siswa.
2. Pengembangan keterampilan berpikir kritis: Pendekatan kontekstual mendorong siswa
untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi yang mereka terima. Dalam konteks yang
nyata, siswa dihadapkan pada masalah kompleks yang membutuhkan pemikiran kritis untuk
mencari solusi yang tepat. Ini membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis
yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan masa depan mereka.
3. Peningkatan pemahaman multikultural: IPS melibatkan pemahaman tentang berbagai
budaya, agama, dan sistem sosial di dunia. Pendekatan kontekstual memungkinkan siswa
untuk mempelajari dan memahami perbedaan budaya dan perspektif yang ada di
masyarakat. Ini membantu siswa menjadi lebih terbuka, toleran, dan menghargai
keragaman dalam masyarakat.
4. Pembelajaran kolaboratif: Pendekatan kontekstual mendorong siswa untuk bekerja sama
dalam memecahkan masalah dan memahami konteks sosial yang berbeda. Siswa diajak
untuk berdiskusi, berkolaborasi, dan berbagi ide-ide mereka dengan teman sekelas. Ini
membantu siswa mengembangkan keterampilan kerjasama dan komunikasi yang penting
dalam kehidupan sosial dan profesional.
5. Motivasi dan keterlibatan siswa: Pendekatan kontekstual membuat pembelajaran lebih
menarik dan menantang bagi siswa. Dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan
konteks nyata, siswa merasa lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar. Mereka melihat
relevansi dan pentingnya pembelajaran IPS dalam kehidupan mereka sendiri.
3) Di tempat kerja saya, beberapa hambatan yang mungkin terkait dengan penggunaan
pendekatan interdisipliner dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut:
1) Kurikulum: Salah satu hambatan yang mungkin terjadi adalah kurikulum yang
terfragmentasi. Kurikulum yang terpisah-pisah antara mata pelajaran IPS seperti sejarah,
geografi, ekonomi, dan sosiologi dapat menghambat penggunaan pendekatan
interdisipliner. Kurikulum yang terlalu terfokus pada pembelajaran silo dapat membuat sulit
untuk mengintegrasikan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu.
2) Paradigma/pandangan umum: Hambatan lainnya adalah paradigma atau pandangan umum
yang masih terpaku pada pembelajaran yang terpisah antara mata pelajaran. Beberapa guru
mungkin masih terbiasa dengan pendekatan pembelajaran yang terpisah dan sulit untuk
mengubah paradigma mereka. Selain itu, persepsi yang kurangnya pemahaman tentang
manfaat pendekatan interdisipliner juga dapat menjadi hambatan.
3) Input (guru): Hambatan lainnya adalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan guru
dalam mengintegrasikan konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu. Guru mungkin tidak
memiliki pemahaman yang cukup tentang konsep-konsep dari disiplin ilmu lain di luar
bidang keahliannya. Selain itu, kurangnya waktu dan sumber daya untuk mengembangkan
dan menerapkan pendekatan interdisipliner juga dapat menjadi hambatan.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, beberapa langkah yang dapat diambil adalah
sebagai berikut:
4) Pendapat saya adalah bahwa meskipun teknologi ramah lingkungan membutuhkan biaya yang
lebih tinggi, investasi jangka panjang pada teknologi ini dapat memberikan manfaat yang lebih
besar bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Teknologi ramah lingkungan dapat membantu
mengurangi emisi gas rumah kaca, menghemat sumber daya alam, dan mengurangi limbah yang
dihasilkan. Selain itu, teknologi ramah lingkungan juga dapat meningkatkan efisiensi energi dan
mengurangi biaya operasional jangka panjang.
Bahwa biaya yang lebih tinggi dapat menjadi hambatan bagi banyak orang untuk mengadopsi
teknologi ramah lingkungan. Oleh karena itu, saran pengembangan teknologi ramah lingkungan
yang efektif dan efisien adalah sebagai berikut:
Kekurangan:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama: Model pembelajaran kooperatif membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk diskusi dan kerja kelompok. Hal ini dapat mengurangi waktu
yang tersedia untuk materi pembelajaran lainnya.
2. Membutuhkan manajemen yang baik: Guru perlu memiliki keterampilan manajemen kelas
yang baik untuk memastikan bahwa semua siswa terlibat secara aktif dan adil dalam kerja
kelompok. Jika manajemen kelas tidak efektif, beberapa siswa mungkin menjadi tidak
terlibat atau dominan dalam kelompok.
3. Tidak semua siswa cocok dengan model ini: Beberapa siswa mungkin lebih suka belajar
secara mandiri atau dalam lingkungan yang lebih terstruktur. Model pembelajaran
kooperatif mungkin tidak cocok untuk semua siswa, dan perlu ada variasi dalam pendekatan
pembelajaran.