Anda di halaman 1dari 5

Nama :

ULINASRIWATILUMBANGA
OL: 857087825

1. Pembelajaran kontekstual (Contextual theaching learning) yaitu pembelajaran yang


membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang diajarkn dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dengan kehidupan mereka sehari- hari. Hal ini
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu ; konstruktivisme
(constructivism), bertanya ( quetioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning commonity), pemodelan (modeling), refleksi (Reflection) dan penelitian
sebenarnya (authentic assessment).

Proses pembelajaran bukan sekedar mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa,


tetapi berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalaminya, lebih mementingkan strategi daripada hasil pembelajaran, siswa
didorong untuk mengerti apa arti belajar, apa manfaatnya belajar, dan bagaimana
mencapainya. Dengan demikian mereka memposisikan diri sebagai pihak yang
membutuhkan bekal hidup di masa depan. Pembelajaran kontekstual(Contextual
theaching learning) adalah sebuah sistem pembelajaran yang merangsang otak
untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, suatu pembelajaran yang
cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan knoteks kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontektual
(contextual theaching learnig) merupakan model pembelajaran yang
memungkinkan dimana siswa dapat menggunakan pemahaman dan kemampuan
akademiknya dalam banyak konteks di dalam dan di luar sekolah untuk
memecahkan masalah yang bersifat simulatif maupun nyata, baik secara individu
maupun bersama-sama. Pembelajaran ini lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do),
siswa tidak sekedar pendengar pasif. Pembelajaran inimengutamakan pada
pengetahuan dan pengalaman nyata (real word learning), berfikir tingkat tinggi,
berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar
menyenangkan, mengasikkan, tidak membosankan, (joyfull and quantum learning)
dan menggunakan berbagai sumber belajar.

2. Menurut Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and


learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah


pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupannya.

Sanjaya (2005), suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses


keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Menurut Depdiknas (2003 : 5), konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan
dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Ada tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan


model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning
(eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi,
inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry
(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan),
constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan,
analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic
assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian
terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian
seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara.
3. Pendekatan yang digunakan dalam pengajaran IPS untuk proses pembelajaran ITM
adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya dalam proses belajar mengajar di
kelas IPS, para siswa seyogianya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji
atau memecahkan masalah atau topik, dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Ada
dalam pengajaran IPS, yakni :

1) Memahami ilmu pengetahuan di masayarakat

Ilmu pengetahuan dikembangkan oleh dan untuk kepentingan kesejahteraan


manusia, maka tidak seharusnya manusia menyerah. Justru dengan ciptaannya
manusia harus siap bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Ilmu
pengetahuan terus menerus dikembangkan untuk membantu kehidupan
masyarakat dan memperpanjang tangan manusia.Untuk itu, dalam makalah ini
penulis mencoba mengkaji lebih dalam tentang ilmu pengetahuan dan
masyarakat yang ditinjau dari: pengertian ilmu pengetahuan, pengertian
masyarakat, dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.

2) Pengambilan keputusan antar warga Negara

Apabila kita belajar tentang konsep ilmu tekhnologi dan masyarakat maka kita
akan tahu apakah keuntungan dan kerugian ketika kita menjalakan kendaraan,
setelah kita mengetahui semua ini maka sebagai warga Negara yang baik tentu
akan berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin keuntungan kendaraan itu
dan berusaha mengurangi sseminimal mungkin dampak negative yang
ditimbulkan sehingga kendaraan sebagai produk tekhnologi sangat berguna
untuk menunjang kelangsungan hidup umat manusia.

3) Membuat hubungan antar beberapa pengetahuan

Salah satu cirri yang paling penting dari warga Negara yang mempunyai
perhatian terhadap lingkungan masyarakat yang serba kompleks, adalah
kemampuan membuat kaitan antara hal yang menampakan sederhana dengan
cara mengungkapkan ciri-ciri tertentu sehingga menjadi bermakna.
Kecakapaan demikian merupakan suatu tanda kemampuan kognisi dan
motivasi belajar yang tinggi merupakan tujuan IPS yang berharga.apabila guru
— guru IPS membelajarkan siswanya menggunakan langkah — langkah yang
sistematis dengan cara pemahaman isu — isu ilmu, tekhnologi, dan
masyarakat, hal ini dapat membantu siswa bagaimana cara menjelaskan
keterkaitan antar bermacam — macam disiplin ilmu dengan IPS. Dengan
demikian kemampuan memecahkan masalah tentang isu — isu ilme,
tekhnologi, dan masyarakat dapat teratasi dengan baik.

4) Meningkatkan generasi pada sejarah bangsa — bangsa berada

Pada awalnya ide pemikiran tentang konsep ilmu pengetahuan, tekkhnologi dan
social dimasukan dalam pembeljaran IPS terlebih dahulu berkembang di
Negara-Negara eropa yang kemudian diadopsi oleh Amerika Serikat, Noris
Hams melalui study Project Synthesis mengembangkan IPS untuk persekolahan
dengan tujuan sebagai berikut :

a) IPS untuk memenuhi kebutuhan pribadi individu. Pendidikan IPS hendaknya


mempersiapkan individu — individu menggunakan Ilmu Pengetahuannya
untuk meningkatkan kehidupan mereka dan menjawab dunia tekhnologi
yang semakin maju.

b) IPS untuk memecahkan berbagai persoalan — persoalan kemasyarakatan


masa kini. Pendidikan IPS hendaknya menghasilkan warga Negara yang
serba tahu yang siap menghadapi persoalan — persoalan kemasyarakatan
yang berkaitan dengan masalah IPS secara bertanggung jawab.

c) IPS untuk membantu dalam memilih karir. Pendidikan IPS hendaknya


menyadarkan semua siswa akan hakikat dan ruang lingkup keragaman karir
yang berkaitan dengan ilmu dan tekhnologi yang terbuka bagi semua siswa
mempunyai bakat berbeda.

d) IPS untuk mempersiapkan studi lanjutan. Pendidikan IPS hendaknya


membuka kesempatan kepada siswa yang ingin memperdalamkan ilmu
pengetahuan yang secara akademik yang tepat untuk memenuhi
kebutuhannya.

4. Pembelajaran konsep ilmu pengetahuan, tekhnologi dan masayarakat dalam IPS


merupakan jawaban atas tiga tujuan dari Project Synthesis yang dikemukakan oleh
Harms. ITM memfokuskan pada isu — isu kemasyarakatan dan kesejahteraan
manusia dan bahkan mendorong kegiatan — kegiatan yang inovatif seperti
persoalan-persoalan dan masalah-masalah di rumah. Sekolah, masyarakat juga
masalah-masalah global yang berkaitan dengan permaslahaan umat manusia.
Konsep ITM mencakup keseluruhan spectrum tentang peristiwa — peristiwa kritis
dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran,
evaluasi dan persiapan serta penampilan gur. Dan dasar ITM adalah lahirnya warga
Negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah — masalah
penting dan mengambil keputusan yang tepat dalam setiap pemecahan masalah.
Sebenarnya tidak ada konsep yang unik dalam ITM kecuali dalam memberikan
tempat/wahana dan alas an sebagai bahan pertimbangan berapa sejumlah konsep
dasar dan proses ilmu pengetahuan dan tekhnologi. ITM berusaha memperhatiakan
siswa, lingkungannya, dan kerangka pikirannya. Strategi pembelajarannya dimulai
dari penerapan pada dunia nyata, menuju dunia tekhnologi dan kemudian dunia
siswa. Untuk memahaminya berikut ini model program ilmu pengetahuan,
tekhnologi, dan masyarakat menurut Robert E. yager (1990). Perbandingan ITM dan
tradisonal dalam konsep, proses, sikap, kemampuan yang kreatif dan apllikasi ini
merupakan kerangka panduan dan landasan yang dapat digunakan oleh siswa
dalam proses belajar mengajar, terutama unutk memecahkan masalah-masalah
yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Kegiatan praktik pembelajaran ini bertujuan untuk menambah ilmu dan


pengalaman mahasiswa dalam merencanakan pembelajaran dan sekaligus
menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar yang nyata di kelas. Salah satu
yang harus mendapatkan perhatian dalam kegiatan belajar mengajar adalah proses,
karena “proses” inilah yang menentukan apakah tujuan pembelajaran akan
tercapai atau tidak. Kesuksesan atau tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
ditandai dengan adanya perubahan, baik yang menyangkut perubahan dalam
aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotor) maupun yang
terkait dengan aspek nilai dan sikap (afektif). Dalam kegiatan belajar mengajar ada
banyak faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran, salah satunya
yaitu media pembelajaran. Dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat
akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. Dengan media pembelajaran,
guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas yang diinginkan, menentukan
metode pembelajaran yang akan diterapkan dalam berbagai situasi yang berlainan
dan menciptakan suasana belajar yang kondusif diantara siswa. Sesuatu yang tidak
bisa dihadapkan atau dimunculkan di kelas, dengan adanya media pembelajaran
maka semuanya itu bukan menjadi suatu permasalahan lagi, karena dengan media
pembelajaran yang sesuai maka kesemuanya itu dapat di hadirkan di depan siswa
secara jelas. Dengan demikian konsep-konsep atau gambaran yang masih bersifat
tidak jelas akan menjadi lebih jelas, mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa.
Terkait dengan apa yang telah dijelaskan di atas, maka dalam pelaksanaan kegiatan
praktik pembelajaran juga menerapkan penggunaan media pembelajaran dalam
kegiatan belajar mengajarnya. Penggunaan media pembelajaran dalam sebuah
kegiatan belajar mengajar tentu saja harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya yaitu materi pembelajaran, karakteristik siswa dan alokasi waktu yang
tersedia. Dalam pelaksanaannya mahasiswa menggunakan berbagai media,
diantaranya puzzle daur hidup tumbuhan, video animasi nyamuk demam berdarah,
cerita bergambar, media lingkungan alam sekitar, dll. Respon siswa sangat luar
biasa selama mengikuti pembelajaran, siswa menjadi lebih aktif, bersemangat, dan
antusias. Siswa juga mengungkapkan bahwa suasana pembelajaran menjadi lebih
kondusif, sehingga siswa tidak mudah bosan.

Dapat disimpulkan bahwa apabila guru mampu menerapkan media pembelajaran


dengan tepat dalam proses belajar mengajar, maka siswa akan memiliki
pemahaman yang baik tentang materi yang diajarkan. Apabila siswa memiliki
pemahaman yang baik terkait materi pembelajaran yang diharapkan besar
kemungkinan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien. Oleh
karena itu guru dituntut untuk terus berkembang dan menjadi guru yang mampu
menerapkan pembelajaran yang inovatif dalam kegiatan belajar mengajar.

Anda mungkin juga menyukai