Anda di halaman 1dari 8

Tugas 2

PDGK4505 Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD

Nama mahasiswa : Melisa Bara’


NIM : 858611056
Prodi : FKIP S1 PGSD
Soal tugas 2
1.Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks
yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran
konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan
bersifat non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak
menentu. Di dalam konstruktivisme terdapa beberapa bagian lagi, di
antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial. Uraikan
keempat prinsip tersebut!
2.Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi
(enculturation) dan proses akulturasi (acculturation). Jelaskan
perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam pendidikan
anak! Berikanlah contohnya masing-masing!
3.Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan
lingkungan yang telah ada dan mengaitkannya dengan unsur lain,
tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk kepentingan masyarakat
dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta
kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi.
Uraikan karakteristik pembelajaran SETS!
4.Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM
sudah ada sejak tahun 1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Menurut Gandal dan Finn (1992) terutama di
Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap taken for
granted and ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi
dengan sendirinya atau malah dilupakan. Apabila dalam program
pendidikan, terdapat beberapa tuntutan terhadap paradigma baru terkait
dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan paradigma baru dalam
program pendidikan tersebut!
5.Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian
integral dari pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya
bertujuan untuk mengembangkan individu menjadi warga negara yang
cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan adalah PKKBI.
PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan
memahami permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas.
Uraikan karakteristik substansif dan psikopedagogis PKKBI!

Jawaban:
1. Ada empat prinsip konstruktivistik sosial:
1) Pembelajaran Sosial (social learning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran
kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui
interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap.
Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang terjadi ketika murid
bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar.
2) Zone of Proximal Development (ZPD)
Bahwa siswa akan mempelajari konsep-konsep dengan baik jika
berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat
memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu
setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer).
Bantuan atau support diberikan agar siswa mampu mengerjakan tugas
atau soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat
perkembangan kognitif anak.Bila materi yang diberikan di luar ZPD
maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, materi tersebut
tidak menantang atau terlalu mudah untuk diselesaikan. Kedua, materi
yang disajikan terlalu tinggi dibandingkan kemampuan awal sehingga
anak kesulitan untuk menguasai apalagi menyelesaikannya, bahkan
anak bisa mengalami frustasi.
3) Cognitive Apprenticeship
Yaitu proses yang digunakan seorang pelajar untuk secara bertahap
memperoleh keahlian melalui interaksi dengan pakar, bisa orang
dewasa atau teman yang lebih tua/lebih pandai. Pengajaran siswa
adalah suatu bentuk masa magang/pelatihan. Awalnya, guru memberi
contoh kepada siswa kemudian membantu murid mengerjakan tugas
tersebut. Guru mendorong siswa untuk melanjutkan tugasnya secara
mandiri.
4) Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning)
Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu bantuan yang diberikan
oleh orang lain kepada anak untuk membantunya mencapai
kemandirian. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan
realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam
memecahkan masalah siswa. Bantuan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke
dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam
upayanya memecahkan permasalahan, yaitu:
-Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
-Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
-Siswa gagal meraih keberhasilan.

2.Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal


dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku atau komunitas budaya
suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang
tua atau orang yang dianggap senior terhadapp anak-anak atau
terhadap orang yang dianggap lebih muda . Tata krama, adat istiadat,
keterampilan suatu suku/keluarga biasanya diturunkan kepada
generasi berikutnya melalui proses enkulturasi.
Contoh Proses Enkulturasi:
 Jika Adi duduk tidak sopan di rumah maka Bapak atau Ibu
akan menegur Adi sehingga ketika bertamu ke rumah
orang lain, Adi sudah dapat duduk dengan sopan.
 Ami selalu diajarkan untuk memberi salam ketika pulang
ke rumah. Ami dan temannya selalu memberi salam pada
Bapak/Ibu Guru ketika tiba di sekolah.
Sementara itu, proses akulturasi biasanya terjadi secara formal
melalui pendidikan. Seseorang yang tidak tahu, diberi tahu dan
disadarkan akan keberadaan suatu budaya,kemudian orang
tersebut mengadopsi budaya tersebut. Misalnya, seseit=rang
yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian mempelajari
bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru
tersebut, lalu orang tersebut akan berbahasa dan berbudaya, serta
melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Contoh Proses Akulturasi dalam proses pendidikan di sekolah
(bergaul dengan sesama, berdiskusi, sopan santun, tata tertib
sekolah,dan lain-lain).
3.Pembelajaran Science , Environment, Technology and Society
(SETS) yang sangat bertumpuh padapembelajaran sains, memiliki
beberapa karakteristik, yaitu berikut ini.
a. Siswa dibawa ke dalam situasi untuk pemanfaatan konsep sains
yang berbentuk teknologi untukk kepentingan masyarakat.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan
akibat yang terjadi dalam proses pemgalihan (transfer) sains ke
dalam bentuk teknologi.
c. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur
sains yang dipelajari dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang
mempengaruhi berbagai keterkaitan antarunsur tersebut.
d. Siswa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari
penggunaan konsep sains tersebut apabila diubah dalam bentuk
teknologi.
e. Dalam bentuk konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang
SETS dari berbagai macam arah, dan dari berbagai macam titik
awal tergantung pengetahuan dasar yang di miliki oleh yang
bersangkutan.
4.Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, paradigma
baru ini menuntut hal-hal baru sebagai berikut. (Gandal dan Finn:
1992; Bahmuller: 1996; Winataputra, 1999) pertama, memberikan
perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian tentang the root and branches of
democratic ideas, yakni hakikat dan karakteristik aneka ragam
demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia. Kedua,
mengembangkan kurikulum atau paker pendidikan yang sengaja
dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi
“...how the ideas of democracyhane been translated into institutions
and practices around the world and through the ages”, yakni
bagaimana cita-cita demokrasi telah diterjemahkan ke dalam
kelembagaan dan Praktik di berbagai belahan bumi dan dalam
berbagai kurun waktu. Ketiga, tersedianya sumber belajar yang
memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi sejarah demokrasi
dinegaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan di negaranya itu secara jernih.
Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa
untuk memahami penerapan demokrasi di negara lain sehingga
mereka memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan sistem
demokrasi dalam berbagai konteks. Kelima, dikembangkannya kelas
sebagai democratic laboratory, lingkungan sekolah/kampus sebagai
micro cosmos of democracy, dan masyarakat luas sebagai open global
classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokarasi dalam
situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warga
negara yang demokratis atau learning democracy, in ddemocracy, and
for democracy.
5.“Praktik-Belajar Kewarganegaraan ... Kami Bangsa Indonesia”
(PKKBI) yang memiliki karakteristik substantif dan psikopedagogis
sebagai berikut.
 Bergerak dalam konteks substantiif dan sosial kultural kebijakan
publik sebagai salah satu koridor demokrasi yang berfungsi
sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara dalam
melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai
warga negara Indonesia yang cerdas, partisipatif dan
bertanggung jawab, yang secara kurikuler dan pedagogis
merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan .
 Menerapkan model portfolio-based learning atau “model belajar
yang berbasis pengalaman utuh peserta didik” dan portfolio-
assisted assesment atau “penilaian berbantuan hasil belajar
untuk peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran
yang memadukan secara sinergis model-model social problem
solving (pemecahan masalah), social inquiry (penelitian sosial),
social involvement (penelibatan sosial), cooperative learning
(belajar bersama), simulated hearing (simulasi dengar pendapat),
deep dialogue and critical thinking (dialog mendalam dan
berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic
teaching (pembelajatan demokratis)”. Dengan demikian, model
ini potensial menghasilkan powefull learning atau belajar yang
berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan
prinsip meaningful (bermakna), intergrative (terpadu), value-
based (berbasis nilai), challenging (menantang), activating
(mengaktifkan), and joy (menyenangkan) .
 Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan untuk
modifikasi langkah strategi pemecahan masalah dengan
langkah-langkah, identifikasi masalah, pemilihan masalah,
pengumpulan data, pembuatan portofolio, show case, dan
refleksi, sedangkan kemasan portofolionya mencakup panel
sajian/file dokumentasi dikemas dengan menggunakan
sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternatif
kebijakan, dan rencana tindakan. Sementara itu kegiatan Show
Case didesain sebagai forum dengar pendapat (simulated public
hearing).

Anda mungkin juga menyukai