Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Suciyati

NIM: 858462488
TUGAS 2: PDGK4505
1. Empat prinsip konstruktivisme sosial
1) Pembelajaran Sosial (social learning), pendekatan pembelajaran yang dipandang
sesuai adalah pembelajaran kooperatif yaitu siswa belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa atau teman yang lebih cakap
2) Zone of Proximal Development (ZPD), Bahwa siswa akan mempelajari konsep-
konsep dengan baik jika berada dalam ZPD jika siswa tidak dapat memcahkan
masalah sendiri, tetapi dapat memcahakan masalah itu setelah mendapat bantuan
orang dewasa atau temannya. Bantuan atau support diberikan agar siswa mampu
mengerjakan tugas atau soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada
tingkat perkembangan kognitif anak
3) Cognitive Apprenticeshi, yaitu proses yang digunakan seorang pelajar secara
bertahap untuk memperoleh keahlian melalui interaksi dengan ahli, bisa orang
dewasa seoerti gitu atau teman sebaya yang lebih pandai. Pengajaran siswa adalah
suatu bentuk masa magang/pelatihan. Awalnya guru memberi contoh kepada siswa
kemudian membant murid mengerjakan tugas tersebut. Guru mendorong siswa
untuk melanjutkan tugasnya secara mandiri
4) Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning), Vygostky menekankan pada
scaffolding yaitu bantuan yang diberikan oleh orang lain kepada anak untuk
membantunya mencapai kemandirian. Siwa diberi masalah yang kompleks, sulit
dan realistik dan diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah tersebut.
Bantuan yang diberikan dapat berupa petunjuk, peringatan, motivasi, menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yang lebih mudah untuk dipahami.Vygotsky
mengemukakan tiga kategori pencapaiana siswa dalam upayanya memcahkan
permasalahan yaitu
2. Enkulturasi kebudayaan dan Akulturasi Budaya adalah dua istilah yang lekat dengan
kehidupan sosial berkenaan dengan budaya dalam masyarakat. Enkulturasi kebudayaan
adalah suatu proses belajar yang berlangsung seumur hidup di mana seseorang
meyesuaikan pikiran juga sikap dan perilakunya atas adat dan istiadat, norma juga
perangkat peraturan yang merupakan bagian dari kebudayaan. Enkulturasi ini pada
pokoknya adalah suatu proses dalam memepelajari sistem nilai juga sistem norma dalam
kebudayaan yang berlangsung seumur hidup pada diri seseorang.
Contohnya: Jika Adi duduk tidak sopan dirumah maka Bapak atau Ibunya akan menegur
Adi sehingga ketika bertamu ke rumah orang lain, Adi sudah dapat duduk dengan sopan
Porses Akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Seseorang yang tidak
tahu, diberi tahu dna disadarkan suatu budaya, kemudian orang tersebut mengadopsi
budaya tersebut. Contohnya: Seseorang yang pindah ke suatu tempat baru, kemudian
mempelajari bahasa, budaya kebiasaan dari masyarakat di tempat baru tersebut, lalu orang
itu akan berbahasa dan berbudaya sserta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat di
tempat itu.
3. Karateristik pembelajaran SETS
1) Peserta didik mengidentifikasi permasalahan lingkungan dan dampaknya
2) Penggunaan sumber daya lokal baik manusia maupun material alam dalam
menggali informasi untuk memecahkan masalah
NAMA : Suciyati
NIM: 858462488
TUGAS 2: PDGK4505
3) Partisipasi aktif peserta didik dalam mengumpulkan informasi yang dapat
diterapkan dalam penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari.
4) Tambahan waktu belajar baik di kelas, di luar kelas, maupun di sekolah
5) Fokus kepada pengaruh sains dan teknologi dalam diri pesserta didik
6) Pandangan bahwa konten sains lebih dari perluasan dari konsep-konsep spesifik
yang harus dikuasai peserta didik untuk enghadapi ujian
7) Penekanan pada keterampilan proses sehingga peserta didik terlatih dala
menggunakan keterampilan proses memecahkan permasalahan
8) Penekanan pada kesadaran berkariri terutama kariri yang berhubungan pada sains
dan teknologi
9) Keuntungan yang diperoleh peserta didik adalah didapatnya pengalaman menjadi
warga egara yang memecahkan isu yang diidentifikasi
10) Mengidentifikasi cara sains dan teknologi dapat berpengaruh di kemudian hari
11) Beberapa otonomi dalam proses pembelajaran seperti isu individu diidentifikasi
dan dipertimbangkan
4. Wujud paradigma baru dalam pendidikan demokrasi dan Ham:
1) Memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian tentang hakekat dan karakteristik aneka ragam
demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia
2) Mengembangkan kurikulum atau paket pendidikan yang sengaja dirancang untuk
memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi bagaimana cita-cita demokrasi
telah diterjemahkan dalam kelembagaan dan praktek di berbagai belahan bumi dan
dalam berbagai kurun waktu
3) Tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengeksplorasi
sejarah demokrasi di negaranya untuk menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkannya di negaranya itu secara jernih
4) Tersedianya sumber belajar yang memfasilitasi siswa untuk memahami penerapan
demokrasi di Negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas tentang
ragam ide dan system demokrasi dalam berbagai konteks
5) Dikembangkannya kelas sebagai democraties laboratory, lingkungan sekolah
sebagai micro cosmos of democracy dan masyarakat luas sebagai open global
classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi
berdemokrasi dan untuk tujuan melatih diri sebagai warga negara yang demokratis.
5. Model PKKBI memiliki karakteristik substansi dan psikopedagogis sebagai berikut:
1) Bergerak dalam konteks substansif dari sosio-kultural kebijakan publik sebagai
salah satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara
dengan negara dalam melaksanakan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya
sebagai warga negara Indonesia yag cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab
yang secara kurikuler dan pedagogis merupakan misi utama pendidikan
kewarganegaraan
2) Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis
pengalaman utuh peserta didik” dan portofolio-assisted assesment atau penilaian
berbantuan hasil belajar untuk peserta didik yang dirancang dalam desain
NAMA : Suciyati
NIM: 858462488
TUGAS 2: PDGK4505
pembelajaran yang memadukan secara sinergis model-model sociol problem
solving (pemecahan masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involement
(perlibatan sosial), cooperative learneng (belajar bersama), simulated hearing
(simulasi dengar pendapat), deep-dialogues and critical thinking (dialog mendalam
dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching
(pembelajaran demokrasi). Dengan demikian pembelajaran ini potensial
menghasilkan “powerful learning” atau belajar yang berbobot dan bermakna yang
secara pedagogis bercirikan prinsip “meaningfull (bermakna), integrative
(terpadu), value-based (berbasisi niali), chalenging (menantang), activating
(mengaktifkan) and joyfull (menyenangkan)
3) Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah
strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah, identifikasi masalah,
pemilihan masalah, pengumpulan data, pembuatan portofolio, show case dan
refleksi. Sedangkan kemasan portofolionya mencakup panel sajian/file
dokumentasi dikemas dengan menggunakan sistematika identifikasi dan pemilihan
masalah, alternatif kebijakan, usulan kebijakan, dan rencana tindakan. Sementara
itu kegiatan show case didesain sebagai foum dengar pendapat

Anda mungkin juga menyukai