Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

Nama : Yusup Candra Aditiya


NIM : 857672921
Program Studi : PGSD
Kode Matakuliah : PDGK4505
Mata Kuliah : Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD

1. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran
konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-objektif,
bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme terdapat
beberapa bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial. Uraikan
keempat prinsip tersebut!
Berikut merupakan empat prinsip konstruktivistik sosial menurut Brooks & Brooks (1993)
diantaranya sebagai berikut.
a. Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.
Dalam banyak contoh, masalah gaya saat mengajar mungkin akan menjadi relevan
dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan
keterkaitannya kepada kehidupan mereka.
b. Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama
Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang
menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan
bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh.
c. Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi
alasan mereka.
Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering
mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas
yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang
guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik
dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut
mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui
petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.
Para siswa juga harus mempunyai suatu kesempatan untuk mengelaborasi
merinci dan menjelaskan. Kadang-kadang, perasaan anda terlibat dalam, atau apa yang
siswa pikirkan dan kemukakan mereka bukanlah hal yang penting. Hal ini adaah
anggapan yang keiru, karena itu jika siswa memulai dengan konsep yang tidak/kurang
jelas maka dapat dilacak dengan peranyaan-peranyaan seperti; “mengapa”?, dan
“bagaimana”?. Gunakan jawaban siswa itu untuk mengarah kepada adanya evidesi-
evidensi yang kuat sehingga dapat mengokohkan vaiditas jawaban siswa tersebut.
Sebab dalam belajar konstruktivisme pengetahuan menuntut tidak hanya waktu untuk
mencerminkan atau menguaraikan tetapi juga untuk waktu praktik menjelaskan.
Dengan demikian kedudukan dan peranan demonstarsi, siswa tidak hanya
dituntut dalam pengembangan fluency-nya saja melainkan terhindar dari situasi dan
kondisi yang dapat menimbulkan verbalisme.
d. Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.
Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu
awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya

2. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi (enculturation) dan proses
akulturasi (acculturation). Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya
dalam pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing-masing!
Berikut ini merupakan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam
pendidikan anak beserta contohnya, diantaranya sebagai berikut.
a. Pewarisan tradisi budaya dikenal sebagai proses enkulturasi (enculturation), sedangkan
adopsi tradisi budaya dikenal sebagai proses akulturasi (acculturation).
b. Proses pembudayaan enkulturasi biasanya terjadi secara informal dalam keluarga,
komunitas budaya suatu suku atau komunitas budaya suatu wilayah. Proses
pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang tua atau orang yang dianggap senior
terhadap orang yang dianggap lebih muda. Tata krama, adat istiadat, keterampilan suatu
suku/keluarga biasanya diturunkan kepada generasi berikutnya melalui proses
enkulturasi.
Proses akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan. Seseorang yang
tidak tahu, diberitahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, kemudian orang
tersebut mengapdosi budaya tersebut. Misalnya seseorang yang pindah ke suatu tempat
baru, kemudian mempelajari bahasa, budaya, kebiasaan dari masyarakat di tempat baru
tersebut,lalu orang itu akan berbahasa dan berbudaya, serta melakukan kebiasaan
sebagaimana masyarakat di tempat itu.
Contoh Enkulturasi
a. Jika Adi duduk tidak sopan di rumah maka Bapak atau Ibu akan menegur Adi sehingga
ketika bertamu ke rumah orang lain, Adi sudah dapat duduk dengan sopan.
b. Ami selalu diajarkan untuk memberi salam ketika pulang ke rumah.
c. Ami dan temannya selalu memberi salam kepada Bapak/Ibu Guru ketika tiba di
sekolah.
Contoh Akulturasi
a. Adanya tata tertib disekolah yang dipatuhi oleh para siswa maupun para guru, bergaul
dengan sesama, berdiskusi, sopan santun, tata tertib sekolah, dll.
b. Anggota komunitas budaya yang tidak berpendidikan, dibandingkan dengan anggota
komunitas budaya yang sudah berpendidikan/sekolah.

3. Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah
ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk
kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat
serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Uraikan
karakteristik pembelajaran SETS!
Berikut merupakan beberapa uraikan mengenai karakteristik pembelajaran SETS,
diantaranya :
a. Siswa dibawa ke dalam situasi untuk pemanfaatan konsep sains yang berbentuk
teknologi untuk kepentingan masyarakat.
b. Siswa diminta untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam
proses pengalihan (transfer) sains ke dalam bentuk teknologi.
c. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antar unsur sains yang dipelajari
dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar
unsur tersebut.
d. Siswa diminta untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan
konsep sains tersebut apabila diubah dalam bentuk teknologi.

4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun
1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal dan Finn
(1992) terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap taken for
granted and ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan sendirinya atau
malah dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa tuntutan terhadap
paradigma baru terkait dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan paradigma baru
dalam program pendidikan tersebut!
Dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS dari berbagai
macam arah, dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh yang bersangkutan.
a. Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sunguh pada
pengembangan pengertian tentang the root and branches of democratic ideas, yakni
hakikat dan karakteristik aneka ragam demokrasi, bukan hanya yang berkembang di
Indonesia.
b. Kedua, mengembangkan kurikulum atau paket pendidikan yang sengaja dirancang
untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi”… how the ideas of democracy
have been translated into institutions and practices around the world and through the
ages”, yakni bagainama cita-cita demokrasi telah diterjemahkan kedalam kelembagaan
dan Praktik di berbagai belahan bumi dan dalam berbagai kurun waktu.
c. Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengkesplorasi
sejarah demokrasi dinegaranya untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan
kelemahan demokrasi yang diterapkan dinegara itu secara jernih.
d. Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk memahami
penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yang luas
tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.
e. Kelima, dikembangkannya kelas sebagai democration laboratory, lingkungan
sekolah/kampus sebagai micro cosmoc of democracy, dan mesyarakat luas sebagai open
global classroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi
demokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warga negara yang demokratis atau
learning democracy, in democracy, and for democracy.

5. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari
pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan
adalah PKKBI. PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami
permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas. Uraikan karakteristik substansif dan
psikopedagogis PKKBI!
Model pembelajaran yang “Praktik-Belajar Kewarganegaraan… Kami Bangsa Indonesia
(PKKBI) yang memiliki karakteristik substantif dan psikopedagogis sebagai berikut.
a. Bergerak dalam konteks substantif dan sosial kultural kebijakan publik sebagai salah
satu koridor demokrasi sebagai sarana wahana interaksi warga negara dengan negara
dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara
Indonesia yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab, yang secara kulikurel dan
pendagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.
b. Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis
pengalaman utuh peserta didik” dan fortofolio-assisted assessment atau “penilaian
berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran
yang memadukan secara sinergis model-model social problem solving (pemecahan
masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involvement (pelibatan sosial),
cooperative learning (belajar bersama), silumated learning (simulasi dengan pendapat),
deep-dialogue and critical thinking (dialog mendalam dan berfikir kritis), value
clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching (pembelajaran demokratis)”.
c. Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah
strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah, identifikasi masalah, pemilihan
masalah, pengumpulan data, pembuatan portofolio, show case, danrefleksi, sedangkan
kemasan portofolionya mencakup panel sajian/file dokumentasi dikemas dengan
menggunakan sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternative kebijakan,
usulan kebijakan, dan rencana tindakan.

Anda mungkin juga menyukai