Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ELIANER MASOL

NIM : 859282696
M.K : Pengantar Anak Berkebutuhan Khusus

1. Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena kekurangannya
pada salah satu indera penglihatan. Jelaskan keterkaitan indera pendengaran dan perabaan
dengan anak tuna netra !
JAWAB :
Sebelum membahas keterkaitan antara indera pendengar dan perabaan dengan anak tuna
netra tentu sja kita mengetahui bahwa indra pendengaran adalah salah satu organ tubuh
manusia yang berada di dekat dan masih tergolong komponen dari kepala, karena
menempel dan menyatu dengan kepala.
Anak tuna netra memiliki keterkaitan dengan beberapa indera karena kekurangannya
pada salah satu indera penglihatan. Keterkaitan indera pendengaran dan perabaan dengan
anak tuna netra adalah karena kemampuan indera penglihatan tidak berfungsi
normal, maka untuk melakukan aktivitas sehari-hari anak tuna netra akan
menggunakan indera pendengaran dan indera peraba untuk memahami sekitarnya.
Kebiasaan memakai indera pendengar dan peraba ini akan membuat indera
pendengan lebih tajam dan indera peraba lebih peka dari pada orang normal
lainnya. Hal ini merupakan salah satu bentuk adaptasi manusia untuk bertahan
hidup.
Alat indera satu dengan alat indera lain saling terkoneksi dengan system saraf dan system
hormone sehingga membentuk satu system koordinasi.
Jika salah satu alat indera tidak dapat berfungsi secara normal, maka untuk dapat
bertahan hidup, manusia akan mulai menggunakan alat indera lain sehingga kepekaan
alat indera yang sering digunakan akan meningkat secara drastis.
Sumber : dosenbiologi.com/manusia/indera-pendengaran

2. Seorang guru dituntut untuk memberikan layanan yang maksimal padaseluruh peserta
didiknya tidak terkecuali anak tuna netra. Berikan salah satu contoh media yang dapat
digunakan guru untuk membimbing anak netra dan jelaskan penggunaan media tersebut !
JAWAB :
Seperti yang kita ketahui anak Tuna netra mempunyai keterbatasan dalam indera
penglihatannya sehingga mereka memerlukan pelayanan khusus serta media
pembelajaran yang khusus juga agar mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan
mencapai cita-citanya seperti anak normal lainnya.
Salah satu contoh media pembelajaran bagi tunanetra adalah Tulisan Braille serta
buku-buku yang ada tulisan braillenya agar anak dapat belajar secara maksimum. Huruf
braille merupakan kumpulan titik-titik timbul yang disusun untuk menggantikan huruf
biasa. Huruf ini tersusun atas enam buah titik, dua dalam posisi vertikal, sedangkan tiga
lainnya berada dalam posisi horizontal. Semua titik yang timbul ini dapat ditutup
menggunakan satu jari sehingga memudahkan anak dalam membaca ataupun menulis
braille. 
Media Audio juga dapat kita gunakan, proses belajar mengajar dengan menggunakan
media ini difokuskan pada indera pendengaran.

3. Sistem Pendidikan segregasi, system Pendidikan inklusi dan system Pendidikan integrasi
merupakan sistem Pendidikan yang dapat diterapkan pada anak tuna rungu. Menurut
Saudara sistem Pendidikan manakah yang paling tepat digunakan untuk anak tuna rungu
dan berikan alasannya !
JAWAB :
Tunarungu adalah suatu kondisi atau keadaan dari seseorang yang mengalami
kekurangan atau kehilangan indera pendengaran sehingga tidak mampu menangkap
rangsangan berupa bunyi, suara atau rangsangan lain melalui pendengaran.
Dan dari ketiga sistem pendidikan diatas yang paling tepat digunakan untuk anak Tuna
runggu adalah sistem Pendidikan Inklusi. Hal ini disebabkan karena dalam Pendidikan
Inklusi memiliki pendekatan lanjutan dari Auditori Verbal Terapi yang diterapkan kepada
anak sedari kecil. Pembelajaran dalam sistem pendidikan Inklusi untuk anak tuna rungu
memiliki pendekatan komunikasi dengan 3 cara yaitu non verbal, verbal, campuran
dan pendekatan bahasa.
Sistem pendidikan inklusi adalah bentuk sistem pendidikan yang berfokuskan pada
pemerataan sehingga anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang setara di
dalam kelas bersama teman sebayanya. Proses pembelajaran anak tuna rungu diperlukan
metode secara khusus karena perkembangan serta pertumbuhan anak tuna rungu memiliki
ciri khas yang dapat dilihat dari segi intelegensi, emosi dan sosial serta bahasa dan bicara.
Sumber:https://izzaucon.blogspot.com/2014/06/perbedaan-pendidikan-inklusi.html

4. Jelaskan Chronological age dan mental age yang berkaitan dengan penyandang
Tunagrahita dan buatlah bagannya !
JAWAB :
Chronological Age dapat diartikan sebagai usia kelahiran atau usia yang dihitung sejak
anak lahir hingga sekarang.
Sedangkan Mental Age dapat diartikan sebagai perkembangan kecerdasan, kecerdasan
yang dimaksud dalam hal ini adalah rata-rata penampilan anak pada usia tertentu.
Contoh seorang anak berusia (Chronological agenya) 12 tahun. Jika Mental Age-nya 7
tahun artinya perkembangan kecerdasannya kurang lebih sama dengan anak rata-rata
(normal) yang berusia 7 tahun. Mental Age seorang anak dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran psikologis, khususnya dengan tes intelegensi. Seseorang dapat
dikatakan normal jika memiliki Mental Age yang sama atau hampir sama dengan
Chronological Age-nya.
Kaitannya dengan anak penyandang tunagrahita adalah karena mereka memiliki daya
intelektual dibawah rata-rata yang cenderung mirip seperti Chronological Age karena
mereka memiliki tumbuh kembang yang lambat Jika dibandingkan dengan anak yang
umumnya seumurannya.

Menurut PP No. 72 Tahun 1991 Tuna Grahita adalah anak-anak dalam kelompok


dibawah normal dan/atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial
maupun kecerdasannya. Tuna grahita dapat diartikan pula sebagai anak berkebutuhan
khusus dengan nilai IQ di bawah rata-rata, atau di bawah 70. Tuna grahita biasanya
kurang dapat memikirkan hal-hal kompleks dibanding dengan anak normal pada usianya.
Contoh :
Ada lima orang anak berusia 10 tahun. Si A, IQ-nya 100 (normal); si B IQ-nya 70 -55; si
C IQ-nya 55 - 40; si D IQ-nya 40 - 25; dan si E IQ-nya 25 ke bawah. Untuk kebutuhan
pendidikannya perlu ditentukan lebih dahulu umur kecerdasannya (mental age).

Gambar : Grafik Klasifikasi Anak Berdasarkan Chronological Age dan Mental Age

Dari grafik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.


 A berusia (chronological age) 10 tahun dan MA-nya 10 tahun.
 B berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 7-5,5 tahun artinya ia dapat mempelajari
materi pelajaran/ tugas anak normal usia 5,5 - 7 tahun.
 C berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 5.5-4.0 tahun artinya ia dapat mempelajari
materi pelajaran/ tugas anak normal usia 5,5-4.0 tahun.
 D berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 4.0-2,5 tahun artinya ia dapat mempelajari
materi pelajaran/ tugas anak normal 4,0-2,5 tahun.
 E berusia 10 tahun dan MA-nya berkisar 2,5 tahun ke bawah artinya ia dapat
mempelajari materi pelajaran/tugas anak normal usia 2,5 tahun ke bawah.
Sumber : http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA

5. Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak Tuna grahita
seperti strategi pengajaran di individualisasikan, strategi kooperatif, dan strategi modifikasi
tingkah laku. Buatlah skenario pembelajaran yang sederhana dari salah satu strategi tersebut
yang menurut saudara paling tepat diterapkan pada anak tuna grahita !
JAWAB :
Menurut saya strategi pembelajaran yang paling tepat diterapkan pada anak tuna grahita
adalah strategi pengajaran diindividualisasikan, yang dimana pada strategi ini mereka belajar
bersama-samadalam satu kelas tetapi kedalaman dan keluasan materi, metode disesuaikan
dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didk.

Anda mungkin juga menyukai