Anda di halaman 1dari 35

MODUL 1

PEMIKIRAN TOKOH PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

Kegiatan Belajar 1
Pandangan Kritik Sosial dalam Pembelajaran (Teori Belajar Humanistik)

Teori Humanstik dipelopori oleh Jurgen Habermas. Menurut teori humanstik, proses belajar
harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut
Ausbel (Rene: 1996) belajar bermakna meaning learning, belajar merupakan asimilasi bermakna.
Teori humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya
untuk memanusiakan manusia, maksudnya mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta
realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
1. Pandangan Kolb Terhadap Belajar
Menurut Kolb (Rene: 1996) membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 tahap,
sebagai berikut :
a. Tahap pengalaman konkret. Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa
atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif, seseorang makin lama akan semakin mampu
melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
c. Tahap konseptualisasi, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abtraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep atau hokum dan prosedur tentang suatu yang
menjadi objek pengmatannya.
d. Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-
konsep, teori-teori atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
2. Pandangan Honey dan Mumford Terhadap Belajar
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat
kelompok, yaitu :
a. Kelompok aktivis, mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
berbagai kegiatan dengan tujuan memperoleh pengalaman baru.
b. Kelompok reflector, merekan yang mempunyai kecenderungan yang berlawanan
dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
c. Kelompok teoris, memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis,
selalu berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok pragmatis, memiliki sifat sifat praktis, tidak suka berbicara dan
membahas sesuatu dengan teori teori, dalil dalil, kosep konsep dan sebagainya.
3. Pandangan habermas terhadap Belajar
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Habermas membagi tipe belajar ke dalam tiga bagian, yaitu :
a. Belajar teknis, belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
alamnya secara benar.
b. Belajar praktis, belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya.
c. Belajar emansipatoris, menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau transformasi
budaya lingkungan sosialnya.
4. Aplikasi Teori Belajar Humanistic dalam Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan teori humanities adalah sebagi
berikut :
a. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
b. Menentukan materi pembelajaran
c. Menngidentifikasi kemampuan awal peserta didik
d. Mengidentifikassi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif
melibatkan diri dalam belajar.
e. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran
f. Membimbing siswa belajar secara aktif
g. Membimbing siswa untuk memahami hakikat atau makna dari pengalaman
belajarnya
h. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya
i. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke dalam situasi
nyata
j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Kegiatan Belajar 2
Pandangan Progresif dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme berasal dari pikiran John Dewey (Tilaar: 2000). Peserta didik
dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat, sehingga proses pendidikan
harus memiliki orientasi terhadap masyarakat. Dewey menyebutkan bahwa terdapat tiga
tingkatan kegiatan yang biasa dipergunakan di sekolah, yaitu :
1. Untuk anak pendidikan pra-sekolah diperlukan latihan berkenaan dengan pengembangan
kemampuan panca indera dan pengembangan koordinasi fisik.
2. Menggunakan bahan belajar yang bersumber dari lingkungan yang dapat merangsang
minat anak belajar agar mampu membangun, mencoba dan mengambangkan kretivitas.
3. Anak menemukan ide-ide atau gagassan, mengujinya, dan menggunakan ide-ide atau
gagasan tersebut untuk memecahkan persoalan yang sama.
Dewey ( Tilaar: 2000 ), mengemukakan bahwa pendidikan merupakan proses sosial bagi
orang yang belum dewasa ( anak anak ) untuk menjadi bagian yang aktif dan partisipatif dalam
masyarakat. Sekolah adalah lingkungan khusus, yang dibentuk oleh anggota masyarakat dengan
tujuan menyederhanakan, memudahkan dan menyatukan pengalaman pengalaman sosial agar
dapat dipahami, diuji dan digunakan oleh anak itu sendiri dalam kehidupan sosial.
Pikiran-pikiran progresivisme berbeda dalam cara pandang terhadap pendidikan tradisional,
dalam hal ;
1. Guru memiliki kendali dalam pembelajaran.
2. Hanya percaya bahwa buku sebagai satu-satunya sumber informasi
3. Belajar yang pasif, dan cenderung tidak factual
4. Memisahkan sekolah dengan masyarakat
5. Menggunakan hukuman fisik dalam menegakkan disiplin.
Terdapat lima prinsip pendidikan progresif, yaitu :
1. Berikan kebebasan pada anak untuk berkembang secara alamiah
2. Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan paling baik untuk belajar
3. Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar
4. Mengembangkan kerja sama antara sekolah dengan keluarga
5. Sekolah profresif harus menjadi laboratorium reformasi dan pengujian pendidikan.

Kegiatan Belajar 3
Pandangan Sosiokultural Konstruktivis dalam Pendidikan
A. PANDANGAN SOSIOKULTURAL KRONSTRUKTIVIS OLEH VYGOTSKY
Resolusi Konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan.
Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, yang keduanya menekankan bahwa
perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya
diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi
baru.
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan kepada teori Vygotsky yang telah
digunakan dalam menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelaaran
kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan (Mohamad Nur: 1999).
Terdapat empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori konstruktivisme modern, antara
lain :
1. Penekanannya pada hakikat sosial dari pembelajaran.
2. Ide bahwa belajar paling baik apabila konsep itu berada dalam zona perkembangan
mereka.
3. Adanya penekanan terhadap keduanya, yaitu hakikat sosial dari belajar dan zona
perkembangan terdekat yang dinamakan dengan pemagangan kognitif.
4. Pada proses pembelajaran menekankan kemandirian atau belajar menggunakan media.
Menurut teori konstruktivis, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan
yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek,
pengalaman, maupun lingkungannya.
Von Galserfeld mengemukakan beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
kognitif pengetahuan, yaitu :
1. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman
2. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan
3. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari padda yang lainnya

B. PENERAPAN PANDANGAN KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN


BERWAWASAN KEMASYARAKATAN
Teori Vygotsky tentang pendidikan memiliki dua implikasi utama, yaitu hasrat mewujudkan
tatanan pembelajaran kooperatif diantara kelompok kelompok siswa dengan tingkat
tingkat yang berbeda dan pendekatan ala Vygotsky dalam pembelajaran menekankan
perancahan, dengan siswa semakin lama semakin mengambil tanggung jawab untuk
pembelajarannya sendiri.
1. Kedudukan Siswa
Paradigma kontruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut menjadi
dasar dalam mengonstruksi pengetahuan yang baru.
2. Peran Guru
Guru memiliki peran membantu agar proses pengonstruksian pengetahuan oleh
siswa berjalan lancar. Peranan kunci guru dalam interaksi pendidikan adalah
pengendalian yang meliputi sebagai berikut :
a. Menumbuhkan kemandirian dengan menyediakan kesempatan untuk mengambil
keputusan dan bertindak.
b. Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak, dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa.
c. Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar agar siswa
mempunyai peluang optimal untuk berlatih.
3. Sarana Belajar
Pendekatan konstruktivis menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan
belajar adalah aktivitas siswa dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri.
4. Evaluasi Belajar
Pendekatan Vygotsky menganjurkan pngetesan lapisan bawah dan atas zona itu
sehingga mengetahui tentang tingkat status dan kemampuan normal siswa saat ini di
samping juga berapa banyak siswa mendapatkan manfaat dari jenis-jenis bantuan
tertentu.

Kegiatan Belajar 4
Pandangan Ki Hadjar Dewantoro terhadap Pendidikan
A. PANDANGAN KI HADJAR DEWANTORO
Pendidikan adalah upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti bahwa menjadi
manusia yang mandiri, agar tidak tergantung kepada orang lain baik lahir ataupun batin.
Kemerdekaan yang dimaksud dari 3 macam, yaitu : berdiri sendiri, tidak bergantung pada
orang lain, dan dapat mengatur dirinya sendiri.
Pendidikan nasional menurut Ki Hadjar Dewantoro adalah pendidikan yang selaras
dengan penghidupan bangsa. Salah satu pemikirannya adalah diwujudkannya Taman Siswa
yang merupakan badan perguruan yang sudah diselaraskan dengan kepentingan dan
keperluan rakyat.
Lahirnya pendidikan Taman Siswa juga diilhami oleh model pendidikan barat yang tidak
menyelesaikan persoalan peningkatan kualitas sumber daya manusia waktu itu. Menurutnya
Pendidikan barat memiliki cirri perintah, hukuman dan ketertiban. Ki Hadjar Dewantoro
merupakan salah satu perkosaan terhadap kehidupan batin anak-anak. Oleh karena itu, tidak
heran apabila hasil pendidikan barat melahirkan anak dengan budi pekerti rusak sebagai
akibat dari anak yang hidup di bawah paksaan dan hukuman, yang biasanya tidak setimpal
dengan kesalahannya.
Beberapa falsafah yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro berkenaan dengan
pendidikan, yaitu :
1. Segala alat, usaha dan juga cara pendidikan harus sesuai denngan kodratnya
2. Kodratnya itu tersimpan dalam adat istiadat setiap masyarakat dengan berbagai
kekhasan, yang kesemuanya itu bertujuan untuk mencapa hidup tertib dan damai
3. Adat istiaddat sifatnya selalu berubah (dinamis)
4. Untuk mengetahui karakteristik mesyarakat saat ini diperlukan kajian dalam mendalam
tentang kehidupan masyrakat tersebut di masa lampau, sehingga dapat diprediksi
kehidupan yang akan datang pada masyarakat tersebut.
5. Perkembangan budaya masyarakat akan dipengaruhi oleh unsur-unsur lain. Hal ini
terjadi karena terjadinya pergaulan bangsa.

Beberapa butir pokok pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantoro menurut
Tilaar ( 2000:67 71 ) adalah :
1. Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan, bahkan kebudayaan merupakan
alas / dasar pendidikan.
2. Kebudayaan yang menjadi alasan pendidikan harus bersifat kebangsaan.
3. Pendidikan mempunyai arah untuk mewujudkan keperluan perikehidupan.
4. Arah tujuan pendidikan ialah mengangkat derajat negara dan rakyat.
5. Pendidikan yang visioner.
MODUL 2
RUANG LINGKUP KEBUDAYAAN DALAM PENDIDIKAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Kebudayaan
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta buddayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal
yang bersangkut paut dengan budii atau akal. Adapun istilah culture yang merupakan istilah
bahasa asing sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin colere, yang artinya
mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut
(colere) kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.
Menurut pandangan antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa,
tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan miliknya dengan belajar.
Menurut Tylor (1871) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan
kata lain, kebudayaan mencakup kesemuanya yan didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebgai anggota masyarakat.
Tilaar (2002) merinci definisi yang dikemukakan E.B. Tylor sebagai berikut :
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks.
2. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang bukan material, artinya
berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti : ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan
seni.
3. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni
4. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum, adat
istiadat yang berkesinambungan.
5. Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
6. Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia soliter atau terasing tetapi yang
hidup dalam suatu masyarakat tertentu.

Implikasi yang dapat dipetik dari pengertian kebudayaan menurut Tylor adalah adanya
keteraturan dalam hidup bermasyarakat, adanya proses pemanusiaan, di mana dalam proses
pemanusiaan itu terdapat suatu visi tentang kehidupan.

B. WUJUD KEBUDAYAAN
Talcott Parsons dan A.L. Kroeber menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan
sebagai suatu sistem gagasan serta konsep konsep, dan wujudnya sebagai rangkaian
tindakan sertaaktivitas manusia berpola.
J.J. Honingmann membuat perbedaan atas tiga gejala kebudayaan, yakni ideas, activities,
dan artifacts. Namun demikian Koentjaraningrat (1996) menyarankan agar kebudayaan
dibeda-bedakan sesuai empat wujudnya, yang terdiri dari artifacts, sistem tingkah laku dan
tindakan yang berpola, sistem gagasan, dan sistem idiologis.
C. SISTEM NILAI BUDAYA
Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Nilai
budaya terdiri dari konsep konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan
penting oleh suatu warga masyarakat sehingga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi
pada kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan
D. ADAT ISTIADAT, NORMA, DAN HUKUM
Norma merupakan aturan untuk bertindak yang sifatnya khusus, dan perumusannya pada
umumnya sangat rinci / ruang lingkupnya tidak terlalu luas dan perumusannya tidak terlalu
kabur.
Adat istiadat ialah kaidah yang timbul dari masyarakat sesuai dengan kebutuhannya pada
suatu saat dan memiliki perbedaan antara satu tempat dengan tempat lain, demikian pula
menurut waktunya.
Hukum ialah kaidah yang mengatur kehidupan manusia, yang biasanya dibuat dengan
sengaja dan mempunyai sanksi yang jelas. Tujuannya untuk mengatur kehidupan masyarakat
agar terjadi keserasian diantara warga masyarakat dan sistem sosial yang dibangun oleh
suatu masyarakat.
Kegiatan Belajar 2
Unsur-unsur Pokok Kebudayaan
Menuurt Melville J. Herskovits (Soekanto: 1990) ada 4 unsur pokok kebudayaan, antara
lain :
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaaan politik

Menurut Malinowski (Soekanto: 1990) menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan adalah


sebagai berikut :
1. Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam
supaya menguasai alam sekelilingnya.
2. Organisasi ekonomi
3. Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan
4. Organisasi kekuatan

Menurut C. Kluckhohn (1953) menyebutkan unsur-unsur pada kebudayaan yang ada di


dunia ini secara universal terdiri atas :
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat-alat produksi, transportasi, dsb)
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi, dsb)
3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum dan sistem
pekawinan)
4. Bahasa (lisan maupun tertulis)
5. Kesenian (seni rupa, seni rupa, seni gerak, dsb)
6. Sistem Pengetahuan
7. Religi (sistem kepercayaan)

1. Alam Pikiran
Salah satu unsur inmaterial, yakni alam pikiran tidak berbentuk fisik yang dapat dilihat
dan diraba melalui panca indera, tetapi alam pikiran dapat diwijudkan dalam bentuk ide,
gagasan, yang dapat dijadikan dsar untuk mewujudkan sesuatu.
2. Religi
Suatu sistem religi dalam suatu kebudayaan mempunyai ciri ciri untuk sedapat mungkin
memelihara emosi keagamaan. Emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu
religi bersama 3 unsur lainnya, yaitu sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, suatu
umat yang menganut religi tersebut.
3. Bahasa
Sarana utama untuk menerima pesan, berkomunikasi, berdiskusi, mengubah atau
menyampaikan arti kepada pihak lain. Melalui bahasa, manusia dapat :
1. Memberikan informasi tentang berbagai hal
2. Mengomunikasikan ide ide yang abstrak maupun konkret
3. Mendiskusikan berbagai hal yang pernah dilihat dan dialami
4. Mengungkap berbagai perasaan
5. Membangun cara berpikir.
4. Hubungan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya tidak dapat terlepas dari hubungan
sosial.
5. Hidup Perekonomian
Sistem ekonomi mempunyai wujud sebagai konsep, kebijakan, dan adat istiadat berupa
tindakan tindakan dan interaksi berpola.
6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan memiliki sifat rasional ( masuk akal ), empiris, ( kesimpulan yang
diambil dapat dites dengan panca indera dan fakta ), dan akumulatif ( dibentuk dengan dasar
teori yang disempurnakan ). Menurut Koentjaraningrat ( 1971 ), teknologi pada hakikatnya
meliputi sedikitnya 7 unsur, yaitu alat alat produktif, senjata, wadah makanan & minuman,
pakaian & perhiasan, tempat berlindung & perumahan, serta alat alat transportasi.

7. Kesenian
Sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan, ruang lingkup kesenian mencakup seni
rupa ( dinikmati dengan mata ) dan seni suara ( dinikmati dengan telinga ).
8. Politik dan Pemerintahan
Politik tidak lepas dari pemerintahan karena politik yang dibentuk dan digunakan dapat
mencerminkan jalannya roda pemerintahan.
9. Pendidikan
Unsur-unsur normative yang merupakan bagian dan kebudayaan adalah sebagai berikut :
a. Unsur-unsur yang menyangkut penilaian, misalnya baik dan buruk, dsb
b. Unsur-unsur yang berhubungan dengan apa yang seharausnya, seperti perilaku.
c. Unsur-unsur yang menyangkut kepercayaan, seperti mengadakan upacara adat saat
kelahiran, dsb.
Soekanto ( 1990 : 198 ) membatasu kaidah dalam kaitan dengan kebudayaan ke dalam
empat hal, yaitu :
a. Kaidah kaidah yang dipergunakan secara luas dalam suatu kelompok manusia tertentu
b. Kekuasaan yang memperlakukan kaidah kaidah tersebut
c. Unsur unsur formal kaidah itu
d. Hubungannya dengan ketentuan ketentuan lainnya.

Kegiatan Belajar 3
Fungsi Pendidikan dalam Kebudayaan

Di dalam transmisi kebudayaan terdapat tiga unsur utama, yaitu :


1. Unsur-unsur yang ditransmisikan
2. Proses transmisi
3. Cara transmisi

A. TRANSFORMASI KEBUDAYAAN
Pada masyarakat modern, sekolah merupakan salah satu lembaga utama yang
dipergunakan oleh orang dewasa dalam mewariskan kebudayaan kepada anak-anaknya.
Oleh karena itu, guru atau tenaga kependidikan harus memiliki pemahaman yang jelas
tentang budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara makro maupun secara mikro
yang meliputu nilai, kepercayaan, dan norma.

B. PERAN LEMBAGA YANG BERFUNGSI SEBAGAI LEMBAGA PEWARIS


KEBUDAYAAN
DAntonio (1983) mendefinikan keluarga sebgai suatu unit yang terdiri dua orang atau
lebih yang hidup bersama untuk suatu periode waktu, dan diantara mereka saling berbagi
dalam suatu hal atau lebih, yang berkaitan dengan pekerjaan, seks, kesejahteraan, dan
makanan anak-anak, kgiatan intelektual, spiritual, dan rekreasi.
Rollin dan Galligen (1978) mendefinikan keluarga sebagai suatu sistem interaksi semi
tertutup di antara orang-orang yang bervariasi umur dan jenis kelaminnya, dimana interaksi
tersebut terorganisasi dalam arti hubungan proses sosial dengan norma dan peranan yang
ditentukan, baik oleh individu yang beriteraksi mauupun oleh masyarakat sebgai suatu ciri
dari sistem tersebut.
Zimmerman (1983) mengemukakan fungsi utama keluarga adalah sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik dan kesejahteraan anggota keluarga
b. Meambah anggota keluarga baru, baik melalui kelahiran amupun adopsi
c. Sosialisasi anak-anak tehadap orang dewasa, seperti sebgai orang dewasa, pekerja,
anggota masyarakat, dll
d. Pengendali sosial anggota keluarga
e. Pemelihara moral keluarga dan motivasi untuk memastikan kinerja tugas baik di dalam
keluarga maupun dalam kelompok sosial lain.
f. Produksi dan konsumsi peralatan dan pelayanan yang diperlukan untuk mendorong dan
memelihara inti keluarga
Vembrianto ( 1982 ) menyebutkan bahwa :
a. Proses sosialisasi adalah proses belajar, proses akomodasi dimana individu menahan,
mengubah impuls impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup / kebudayaan
masyarakat.
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap , ide ide, pola
pola, nilai, tingkah laku, dan standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan
dikembangkan sebagai satu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.

C. PERANAN PENDIDIKAN DALAM KEBUDAYAAN


Rith Benedict ( Tilaar : 2000 ) menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah istilah
sosiologi untuk tingkah laku yang bisa dipelajari. Di dalam proses pembudayaan terdapat
pengertian-pengetian seperti invensi dan penemuan, difusi kebudayaan, akulturasi, asimilasi,
inovasi, fokus, krisis, dan prediksi masa depan.

D. LEMBAGA PENDIDIKAN SEBAGAI PUSAT PEMBUDAYAAN


Menurut kajian Bremeld (Tilaar: 2000) proses kebudayaan mempunyai tiga aspek yang
saling berkaitan satu dengan lainnya, yaitu :
a. Kebudayaan mempunyai tata susunan (order) yang kompleks namun merupakan suatu
anyaman yang berpola
b. Nilai-nilai kebudayaan ditransmisikan dengan proses-proses acquiring, dan
c. Proses pembudayaan mempunyai tujuan

MODUL 3
PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN

Kegiatan Belajar 1
Arah Baru Pendidikan Menuju Demokratisasi

Dengan terjadinya pergeseran peran pendidikan, maka secara mendasar pendidikan perlu
memiliki karakteristik sebgai berikut :
1. Mampu mangembangkan kreativitas, kebudayaan, dan peradaban
2. Mendukung diseminasi nilai keunggulan
3. Mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan
4. Mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan
nilai-nilai moral
Dengan acuan buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jalal dan
Supriadi, 2001), diungkapkan tentang arah pendangan dasar pendidikan nasional, visi misi
tujuan pendidikan nasional dan demokratisasi pendidikan.
1. Arah Pandangan Dasar Pendidikan Nasional
Acuan pemikiran dalam penataan dan pengembangan sistem pendidikan nasional harus
mampu mengakomodasikan berbagai pandangan sehingga terjadi keterpaduan dalam
konteks dengan didasarkan prinsip :
a. Membangun prinsip kesetaraan
b. Menciptakan konfigurasi komponen sumber
c. Menerapkan prinsip pemberdayaaan
d. Melaksanakan prinsip kemandirian
e. Menciptakan prinsip toleransi dan consensus
f. Menyusun dasar perencanaan pendidikan
g. Menerapkan prinsip rekonstruksionis
h. Berorientasi pada peserta didik
i. Berdasar pada prinsip pendidikan multicultural
j. Menerapkan prinsip globalisasi
2. Visi Misi Tujuan Pendidikan Nasional
a. Visi pendidikan nasional
Visi Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang mengutamakan kemandirian
menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai
Pancasila. Misi Pendidikan sesuai amanat UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa yang ditempuh melalui pembelajaran dan pembudayaan bangsa dan masyarakat
Indonesia agar setiap insan Indonesia berpendidikan, berbudaya, cerdas, berakar kuat
pada moral dan budaya, dan berkeadilan sosial.
b. Misi pendidikan nasional
Misi Pendidikan Nasional jangka pendek adalah pemulihan dari krisis, misi
jangka menengah adalah pemberdayaan masyarakat dalam bidang pendidikan, misi
jangka panjangnya adalah tercapainya masyarakat Indonesia baru yaitu masyarakat
madani.
c. Tujuan pendidikan nasional
Tujuan Pendidikan Nasional mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan
anggota masyarakat yang sehat dan cerdas.
3. Demokratisasi Pendidikan
Makna demokratis dalam pendidikan yaitu proses pengembalian keputusan pendidikan
melibatkan semua tingkatan secara maksimal, dan upaya harus dilakukan dalam rangka
demokratisasi pendidikan menurut Tilaar ( 2000 ) adalah :
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
b. Pendidikan untuk semua
c. Pemberdayaan dan pendayagunaan berbagai institusi kemasyarakatan
d. Pengakuan hak-hak masyarakat termasuk hak pendidikan
e. Kerja sama dengan dunia usaha dan industry

Kegiatan Belajar 2
Konsep Pembelajaran Berwawasan kemasyarakatan

A. KONSEP PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN


Pembelajaran berwawasaan kemasyarakatan dilandasi oleh pemikiran dari berbagai
teori pembelajaran, yaitu teori humanistik, teori progresivisme, dan teorikonstruksivisme,
serta pendidikan berbasis masyarakat. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
1. Kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi peserta didik
2. Pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran
3. Materi pembelajaran terintegrasi dengan kehdupan sehari-hari peserta didik
4. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran ada kesesuaian dengan kebutuhan peserta
didik
5. Menekankan pada pembelajaran partisipatif yang berpusat pada peserta didik
6. Menumbuhkan kerja sama di antara peserta didik
7. Menumbuhkan kemandirian

Menurut Galbarait (Marzuki: 2004), pendidikan berbasis masyarakat mengandung


beberapa makna, yaitu :
1. Kemampuan peserta didik meningkat
2. Partisipasi dan demokrasi
3. Mobilisasi aksi masyarakat
Watson dalam Sihombing ( 2001 ), bahwa pendidikan berbasis masyarakat memiliki 3
elemen, yaitu mementingkan warga belajar, program dimulai dari prespektif yang kritis
( konservatif, liberal, dan kritis ), menekankan bahwa belajar harus berlokasi di masyarakat.

B. PRINSIP PEMBELAJARAN BERWAWASAN KEMASYARAKATAN


Prinsip pembelajaran berwawasan kemasyarakatan didasarkan pada pemahaman bahwa
masyarakat mempunyai hak untuk menentukan nasibnya sendiri, hak untuk untuk diterima
sebagai warga masyarakat, serta hak untuk mewujudkan kemampuannya.
Dengan mengacu pada pendapat Galbraith ( Marzuki : 2004 ), prinsip prinsip
pembelajaran berwawasan kemasyarakatan anatara lain sebagai berikut :
1. Determinasi Diri (self determination)
2. Membantu dirinya sendiri (self help)
3. Mengembangkan kepemimpinan (Leadership Development)
4. Lokalisasi (localization)
5. Pelayanan Terpadu (Integrated Delivery of Service)
6. Menerima Perbedaan (Accept Diversity)
7. Belajar Terus Menerus (Lifelong Learning)
MODUL 4
SATUAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

Kegiatan Belajar 1
Satuan dan Program Pendidikan di Masyarakat
Mengacu pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 10, satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal,
dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
A. SATUAN PENDIDIKAN DI MASYARAKAT
Satuan Pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pasal 26 ayat 4 adalah lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan
belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
1. Kursus
Dalam PP No. 73 Tahun 1991 dijelaskan kursus adalah satuan pendidikan luar sekolah
yang terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan pengetahuan
keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga belajar.
2. Pelatihan
Kegiatan / pekerjaan melatih untuk memperoleh kemahiran / kecakapan, pelatihan
berkaitan dengan pekerjaan.
3. Kelompok Belajar
Wadah dalam rangka membelajarkan masyarakat. Menurut Zaenudin ( 1985 ), kelompok
belajar adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan berencana melalui bekerja dan
belajar untuk mencapai kondisi yang lebih baik.
4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Tempat belajar yang dibentuk dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam rangka usaha untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi, dan bakat warga masyarakat.
5. Majelis Taklim
Suatu lembaga pendidikan yang dibentuk atas dasar pendekatan dari kebutuhan
masyarakat, dengan kegiatan yang orientasinya lebih pada keagamaan.

6. Satuan Pendidikan yang sejenis


Satuan yang tidak termasuk pada satuan yang sudah dijelaskan diatas, seperti pesantren,
sanggar dll.
B. PROGRAM PENDIDIKAN DI MASYARAKAT
Program pendidikan yang ada di masyarakat menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
pasal 26 ayat 3 adalah pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan, pendidikan kesetaraan.
1. Pendidikan Kecakapan Hidup
Kemampuan yang mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap saling
berinteraksi diyakini sebagai unsur penting untuk lebih mandiri.
2. Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan yang ditujukan bagi anak usia dini ( 0 6 tahun ) yang dilakukan pemberian
rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmanin dan rohani agar
memiliki kesiapan memasuki jenjang pendidikan berikutnya.
3. Pendidikan Kepemudaan
Program pendidikan yang sasarannya khusus pemuda.
4. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan
5. Pendidikan Keaksaraan
Pendidikan keaksaraan fungsional yang didasarkan pada pengembangan keaksaraan
sebelumnya. Program pendidikan ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan keterampilan membaca, menulis, berhitung dan keterampilan
berbicara, berpikir, mendengar dan berbuat.
b. Memecahkan masalah kehidupan warga belajar melalui kebiasaan dalam membaca,
menulis, berhitung, dan berbuat.
c. Menemukan jalan untuk mendapat sumber sumber kehidupan sehari hari.
d. Meningkatkan keberanian untuk berhubungan dengan lembaga berkaitan dengan
kebutuhan belajarnya.
e. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap pembaharuan agar dapat
berpartisipasi dalam perubahan social, ekonomi dan kebudayaan di masyarakat.
f. Meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui keterampilan dan kebudayaan di
masyarakat.
6. Pendidikan Keterampilan
Ditujukan untuk membekali warga belajar bidang keterampilan yang dapat dijadikan
bekal usaha.program pendidikan keterampilan yang dapat dikembangkan dalam
masyarakat, antara lain :
a. Keterampilan dalam bidang kemampuan bahasa
b. Keterampilan dalam bidang berumah tangga
c. Keterampilan dalam bidang penampilan diri
d. Keterampilan dalam bidang usaha
e. Keterampilan dalam bidang pekerjaan jasa.
7. Pendidikan Kesetaraan

Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Pembelajaran dalam Berbagai Satuan Pendidikan di Masyarakat
Pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran pada berbagai satuan pendidikan
adalah pedagogi dan andragogi.
A. PENDEKATAN PEDAGOGI DALAM PEMBELAJARAN
Pedagogi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata paid dan agogus. Paid berarti anak,
dan agogus berarti leader of. Pedagogi diartikan sebagai ilmu seni dan ilmu mendidik anak.
Dalam model pedagogi, guru memiliki peran dalam pembelajaran karena didasari oleh
beberapa asumsi mengenai peserta didik yaitu :
1. Kebutuhan untuk mengetahui (The need to know)
2. Konsep diri peserta didik (The leaners self konsep)
3. Peran pengalaman (The role of experience)
4. Kesiapan untuk belajar (Readliness to learn)
5. Berorientasi belajar (Orientation to learning)
6. Motivasi (Motivation)
Proses pembelajaran pedagogi cenderung teacher centered. Hal ini dilandasi dengan ciri
ciri adanya dominasi guru dalam pembelajaran, bahan belajar terdiiri dari konsep-konsep
yang datangnya dari guru, materi belajar cenderung bersifat dominan, peserta didik tinggal
menerima instruksi yang ditentukan oleh guru.

B. PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN


Knowles (1980) mendefinikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta
didik untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Andragogi disebut juga
sebagai teknologi pelibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran penerapan model.
Menurut pandangan andragogi, setiap pendidik harus mampu membantu peserta didik
dalam penyelenggaraan pendidikan :
1. Menciptakan suasana kondusif untuk belajar melalui kerja sama dalam merencanakan
program pembelajaran.
2. Menemukan kebutuhan belajar
3. Merumuskan tujuan dan materi yang cocok untuk memenuhi kebutuhan belajar
4. Merancang pola belajar dalam sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik
5. Melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, teknik, dan sarana belajar
yang tepat
6. Menilai kgiatan belajar serta mendiagnosis kembali kebutuhan belajar untuk kegiatan
pembelajaran selanjutnya.

Asumsi asumsi yang dijadikan landasan dalam teori andragogi adalah sebagai berikut :
1. Orang dewasa mempunyai konsep diri
2. Orang dewasa mempunyai akumulasi pengalaman
3. Orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar
4. Orang dewasa berharap dapat segera menerapkan perolehan belajarnya
5. Orang dewasa memiliki kemampuan untuk belajar

Ketika menghadapi orang dewasa pada satuan tertentu, maka tepat kalau menggunakan
pendekatan pedagogi apabila peserta membutuhkan berbagai informasi yang datangnya dari
peserta didik. Sebaliknya apabila peserta didiknya adalah anak anak ( masih dalam
kelompok bermain ), pendekatan andragogi bias digunakan apabila bertujuan untuk
mengembangkan kreativitas anak.

MODUL 7
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL

Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Pembelajaran Multikultural
KONSEP PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
Dalam proses pembelajaran tidak dapat lepas dari unsur-unsur kebudayaan seperti :
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks
2. Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang material.
3. Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik
4. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah
5. Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif yang dapat dilihat
6. Kebudayaan tidak terwujud dalam suatu kehidupan manusia soliter.

Menurut Ki Hadjar Dewatoro, kebudayaan berarti budah budi manusia yang merupakan
hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman. Rumusan
tersebut mengandung makna sebagai berikut :
1. Kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat atau watak
kepribadian bangsa.
2. Tap-tiap kebudayaan menunjukkan keindahan dan tingginya adat kemanusiaan pada hidup
masing-masing bangsa yang memilikinya.
3. Tiap-tiap kebudayaan sebgai buah kemenangan manusia terhadap kekuatan alam dan zaman
memudahkan dan melancarkan hidupnya serta memberi alat-alat baru untuk meneruskan
kemajuan hidup dan memudahkan serta memajukan dan mempertinggi taraf kehidupan

Menurut pandangan komisi Internasional penanganan konflik, menuntut pendidikan tidak


hanya membekali generasi muda untuk menguasai IPTEK dari kemampuan bekerja serta
memcahkan masalah. Melainkan kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang
berbeda dengan penuh toleransi, pengertian dan tanpa prasangka.

Thomas Hickema (Tilaar: 2000) mengungkapkan tentang tugas guru dalam menerapkan
nilai-nilai sebagai inti kebudayaan adalah :
1. Pendidik haruslah menjadi seorang model dan menjadi mentor dari peserta didik dalam
mewujudkan nilai nilai moral di dalam kehidupan sekolah.
2. Harus menciptakan masyrakat bermoral.
3. Mempraktekkan disiplin moral.
4. Menciptakan suasana demokratis di dalam kelas.
5. Mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum
6. Menciptakan budaya kerja sama.
7. Menumbuhkan kesadaran karya.
8. Mengembangkan refleksi moral.
9. Mengembangkan resolusi konflik.
Kegiatan Belajar 2
Strategi Pengelolaan Pembelajaran Multikultural
Menurut Tilaar (2000), rumusan operasional mengenai hakikat pendidikan mempunyai
komponen-komponen sebagai berikut :
1. Pendidikan merupakan suaru proses berkesinambungan.
2. Proses pendidikan berarti menumbuhkembangkan eksistensi manusia.
3. Eksistensi manusia yang memasyarakat.
4. Proses pendidikan dalam masyarakat yang membudaya.
5. Proses bermasyarakat dan membudaya.

A. PEMBELAJARAN PERDAMAIAN
Javier Perez (Tilaar: 2000) mengungkapkan bahwa perdamaian harus dimulai dari diri
kita masing-masing.
Strategi yang digunakan dalam pemdelajaran perdamaian di dalam kelas adalah strategi
introspektif dan interaksi sosial yang positif. Strategi introspektif yaitu cara untuk
membutuhkan kesadaran bagi peserta didik untuk berani mengoreksi dirinya sendiri tentang
kegiatan / perbuatan yang sudah dilakukan. Strategi sosial yang positif yaitu cara untuk
menumbuhkan hubungan yang harmonis di antara peserta didik, dan diantara peserta didik
dengan lingkungan lainnya.
Bahan-bahan belajar yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran perdamaian adalah
sebagai berikut :
1. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus memberi bantuan praktis dalam
pembelajaran tentang perdamaian
2. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus menggunakan berbagai metode yang dapat
mengembangkan peran serta peserta didik secara aktif
3. Bahan-bahan atau materi pembelajarab harus mampu memenuhi kebutuhan
4. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus merangsang minat peserta didik untuk
lebih memahami kelompok atau kebudayaan lain
5. Bahan-bahan atau materi pembelajaran berisi kasus-kasus yang menunjukkan pertikaian
antar manusia yang dapat diselesaikan secara damai
6. Bahan-bahan atau materi pembelajaran harus mnenrangkan masalah-masalah yang
paling penting untuk menciptakan perdamaian.

B. PEMBELAJRAN HAK ASASI MANUSIA


Semua hak manusia adalah universal, tak terbagi, interdependen dan saling terkait.
Pendidikan adalah alat yang paling efektif untuk pengembangan nilai nilai yang
berhubungan dengan hak hak asasi manusia.
Strategi untuk mempelajari nilai-nilai inti yang berhubungan dengan hak-hak asasi
manusia adalah belajar tentang hak-hak asasi manusia, belajar bagaimana memperjuangkan
hak-hak asasi manusia, belajar melalui pelaksanaan hak-hak asasi manusia.

C. DEMOKRASI
Pembelajaran demokrasi pada hakikatnya untuk mengembangkan eksistensi manusia
dengan jalan mengilhaminya dalam pengertian martabat dan persamaan, saling
mempercayai, toleransi, penghargaan pada kepercayaan dan kebudayaan orang lain,
penghormatan pada individu, peran serta aktif dalam semua aspek kehidupan sosial,
kebebasan berekspresi, kepercayaan dan beribadat.
Strategi pembelajaran untuk demokrasi dapat dilakukan dengan cara etos demokrasi
harus belaku di tempat pembelajaran, pembelajaran untuk demokrasi berlangsung secara
terus menerus, penafsiran demokrasi harus sesuai dengan konteks sosial budaya, ekonomis,
dan evolusinya.

Kegiatan Belajar 3
Prosedur Pengelolaan Pembelajaran Multikultural
A. PROSEDUR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
1. Kegiatan Pendahuluan
Menciptakan suasana yang kondusif sehingga setiap peserta didik dapat belajar dalam
harmoni kebersamaan.
2. Kegiatan Utama
Menekankan pada penciptaan pembelajaran yang harmoni untuk membentuk
kepribadian peserta didik yang penuh toleransi didasarkan pada keanekaragaman
budaya.
3. Kegiatan Analisis
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbagi pemikiran dan pemahaman
pribadi tentang sesuatu yang sudah dipelajarinya.
4. Abstraksi
Upaya pendidik untuk memperjelas materi inti yang harus dipahami oleh peserta didik.
5. Penerapan
Untuk mengukur perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran.
6. Kegiatan penutup
Kegiatan akhir dari prosedur pembelajaran multikultural yang dapat dilakukan sekaligus
dengan kegiatan penilaian.

MODUL 8
MUATAN LIFE SKILLS DALAM PEMBELAJARAN BERWAWASAN
KEMASYARAKATAN

Kegiatan Belajar 1
Konsep Dasar Life Skills
Life Skills diperlukan dalam dunia pendidikan di Indonesia karena menghadapi beberapa
tantangan besar, diantaranya sebagai berikut :
1. Dunia pendidikan dituntut untuk mempertahankan hasil-hasil pembangunan yang telah
dicapai.
2. Dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten,
mampu bersaing dalam pasar kerja global.
3. Dunia pendidikan dituntut mengubah paradigama dengan pendidikan yang demokratis,
mendorong partisipasi masyarakat dan menghargai keragaman kebutuhan dan konsisi
daerah.
4. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi dan menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat dan
munculnya berbagai masalah sosial yang mendasar.
5. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah.
6. Kualitas manusia dipengaruhi juga oleh kemampuan dalam mengelola sumber daya alam
dan lingkungan hidup.

Broling (1989) life skills adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang
sangat penting yang dimiliki oleh seseorang sehingga meraka dapat hidup mandiri. Kent Davis
(2000:1) kecakapan hidup adalah manual pribadi bagi tubuh seseorang.
Kecakapan hidup/life skills versi Broling dipilah menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self
awareness) / penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, anggota masyarakat dan warga
negara, dan kecakapan berpikir rasional (thingking skills) yang mencakup kecakapan
menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah dan mengambil informasi,
kecakapan memecahkan masalah secara kreatif.

2. Kecakapan sosial (social skills)


Mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerja sama, biasanya
disebut sebagai kecakapan hidup bersifat umum / general ( general life skills / GLS ).
3. Kecakapan Akademik (academic skills)
Kemampuan berpikir ilmiah yang merupakan pengembangan dari kecakapan rasional pada
GLS.
4. Kecakapan vokasional (vocational skills)
Kecakapan kejuruan, kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang
terdapat di masyarakat.
Sondra Stein ( 2000 ) mengemukakan bahwa terdapat 4 kategori standar yang perlu
dipersiapkan di masa datang tentang kecakapan bagi orang dewasa, yakni :
1. Mendapatkan informasi dan ide ide
2. Mengkomunikasikan dengan penuh percaya diri pesannya dan dapat dimengerti oleh orang
lain
3. Membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang solid dan mampu menganalisis
dan dapat menentukan secara hati hati
4. Selalu belajar agar tidak ketinggalan.

Orientasi muatan life skills memaksa setiap pendidik merancang pembelajaran agar
terjadi hubungan antara kehidupan nyata, kecakapan hidup dengan mata pelajaran.

Kegiatan Belajar 2
Jenis-jenis Life Skills
1. Broling
Broling (1989) mengelompokkan life skills menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kecakapan hidup sehari hari (daily living skills), meliputi pengelolaan kebutuhan
pribadi, keuangan pribadi, rumah pribadi, kesadaran kesehatan & keamanan,
pengelolaan pakaian, makanan dll.
b. Kecakapan hidup sosial pribadi (personal/social skill), meliputi kesadaran diri ( minat,
bakat, sikap, kecakapan ), percaya diri, komunikasi dengan orang lain dll.
c. Kecakapan hidup bekerja (occupational skill), meliputi kecakapan memilih pekerjaan,
perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja dll.
2. World Health Organization ( WHO )
Memberikan pengertian bahwa kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan /
kemampuan untuk dapat berapadtasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang
mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari hari secara
efektif.
WHO (World Health Organization) mengelompokkan life skills menjadi lima jenis,
yaitu : kecakapan mengenal diri ( Self awareness/personal skill ), Social skill, Thingking
skill, Academic skill, dan Vocational skill.
3. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda mengemukakan jenis-jenis life
skills sebagai berikut :
a. Kecakapan pribadi (personal skills),
b. Kecakapan sosial (social skill),
c. Kecakapan akademik (academic skill),
d. Kecakapan vokasional (vocational skill).
4. Direktorat Kepemudaan
Direktorat Kepemudaan mengungkapkan tiga jenis life skills, yaitu kecakapan personal,
kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional.

5. Satori
Satori menghubungkan antara life skills dengan employability skill, vocational skills,
dan occupational skills. Dalam dunia kerja, Satori (2002) mengenalkan jenis-jenis life skills
dalam employability skills yaitu keterampilan Dasar, keterampilan berpikir tingkat tinggi,
serta karakter dan keterampilan afektif.
6. Slameto
Slameto membagi life skills menjadi 2 bagian, yaitu kecakapan dasar, kecakapan
universal dan berlaku sepanjang zaman, tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang
yang merupakan pondasi bagi peserta didik dan kecakapan instrumental, kecakapan yang
bersifat relatif, kondisional, dan dapat berubah ubah sesuai dengan perubahan ruang,
waktu, situasi, dan harus diperbaharui secara terus menerus sesuai dengan derap
perubahan. Kecakapan dasar dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu :
a. Kecakapan belajar terus menerus
b. Kecakapan membaca, menulis dan berhitung
c. Kecakapan berkomunikasi : lisan, tulisan, tergambar dan mendengar
d. Kecakapan berpikir
e. Kecakapan qalbu : iman ( spiritual ), rasa dan emosi
f. Kecakapan mengelola kesehatan badan
g. Kecakapan merumuskan keinginan dan upaya upaya untuk mencapainya
h. Kecakapan berkeluarga dan sosial
Kecakapan instrumental, selanjutnya dibagi menjadi sepuluh kecakapan, sebagai berikut :
a. Kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
b. Kecakapan mengelola sumber daya
c. Kecakapan bekerja sama dengan orang lain
d. Kecakapan memanfaatkan informasi
e. Kecakapan menggunakan sistem dalam kehidupan
f. Kecakapan berwirausaha
g. Kecakapan kejujuran, termasuk olahraga dan seni
h. Kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karier
i. Kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan
j. Kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai nilai pancasila
Kegiatan Belajar 3
Pendekatan dan Strategi Pengembangan Muatan Life Skills pada Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan
A. PENDEKATAN PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA PEMBELAJRAN
Pendekatan Pendidikan berbasis luas (Broad based education) sebagai pendekatan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi life skills dmaksudkan sebagai upaya agar
pendidikan dapat memenuhi pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis
2. Masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan
masyarakat yang demokratis
3. Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan
internal dan global
4. Pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesiaa yang bersatu
dan demokratis
5. Dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan harus
mampu mengembangkan kemampuan berkompetitif dalam rangka kerja sama
6. Pendidikan harus mampu mngembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya
suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat
7. Pendidikan harus mampu mengindonesiakan masyarakat Indonesia sehingga setiap
insan Indonesia merasa bangga menjadi warga Negara Indonesia
Pendidikan Berbasis Luas merupakan suatu pendekatan yang memiliki karakteristik
bahwa proses pendidikan bersumber pada nilai nilai yang berkembang secara luas di
masyarakat.
Wardiman (1998:73) menyebutkan pendidikan berbasis luas nerupakan sistem baru yang
berwawasan sumber daya manusia, berwawasan keunggulan, menganut prinsip tidak
mungkin membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan,
kalau tidak diawali dengan pembentukan dasar (fondasi) yang kuat.
Dengan demikian broad based education diartikan bahwa pendekatan pendidikan harus
memberikan orientasi yang lebih luas, kuat, dan mendasar sehingga memungkinkan warga
masyarakat memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan yang terjadi
pada dirinya berkaitan dengan usaha / pekerjaannya.
B. STRATEGI PENGEMBANGAN MUATAN LIFE SKILLS PADA PEMBELAJARAN
Strategi pengembangan muatan life skills pada pembelajaran yang berwawasan
kemasyarakatan meliputi :
1. Strategi Renung-Latih-Telaah ( RLT )
Strategi RLT yang berarti perenungan, pelatihan atau pembiasaan dan penelaahan
dikemukakan oleh Marwah Ibrahim. Menurutnya pendidikan yang berorientasi life
skills perlu dilaksanakan dengan strategi perenungan hakikat dan makna hidup / diri,
peltihan / pembiasaan tentang bagaimana mengelola ( manajemen ) hidup, dan
penelaahan kisah sukses tokoh-tokoh sukses.
Life skills merupakan kombinasi antara :
a. Perenungan tentang hakikat dan makna keberadaan kita sebagai manusia, makhluk
tersempurna dari seluruh ciptaan Tuhan
b. Pelatihan dan pembiasan praktis untuk mengelola hidup dan merencanakan masa
depan agar hidup lebih bermakna dan bermanfaat
c. Cuplikan kisah sukses beberapa tokoh nasional dan tokoh dunia untuk menjadi
sumber inspirasi dan motivasi.
2. Strategi Laerner Cantered
Dikembangkan oleh Direktorat Kepemudaan dengan mengadopsi strategi
pendidikan masyarakat, yang bercirikan bahwa pendidikan life skills diselenggarakan
dengan prinsip prinsip sebagai berikut :
a. Pengembangan berdasarkan minat dan kebutuhan individu dan/atau kelompok
sasaran
b. Pengembangan kecakapan terkait dengan karakteristik potensi wilayah setempat
(SDA dan potensi sosial budaya)
c. Pengembangan kecakapan dilakukan secara nyata sebagai dasar sektor usaha kecil
atau industry rumah tangga
d. Pengembangan kecakapan berdasarkan pada peningkatan kompetensi keterampilan
peserta didik untuk berusaha dan bekerja sehingga tidak terlalu teoritik namun lebih
bersifat aplikatif operasional
3. Strategi Kurkulum Berbasis Kompetensi
Berdasarkan kompetensi kurikulum pembelajaran dirancang sehingga ditemukan
formulasi materi yang perlu dikuasai peserta didik dalam mencakapkan dirinya untuk
melaksanakan kompetensinya.
4. Strategi Penguatan Pendidikan Ekstrakurikuler
Kegiatan belajar yang dilakukan diluar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di
sekolah / luar sekolah untuk lebih memperluas wawasan/ kemampuan, peningkatan dan
penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata
pelajaran.
Tujuan dari pendidikan ekstrakulikuler adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan dan memantapkan pengetahuan siswa
b. Mengembangkan bakat, minat, kemampuan, dan keterampilan dalam upaya
pembinaan pribadi
c. Mengenali hubungan antar pelajaran dalam kehidupan di masyarakat.
Pola penyelenggaran pembelajaran berorientasi life skills, salah satunya adalah
menggunakan 15 langkah, yaitu :
1. Penyiapan Diri
2. Penyiapan Lembaga Masyarakat
3. Mengidentifikasi Potensi Penyelenggara Program
4. Menyusun Rencana Kegiatan Pendidikan Kecakapan Hidup
5. Menyusun Kurikulum dan Strategi Pendidikan Kecakapan Hidup
6. Menyusun/Mengadakan Bahan belajar
7. Menyusun Instrumen Pemaantauan, Penilaian, dan Pendampingan
8. Melaksanakan Orientasi Bagi Pengelola dan Narasumber
9. Melaksanakan sosialisasi Program kepada Stakeholders
10. Melaksanakan Pembekalan/Pembelajaran
11. Malaksanakan Fasilitasi Pemandirian Kecakapan Hidup Peserta Didik
12. Mamantau, Menilai dan Memfasilitasi Pelaksanaan Program
13. Menilai Program Pendidikan Kecakapan Hidup
14. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan Hidup
15. Menyusun Rencana Tindak Lanjut Program
MODUL 9
MODEL MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL
Kegiatan Belajar 1
Model Pembelajaran Partisipatif
A. KONSEP PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Keikutsertaan peserta didik itu
diwujudkan dalam 3 tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu :
1. Perancanaan program (program planning), keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber sumber / potensi yang
tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
2. Pelaksanaan program (program implementation), keterlibatan peserta didik dalam
menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar.
3. Penilaian program (program evaluation), keterlibatan peserta didik dalam penilaian
pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran.
B. CIRI CIRI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
Adapun cirri cirri kegiatan pembelajaran partisipatif, antara lain :
1. Pendidik menempatkan diri pada kebutuhan tidak serba mengetahui terhadap semua
bahan belajar
2. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan
pembelajaran
3. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran
4. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik
5. Pendidik bersama peserta didik saling belajar
6. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situassi belajar yang kondusif
7. Pendidik mengembangkan kegaitan pembelajaran berkelompok
8. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi
9. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkanpermasalahan yang
dihadapi dalam kehidupannya.

C. PERAN PENDIDIK DALAM PEMBELAJARAN PARTISIPATIF


Peranan pendidik dalam pembelajarab partisipatif lebih banyak berperan sebagai
pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran
sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan pendidik dalam pembelajaran.
Knowles (1977) berpendapat bahwa langkah-langkah yang harus dilakukan pendidik
untuk membantu peserta didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan situasi kegiatab
dapat dilakukan dengan :
1. Membantu peserta didik menciptakan iklim belajar
2. Membantu peserta didik dalam menyusun kelpmpok belajar
3. Membantu peserta didik dalam mendiagnosis belajar
4. Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
5. Membantu peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
6. Membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran
7. Membantu peserta didik dalam penilaian hasil, proses dan pengaruh kegiatan
pembelajaran
Kegiatn Belajar 2
Model Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Dalam menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak harus sudah
megenal lingkungan keidupannya. Model pembelajaran kontekstual merupakan upaya pendidik
untuk menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik
dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan meraka.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual dilandasi aliran konstruktivisme yaitu yang
menekankan pada pengalaman langsung peserta didik sebagai kunci dalam pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelaaran konvensional,
tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran konstekstual lebih bersifat student centereddengan
proses pembelajarannya berlangsung alamiah dalam membentuk kegiatan peserta didik bekerja
dan mengalami. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih cenderungteacher centered, yang
dalam proses pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak dan
teoritis.
Dalam penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, tidak terlepas harus memperhatikan
komponen-komponen sebagai acuan utamanya, yaitu :
1. Konstruktivisme (construktivisme), landasan berpikir pembelajaran kontekstual bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia di dalam dirinya sedikit demi sedikit, yang hasilnya
dapat diperluas melalui konteks yang terbatas.
2. Pecarian (Inqury)
Tahapan yang harus dilalui dalam proses inquiry secara keseluruhan adalah kegiatan
pemberian dorongan, penyampaian rencana program pembelajaran, pelaksanaan inquiry,
umpan balik, dan penilaian tentang keseluruhan aspek yang sudah dicapai oleh siswa.
3. Bertanya (Questioning), awal dari pengetahuan yang dimiliki seseorang.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community), konsep ini menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.
5. Pemodelan (Modeling)
6. Refleksi (Reflection), cara berpikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment), proses pengumpulan data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Kegiatan belajar 3
Model Pembelajaran Mandiri
A. KONSEP PEMEBELAJARAN MANDIRI
Menurut Knowles (1975) belajar mandiri lebih ditekankan pada orang dewasa dengan
asumsi semakin dewasa peserta didik maka :
1. Konsep dirinya semakin berubah dari sikap ketergantungan terhadap pendidik kepada
sikap mengarahkan diri dan saling belajar di antara mereka
2. Makin bertambah pula pengalaman belajar mereka yang dapat dijadijan sumber belajar,
sedangkan orientasi belajar berubah dari penguasaan materi ke arah pemecahan
masalah.
3. Kesiapan belajarnya semakin dirasakan untuk menguasai tugas tugas yang berkaitan
dengan peranan mereka dalam kehidupan.
4. Perspektif waktunya semakin berorientasi pada penggunaan hasil belajar yang dapat
segera dimanfaatkan dalam kehidupan
5. Makin diperlukan keterlibatan mereka dalam perencanaan, diagnosis, kebutuhan,
penentuan tujuan belajar, dan evaluasi proses serta hasil belajar.

B. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPAN BELAJAR MANDIRI


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar mandiri :
1. Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar
2. Memiliki konsep diri
3. Berinisiatif
4. Memiliki kecintaan terhadap belajar
5. Kreativitas
6. Memiliki orientasi ke masa depan
7. Memiliki ketarampilan belajar

C. PERAN PENDIDIK DALAM BELAJAR MANDIRI


Menurut Rogers ( 1961 ), dalam pembelajaran mandiri, tutor berperan sebagai fasilitator
dan teman bagi peserta didik. Peran sebagai fasilitator yang harus dilakukan oleh pendidik
antara lain :
1. Mengupayakan / menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik memperoleh
pengalaman belajar.
2. Membantu peserta didik agar lebih memahami tujuan belajarnya.
3. Mendorong peserta didik untuk mengimplementasikan tujuan yang dicapai oleh setiap
peserta didik.
4. Berusaha mengorganisasi dan mencari kemudahan kemudahan dalam penggunaan
sumber / sarana belajar yang tersedia.
5. Berusaha menempatkan dirinya sendiri sebagai sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
oleh peserta belajar.
6. Dalam merespons setiap ekspresi peserta didik, pendidik harus menerimanya secara
intelektual dan bersikap empatik.
7. Dalam menciptakan iklim kondusif, pendidik mengupayakan partisipasi aktif peserta
didik.
8. Pendidik mengambil inisiatif dalam mengadakan urun rembuk guna membangkitkan
motivasi belajar.
9. Melalui pengalaman bersama dengan peserta didik, pendidik berpaya untuk selalu siap
dalam menunjukkan ekspresinya tentang perasaan yang dalam.
10. Dalam mengfungsikan kedudukannya sebagai fasilitator, pendidik selalu berusaha
meyakini dan menerima keterbatasan yang ada pada dirinya.
Dalam pembelajaran mandiri menekankan pada keaktifa peserta didik, yang lebih bersifat
student centered daripada teacher centered sehingga pendidik lebih banyak berperan sebagai
fasilitator dan teman.

Anda mungkin juga menyukai