Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

PDGK 4505/ Pembaharuan dalam Pembelajaran di SD

Nama : MELSI DAMAYANTI


Nim : 855757524

1. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu


bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran
konstruktivistik menurut Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-
objektif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme
terdapa beberapa bagian lagi, di antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial.
Uraikan keempat prinsip tersebut!
Jawab:
Berbeda dengan konstruktivistik kognitif dimana anak cenderung lebih bebas
mengkonstruk sendiri pengetahuannya dan peran guru hanya sebatas kabur tidak.
Sebaliknya, konstruktivistik sosial yang dipelopori Vygotsky mengedepankan
pengkonstruksian pengetahuan dalam konteks sosial sehingga peran guru menjadi
jelas dalam membantu anak mencapai kemandirian serta bertanggung jawab. Menurut
Santrock (2008) salah satu asumsi penting dari konstruktivistik sosial adalahsituated
cognitionyaitu ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan (disituasikan) dalam konteks
sosial dan fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Konsepsituated cognitionmenyatakan
bahwa pengetahuan dilekatkan dan dihubungkan pada konteks di mana pengetahuan
tersebut dikembangkan. Jadi idealnya, situasi pembelajaran diciptakan semirip
mungkin dengan situasi dunia nyata.Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
empat prinsip konstruktivistik sosial, antara lain :
1. Pembelajaran Sosial (social learning)
Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif
yaitu siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang
lebih cakap.
2. Zone of Proximal Development(ZPD)
Bahwa siswa akan mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD.
Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi
dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau
temannya (peer). Bantuan atau support diberikan agar siswa mampu. mengerjakan
tugas atau soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat perkembangan
kognitif anak.
3. Cognitive Apprenticeship
Yaitu proses yang digunakan seorang pelajar secara bertahap untuk memperoleh
keahlian melalui interaksi dengan ahli, bisa orang dewasa seperti gutuatau teman
sebaya yang lebih pandai. Pengajaran siswa adalah suatu bentuk masa
magang/pelatihan. Awalnya, guru memberi contoh kepada siswa kemudian membantu
murid mengerjakan tugas tersebut. Guru mendorong siswa untuk melanjutkan
tugasnya secara mandiri.
4. Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning)
Vygostky menekankan padascaffoldingyaitu bantuan yang diberikan oleh orang lain
kepada anak untuk membantunya mencapai kemandirian. Siswa diberi masalah yang
kompleks, sulit, dan realistik, dan diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan
masalah tersebut. Bantuan yang diberikan dapat berupa petunjuk, peringatan,
motivasi, menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang lebih mudah untuk
dipahami. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya
memecahkan permasalahan, yaitu:
1. Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.
2. Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
3. Siswa gagal meraih keberhasilan.
Dengan demikian implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan adalah sebagai
tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau
anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
dihadapi,kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik., peserta didik
diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya sehingga
guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor.

2. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi (enculturation) dan proses
akulturasi (acculturation). Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya
dalam pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing-masing!
Jawab :
Enkulturasi adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seorang individu dalam
mempelajari dan menyesuai kan pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem
norma, tata sosial, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaan nya.
Prosesnyadimulai oleh seseorang sejak ia masih kecil di dalam lingkungan keluarga,
tetangga, sudara, teman sepermainan atau di bahkan di dalam sekolah. Terjadinya
enkulturasi seringkali dimulai dari kegiatan belajar dengan meniru, kemudian dari
tindakan meniru tersebut dapat diinternalisasikan atau di masukan dalam kepribadiannya.
Dengan proses yang dilakukan berkali-kali, tindakan seseorang menjadi suatu pola
bahkan norma. Contoh enkulturasi dalam pendidikan misalnya saja ketika siswa sejak
kecil sudah terbiasa untuk mendapatkan pendidikan mengenal pancasila, sebagai
ideologi atau landasan negara yang tidak dapat diganggu gugat. Pengenalan ini
kemudian diterapkan terus menerus dalam kehidupan, hingga akhirnya anak tersebut
benar-benar mengenal ideologi bangsa bahkan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
didalamnya sehingga kebiasaan disiplin, bertanggung jawab, hidup rukun bahkan
semangat nasionalisme sudah terbawa hingga ia dewasa.
Sedangkan Akulturasi (acculturation) adalah perpaduan dua buahbudayayang
menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsurasli dalam budaya
tersebut. Misalnya. proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan
saling memengaruhi. Dalam bidang pendidikan sendiri, contoh akulturasi banyak sekali
diantaranya adalah masuknya Hindu-Budha yang mempengaruhi kehidupan masyarakat
Indonesia. Sebelumnya masyarakat Indonesia belum mengenal tulisan. Namun dengan
masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat Indonesia sudah mulai mengenal budaya
baca tulis. Beberapa bukti yang nyata adalah digunakannya bahasa Sansekerta dan
Huruf Pallawa dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut
terutama digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan.
3. Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang
telah ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada cara melakukan
sesuatu untuk kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan
kehidupan masyarakat serta kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain
terpenuhi. Uraikan karakteristik pembelajaran SETS!
Jawab:

Karakter pembelajaran SETS adalah :


1. Pembelajaran konsep IPA sains tetap diberikan
2. Peserta didik dibawah ke situasi untuk melihat teknologi yang terkait;
3. Peserta didik diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang
dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS yang ada kaitannya
4. Peserta didik dibawah untuk mempertimbngkan manfaat atau kerugian
menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi.
5. Peserta didik mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian bila ada yang
dirimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan
Masyarakat
6. Dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang SETS
berkaitan dengan konsep sains yang diajarkan, dari berbagai mavam titik awal
tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.

4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak
tahun 1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal
dan Finn (1992) terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap
taken for granted and ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan
sendirinya atau malah dilupakan. Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa
tuntutan terhadap paradigma baru terkait dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan
paradigma baru dalam program pendidikan tersebut!
Jawab :

Ada lima jenis program pendidikan yang disesuikan dengan kondisi masa kini dan dapat
mengantisipasi masa depan yaitu:
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan keguruan
3. Pendidikan luar biasa
4. Pendidikan kedianasan
5. Pendidikan keagamaan
Selanjutnya sesuai dengan konsep desentralisasi pendidikan, maka kurikulum yang
akan dilaksanakan harus mengandung dua unsur, yaitu unsur-unsur nasional dan
unsur-unsur lokal.
Unsur-unsur tersebut melahirkan dua macam kurikulum pada setiap lembaga
pendidikan, yaitu:
1. Kurikulum nasonal
2. Kurikulum lokal
5. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari
pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan
individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan
adalah PKKBI. PKKBI membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami
permasalahan yang terjadi dilingkungan secara cerdas. Uraikan karakteristik substansif
dan psikopedagogis PKKBI!
Jawab:

Model PKKBI memiliki karakteristik substansi dan psiko-pedgogis sebagai berikut :


1. Bergerak dalam konteks substantif dan sosio-kultural kebijakan public Sebago salah
satu koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahan interaksi warga negara
Indonesia yang cerdas, pratisifatif, dan bertanggung jawab, yang secara kulikuler dan
pedagogis merupakan misi utama Pendidikan kewarganegaraan.
2. Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis
pengalaman utuh peserta didik” yang dirancang dalam design pembelajaran yang
memadukan secara sinergis model-model social problem (pemacahan masalah),
social inquiri (penelitian sosial), Social involvement (perlibatan sosial), cooperative
learning (belajar Bersama), simulated hearing (simulasi dengan pendapat) dll.

Anda mungkin juga menyukai