Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ririn Anggri Yani

Nim : 856021446

Program Studi : S1-PGSD

Mata Kuliah : Pembaharuan Dalam Pembelajaran di SD

Pokjar / UPBJJ: Binjai / UT-Medan

TUGAS TUTORIAL 2
1. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Hakikat pembelajaran konstruktivistik menurut
Brooks & Brooks (1993) adalah pengetahuan bersifat non-objektif, bersifat temporer, selalu
berubah, dan tidak menentu. Di dalam konstruktivisme terdapa beberapa bagian lagi, di
antaranya adalah empat prinsip konstruktivistik sosial. Uraikan keempat prinsip tersebut!

Jawab :

konstruktivistik sosial yang dipelopori Vygotsky mengedepankan pengkonstruksian pengetahuan


dalam konteks sosial sehingga peran guru menjadi jelas dalam membantu anak mencapai
kemandirian. Dari Piaget ke Vygotsky ada pergeseran konseptual dari individual ke kolaborasi,
interaksi sosial, dan aktivitas sosiakultural. Pengertian belajar menurut konstruktivistik sosial
adalah proses perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat munculnya pemahaman baru yang
dibangun dalam konteks sosial sebelum menjadi bagian pribadi individu.

Menurut Santrock (2008) salah satu asumsi penting dari konstruktivistik sosial adalah situated
cognition yaitu ide bahwa pemikiran selalu ditempatkan (disituasikan) dalam konteks sosial dan
fisik, bukan dalam pikiran seseorang. Konsep situated cognition menyatakan bahwa pengetahuan
dilekatkan dan dihubungkan pada konteks di mana pengetahuan tersebut dikembangkan. Jadi
idealnya, situasi pembelajaran diciptakan semirip mungkin dengan situasi dunia nyata.

Menurut Vygotsky dalam Slavin (2008) ada empat prinsip konstruktivistik sosial:

1) Pembelajaran Sosial (social learning)

Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky


menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman
yang lebih cakap. Pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang terjadi ketika murid bekerja
dalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar.
2) Zone of Proximal Development (ZPD)

Bahwa siswa akan mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa
bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat
memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer). Bantuan
atau support diberikan agar siswa mampu mengerjakan tugas atau soal yang lebih tinggi tingkat
kerumitannya daripada tingkat perkembangan kognitif anak.

Bila materi yang diberikan di luar ZPD maka ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, materi
tersebut tidak menantang atau terlalu mudah untuk diselesaikan. Kedua, materi yang disajikan
terlalu tinggi dibandingkan kemampuan awal sehingga anak kesulitan untuk menguasai apalagi
menyelesaikannya, bahkan anak bisa mengalami frustasi.

3) Cognitive Apprenticeship

Yaitu proses yang digunakan seorang pelajar untuk secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksi dengan pakar, bisa orang dewasa atau teman yang lebih tua/lebih pandai. 
Pengajaran siswa adalah suatu bentuk masa magang/pelatihan. Awalnya, guru memberi contoh
kepada siswa kemudian membantu murid mengerjakan tugas tersebut. Guru mendorong siswa
untuk melanjutkan tugasnya secara mandiri.

4) Pembelajaran Termediasi (Mediated Learning)

Vygostky menekankan pada scaffolding yaitu bantuan yang diberikan oleh orang lain kepada
anak untuk membantunya mencapai kemandirian. Siswa diberi  masalah  yang  kompleks,
sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa.
Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan
masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri. Vygotsky
mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan,
yaitu:

1. Siswa mencapai keberhasilan dengan baik.


2. Siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan.
3. Siswa gagal meraih keberhasilan.

2. Proses pembudayaan terjadi dalam bentuk proses enkulturasi (enculturation) dan proses
akulturasi (acculturation). Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam
pendidikan anak! Berikanlah contohnya masing-masing!

Jawab :

Akulturasi adalah suatu proses social yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri

Contoh akulturasi :

 Salah satu bukti akulturasi dalam bidang pemerintahan, misalnya seorang raja harus
berwibawa dan dipandang memiliki kekuatan gaib seperti pada pemimpin masa sebelum
Hindu-Buddha.Karena raja memiliki kekuatan gaib, maka oleh rakyat raja dipandang
dekat dengan dewa.Raja kemudian disembah, dan kalau sudah meninggal, rohnya dipuja-
puja.
 Contoh-contoh akulturasi juga dapat ditemukan di ranah sosial yang terjadi selama
kerajaan Hindu-Budha. Ini adalah pengaruh kepercayaan Hindu yang mengakui sistem
kasta untuk menentukan status sosialnya pada waktu itu. Akibatnya, telah terjadi
perubahan dalam tatanan sosial masyarakat. Perubahan dalam struktur sosial masyarakat
ini disebabkan oleh pengenalan sistem kasta yang ada dalam agama Hindu, sehingga ada
kelas dan kasta yang berbeda untuk setiap orang.

Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Enkulturasi menyebabkan budaya masyarakat tertentu bergerak dinamis
mengikuti perkembangan jaman. Mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui
proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan system norma, adat, dan
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.

Contoh Enkulturasi
Berikut ini beberapa contoh bentuk enkulturasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat juga
dalam kebudayaan dan pendidikan diantaranya yaitu:

 Kebiasaan tidur siang seseorang, dimana seseorang yang sudah biasa dengan keteraturan
tidur siang yang dilakukan maka itu akan ia lakukan secara terus menerus bahkan setelah
berkeluarga dan keluarga barunya kemungkinan juga akan memiliki kebiasaan yang
sama.
 Perilaku suku Baduy yang menutup diri dari pengaruh dunia luar yang dianggap akan
berdampak buruk bagi kehidupan mereka. Hal ini secara turun temurun tertanam pada
generasi suku baduy, sehingga tak heran apabila kebudayaan tak menerima
perkembangan.

Perbedaan antara enkulturasi dan akulturasi dapat ditarik dengan jelas dengan alasan berikut:

1. Enculturation adalah proses pembelajaran budaya di mana seseorang datang untuk


mengetahui tentang aturan, nilai-nilai dan pola perilaku / budaya asli mereka sendiri.
Sebaliknya, akulturasi mengacu pada proses pembelajaran budaya di mana anggota
kelompok budaya tertentu dipengaruhi oleh budaya lain, dengan melakukan kontak
dengannya dan mengadopsinya sampai taraf tertentu.
2. Enculturation adalah pengenalan pertama dan terpenting seseorang terhadap budaya,
yang terjadi sesaat setelah kelahiran. Sebaliknya, akulturasi adalah sosialisasi berikutnya
dengan budaya yang berbeda.
3. Dalam enkulturasi, seseorang belajar atau memperoleh budaya sendiri, yang menjadi
miliknya. Sebaliknya, dalam akulturasi, budaya seseorang digolongkan oleh budaya lain.
4. Enculturation hanya mengandung satu budaya, sedangkan dua budaya atau lebih ada
dalam akulturasi.
5. Enculturation adalah persyaratan penting bagi seorang individu untuk bertahan hidup
dalam masyarakat, yang terjadi tanpa pengaruh apa pun. Sebagai lawan, akulturasi bukan
suatu keharusan, untuk bertahan hidup, tetapi seseorang dapat mempelajari budaya orang
lain bila diperlukan.
6. Enculturation tidak mengarah pada modifikasi dalam budaya yang ada. Di sisi lain, dalam
kasus transformasi akulturasi dalam budaya seseorang atau penggabungan dua budaya
atau lebih terlihat.
7. Dalam kasus enkulturasi, tidak ada risiko asimilasi, sedangkan jika akulturasi berlanjut
untuk waktu yang lama, maka akan menghasilkan asimilasi.

3. Pembelajaran SETS tidak hanya memperhatikan isu masyarakat dan lingkungan yang telah
ada dan mengaitkannya dengan unsur lain, tetapi juga pada cara melakukan sesuatu untuk
kepentingan masyarakat dan lingkungan itu yang memungkinkan kehidupan masyarakat serta
kelestarian lingkungan terjaga sementara kepentingan lain terpenuhi. Uraikan karakteristik
pembelajaran SETS!

Jawab :

Pembelajaran SETS yang sangat bertumpu pada pembelajaran sains, memiliki beberapa
karakteristik, yaitu :

a. Siswa dibawa ke dalam situasi untuk pemanfaatan konsep sains yang berbentuk teknologi
untuk kepentingan masyarakat.
b. Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam
proses pengalihan (transfer) sains ke dalam bentuk teknologi.
c. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan antara unsur sains yang dipelajari
dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar
unsur tersebut.
d. Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian dari penggunaan konsep
sains tersebut apabila diubah dalam bentuk teknologi.
e. Dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak berbincang tentang SETS dari berbagai
macam arah, dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang
dimiliki oleh yang bersangkutan.

4. Secara konstitusional sesungguhnya pendidikan demokrasi dan HAM sudah ada sejak tahun
1945 yang ditujukan unuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Menurut Gandal dan Finn (1992)
terutama di Negara berkembang, Pendidikan demokrasi sering dianggap taken for granted and
ignored yaitu dianggap sebagai hal yang akan terjadi dengan sendirinya atau malah dilupakan.
Apabila dalam program pendidikan, terdapat beberapa tuntutan terhadap paradigma baru terkait
dengan demokrasi dan HAM. Uraikan tuntutan paradigma baru dalam program pendidikan
tersebut!

Jawab :

Tuntutan Paradigma baru pembaruan pendidikan tidak mungkin terjadi tanpa adanya
pembaruan paradigma. Pembaruan paradigma pendidikan harus dapat mengembangkan tingkah
laku yang menjawab tantangan internal dan global. Paradigma tersebut haruslah mengarah
kepada lahirnya generasi bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan dan penyusunan kurikulum yang sentralistik harus diubah dan
disesuaikan dengan tuntutan pendidikan yang demokratis.

Demikian pula dalam menghadapi globalisasi, maka proses pendidikan haruslah dapat
meningkatkan kemampuan berkompetisi di dalam kerja sama, inovatif, dan meningkatkan
kualitas. Oleh sebab itu, paradigma baru pendidikan nasional dapat mengembangkan
kebhinekaan menuju satu masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis. Dengan demikian,
paradigma baru pendidikan nasional haruslah dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah.
Kebijakan tersebut dapat dijabarkan dalam berbagai program pengembangan pendidikan
nasional secara bertahap dan berkelanjutan (Tilaar, 2000:19).

5. Secara keilmuan, pendidikan demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari pendidikan
kewarganegaraan, yang pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan individu menjadi warga
negara yang cerdas dan baik. Salah satu model yang digunakan adalah PKKBI. PKKBI
membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami permasalahan yang terjadi
dilingkungan secara cerdas. Uraikan karakteristik substansif dan psikopedagogis PKKBI!

Jawab :

PKKBI adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti
menuangkan air kedalam gelas (watering down) seharusnya diubah menjadi pendekatan yang
lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika. PKKBI
membelajarkan siswa memiliki kepekaan sosial dan memahami permasalahan yang terjadi
dilingkungan secara cerdas. Dari proses itu siswa dapat juga diharapkan memiliki kecakapan
atau kecerdasan rasional, emosional, sosial dan spiritual yang tinggi dalam pemecahan
permasalahan sosial dalam masyarakat. PKKBI sebagai lab demokrasi, sikap dan perilaku
demokratis perlu berkembang bukan melalui mengajar demokrasi (teaching democracy), akan
tetapi melalui penerapan cara hidup berdemokrasi (doing democracy) sebagai modus
pembelajaran. Melalui penerapan demokrasi, siswa diharapkan akan secepatnya memahami
bahwa demokrasi itu penting bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Model PKKBI memilki karakeristik substansi dan psikopedagogis sebagai beikut:


1. Bergerak dalam konteks substansif dari sosio-kultural kebijakan publik sebagai salah satu
koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara
dalam melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara
Indonesia yang cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler dan
pedagogis merupakan misi utama pendidikan kewarganegaraan.
2. Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis
pengalaman utuh peserta didik” dan potofolio-assisted assesment atau ”penilaian
berbantuan hasil belajar utuh peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran
yang memadukan secara sinergis model-model social problem solving (pemecahan
masalah), social inquiry (penelitian sosial), social involement (perlibatan
sosial), cooperativel learning (belajar bersama), simulated hearing (simulasi dengar
pendapat), deep-dialogues and critical thinking (dialog mendalam dan berpikir
kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching (pembelajaran
demokrasi)”. Dengan demikian pembelajaran ini potensial mengahsilkan “powerful
learning” atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pedagogis bercirikan
prinsip “meaningful (bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis
nilai), chalenging (menantang), activating (mengaktifkan), and joyfull (menyenangkan)”.
3. Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah
strategi pemecahan masalah dengan langkah-langkah, identifikasi masalah, pemilihan
masalah, pengumpulan data, pembuaatn portofolio, show case, dan refleksi. Sedangkan
kemasan portofolionya mencakup panel sajian/file dokumentasi dikemas dengan
menggunakan sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternatif kebijakan, usulan
kebijakan, dan rencana tindakan. Sementara itu kegiatan show case didesain sebagai
forum dengar pendapat (simulated public hearing).

Sumber : modul PDGK4505. Pembaruan Dalam Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai