Nim : 835146635
TUGAS TUTORIAL II
Berdasarkan uraian diatas maka secara umum ada empat prinsip dasar
konstruktivisme dalam pembelajaran :
Pengetahuan terdiri atas konstruksi masa silam, memberikan arti bahwa manusia
mengkonstruksi pengetahuannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang
mentransformasi, mengorganisasi dan menginterpretasikan pengalamnnya.
Pengkonstruksian pengetahuan terjadi melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Manusia menggunakan asimilasi sebagai suatu kerangka logis dalam
menginterpretasikan informasi baru dan dengan akomodasi dalam memecahkan
kontradiksi-kontradiksi sebagai bagian dari proses regulasi diri yang lebih luas.
Belajar merupakan suatu proses organic penemuan lebih dari proses mekanik yang
akumulatif. Penganut konstruktivisme menganut posisi bahw abelajar harus meperoleh
pengalaman berhipotesis, memprediksi, memanipulasi objek berimajinasi dan
melakukan penemuan dalam upaya mengembangkan struktur kognitif.
Mengacu pada mekanisme yang memungkinkan terjadinya perkembangan struktur
kognitif. Belajar bermakna, akan terjadi melalui proses refleksi dan resolusi konflik.
1. Proses Top-Down, yang berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang
kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan
bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan. Sebagai contoh siswa
dapat diminta untuk menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar
tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda baca.
2. Pembelajaran kooperatif yaitu siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
temanya.
3. Generative learning (pembelajaran generatif) yaitu belajar itu ditemukan meskipun
apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi
mental dengan informasi itu untuk membuat informasi masuk kedalam pemahaman
mereka.
4. Pembelajaran dengan penemuan yaitu, siswa didorong untuk belajar sebagian besar
melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip,
dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
mmungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2. Jelaskan perbedaan proses enkulturasi dan akulturasi budaya dalam pendidikan anak!
Berikanlah contohnya masing-masing
Enkulturasi Kebudayaan, adalah suatu proses belajar yang berlangsung seumur hidup di
mana seseorang menyesuaikan pikiran juga sikap dan perilakunya atas adat dan istiadat,
norma juga perangkat peraturan yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Enkulturasi ini pada pokoknya adalah suatu proses dalam mempelajari sistem nilai juga
sistem norma dalam kebudayaan yang berlangsung seumur hidup pada diri seseorang.
Contoh enkulturisasi kebudayaan ini adalah seseorang anak yang sejak kecil belajar betapa
pentingnya untuk sarapan sehingga hal ini kemudian menjadi bagian dari kebudayaan yang
tertanam kuat.
Akulturasi Budaya adalah pertemuan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda di mana
masing-masing kebudayaan ini saling memperkaya kebudayaannya tanpa meninggalkan
identitas budaya aslinya.
Contoh akulturasi budaya ini adalah bangunan masjid yang merupakan perpaduan budaya
indonesia dan arab (islam).
1. Bergerak dalam konteks substansif dari sosio-kultural kebijakan publik sebagai salah satu
koridor demokrasi yang berfungsi sebagai wahana interaksi warga negara dengan negara dalam
melaksanakan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya sebagai warga negara Indonesia yang
cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler dan pedagogis merupakan
misi utama pendidikan kewarganegaraan.
2. Menerapkan model portofolio-based learning atau “model belajar yang berbasis pengalaman
utuh peserta didik” dan potofolio-assisted assesment atau ”penilaian berbantuan hasil belajar
utuh peserta didik” yang dirancang dalam desain pembelajaran yang memadukan secara
sinergis model-model social problem solving (pemecahan masalah), social inquiry (penelitian
sosial), social involement (perlibatan sosial), cooperativel learning (belajar bersama),
simulated hearing (simulasi dengar pendapat), deep-dialogues and critical thinking (dialog
mendalam dan berpikir kritis), value clarification (klarifikasi nilai), democratic teaching
(pembelajaran demokrasi)”. Dengan demikian pembelajaran ini potensial mengahsilkan
“powerful learning” atau belajar yang berbobot dan bermakna yang secara pedagogis
bercirikan prinsip “meaningful (bermakna), integrative (terpadu), value-based (berbasis nilai),
chalenging (menantang), activating (mengaktifkan), and joyfull (menyenangkan)”.
3. Kerangka operasional pedagogis dasar yang digunakan adalah modifikasi langkah strategi
pemecahan masalah dengan langkah-langkah, identifikasi masalah, pemilihan masalah,
pengumpulan data, pembuaatn portofolio, show case, dan refleksi. Sedangkan kemasan
portofolionya mencakup panel sajian/file dokumentasi dikemas dengan menggunakan
sistematika identifikasi dan pemilihan masalah, alternatif kebijakan, usulan kebijakan, dan
rencana tindakan. Sementara itu kegiatan show case didesain sebagai forum dengar pendapat
(simulated public hearing).
Fokus perhatian dari model ini adalah mengembangkan “civic knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), civic dispossotions (kebijakan kewarganegaraan), civic skill (keterampilan
kewarganegaraan), civic commitment (komitmen kewarganegaraan), civic confidence
(kepercayaan diri kewarganegaraan), civic competence (kompetensi kewarganegaraan), yang
bermuara pada berkembangnya well-informed, reasoned, and responsible decision making
(kemampuan mengambil keputusan, berwawasan, bernalar, dan bertanggung jawab).