Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Salah


satunya sebagai media yang berfungsi menjadikan manusia lebih baik dari
sebelumnya. Peran penting lainnya adalah untuk memenusiakan manusia.
Akan tetapi, pada kenyataaan sebagian orang hanya memahami secara
garis besar hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Beberapa hanya
mengetahui pendidikan sebagai sarana belajar, terutama sarana belajar dalam
bidang akademis. Sehingga pengertian pendidikan secara mendasar kurang
dipahami.
Maka dari penulisan makalah ini, dapat diketahui pengertian pendidikan
secara mendasar, baik pengertian secaraa luas atau sempit. Selain itu dibahas
pengertian pendidikan baerdasarkan ruang lingkupnya, pandekatan ilmiah dan
pendekatan sistem.

1.2 Rumusan Masalah


Supaya dalam pembahasan dan penulisan makalah ini lebih terarah dan
mudah untuk dipahami, maka penulis merumuskan masalah-masalah,yaitu sebagai
berikut :
1.  Apa pengertian pendidikan dalam arti luas?
2. Apa pengertian pendidikan dalam ati sempit?
3. Apa pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah?
4. Apa pengertian pendidikan berdasarkan sistem?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari penulisan makalah yaitu:
1. Mengetahui pengertian pendidikan dalam arti luas
2. Menetahui pengertian pendidikan dalam ati sempit
3. Mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah

1
4. Mengetahui pengertian pendidikan berdasarkan sistem

1.4    Ruang Lingkup


Pembuatan makalah yang penulis lakukan hanya difokuskan pada
pengertian pendidikan secara mendasar baik secara luas dan sempit, pengertian
pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah, pengertian pendidikan berdasarkan
sistem.

  

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan berdasarkan Ruang Lingkupnya

Adapun pendidikan berdasarkan ruang lingkupnya akan dibahas satu-

persatu.

2.1.1 Pengertian pendidikan dalam Arti Sempit

Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara


pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat.
Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di
selenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh
yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya
agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap
hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka). Dalam arti sempit,
pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta
didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan
pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan
ditetapkan oleh para siswanya.
2. Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup
bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan
lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan
dalam satuan waktu.
Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang
diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan
sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang
menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal
(sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk

3
pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa
terbatas pada pendidik profesional atau guru.
1. Setiap disiplin ilmu memiliki objek formal yang berbeda.
a. Hasil studi terhadap objek formalnya masing-masing, setiap disiplin ilmu
menghasilkan perbedaan pula mengenai konsep atau definisi yang identik dengan
pendidikan.
b. Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik dengan sosialisasi
(socialization).
c. Berdasarkan pendekatan antropologi, pendidikan identik dengan enkulturasi
(enculturation).
d. Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan identik dengan penanaman
modal pada diri manusia (human investment).
e. Berdasarkan pendekatan politik, pendidikan identik dengan civilisasi
(civilization).
f. Berdasarkan pendekatan psikologis, pendidikan identik dengan personalisasi
atau individualisasi (personalization atau inividualization).
g. Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan identik dengan adaptasi

(adaptation).

2.1.2 Pengertian pendidikan dalam Arti Luas

Pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia
sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,
masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan dalam
arti luas juga dapat diartikan hidup (segala pengalaman belajar yang berlangsung
dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang
mempengaruhi pertumbuhan individu, suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir).
Jadi pendidikan dalam arti luas, hidup adalah pendidikan, dan pendidikan adalah
hidup (life is education, and education is life). Maksudnya bahwa pendidikan

4
adalah segala pengalaman hidup (belajar) dalam berbagai lingkungan yang
berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi pertumbuhan atau
perkembangan individu.
Dalam arti luas, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup individu, tidak ditentukan oleh
orang lain.
2. Pendidikan berlangsung kapan pun, artinya berlangsung sepanjang hayat (life
long education). Karena itu pendidikan berlangsung dalam konteks hubungan
individu yang bersifat multi dimensi, baik dalam hubungan individu dengan
Tuhannya, sesama manusia, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
3. Dalam hubungan yang besifat multi dimensi itu, pendidikan berlangsung
melalui berbagai bentuk kegiatan, tindakan, dan kejadian, baik yang pada awalnya
disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
4. Berlangsung bagi siapa pun. Setiap individu anak-anak atau pun orang dewasa,
siswa/mahasiswa atau pun bukan siswa/ mahasiswa dididik atau mendidik diri.
5. Pendidikan berlangsung dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada schooling
saja. Pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, masyarakat, dan di
dalam lingkungan alam dimana individu berada. Pendidik bagi individu tidak
terbatas pada pendidik profesional.

2.2 Pengertian Pendidikan berdasarkan Pendekatan Ilmiah


Pendidik karena kedudukannya, adalah seorang pengambil keputusan.
Setiap hari pada waktu melaksanakan proses pendidikan , pendidik dihadapkan
pada tugas mngambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pengalaman
belajar, mengajar, membimbing mahasiswa, mengorganisasi sistem sekolah, dan
banyak lagi hal – hal yang lain.
1. Sumber-sumber pendidikan.
a. Pengalaman.
Pengalaman adalah sumber pengetahuan yang telah banyak diketahui dan

digunakan orang. Kearifan yang ditemukan dari generasi ke generasi merupakan

5
hasil dari pengalaman, apabila kita tidak mengambil manfaat ari pengalaman itu

mungkin kemajuan akan sangat terhambat. Kemampuan untuk belajar dari

pegalaman sering dianggap sebagai ciri utama dari perilaku cerdas manusia.

Meskipun demikian, sebagi sumber kebenaran, pengalaman mempunyai

keterbatasan. Hal ini karena ada tidaknya pengaruh suatu kejadian terhadap

seseorang akan bergantung kepada siapa orang itu. Kelemahan lain dari

pengalaman ialah bahwa sering kali seseorang perlu mengetahui hal – hal yang

tidak dapat dipelajari/diketahui lewat pengalamannya sendiri.

b. Otoritas

Otoritas atau wewenang sering dijadikan orang dalam hal – hal yang sulit
atau yang tidak mungkin diketahui melalui pengalaman pribadi. Artinya, orang
mencari jawab dari pertanyaan itu dari orang lain yang telah mempunyai
pengalaman dalam hal itu, atau yang telah mempunyai sumber keahlian lainnya.
Erat hubungannya dengan wewenang adalah kebiasaan dan tradisi, yang kita
jadikan pegangan guna menjawab pertanyaan yang ada hubungannya dengan
profesi kita maupun untuk memecahkan masalah sehari – hari.

c.       Cara berfikir deduktif


Cara berpikir deduktif dapat dirumuskan sebagai suatu proses berpikir yang
bertolak dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus
dengan memakai kaidah logika tertentu. Hal ini dilakukan melalui serangkaian
pernyataan yang disebut silogisme, yang terdiri atas :
1)      Dasar pemikiran utama premis mayor
2)      Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3)      Kesimpulan
Contoh silogisme :
Premis pertama: Semua manusia adalah makhluk hidup (dasar pemikiran utama)

6
Premis kedua : Socrates adalah seorang manusia (dasar pemikiran kedua) oleh
karena itu
Kesimpulan : Socrates adalah makhluk hidup

d.      Cara berfikir induktif


Kesimpulan yang berasal dari cara berpikir deduktif hanya benar apabila
premis yang menjadi dasar kesimpulan itu benar. Francis Bacon (1561-1626),
berpendapat bahwa para pemikir hendaknya tidak merendahkan diri begitu saja
dengan menerima premis orang yang punya otoritas sebagai kebenaran mutlak.
Bacon menyatakan agar para pencari kebenaran mengamati alam secara langsung
dan membersihkan pikiran dari purbasangka dan gagasan-gagasan yang telah
terbentuk sebelumnya, yang disebutnya sebagai “pujaan” (idol).
Menurut sistem Bacon, pengamatan dilakukan pada kejadian-kejadian tertentu
di dalam kelas. Kemudian, berdasarkan kejadian-kejadian yang diamati tersebut,
ditarik kesimpulan-kesimpulan tentang seluruh kelas. Pendekatan ini dikenal
sebagai cara berpikir induktif.

e. Pendekatan ilmiyah
Pendekatan ilmiah biasanya dilukiskan sebagai proses dimana
penyelidikan secara induktif bertolak dari pengamatan mereka menuju hipotesis.
Kemudian secara deduktif peneliti bergerak dari hipotesis ke implikasi logis
hipotesis tersebut. Mereka menarik kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai
akibat yang akan terjadi apabila hubungan yang diduga itu benar. Apabila
implikasi yang diperoleh secara deduktif  ini sesuai dengan pengetahuan yang
sudah diterima dengan data empiris (yang dikumpulkan). Berdasarkan bukti-bukti
ini, maka hipotesis itu dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah dalam pendekatan ilmiah:
1)      Perumusan masalah
Penyelidikan ilmiah bermula dari suatu masalah atau persoalan yang
memerlukan pemecahan. Agar dapat diselidiki secara ilmiah, suatu persoalan
harus mempunyai satu ciri penting: persoalan tersebut harus dapat dirumuskan
sedemikian rupa, sehingga dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan di

7
dunia ini. Persoalan-persolan yang menyangkut pilihan atau nilai-nilai tidak dapat
dijawab atas dasar informasi faktual belaka.
2)      Pengajuan hipotesis
Langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis yang merupakan
penjelasan sementara tentang masalah itu. Tahap ini mengharuskan penelitian
membaca bacaan yang berkaitan dengan masalah itu dan berpikir lebih mendalam
lagi.
3)      Cara berfikir induktif
Melalui proses berpikir deduktif, implikasi hipotesis yang diajukan itu, yaitu
apa yang akan dapat diamati jika hipotesis tersebut benar ditetapkan.
4)      Pengumpulan analisis data
Hipotesis atau lebih tepatnya implikasi yang diperoleh melalui deduksi, diuji
dengan jalan mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah yang
diselidiki melalui pengamatan, tes dan eksperimentasi.
5)      Penerimaan atau penolakan hipotesis
Setelah data dikumpulkan, maka hasilnya dianalisis untuk menetapkan apakah
penyelidikan memberikan bukti-bukti yang mendukung hipotesis atau tidak.
Contoh pendekatan ilmiah :
Ada dua macam logika yang dipergunakan disini, yaitu deduktif dan induktif.
Kesimpulan induktif dimulai dengan pengamatan mesin sehingga sampai pada
kesimpulan umum. Misalnya, jika sepeda motor itu melintasi gundukan tanah
kemudian mesinnya mogok, melintasi gundukan tanah lainnya kemudian mogok
lagi, dan ketika melintasi gundukan tanah lainnya kemudian mogok lagi,
sedangkan ketika melintasi jalan panjang yang halus, mesin tidak mengalami
kemacetan tetapi ketika melintasi gundukan tanah yang keempat mesin itu mogok
lagi, maka secara logis orang dapat menyimpulkan bahwa mesin itu disebabkan
oleh gundukan tanah. Itulah induksi : cara berpikir berdasarkan pengalaman –
pengalaman khusus menuju kebenaran umum. Sedangkan deduktif adalah
sebaliknya.
Pemecahan masalah yang terlalu rumit bagi orang awam dicapai melalui
deretan panjang kesimpulan-kesimpulan induktif dan deduktif yang menyelip

8
diantara pengamatan mesin dan ingatan akan urutan mesin yang terdapat di dalam
buku pedoman. Proses yang benar bagi jalinan ini dirumuskan sebagai metode
ilmiah.
Pernyataan-pernyataan logis yang dimasukkan ke dalam buku catatan dibagi
menjadi:
1)      Pengungkapan masalah
2)      Hipotesis mengenai sebab masalah tersebut

3)      Percobaan-percobaan yang dirancang untuk menguji tiap-tiap hipotesis

4)      Hasil-hasil percobaan yang diramalkan

5)      Hasil-hasil percobaan yang dinikmati

6)      Kesimpulan yang ditarik dari hasil-hasil percobaan tersebut


Tujuan metode ilmiah yang sebenarnya ialah untuk meyakinkan seseorang
bahwa Alam tidak menyesatkan, sehingga tak seorangpun merasa mengetahui
sesuatu yang sebenarnya tidak diketahuinya.
Pendekatan yang berhati-hati terhadap pertanyaan-pertanyaan awal ini
menjaga agar tidak dilakukan kesalahan pokok yang dapat mengakibatkan kerja
tambahan selama berminggu-minggu atau bahkan dapat membuat seseorang
terhenti sama sekali. Karena itu, maka pertanyaan-pertanyaan ilmiah sering
tampak mengada-ada. Pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dengan maksud
mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang parah di kemudian hari.

2.3 Pengertian Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem

Berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan dapat didefinisikan sebagai


suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan
secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (mentransformasi
input menjadi out put).
Sistem pendidikan merupakan salah satu sistem dari sejumlah sistem
lainnya (seperti sistem ekonomi, sistem politik, dsb.) yang berada di dalam suatu
supra sistem (masyarakat). Sistem pendidikan juga merupakan sistem buatan
manusia yang bersifat terbuka, artinya sistem yang sengaja diciptakan manusia

9
dengan mengambil input dari masyarakat dan memberikan out put-nya kepada
masyarakat. Sebab itu, antara sistem pendidikan dengan sistem lainnya yang ada
di dalam masyarakat akan saling mempengaruhi.
Menurut P.H. Coombs (Odang Muchtar, 1976), ada tiga jenis sumber input
dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu :
1.ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku di dalam
masyarakat;
2.penduduk serta tenaga kerja yang berkualitas;
3.ekonomi atau penghasilan masyarakat.
Dari ketiga jenis sumber input di atas itulah komponen-komponen sistem
pendidikan dibangun, adapun komponen sistem pendidikan tersebut meliputi:
1.Tujuan dan prioritas. Komponen ini berfungsi untuk mengarahkan semua
kegiatan sistem.
2.Siswa atau peserta didik. Komponen ini berfungsi untuk belajar atau menjalani
proses pendidikan.
3.Pengelolaan atau management.Komponen ini berfungsi mengkoordinasikan,
mengarahkan dan menilai sistem pendidikan.
4.Struktur dan jadwal. Komponen ini berfungsi mengatur waktu dan
pengelompokan siswa menurut tujuantujuan tertentu.
5.Isi atau kurikulum. Komponen ini berfungsi sebagai bahan atau apa yang harus
dipelajari siswa.
6.Guru atau pendidik. Komponen ini berfungsi membantu menyediakan bahan
dan menyelenggarakan
7.kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk siswa.
8.Alat bantu belajar. Komponen ini berfungsi agar KBM menjadi lebih menarik,
bervariasi dan mudah.
9.Fasilitas. Komponen ini berfungsi menyediakan tempat untuk terjadinya
kegiatan belajar mengajar (KBM).
10.Teknologi. Komponen ini berfungsi untuk memperlancar KBM.
11.Kontrol kualitas. Komponen ini berfungsi membina sistem peraturan dan
kriteria pendidikan.

10
12.Penelitian. Komponen ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan,
penampilan sistem, dan hasil kerja sistem.
13.Biaya. Komponen ini berfungsi sebagai petunjuk tingkat efisiensi sistem
pendidikan.
Menurut Rakhmat W., komponen siswa tergolong raw input (masukan mentah),
sedangkan komponen lainnya seperti guru, kurikulum, dsb. tergolong instrumental
input (Odang Muchtar, 1976). Input lain yang turut mempengaruhi sistem
pendidikan adalah environmental input yang antara lain berupa faktor sosial
budaya, keamanan lingkungan, dsb.
Di dalam sistem pendidikan berlangsung suatu proses pendidikan. Proses
ini pada dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai komponen
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau mentransformasi raw
input (siswa) menjadi out put pendidikan, adapun out put pendidikan adalah
manusia terdidik.

11
BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih
lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/pengertian-pendidikan-berdasarkan-
ruang-lingkupnya.html (Akses : 05 03 2016 ; 20:00 WIB)

http://sastrawanpemula.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pengertian-pendidikan.html
(Akses : 05 03 2016 ; 20:00 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai