Anda di halaman 1dari 14

BELAJAR BERDIFERENSIASI

“Pemahaman Terhadap Keragaman Peserta Didik dan Tantangan dalam


Mencapai target Kurikulum (UTS)”

Dosen Pengampu:
Ardiah Juita, S.Pd,.M.Pd

Oleh:
RIAN BRIONANDA, S.Pd.

PENDIDIKAN PROFESI GURU


ROMBEL PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
UNUVERSITAS RIAU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam zaman globalisasi saat ini, pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan responsif terhadap
keberagaman siswa. Keberagaman siswa melibatkan variasi dalam etnisitas, budaya,
bahasa, bakat, kebutuhan pembelajaran, dan latar belakang sosial-ekonomi.
Signifikansi untuk memahami dan merespon terhadap keberagaman ini bukan hanya
mencerminkan prinsip-prinsip inklusivitas dan keadilan, tetapi juga menjadi dasar
bagi pencapaian tujuan kurikulum dengan efektif. Prinsip inklusivitas bukanlah
konsep semata, melainkan aspek yang sangat penting dalam ranah pendidikan.
Memahami keberagaman siswa adalah langkah awal untuk menciptakan lingkungan
inklusif di mana setiap peserta didik merasa dihargai dan diterima tanpa
memperdulikan perbedaan.

Setiap peserta didik membawa keunikannya masing-masing ke dalam ruang kelas,


dan pendidik yang mampu menyesuaikan diri dengan keberagaman ini memiliki
peluang untuk memaksimalkan potensi pembelajaran setiap individu. Dengan
memahami berbagai gaya belajar, minat, dan kebutuhan, pendidikan dapat menjadi
lebih efektif dalam memenuhi setiap peserta didik.Mengakomodasi keberagaman
siswa juga mencerminkan persiapan untuk masyarakat global yang semakin
terkoneksi. Peserta didik belajar dengan lebih baik saat terpapar pada berbagai
perspektif dan budaya, membekali mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat yang
multikultural dan kompleks.

Memahami dan menyesuaikan diri terhadap keberagaman juga melibatkan aspek


representasi dalam kurikulum dan konteks pembelajaran. Peserta didik perlu melihat
diri mereka tercermin dalam materi pelajaran dan merasa bahwa pengalaman hidup
mereka diakui dalam konteks pembelajaran.Ketidaksetaraan dalam pendidikan sering
kali bersumber dari kurangnya pemahaman terhadap keberagaman siswa. Dengan
mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan ini, pendidikan dapat berfungsi
sebagai alat yang adil dan setara bagi semua.

Pentingnya memahami dan merespon terhadap keberagaman siswa bukan hanya


kewajiban etis, tetapi juga kunci untuk mencapai tujuan kurikulum dan menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memanfaatkan keberagaman sebagai kekuatan.
Melalui pendekatan yang inklusif, pendidikan dapat menjadi sarana yang
mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan global dan merangkul
kerumitan masyarakat kontemporer. Maka perlu adanya cara strategi yang teapt
dalam memberikan pengajaran dikelas. Pemecahan masalah yang berhubungan
dengan keragaman peserta didik dikelas dapat teratasi dengan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi. Diharapkan dengan menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi maka perbedaan dan keberagaman setiap individu di kelas dapat
dilihat dari tingkat kesiapan, dan gaya belajar bisa terakomodasi sehingga berdampak
adanya peningkatan terhadap pemahaman, motivasi dalam belajar, dan juga interaksi
antar peserta didik dikelas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembelajaran berdiferensiasi
adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. melalui
pembelajaran berdiferensiasi guru dapat menfasilitasi peserta didik sesuai
dengan kebutuhannya, karena setiap murid memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, sehinnga tidak bisa diberi perlakukan yang sama. Dalam
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan
yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran
berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan
atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang
membedakan antara murid. adapun teori yang melatarbelakangi
pembelajaran berdiferensiasi antara lain:

1. Teori sistem ekologi


Teori sistem ekologi dikemukakan oleh Urie Bronfenbrenner
yang mengatakan bahwa teori sistem ekologi merupakan
pandangan sosiokultural tentang perkembangan yang terdiri
dari lima sistem lingkungan antara lain:
a. Mikrosistem:
Merupakan lingkungan terdekat yang langsung
mempengaruhi individu. Contohnya adalah keluarga,
teman sebaya, dan lingkungan belajar.
b. Mesosistem:
Merupakan interaksi antar mikrosistem. Misalnya,
hubungan antara keluarga dan sekolah atau antara
sekolah dan tempat bermain.

c. Eksosistem:
Melibatkan faktor-faktor yang tidak secara langsung
terlibat dalam kehidupan sehari-hari individu, tetapi
tetap mempengaruhi perkembangannya. Contohnya
adalah tempat kerja orang tua atau kebijakan
pendidikan di tingkat regional.
d. Makrosistem:
Merupakan sistem nilai, budaya, dan struktur sosial
yang mempengaruhi perkembangan individu. Ini
mencakup norma-norma sosial, ideologi, dan sistem
politik.
e. Kronosistem:
Mengacu pada dimensi waktu dalam teori sistem
ekologi. Ini melibatkan perubahan dan perkembangan
dalam setiap sistem lingkungan sepanjang waktu,
seperti perubahan dalam kebijakan pendidikan atau
perubahan keluarga.
2. Teori Multiple Intelligences (MI) dikemukakan oleh Howard
Gardner, seorang psikolog dan profesor di Sekolah
Pendidikan Harvard. Teori ini menantang pandangan
tradisional tentang kecerdasan, yang sering diukur melalui tes
IQ atau tes standar, dengan mengusulkan bahwa kecerdasan
manusia terdiri dari berbagai bentuk atau jenis yang dapat
diekspresikan dan diukur secara berbeda. Gardner
mengidentifikasi delapan jenis kecerdasan dalam teorinya:
a) Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence):
Kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan
mengapresiasi bahasa. Orang dengan kecerdasan
linguistik yang tinggi cenderung baik dalam membaca,
menulis, dan berkomunikasi secara verbal.
b) Kecerdasan Logis-Matematis (Logical-Mathematical
Intelligence):
Kemampuan untuk menggunakan logika, menyusun
pola, dan memecahkan masalah matematika. Orang
dengan kecerdasan ini biasanya memiliki kemampuan
analitis dan logis yang baik.
c) Kecerdasan Visual-Ruangan (Spatial Intelligence):
Kemampuan untuk memahami ruang dan melihat
dunia secara visual. Individu dengan kecerdasan
visual-ruangan yang tinggi mungkin memiliki bakat
dalam seni visual, desain, atau navigasi ruang.
d) Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence):
Kemampuan untuk memahami, menghasilkan, dan
menghargai musik. Orang dengan kecerdasan musikal
mungkin memiliki bakat dalam bermain alat musik,
menyanyi, atau mengenali pola musik.
e) Kecerdasan Tubuh-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic
Intelligence):
Kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan
koordinasi dan keterampilan motorik yang baik.
Individu dengan kecerdasan tubuh-kinestetik yang
tinggi sering kali memiliki bakat dalam olahraga, tari,
atau aktivitas fisik lainnya.
f) Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence):
Kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain. Orang dengan kecerdasan
interpersonal yang tinggi memiliki kemampuan untuk
memahami perasaan, motivasi, dan kebutuhan orang
lain.
g) Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence):
Kemampuan untuk memahami diri sendiri, melihat
tujuan dan nilai-nilai pribadi, dan memiliki introspeksi
yang mendalam.
h) Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence):
Kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan
flora dan fauna serta elemen-elemen alam. Orang
dengan kecerdasan naturalis mungkin memiliki
ketertarikan dan keterampilan dalam bidang-bidang
seperti botani, zoologi, atau lingkungan.
Teori Multiple Intelligences menekankan bahwa setiap
individu memiliki kombinasi unik dari jenis-jenis kecerdasan
ini, dan pendidikan yang efektif seharusnya mencoba
memahami dan mendukung perkembangan kecerdasan-
kecerdasan tersebut. Gaya pembelajaran yang sesuai dengan
kecerdasan tertentu dapat meningkatkan pemahaman dan
pencapaian siswa.

3. Teori Zone Proksimal Development (ZPD)


Teori Zone Proksimal Development (ZPD) oleh Lev
Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif
terjadi di rentang antara kemampuan aktual siswa dan potensi
yang dapat dicapai dengan bantuan atau bimbingan. Dalam
konteks ZPD, interaksi sosial, bimbingan, dan kolaborasi
menjadi kunci untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan siswa. Scaffolding, atau perancah, digunakan
untuk memberikan dukungan bertahap, dan ZPD bersifat
dinamis, berkembang seiring waktu sejalan dengan
perkembangan siswa. Teori ini menekankan adaptasi
kurikulum dan penyesuaian pembelajaran agar sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.

4. Learning Modalities
mengacu pada beragam kemampuan seseorang untuk
menerima atau menangkap informasi. Terdapat tiga modalitas
belajar utama, yaitu visual, auditori, dan kinestetik:
 Kemampuan Belajar Visual:
Ini adalah kemampuan seseorang untuk lebih mudah
menerima informasi melalui gambar. Individu dengan
modalitas belajar visual cenderung menggunakan indera
penglihatan sebagai media utama pembelajaran.
 Kemampuan Belajar Auditori:
Ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk lebih mudah
menerima informasi melalui suara atau audio. Pembelajar
dengan kemampuan auditori lebih suka menggunakan indera
pendengaran sebagai fokus utama pembelajaran.
 Kemampuan Belajar Kinestetik:
Ini adalah kemampuan seseorang untuk menerima informasi
atau pengetahuan melalui melakukan sesuatu secara fisik atau
belajar melalui tindakan (learning by doing). Pembelajar
kinestetik lebih nyaman dan efektif belajar melalui
pengalaman praktis.
Pentingnya memahami preferensi atau modalitas belajar ini
adalah agar pendidik dapat merancang pengajaran yang lebih
sesuai dengan kebutuhan individu. Dengan mengenali
modalitas belajar dominan siswa, pendidik dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang lebih efektif dan mendukung
perkembangan mereka.

B. Langkah-Langkah Pembelajaran Berdiferensiasi


1) Melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa antara lain:
a. Kesiapan belajar peserta didik (readiness)
b. Minat peserta didik
c. Profil belajar peserta didik
2) Merencanakan strategi pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan
hasil pemetaan. Strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat
diterapkan antara lain:
a. Diferensiasi konten/isi
Diferensiasi Konten merupakan materi atau informasi apa
yang akan diajarkan kepada siswa. Konten dapat dibedakan sebagai
tanggapan terhadap kesiapan, minat, dan profil belajar siswa maupun
kombinasi dari ketiganya. Guru perlu menyediakan bahan dan alat
atau materi dan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa.
b. Diferensiasi proses
Proses menekankan pada bagaimana siswa dapat memahami atau
memaknai apa yang telah dipelajari. Diferensiasi proses bisa
dilakukan dengan cara menggunakan kegiatan berjenjang atau
bertahap,meyediakan pertanyaan pemandu yang perlu
diselesaikan di sudut-sudut minat, membuat agenda individual
untuk siswa (daftar tugas,memberikan waktu lama atau durasi
yang siswa dapat ambil untuk menyelesaikan tugas),
mengembangkan kegiatan yang beragam dan tidak monoton.

c. Diferensiasi produk
Diferensiasi produk merupakan menampilkan dan
mendemonstrasikan hasil pekerjaan siswa kepada guru (tugas
berupa project). Produk yang diberikan meliputi 2 hal yitu
memberikan tantangan dan keragaman atau variasi. Produk
adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan
pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa
berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi,
pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya.Yang paling penting
produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
d. Lingkungan belajar lingkungan belajar adalah suatu kondisi,
pengaruh, serta rangsangan yang berasal dari luar, yang memberi
pengaruh pada peserta didik, dimana hal-hal tersebut juga
meliputi beberapa hal seperti pengaruh fisik, sosial dan
intelektual (Suprayogi, 2022). Lingkungan belajar dapat
mengoptimalkan kondisi kelas secara fisik maupun psikologis.
Kondisi kelas yang mendukung pembelajaran akan membantu
peserta didik untuk belajar sendiri maupun secara berkelompok,
lalu guru juga bisa mengendalikan kelas agar kondusifselama
pembelajaran, contohnya seperti memberikan tugas kelompok
diskusi suatu topik, membuat peserta didik untuk beropini sesuai
dengan sumbernya masing-masing, dan menciptakan ruang kelas
tenang.
3. Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung
Guru melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran berdiferensiasi
yang telah diterapkan. Apakah pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan diawal pembelajaran dan telah
memenuhi setiap kebutuhan dari keragaman karakteristik peserta didik.
C. Kelebihan dan Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
1. Kelebihan pembelajaran berdiferensiasi
a. Memenuhi kebutuhan dan keragaman peserta didik;
b. Memaksimalkan kualitas pembelajaran peserta didik;
c. Apabila pembelajaran yang peserta didik terima sesuai dengan
kebutuhannya, maka peserta didik pasti akan dapat memperoleh
pengetahuan secara maksimal.
d. Meningkatkan motivasi peserta didik.
e. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi
adalah student-centered. Student-centered adalah pendekatan dimana
pengajar tidak langsung mengajar kepada peserta didik, melainkan
peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri.
f. Peserta didik menjadi lebih terlibat dan fokus di kelas.
g. Peserta didik dapat merelasikan pelajaran dengan kehidupan.
h. Peserta didik dapat menghubungkan pelajaran dengan nilai-nilai yang
mereka miliki apabila pembelajaran dilakukan berdasarkan minat
peserta didik.
i. Peserta didik dapat mengasah self-management skill-nya.
j. Meningkatkan prestasi peserta didik. Pembelajarannya
Berdiferensiasi.
k. Peserta didik akan mampu mendapatkan prestasi yang baik apabila
menerima pengajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya.
2. Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
a. Persiapan yang memakan waktu
Guru harus dihadapkan dengan berbagai macam perangkat
pembelajaran dan juga perangkat evaluasi yang banyak. Sehingga tak
jarang guru kurang memiliki waktu persiapan yang cukup untuk
menerapkannya.
b. Terbatasnya waktu di kelas
Ada berbagai aktivitas yang dikerjakan, dan pengajar harus dapat
mendampingi serta menangani semua peserta didik dalam kelasnya.
c. Guru harus memiliki management skills yang baik
Guru juga dituntut untuk mengatur diri sendiri dan mengidentifikasi
langkah-langkah serta strategi yang perlu diambil untuk mencapai
suatu target tertentu dalam pembelajaran.
d. Kurangnya bahan pembelajaran
Peserta didik diberikan beragam pilihan bahan pembelajaran yang
didasarkan pada tingkat kesiapan dan gaya belajar mereka. Artinya,
pengajar harus dapat mengumpulkan beragam bahan pembelajaran
untuk mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik terpenuhi.
e. Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai penggunaan
pembelajaran berdiferensiasi.
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat mengalami
hambatan apabila pengajar tidak memiliki pemahaman yang tepat
mengenai pembelajaran diferensiasi.
BAB III
KESIMPULAN
A. Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Keragaman Peserta
Didikpada Pemenuhan Target Kurikulum
Dari pembahasan pada bab II, penulis menyimpulkan bahwa keragaman
pesertadidik merupakan hal yang akan terus dijumpai dalam kondisi
pembelajaran. Sehingga guru diharapkan mampu mengatasi keragaman
tersebut tanpa mengabaikan targetkurikulum yang merupakan tujuan
pembelajaran. Dalam menghadapi keragaman siswa, guru harus bersikap
bijaksana. artinya, guru harus mampu bersikap sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik dan memberikan perhatian yang cukup pada peserta
didik. Salah satu cara yang dapat digunakan guru dalam mengatasi keragaman
tersebut adalah dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat
menyesuaikan pembelajaran dengan menggunakan startegi-strategi
pembelajaran berdiferensiasi yang diberikan kepada peserta didik untuk
mencapai target pembelajaran. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru
tetap dapat mencapai pemenuhan target kurikulum namun dengan tetap
berpusat pada peserta didik dan berfokus pada keragaman yang ada pada
peserta didik. Sehingga peserta didik tetap dapat belajar sesuai dengan
kesiapan belajar, minat peserta didik dan profil belajarnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, Tri, and Nadia Ayu Rifani Putri. "Pemahaman Keberagaman Peserta
Didik Berdasarkan Profil Peserta Didik Sebagai Upaya Pemenuhan Target Kurikulum
Merdeka." Jurnal Ecogen 6.2 (2023): 267-277.
Herwina, Wiwin. "Optimalisasi kebutuhan murid dan hasil belajar dengan
pembelajaran berdiferensiasi." Perspektif Ilmu Pendidikan 35.2 (2021): 175-182.

Anda mungkin juga menyukai