Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

KERAGAMAN SISWA DAN PEMENUHAN TARGET


KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Disusun oleh:

Agnes Mariana Setia Dewi

A9512310977

PGSD 01

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2024
I. Pendahuluan
Indonesia sangat dikenal dengan kaya akan keberagaman. Keberagaman tersebut
meliputi ras, suku, budaya, bahasa, agama, golongan, tingkatan pendidikan.
Mengkerucut mengenai pendidikan, Pendidikan menurut Pristiwanti, D.,
Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022) merupakan suatu usaha dasar dan
perencanaan untuk suasana belajar agar terwujud, peserta didik mengikuti
pembelajaran yang menyenangkan agar aktif mengasah potensi untuk memiliki
kekuatan kecerdasan, akhlak mulia, kepribadian dan keterampilan yang
dibutuhkan dirinya dan masyarakat. Tingkatan pendidikan dimulai dari dasar yaitu
taman bermain kanak-kanak hingga perguruan tinggi, setiap peserta didik melalui
tahapan tingkat pendidikan dan pendidikan dasar yaitu jenjang sekolah dasar.
pendidikan selalu terkait dengan keberagaman salah satunya keberagaman peserta
didik.
Keberagaman peserta didik menurut Firdaus, A.M., & Bakhtiar, A. M. (2022)
insan yang unik dengan kelekatan karakteristik yang berbeda dengan insan
lainnya, oleh karena itu, peserta didik sewaktu di sekolah terkhusus saat proses
pembelajaran bahwa siswa muncul berbagai keragaman entah itu latar belakang,
minat, gaya belajar, kemampuan mengkontruksi materi pelajaran yang diajarkan
oleh guru. Guru serta elemen instansi pendidikan terus meningkatkan pendidikan
yang berkualitas untuk bangsa ini dan memfasilitasi kebutuhan dari setiap peserta
didiknya namun tetap mencapai pemenuhan akan target kurikulum.
Kurikulum yang saat ini diterapkan adalah kurikulum merdeka. Tujuan dari
kurikulum merdeka yaitu kualitas pembelajaran yang efektif tanpa memberikan
beban akademik ke siswa sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk
menggali potensi yang dimilikinya dan membentuk karakter siswa sesuai dengan
profil pelajar pancasila. Setiap guru memiliki kesempatan untuk menjadi inovatif
dan kreatif agar mencapai target dan tujuan pembelajaran dengan baik.
Pemenuhan kebutuhan dari keberagaman peserta didik di kelas, adanya cara
strategi yang tepat dalam memberikan pengajaran. Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan keanekaragaman peserta didik dapat diatasi dengan
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Implementasi pembelajaran
berdiferensiasi diharapkan agar bisa memahami keanekaragaman setiap individu
di kelas di lihat dari tingkat kesiapan peserta didik, gaya belajar, ketertarikan
terakomodasi yang menuai manfaat terhadap pembelajaran yaitu peningkatan
pemahaman, motivasi dalam belajar, dan juga interaksi antar peserta didik di
kelas.
II. Pembahasan
Pembelajaran berdiferensiasi bisa diterapkan pada semua jenjang, jenjang
pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Berikut ini mengenal tentang
pembelajaran berdiferensiasi untuk memahami keberagaman peserta didik.
A. Pembelajaran berdiferensiasi
a. Definisi Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan serangkaian keputusan (berupa
Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas, Penilaian berkelanjutan, Manajemen kelas yang efektif, dan
Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta
didiknya) yang masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang
berorientasi kepada kebutuhan peserta didik.
b. Teori yang Melatarbelakangi Pembelajaran Berdiferensiasi
1. Teori Sistem Ekologi
Urie Bronfenbrenner merupakan ahli yang mengemukakan teori
sistem mengenai ekologi yang menjelaskan perkembangan individu
dalam interaksinya dengan lingkungan di luar dirinya yang terus-
menerus mempengaruhi segala aspek perkembangan (Hayes dkk,
2017). Adanya 5 sistem lingkungan pada pembelajaran diantaranya
 Mikrosistem ialah kondisi yang melatarbelakangi anak hidup dan
berinteraksi dengan orang lain dan institusi yang paling dekat
dengan kehidupannya, seperti orang tua, teman sebaya, tetangga,
dan teman sekolah.
 Mesosistem ialah hubungan antara dalam mikrosistem. Sebagai
contoh, orang tua dan guru berinteraksi dalam sistem sekolah,
anggota keluarga, kerabat menjadi relasinya di dalam institusi
keagamaan, pelayanan kesehatan berinteraksi dengan keluarga
anak dan sekolahnya.
 Ekosistem ialah sistem yang berisi sejumlah kondisi yang
mempengaruhi perkembangan anak di lingkungan rumah namun
anak disini tidak terlibat dalam satu peran langsung. sebagai
contoh, karena adanya kondisi kemiskinan dalam keluarga, anak
terpaksa harus bekerja untuk mencari uang dan tidak melanjutkan
sekolah.
 Makrosistem ialah sistem yang mengelilingi mikro, meso dan
ekosistem dan merepresentasikan nilai-nilai ideologi, hukum
masyarakat dan budaya politik. Sebagai contoh anak Indonesia
tidak sama-sama dengan anak Amerika.
 Kronosistem ialah dimensi waktu yang menuntun perjalanan
setiap level sistem dari mikro dan makro. Sistem ini juga
mencakup berbagai peristiwa hidup yang penting pada individu
dan kondisi sosio-kultural.
2. Teori Multiple Intelligences
Atau disebut dengan kecerdasan majemuk ialah suatu keahlian
yang berguna menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
terdapat 8 jenis kecerdasan pada teori Multiple Intelligences :

 Kecerdasan verbal-linguistik (kemampuan berbahasa). Contohnya


membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari
katakata, serta menggunakan bahasa dengan benar.
 Kecerdasan logis-matematis. Mengolah angka, dan logika untuk
menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola
visual, pola jumlah, atau pola warna.
 Kecerdasan spasial-visual. Kemampuan pada bidang ruang dan
gambar.
 Kecerdasan kinestetik-jasmani. Kemampuan dalam koordinasi
anggota tubuh dan keseimbangan.
 Kecerdasan musical. Dapat memainkan alat musik atau
mendengarkan lagu.
 Kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan introspektif di mana peserta
didik mampu memahami diri sendiri.
 Kecerdasan interpersonal. Kemampuan untuk bermasyarakat serta
memahami dan berinteraksi dengan orang lain
 Kecerdasan naturalis. Kemampuan untuk mengenali dan
mengkategorikan tanaman, hewan, dan benda-benda lain di alam,
serta tertarik mempelajari spesies makhluk hidup.

Pada kehidupan realitanya, gaya belajar ini bisa didapat secara


bersama-sama pada satu individu. hal inilah yang berpotensi
menghadirkan peserta didik mempunyai perbedaan tingkat
kecerdasan.

3. Teori Zone of Proximal Development (ZPD)


Zona antara tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Pada teori ini terdapat dua level untuk
ukuran kemampuan dan potensi peserta didik, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Dapat
dikatakan bahwa ZPD terletak diantara hal-hal yang dapat dilakukan
oleh peserta didik dan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh peserta
didik tanpa pendampingan.
4. Teori Learning Modalities
Atau disebut dengan modalitas dalam belajar yang kerap salah
diinterpretasikan sebagai gaya belajar. Learning modalities ini biasa
dikenal sebagai VAK atau Visual, Auditory, dan Kinestetik,
penjelasan diantaranya sebagai berikut :
 Visual. Visual adalah peserta didik menerima informasi lebih
mudah melalui gambar/ foto.
 Auditori. Auditori merupakan siswa menerima informasi lebih
mudah melalui mendengar.
 Kinestetik. Kinestetik merupakan siswa yang pelaksanaan sesuatu
dengan fisik, atau paling tepat digambarkan sebagai belajar sambil
melakukan (learning by doing), baik sebagai aktivitas langsung
atau melalui pengalaman, atau dengan bergerak sambil berpikir
atau belajar.
c. Sintaks Pembelajaran Berdiferensiasi
1. Memetakan kebutuhan belajar peserta didik antara lain :
a) Kesiapan belajar peserta didik. Kapasitas untuk mempelajari
materi baru.
b) Minat peserta didik. Minat yang dimilliki peserta didik seperti
bidang seni, matematika, sains, drama, memasak.
c) Profil belajar peserta didik. Seperti bahasa, budaya, kesehatan,
keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya.
2. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi berdasar Hasil Pemetaan
Strategi pembelajaran berdiferensiasi ini bisa diimplementasikan
diaktivitas pembelajaran diantaranya :
a) Diferensiasi konten
Konten merupakan materi yang diajarkan atau disampaikan
pada peserta didik tentunya dengan mempertimbangkan
pemetaan kebutuhan belajar peserta didik baik itu dalam aspek
kesiapan belajar, aspek minat peserta didik dan aspek profil
belajar peserta didik atau kombinasi dari ketiganya.
b) Diferensiasi proses
Merupakan terpusatnya peserta didik yang memahami atau
mengkontruksi apa yang telah dipelajari dengan cara
menggunakan akivitas secara bertahap, mengembangkan
variasi kegiatan yang menyenangkan, memberikan agenda
tugas individual siswa.
c) Diferensiasi produk
Diferensiasi pada produk berupa variasi hasil dari tugas
pembelajaran, atau variasi untuk penilaian hasil belajar peserta
didik. Secara garis bawahi produk yang dihasilkan harus
selaras dengan pemahaman siswa yang berkaitan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
d) Lingkungan belajar
ingkungan belajar adalah suatu kondisi, pengaruh, serta
rangsangan yang berasal dari luar, yang memberi pengaruh
pada peserta didik, dimana hal-hal tersebut juga meliputi
beberapa hal seperti pengaruh fisik, sosial dan intelektual
(Suprayogi, 2022). Lingkungan belajar dapat mengoptimalkan
kondisi kelas secara fisik maupun psikologis. Kondisi kelas
yang mendukung pembelajaran akan membantu peserta didik
untuk belajar sendiri maupun secara berkelompok, lalu guru
juga bisa mengendalikan kelas agar kondusif selama
pembelajaran, contohnya seperti memberikan tugas kelompok
diskusi suatu topik, membuat peserta didik untuk beropini
sesuai dengan sumbernya masing-masing, dan menciptakan
ruang kelas tenang.
d. Kelebihan, Tantangan pada Pembelajaran Berdiferensiasi
Kelebihan Pembelajaran Berdiferensiasi
 Memenuhi kebutuhan peserta didik;
 Memaksimalkan kualitas pembelajaran peserta didik
 Peserta didik menjadi lebih terlibat dan fokus di kelas.
 Meningkatkan prestasi peserta didik.
 Peserta didik dapat mengasah self-management skill-nya.
Tantangan Pembelajaran Berdiferensiasi
 Persiapan yang memakan waktu. Guru harus dihadapkan dengan
berbagai macam perangkat pembelajaran dan juga perangkat
evaluasi yang banyak. Sehingga tak jarang guru kurang memiliki
waktu persiapan yang cukup untuk menerapkannya.
 Terbatasnya waktu di kelas. Ada berbagai aktivitas yang
dikerjakan, dan pengajar harus dapat mendampingi serta
menangani semua peserta didik dalam kelasnya
 Guru harus memiliki management skills yang baik. Bukan
hanya peserta didik yang dituntut untuk memiliki management
skill yang baik, seperti yang tertuang pada kelebihan pembelajaran
berdiferensiasi di atas. Guru juga dituntut untuk mengatur diri
sendiri dan mengidentifikasi langkah-langkah serta strategi yang
perlu diambil untuk mencapai suatu target tertentu dalam
pembelajaran.
 Kurangnya bahan pembelajaran. Peserta didik diberikan
beragam pilihan bahan pembelajaran yang didasarkan pada tingkat
kesiapan dan gaya belajar mereka. Artinya, pengajar harus dapat
mengumpulkan beragam bahan pembelajaran untuk
mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik terpenuhi.
 Kurangnya pelatihan bagi pengajar mengenai penggunaan
pembelajaran berdiferensiasi. Meskipun diferensiasi didasari
pada banyak teori, ternyata pengimplementasiannya masih kurang
dimengerti. Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat
mengalami hambatan apabila pengajar tidak memiliki pemahaman
yang tepat mengenai pembelajaran diferensiasi.
e. Evaluasi dan refleksi pada Proses Pembelajaran Berlangsung
Hal ini penting yang diterapkan oleh guru terhadap pembelajaran yaitu
melakukan aktivitas evaluasi dan refleksi. Evaluasi dan refleksi
merupakan bagian penting dari pembelajaran berdiferensiasi, evaluasi
dilakukan untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi
pelajaran yang dipelajari dan untuk mengukur kesiapann siswa terhadap
tujuan pembelajaran, apakah sudah memenuhi kebutuhan dari
keanekaragaman karakteristik setiap peserta didik. Sedangkan, refleksi
dilakukan oleh guru dan siswa untuk memahami respon siswa terhadap
pembelajaran dan untuk memahami kelemahan dan kekurangan dari
pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan begitu, evaluasi dan reflekssi
bisa membuat peserta didik untuk menyalurkan gagasan mereka dan untuk
mengevaluasi proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
III. Kesimpulan
Indonesia dikenal sebagai kaya akan keanekaragaman termasuk
keanekaragaman dari peserta didik. Keragaman peserta didik bisa dilihat dalam
kondisi pembelajaran. Hal ini menjadi tantangan guru untuk mengatasi keragaman
tersebut tanpa harus melalaikan capaian kurikulum yang merupakan suatu tujuan
pembelajaran. Guru harus memiliki pengetahuan terhadap karakteristik dan
kebutuhan peserta didik , salah satu cara yang baik untuk hal ini yaitu menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi. pembelajaran berdiferensiasi mempunyai strategi
yang efektif untuk mengakomodasi keberagaman peserta didik dan mencapai
target kurikulum. Pendidik menyesuaikam pembelajaran dengan
mengimplementasikan strategi yang tepat kepada peserta didik untuk mencapai
target pembelajaran dan kurikulum. Guru bisa memenuhi target kurikulum karena
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dan berfokus pada keragaman
kesiapan belajar, minat peserta didik, dan profil belajar) dari peserta didik.
Meskipun mempunyai beberapa tantangan, dengan adanya perencanaan dan
strategi yang tepat, pembelajaran berdiferensiasi bisa diimplementasikan dengan
sukses dan memberikan manfaat yang besar bagi peserta didik
Daftar Pustaka

Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. 2022. Pengertian
pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6),7911-7915.

Firdaus, A. M., & Bakthiar, A. M. 2022. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi


Untuk Mengatasi KeberagamanTingkat Ketanggapan Siswa-Siswi Di UPT
SDN 25 Gresik. Didaktik:Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8 (2), 2135-
2147.

Hayes, Noirin., O’toole, Leah. Halpenny, Ann Marie. 2017. Introduction


Bronfenbrenner: a guide for practitioner and student in Early Years Education.

Suprayogi, MN, et.al., 2022. Penerapan Differentiated Instruction dalam


Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai