Anda di halaman 1dari 8

Nama : Susrindah

NIM : 2023230347

Kelas : IPS / Sosial 1

UTS : Pembelajaran Berdiferensiasi

PAPER “REFLEKSI TENTANG KEBERAGAMAN DAN


PEMENUHAN TARGET KURIKULUM”

ABSTRAK

Pendidikan harus mampu mengakomodasi keberagaman peserta didik dari kemampuan peserta
didik, gaya belajar, dan minat peserta didik. Melalui Pendidikan yang berdiferensiasi dapat membantu
pemenuhan target kurikulum dengan mengedepankan keberagaman peserta didik. Pembelajaran
berdiferensiasi dapat diterapkan dalam setiap proses pembelajaran baik pada materi (konten), proses
(kegiatan belajar) dan produk (asesmen).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Indonesia terdiri dari keberagaman dalam setiap aspek kehidupan yang meliputi wilayah, suku,
agama, ras dan golongan. Keberagaman adalah suatu kondisi yang terdapat bermacam-macam
perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu di Tengah kehidupan masyarakat. Setiap individu memiliki
keunikan tersendiri dan tentu berbeda dengan yang lain. Saat anak memasuki sekolah, mereka telah
membawa persepsi masing-masing terhadap suatu hal. Hal ini tentu menjadi tugas guru untuk dapat
mengkondisikan kelas yang memiliki keberagaman peseta didik. Keberagaman semula dipergunakan
dalam pengertian secara umum sebagai pernyataan pernyataan bervariasi (Chris Speechley Speechley
dan Ruth Weatly, Weatly, 2001 : 4).
Pendidikan yang bermutu adalah Pendidikan yang bisa memberikan dan memfasilitasi kebutuhan
dari setiap peserta didiknya namun tetap mencapai pemenuhan akan target kurikulum. Kurikulum
adalah perangkat mata Pelajaran dan program Pendidikan yang merupakan sekumpulan rencana,
tujuan, dan materi pembelajaran dan termasuk cara mengajar yang akan menjadi pedoman bagi setiap
guru agar dapat mencapai target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Kurikulum yang diciptakan
seharusnya dapat mengakomodasi segala keberagaman dapat teratasi dengan menerapkan salah satu
model pembelajaran berdiferensiasi. Pendidikan menurut Sujana, I Wayan Cong (2019) merupakan
Upaya untuk membantu jiwa anak-anak didik baik lahir maupun batin, dari sifat kodratnya menuju
kearah peradaban manusiawi dan lebih baik. Tujuan Pendidikan Indonesia menurut Ki Hajar Dewantara
dalam bukunya berjudul Menuju Manusia Merdeka (2009) menjelaskan bahwa Pendidikan sebagai
tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak, artinya pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota Masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pada proses pembelajaran guru tidak cukup hanya dengan menyampaikan materi Pelajaran saja
atau yang biasa disebut dengan transfer ilmu. Sebab, didalam pembelajaran atau Pendidikan, ada
empat aspek penilaian yang harus dilakukan guru terhadap siswanya yaitu aspek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotor. Oleh karena itu, demi terwujudnya tujuan belajar dengan hasil yang optimal,
guru perlu mengenal masing-masing peserta didik, dimana setiap peserta didik merupakan makhluk
yang unik, secara lebih dekat. Untuk dapat mengenal peserta didik lebih dekat maka guru perlu
mengetahui hal-hal apa saja yang membedakan peserta didik satu dengan peserta didik yang lainnya.
Untuk itu sangat perlu untuk memahami materi mengenal indisvidu peserta didik agar dapat dengan
tepat menentukan materi, metode, dan tehnik penyampaian materi yang sesuai dengan kondisi
peserta didik yang beragam di kelas dengan harapan tujuan belajar dapat terwujud dengan hasil yang
optimal.

Peserta didik merupakan objek pembelajaran dimana dalam proses pembelajarannya harus
berpusat kepada mereka dan dalam pembelajaran berdiferensiasi beberapa aspek yang harus
diperhatikan adalh aspek konten, proses, produk dan lingkungan belajar. Keempat aspek tersebut
merupakan arah dalam melakukan perencanaan pembelajaran oleh seorang guru professional. Setiap
peserta didik memiliki karakter yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran beberapa peserta didik
memiliki gaya belajar yang tidak sama yang kemudian digolongkan menjadi 3 gaya belajar yakni
auditori, visuak, dan kinestetik. Untuk dapat memahami keragaman tersebut dapat dibimbing untuk
pemenuhan target kurikulum dan apa yang dilakukan oleh sekolah agar hal tersebut dapat terwujud
mendorong kami untuk menuliskan paper ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar


peserta didik. Melalui pembelajaran berdiferensiasi guru memfasilitasi peserta didik sesuai dengan
kebutuhannya, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak
bisa diberi perlakukan yang sama. Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu
memikirkan Tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran
berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau Tindakan yang berbeda
untuk setiap peserta didik, maupun pembelajaran yang membedakan antara peserta didik. Pada
dasarnya setiap siswa memiliki keberagaman dan ciri khasnya masing-masing seperti kecerdasan, gaya
belajar, kepribadian, suku, dan budaya, status sosial, gender dan bahasa.

1. Intelegensi

Santrock (2008) Intelegensi (kecerdasan) adalah ketrampilan menyelesaikan masalah dan


kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidu[ sehari-hari.

2. Gaya Belajar

Menurut DePorter dan Hemacki (2002), gaya belajar adalah kombinasi dari menyerap,
mengatur dan mengolah informasi. Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang
digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Setiap siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda ada pembelajar visual, audio dan kinestetik.

a. Gaya belajar visual

Gaya belajar visual menitik beratkan pada indra penglihatan peserta didik. Gaya be;ajar
visual membuat siswa belajar melalui melihat, memandangi, dan sejenisnya. Lebih tepatnya, gaya
belajar baik melalui gambar atau diagram, pertunjukan, peragaan, atau video (Ula, 2013).

b. Gaya belajar auditori

Gaya belajar auditori merupakan cara belajar dengan menggunakan indra pendengaran
seperti mendengarkan radio, serta mendengarkan penjelasan guru dan teman. Gaya belajar
auditorial lebih mengedepankan indra pendengar. Belajar melalui mendengar sesuatu dapat
dilakukan dengan menddengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat, dan insruksi (perintah)
verbal (Ula, 2013).
c. Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar peserta didik yang menunjukkan preferensi
untuk demonstrasi dan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh. Gaya belajar kinestetik
adalah belajar melalui aktivitas langsung dengan kegiatan bergerak, mententuh, merasakan, dan
mengalami sendiri (Ula, 2013).

3. Suku dan Budaya

Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari kelompok orang tertentu yang
diturunkaan dari generasi ke generasi lainnya. Suku atau etnis adalah pola umum karakteristik seperti
warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa. Kultur sangat mempengaruhi pengajaran dan
pembelajaran. Banyak aspek budaya mempunyai andil bagi identitas dan konsep diri pelajar dan
mempengaruhi keyakinan dan nilai, sikap, dan harapan, hubungan sosial, penggunaan bahasa, dan
perilaku lain pelajar.

4. Kepribadian

Schaefer dan Lamn (1998:97) adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas,
dan perilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, berlaku terus-
menerus secara konsisten dalam menghadapi situasi yang dihadapi. Pola perilaku dengan demikian
juga merupakan perilaku yang sudah baku, yang cenderung ditampilkan seseorang jika ia dihadapkan
pada situasi kehidupan tertentu. Orang yang pada dasarnya pemalu cenderung menhindarkan diri
dari kontak mata dengan lawan bicaranya.

5. Status Sosial

Status sosial yang didasarkan atas penghasilan, pekerjaan, Pendidikan dan gengsi sosial dapat
sangat mempengaruhi sikap peserta didik terhdap sekolah, pengetahuan latar belakang, kesiapan
sekolah dan pencapaian akademis. Keluarga kelas pkerja dan penghasilan rendah mengalami tekanan
yang mempunyai andil dalam praktik mumgkin akan kurang menguntungkan anak-anak ketika
mereka memasuki sekolah. Peserta didik mempunyai SSE yang rendah sering mempelajari budaya
normative yang berbeda dari budaya kelas menengah sekolah tersebut, yang menuntut daya saing,
dan penentuan tujuan.

6. Bahasa

Perbedaan bahasa yang digunakan peserta didik dalam lingkungan keluarga dan sekolahnya
akan menjadi masalah yang besar dalam melaksanakan pembelajaran. Riset terkahir menunjukkan
bahwa Pendidikan dwibahasa (bilingual education), khususnya Pendidikan dwibahasa berpasangan
dapat memberi manfaat bagi peserta didik.

Hal ini sangat terasa dalam konteks Pendidikan yang diselenggarakan dalam suatu wilayah yang
memiliki bahasa yang beragam. Guru yang baik dan professional harus memiliki kemampuan untuk
mempelajari bahasa local dimana dia mengabdi.

A. Pemenuhan Target Kurikulum Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curare
yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi
Kuno di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. Dapat
dipahami jarak yang harus ditempuh oleh peserta didik disini bermakna kurikulum dengan muatan isi
dan materi Pelajaran yang dijadikan jangka waktu yang harus ditempuh oleh peserta didik
memperoleh ijazah. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang
berarti jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum
Pendidikan (manhaj al dirasah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media
yang dijadikan acuan oleh Lembaga Pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan Pendidikan.

Menurut S. Nasution, kurikulum merupakan suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawabseklah atau Lembaga Pendidikan
beserta staf pengajaran. Selanjutnya Nasution menjleaskan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dibawah pengawasan sekolah. Jadi selain kegiatan kurikulum yang formal yang
sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau ekstra kurikuler (co-curriculum or extra curriculum).

Menurut Cow and Crow, sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik, kurikulum adalah
rancangan pengajaran atau sejumlah mata Pelajaran yang disusun secara sistematis untuk
menyelesaikan suatu program untuk memperolah ijazah. Dalam bukunya yang lain, Hamalik
menjelaskan lebih luas dan bahwa kurikulum disini memuat isi dan materi Pelajaran. Jadi kurikulum
ialah sejumlah mata Pelajaran yang harus ditempuh dan pelajari oleh peserta didik untuk memperolah
sejumlah pengetahuan, mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau
orang-orang pandai masa lampau yang telah disusun secara sistematis dan logis.

Dalam pengertian lainnya ditegaskan, bahwa kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas,
dan kegiatan suatu Lembaga Pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi, misi, dan lembaganya.
Oleh karena itu, pelaksanaan kurikulum untuk menunjang keberhasilan sebuah lembaga pendidikan
harus ditunjang hal-hal sebagai berikut :

1. Adanya tenaga yang berkompeten.


2. Adanya fasilitas yang memadai.
3. Adanya fasilitas bantu sebagai pendukung.
4. Adanya tenaga penunjang Pendidikan seperti tenaga adminstrasi, pembimbing, pustakawan,
laboratorium.
5. Adanya dana yang memadai.
6. Adanya menejemen yang baik.
7. Terpeliharanya budaya menunjang, seperti : religius, , moral, kebangsaan dan lain-lain.
8. Kepemimpinan yang visioner transparan dan akuntabel.

Tujuan dari kurikulum itu sendiri adalah :


❖ Menciptakan Pendidikan yang menyenangkan.
❖ Mengejar ketertinggalan pembelajaran.
❖ Mengembangkan potensi peserta didik.

Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi perlu memperhatikan komponen-


komponen penting dalam perencanaannya. Menurut Atik Siti Maryam (2021), dalam pembelajaran
berdiferensiasi setidaknya ada 3 komponen utama diantaranya :

1. Diferensiasi Konten

Pembelajaran berdiferensiasi konten terkait materi apa yang akan dipelajari peserta didik di
kelas. Diferensiasi yang dapat dilakukan guru dalam pemberian materi (konten) pada peserta didik
sebagai dasar perancangan pembelajaran berdiferensiasi konten. Guru dapat mendesain materi
(konten) sesuai dengan keberagaman gaya belajar peserta didik. Berdasarkan observasi lapangan serta
melalui penerapan di Akun Aku Pintar, gaya belajar IPS SMP N 161 Jakarta kelas VII H guru dapat
mendesain pembelajaran dengan menggunakan media bantu alat peraga, visual dengan menggunakan
gambar, audio menggunakan video pembelajaran dan kinestetik dapat membuat vlog di media sosial.

2. Diferensiasi Proses

Diferensiasi proses terkait kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dimana guru perlu menentukan apakah kegiatan pembelajaran akan dilakukan secara
individu ataupun kelompok. Berdasarkan observasi tindak lapangan mengenai gaya belajar dan
kesiapan belajar peserta didik kelas VII H SMP N 161 Jakarta pada proses pembelajaran, guru dapat
membentuk kelompok belajar berdasarkan gaya belajar peserta didik yaitu kinestetik, visual dan
auditori dengan memberikan media pmebelajaran yang berbeda pada setiap kelompok. Guru juga
dapat mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan belajar dimana di SMP N 161 Jakarta
khusunya di kelas VII H separuh kelasnya masih ada yang sulit memahami mata Pelajaran IPS. Sehingga
dengan membagi kelompok berdasarkan kemampuan awal, dapat mempermudah guru memberikan
perlakuan yang lebih tinggi bagi kelompok dengan kemampuan pemahaman IPS yang rendah.
Sedangkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan pemahaman baik, dapat diberikan lembar
kerja yang dapat lebih meningkatkan kemampuan mereka.

3. Diferensiasi Produk

Produk merupakan hasil akhir dari pembelajaran. Produk yang dihasilkan harus menunjukkan
kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman peserta didik setelah menyelesaikan satu
unit pelajaran. Berdasarkan observasi lapangan terkait keberagaman peserta didik kelas VII H di SMP
N 161 Jakarta, guru dapat membimbing peserta didik untuk menghasilkan produk yang bekaitan
dengan materi yang dipelajari dengan berdasarkan minat mereka. Guru dapat mensiasati dengan
diferensiasi produk agar peserta didik tetap menghasilkan produk pada materi IPS yang dibahas sesuai
dengan minat mereka masinng-masing. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Faiz, Aiman., dkk (2022)
dimana untuk menarik minat peserta didik adalah dengan cara menghubungkan Pelajaran yang
mengacu pada minat mereka. Dengan menjaga minat peserta didik, maka pekerjaan peserta diidk
dalam menyelesaikan pembelajaran akan meningkat.

Melalui penerapan pembelajaran berdiferensiasi dengan memperhatikan keberagaman


peserta didik dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran tanpa
mengesampingkan kebutuhan peserta didik. Dimana dalam pembelajaran berdiferensiasi peserta
didik tetap dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
Dasar pemikiran pembelajaran berdiferensiasi adalah bahwa pesera didik adalah berbeda dan
pengalaman belajar akan lebih efektif apabila belajar itu menyenangkan, relevan, dan menarik (Andini,
Dinar. 2016).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Untuk memenuhi target kurikulum dengan peserta didik yang beragam maka proses
pembelajaran harus dilaksanakan secara bervariasi dengan menyesuaikan kondisi peserta didik,
karena dengan pembelajaran yang bervariasi peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar
sehingga target kurikulum bisa terpenuhi. Oleh karena itu, dari ketiga komponen pembelajaran
berdiferensiasi diatas sangatlah pentting untuk dilakukan didalam kegiatan belajar mengajar
dikelas.dalam proses pembelajaran, kurikulum tetap dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan
belajar seperti menentukan materi serta bahan pelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah
berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik dan bagaimana guru merespon kebutuhan
belajar tersebut. Dengan demikian, guru perlu melakukanidentifikasi kebutuhan belajar dengan lebih
komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar peserta didiknya
untuk mencapai tujuan Pendidikan namun dalam penerapannya harus menyesuaikan kondisi siswa
yang beragam.

DAFTAR PUSTAKA

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Akasara, 1995).

Widystono. Herry. 2014. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonom Daerah dari Kurikulum
2014, 2006, ke Kurikulum 2013. Cet. I. Jakarta: Pt Bumi Aksara.

Zais. 1976. Curriculum, Principles and Foundations. Bandung: Pakar Raya.

Alie Miel, Changing The Curriculum a school Prosess (New York: D Appleton).

Atik Siri Maryam, (2021). Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Berdiferensiasi. Kementrian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Faiz. Aiman, Anis Pratama & Imas Kurniawaty. 2022. Pembelajaran Berdiferensiasi dalam
Program Guru Penggerak pada Modul 2.1. Jurnal Basicedu Volume 6 Nomor 2 Tahun 2022
(https://jbasic.org/index.php/basicedu)

Anda mungkin juga menyukai