Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
KERAGAMAN PESERTA DIDIK DAN PEMENUHAN TARGET KURIKULUM

DISUSUN OLEH :
NAMA : SEPTI INDRAYANA
NIM : E1A222018
KELAS : IPA - 1

PROGRAM STUDI PPG PRAJABATAN PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023
A. KERAGAMAN PESERTA DIDIK
Keberagaman (diversity) merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin
dihindari. Keberagaman peserta didik di kelas merupakan aspek yang harus dipahami oleh setiap
guru. Bahwa tidak ada peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama, terlebih pada peserta
didik berkebutuhan khusus. Setiap guru harus mengetahui kebutuhan belajar setiap peserta didik,
termasuk peserta didik yang memerlukan kebutuhan belajar yang spesifik. Agar pembelajaran
bagi semua peserta didik dapat dilayani dengan sebaik-baiknya, maka guru harus memenuhi
kebutuhan belajar semua peserta didiknya (DG, 2023).
Karakter peserta didik diartikan sebagai ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang
dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakter peserta didik dapat diartikan
sebagai keseluruhan pola kelakuan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan. Informasi terkait karakteristik peserta didik sangat diperlukan
untuk kepentingan dalam perancangan pembelajaran. Keragaman peserta didik merupakan suatu
perbedaan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Keragaman yang ada pada peserta didik dapat
berupa keragaman karakteristik, keragaman suku, keragaman budaya, keragaman agama dan masih
banyak lagi. Pengertian keragaman ini sejalan dengan pendapat Khoirul Anwar dalam bukunya yang
berjudul Pendidikan Islam Multikultural bahwasannya keragaman diartikan sebagai kondisi dalam
masyarakat di mana terdapat perbedaan dalam berbagai aspek seperti suku bangsa, agama, ras,
budaya serta ideologi yang disebut dengan masyakarakat majemuk
Suatu proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif atau tidak sangat
ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta
didiknya. Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang akan
dicapai, aktivitas yang perlu dilakukan, dan asesmen yang tepat bagi peserta didik. Atas dasar
ini, sebenarnya karakteristik peserta didik harus menjadi perhatian dan pijakan pendidik dalam
melakukan seluruh aktivitas pembelajaran. Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural,
status sosial, minat, perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi,
perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral, serta perkembangan
motorik.
B. KERAGAMAN PESERTA DIDIK DI KELAS
Setiap anak adalah unik, berbakat dan memiliki potensi yang tidak terbatas. Keunikan
yang ada pada peserta didik akan muncul berbagai keragaman dalam pendidikan. Pendidikan
merupakan hak setiap manusia, tanpa memandang ras, suku, bahasa, bangsa, budaya maupun
perbedaan kemampuan (Salsabila, dkk. 2021). Keberagaman anak di kelas selama ini masih
menjadi permasalahan yang langsung dihadapi oleh guru dan belum menjadi bagian dari
kebijakan sekolah tentang prosedur pemberian layanan yang harus diberikan. Guru masih bekerja
secara mandiri untuk menyelesaikan permasalahan mereka ketika menjumpai anak dengan
kemampuan akademik yang beragam. Keterbatasan informasi mengenai apa dan siapa anak-anak
dengan kemampuan beragam tersebut menjadi akar permasalahan mengapa penanganan mereka
masih minim. Sebagian di antara mereka mudah menyerap materi, namun sebagian yang lain
juga memerlukan waktu yang lebih lama dalam memahami materi pelajaran. Di dalam kelas
tersebut, peserta didik belajar menyikapi perbedaan antara satu dengan yang lain.
Kebutuhan belajar dari setiap peserta didik berbeda-beda. Hal tersebut terkait erat dengan
faktor eksternal maupun internal mereka. Kasus yang paling banyak ditemui adalah kesibukan
orang tua untuk mencari nafkah sehingga perkembangan belajar peserta didik kurang terkontrol
dan akhirnya memicu permasalahan-permasalahan akademik seringkali ditemui. Gaya belajar
dan potensi belajar yang beragam adalah contoh kasus lainnya yang mengarah pada pencapaian
hasil yang beragam, namun hal tersebut seringkali dipungkiri seiring ditemukannya banyak fakta
pemberian materi pelajaran yang sama untuk semua peserta didik. Pada peserta didik berbakat,
mereka kurang mendapat materi secara mendalam sementara bagi peserta didik yang mempunyai
hambatan belajar akan mudah tertinggal. Situasi ini menunjukkan keberagaman peserta didik di
dalam kelas menjadi tantangan bagi profesionalisme guru dan secara tidak langsung menjadi
cerminan kualitas pendidikan yang sampai saat ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik, hal yang pertama dilakukan di awal tahun
pelajaran adalah mengidentifikasi dan menginventarisasi gaya belajar peserta didik. Bisa
menggunakan pertanyaan lewat angket online atau memberikan pertanyaan menggunakan media
lainnya. Jika sudah mendapatkan data gaya belajar mereka, maka langkah selanjutnya mencoba
pembelajaran dengan menggunakan model atau pendekatan dan media yang bervariasi
(konvergensi) sehingga anak merasa diperhatikan dan dihargai. Selain gaya belajar,
kemampuan/kecepatan menyerap materi pelajaran juga berbeda satu dengan lainnya. Hal ini juga
harus diperhatikan dengan baik oleh pendidik, memang benar kita dituntut untuk mengejar target
kurikulum, tetapi apa gunanya semua yang telah kita lakukan demi kurikulum, jika peserta didik
kita tidak merasakan manfaat dari pembelajaran kita atau merasa tidak dihargai atau tidak
merdeka dalam belajar (Hehanussa, 2019.).
C. PEMENUHAN TARGET KURIKULUM DALAM PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI
Istilah kurikulum berasal dari kata Latin “currere”, yang berarti “menjalankan atau
mencari”. Pada kenyataannya, kurikulum diartikan sebagai jalur atau lintasan kendaraan yang
menuju ke suatu tujuan akhir. Bersamaan dengan Undang-Undang ini, Peraturan Pemerintah
Nomor 57 tentang Standar Nasional Pendidikan Tahun 2021 menyatakan hal yang sama
mengenai kewajiban mengembangkan kurikulum yang beragam berdasarkan karakteristik
daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Perwujudan pengembangan kurikulum satuan
pendidikan sebagai kemandirian sekolah yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum operasionalnya masing-masing sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristiknya (Wahyuningsari, 2021).
Pembelajaran paradigma baru menghubungkan titik-titik antara kurikulum, pembelajaran,
dan penilaian. Hal ini karena kurikulum berfungsi sebagai rencana pembelajaran bagi guru dan
peserta. Mendidik tentang tujuan apa yang harus dicapai dan apa yang harus dipelajari untuk
mencapai tujuan tersebut. Setiap peserta didik membutuhkan kesempatan belajar yang sesuai,
termasuk yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian belajarnya.
Akibatnya, kurikulum yang digunakan Perlu memperhatikan kondisi peserta didik yang
diidentifikasi melalui penilaian saat mengajar. Dengan kata lain, kurikulum akan mempengaruhi
pembelajaran, dan hasilnya akan dinilai melalui penilaian, dan penilaian akan memberikan
informasi tentang pencapaian kurikulum atau apa yang telah dipelajari peserta didik untuk
dididik.
Pembelajaran paradigma baru ini juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
berdiferensiasi. Untuk mendorong keluwesan dalam pembelajaran yang berdiferensiasi, maka
pencapaian awal yang ditetapkan per tahun diubah menjadi hasil belajar berdasarkan tahapan-
tahapan yang disusun sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Perubahan ini didasari
oleh pentingnya keluwesan, target pembelajaran yang tidak terlalu padat, dan perlunya
merancang pembelajaran yang tepat berdasarkan tingkat prestasi belajar peserta didik (teaching
at right level). Rancangan Hasil Belajar per Tahapan didasarkan pada pemahaman bahwa
meskipun seumuran, tingkat prestasi belajar peserta didik tidak seragam.
Pembelajaran berdiferensiasi mengacu pada keragaman layanan yang diberikan oleh
karakteristik peserta belajar yang berbeda. Ketika peserta didik tiba di sekolah, mereka memiliki
berbagai perbedaan dalam kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, budaya, gaya belajar,
dan banyak faktor lainnya. Akibatnya, tidak adil jika guru hanya memberikan materi pelajaran
dan menilai peserta didik dengan cara yang sama untuk semua peserta didik di kelas. Guru harus
memperhatikan perbedaan peserta didik dan memberikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan
peserta didik.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan guru
untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik. Diferensiasi adalah proses belajar mengajar di
mana peserta didik mempelajari materi pelajaran berdasarkan kemampuannya, apa yang mereka
sukai, dan kebutuhan individu mereka sehingga mereka tidak frustrasi dan merasa gagal selama
proses pembelajaran (Breaux dan Magee, 2010; Fox & Hoffman, 2011; Tomlinson, 2017). Guru
harus memahami dan menyadari bahwa ada lebih dari satu cara, metode, atau strategi untuk
mempelajari suatu bahan pelajaran ketika menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Guru
harus mengatur bahan pelajaran, kegiatan, tugas sehari-hari yang diselesaikan di kelas dan di
rumah, dan penilaian akhir berdasarkan kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi
pelajaran, minat atau hal apa yang disukai peserta didik dalam belajar, dan cara menyampaikan
pelajaran yang sesuai dengan profil belajar peserta didik yang diajarnya.
Ada empat aspek pembelajaran berdiferensiasi, yaitu konten, proses, produk, dan
lingkungan atau iklim pembelajaran di kelas. Guru dapat memutuskan bagaimana keempat
elemen ini akan diterapkan dalam pembelajaran di dalam kelas. Guru memiliki kemampuan dan
kesempatan untuk mengubah lingkungan dan iklim belajar, serta konten, proses, dan produk
setiap kelas berdasarkan profil pesreta didik saat ini dalam perjalanannya. Keempat aspek
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Konten
Konten adalah materi yang akan diajarkan oleh guru di kelas atau dipelajari oleh peserta
didik di kelas. Ada dua cara untuk membuat konten pelajaran yang berbeda dalam
pembelajaran yang berbeda, antara lain: a) menyesuaikan apa yang akan diajarkan guru atau
apa yang akan dipelajari peserta didik berdasarkan tingkat kesiapan dan minat mereka; b)
menyesuaikan bagaimana konten akan diajarkan atau dipelajari. Hal ini disampaikan oleh
guru atau diperoleh peserta didik berdasarkan profil (gaya) belajar yang disukai yang dimiliki
oleh masing-masing peserta didik.
2. Proses
Istilah proses mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di dalam kelas. Yang
dimaksud dengan kegiatan adalah kegiatan yang bermakna bagi peserta sebagai pengalaman
belajar di kelas, bukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang dipelajari.
Kegiatan yang dilakukan peserta didik tersebut tidak dinilai secara numerik, melainkan
secara kualitatif berupa catatan umpan balik tentang sikap, pengetahuan, dan keterampilan
apa yang masih kurang dan perlu ditingkatkan/ditingkatkan oleh peserta didik. Aktivitas
bermakna peserta didik di kelas juga harus dibedakan berdasarkan kesiapan, minat, dan profil
(gaya) belajarnya.
3. Produk
Produk merupakan hasil akhir pembelajaran untuk menunjukkan kemampuan peserta didik
dalam mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahamannya setelah
menyelesaikan satu unit pelajaran atau bahkan setelah membahas materi pelajaran selama
satu semester. Produk memiliki peringkat sumatif dan perlu. Produk membutuhkan lebih
banyak waktu untuk menyelesaikannya dan membutuhkan pemahaman yang lebih luas dan
lebih dalam daripada peserta didik. Akibatnya, produk seringkali diselesaikan tidak hanya di
dalam kelas, tetapi juga di luar kelas. Pelaksanaan produk dapat dilakukan secara individu
maupun berkelompok. Apabila produk dilakukan secara berkelompok antar tim, maka
sistem penilaian diatur berdasarkan kontribusi masingmasing antar anggota tim
kelompoknya dalam proses mengerjakan produk.
4. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud meliputi pribadi, sosial, dan struktur fisik kelas.
Lingkungan belajar juga harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik untuk belajar,
minat, dan profil belajar mereka agar mereka memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
Misalnya, guru dapat menyiapkan beberapa tempat duduk peserta didik di papan buletin
kelas berdasarkan kesiapan belajar, minat, dan gaya belajar mereka. Peserta didik dapat
duduk dalam kelompok besar atau kelompok kecil, dan mereka juga dapat bekerja secara
individu atau berpasangan. Pada hakekatnya guru harus menciptakan suasana dan
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didik agar mereka merasa aman,
nyaman, dan tenang saat belajar karena kebutuhannya terpenuhi.
D. KESIMPULAN
Keberagaman (diversity) merupakan sebuah keniscayaan yang tidak mungkin
dihindari. Keberagaman peserta didik di kelas merupakan aspek yang harus dipahami oleh
setiap guru. Bahwa tidak ada peserta didik yang memiliki karakteristik yang sama, terlebih
pada peserta didik berkebutuhan khusus. Setiap guru harus mengetahui kebutuhan belajar
setiap peserta didik, termasuk peserta didik yang memerlukan kebutuhan belajar yang
spesifik
Pembelajaran paradigma baru menghubungkan titik-titik antara kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian. Hal ini karena kurikulum berfungsi sebagai rencana
pembelajaran bagi guru dan peserta. Mendidik tentang tujuan apa yang harus dicapai dan
apa yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap peserta didik
membutuhkan kesempatan belajar yang sesuai, termasuk yang disesuaikan dengan tahap
perkembangan dan tingkat pencapaian belajarnya. Akibatnya, kurikulum yang digunakan
Perlu memperhatikan kondisi peserta didik yang diidentifikasi melalui penilaian saat
mengajar. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan
guru untuk memenuhi kebutuhan setiap peserta didik. Diferensiasi adalah proses belajar
mengajar di mana peserta didik mempelajari materi pelajaran berdasarkan kemampuannya,
apa yang mereka sukai, dan kebutuhan individu mereka sehingga mereka tidak frustrasi dan
merasa gagal selama proses pembelajaran. Guru juga dapat mengubah isi pelajaran, proses
pembelajaran, produk atau hasil pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di
mana peserta didik belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K. 2021. Pendidikan Islam Multikultural (Konsep dan Implementasi Praktis).


Lamongan: Academia Publication.

DG, 2023. Memaknai Keberagaman Peserta Didik. Diakses di website


https://gpk.gtk.kemdikbud.go.id/portal/index.php/kliping/detail/memaknai-keberagaman-
peserta-didik pada tanggal 5 April 2023.

Salsabila, H., dkk. 2021. Metode Sariswara Sebagai Akomodasi Keberagaman Peserta didik di
Kelas Inklusif. TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke SD-An, 7(2).

Tomlinson, Carol A. (2017). How to differentiate instruction in academically diverse


classrooms. VA: ASCD.

Wahyuningsari, D., Mujiwati, Y., Hilmiyah, L., Kusumawardani, F., & Sari, I. (2022).
Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Rangka Mewujudkan Merdeka Belajar. Jurnal
Jendela Pendidikan, 2 (04), 529-535.

Anda mungkin juga menyukai