Anda di halaman 1dari 2

KONEKSI ANTAR MATERI PENGEMBANGAN PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARANNYA

1. Apa itu belajar?


Menurut Hamalik (2014:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih
luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Begitu juga yang dikatakan oleh Sudjana (2009: 3)
hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
berubah ke arah yang lebih baik.
2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar
(behaviorism, social-cognitivism, constructivism)
a. Teori behavioristik menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku peserta didik sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon,
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari sebuah proses pembelajaran.
Seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah menunjukkan perubahan-
perubahan perilaku setelah mengalami proses pembelajaran.
b. Teori kongnitif sosial menjelaskan bahwa sebuah proses perubahan persepsi
dan pemahaman. Pemahaman belajar tidak harus berbicara tentang perubahan
tingkah laku atau sikap yang bisa diamati. Seperti halnya ketika peserta didik
meniru apa yang dilakukan gurunya. Misalnya bapak dan ibu guru berperilaku
sopan dan membuang sampah pada tempatnya sehingga peserta didik yang
belajar melalui proses pengamatan akan meniru perilaku tersebut.
c. Teori Kontruktivis menjelaskan bahwa sebuah proses belajar memiliki tujuan
untuk menemukan bakatnya, menambah pengetahuan atau teknologi dan lain-
lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Dari pengalaman-
pengalaman yang telah dilewati oleh peserta didik maka mereka akan
memiliki hidup yang lebih dinamis dan pengetahuan akan bertambah.
3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest,
keterampilan regulasi diri)
a. Motivasi belajar berdasarkan kebutuhan: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa
aman dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan
kebutuhan aktualisasi diri.
b. Motivasi belajar berdasarkan tujuannya: motivasi dalam proses belajar peserta
didik dapat membuat peserta didik menjadi semangat belajar. Motivasi sangat
berkaitan dengan stimulus yang membuat peserta didik menjadi terpacu untuk
melakukan sesuatu.
c. Motivasi belajar berdasarkan emotional-interest: emosi merupakan luapan
perasaan atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Interest atau minat
berhubungan dengan perhatian dan ketertarikan untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses pembelajaran minat dan rasa tertarik peserta didik dapat
meningkatkan motivasi belajar.
d. Motivasi belajar berdasarkan regulasi diri: merupakan suatu bentuk
pengaturan yang mencoba berbagai macam cara sebelum mencapai suatu
bentuk pengaturan atau regulasi yang dianggap berhasil mengatasi berbagai
tuntutan belajar sebagai peserta didik ditengah kesibukan membagi waktu dan
tenaga di peran yang lain. Regulasi diri akan membantu peserta didik
mengendalikan pikiran, perasaan dorongan dan hasrat yang sifatnya eksternal
untuk mencapai cita-citanya.
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)
 Growth Mindset (Pola Pikir Bertumbuh), seseorang memiliki keyakinan
yang mendasar bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh
seiring waktu, upaya dan pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa
mereka bisa menjadi lebih pintar, mereka menyadari bahwa jika mereka
melakukan upaya itu akan berdampak pada keberhasilan sehingga mereka
bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar mencapai keberhasilan yang
lebih tinggi. Growth mindset didasarkan pada keyakinan bahwa prestasi
akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih dalam belajar.
 Fixed Mindset (Pola Pikir Tetap), seseorang tidak percaya bahwa mereka
dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka.
Mereka juga percaya bahwa bakat saja yang mengarah pada kesuksesan dan
tidak diperlukan usaha untuk mencapai sebuah keberhasilan. Di sekolah,
seorang peserta didik yang memiliki fixed mindset tetap takut untuk mencoba
sekalipun diberikan kesempatan oleh gurunya. Para peserta didik tidak
berusaha mencari bantuan karena mereka percaya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir seperti ini
yang akan menjadi sumber turunnya motivasi pada peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai