Anda di halaman 1dari 3

KONEKSI ANTAR MATERI TOPIK 1

PEMAHAMAN PESRTA DIDIK

Nama: Arya Rifan Syah


NPM: 22130612072

PPG Prajabatan Kimia Gelombang 2

1. Apa itu belajar?


Belajar adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga
dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan
dan memiliki tentang sesuatu. Menurut Hamalik (2014: 36) belajar merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Begitu
juga yang dikatakan oleh Sudjana (2009: 3) hasil belajar siswa pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu proses yang dilakukan seseorang untuk berubah ke arah yang lebih baik.

2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar (behaviorism,
social-cognitivism, constructivism)
- Menurut Teori Behaviosisme, Belajar adalah perubahan tingkah laku.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) sesuai dengan yang
diharapkan oleh guru. Seseorang akan dianggap telah belajar ketika sudah
menunjukkan perubahan perilaku setelah mengalami proses pembelajaran.
- Menurut teori belajar sosial-kognitif, belajar adalah proses perubahan perilaku melalui
proses peniruan (observational learning). Kepribadian seseorang berkembang melalui
proses modeling (peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan tetapi juga
melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang teramati,
menggeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif. Teori
kongnitif sosial menjelaskan bahwa sebuah proses perubahan persepsi dan
pemahaman, pemahaman, belajar tidak harus berbicara tentang perubahan
tingkah laku atau sikap yang bisa diamati.
- Pada pandangan teori konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang
melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan kuat apabila
selalu diuji oleh berbagai macam pengalaman baru. Peserta didik harus mampu
mengembangkan sendiri pengetahuan dari guru di dalam benaknya. Sebuah
proses belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah
pengetahuan atau teknologi, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk
mengembangkan dirinya. Dari pengalaman-pengalaman yang telah dilewati
oleh siswa, maka mereka akan memiliki hidup yang lebih dinamis dan
pengetahuan akan bertambah.

3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest,


keterampilan regulasi diri)
- Motivasi belajar berdasarkan kebutuhan: kebutuhan fisiologis, kebutuhan ras
aman, dan perlindungan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri
- Motivasi belajar berdasarkan tujuannya: motivasi dalam proses belajar peserta
didik dapat membuat peserta didik menjadi semangat belajar. Motivasi sangat
berkaitan dengan stimulus yang membuat peserta didik menjadi terpacu untuk
melakukan sesuatu.
- Motivasi besdasarkan emotional-interest: emosi merupakan luapan perasaan
atau reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Dalam proses pembelajaran
minat dan rasa tertarik peserta didik dapat meningkatkan motivasi belajar.
- Motivasi belajar berdasarkan regulasi yang dianggap berhasil mengatasi
berbagai tuntutan belajar sebagai peserta didik di tengah kesibukan membagi
waktu dan tenaga di peran yang lain. Regulasi diri akan membantu peserta
didik mngendalikan pikiran, perasaan dorongan dan hasrat yang sifatnya
eksternal untuk mencapai cita-citanya

4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)


- Pada Growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar bahwa
pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan
pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar,
mereka menyadari bahwa jika mereka melakukan upaya itu akan berdampak pada
keberhasilan, sehingga mereka bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar
mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth mindset didasarkan pada
keyakinan bahwa prestasi akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih
dalam belajar.
- Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa
bakat saja yang mengarah pada kesuksesan dan tidak diperlukan usaha untuk
mencapai sebuah keberhasilan. Di sekolah, seorang siswa yang memiliki fixed
mindset tetap takut untuk mencoba sekalipun diberikan kesempatan oleh gurunya.
Para siswa tidak berusaha mencari bantuan karena mereka percaya bahwa segala
sesuatu yang dilakukan bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir
seperti ini yang akan menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.

Anda mungkin juga menyukai