Anda di halaman 1dari 3

Topik 1 – Koneksi Antar Materi

Rangkuman Materi Kuliah Pemahaman Tentang Peserta Didik Dan Pembelajarannya

1. Apa itu belajar?


Jawab:
Belajar adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan pengetahuan, kepandaian atau keterampilan baik melalui
studi, pengajaran, intruksi, latihan atau bentuk pengalaman lainnya. Dengan belajar
manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki
tentang sesuatu.

2. Bagaimana belajar dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar (behaviorism,
social-cognitivism, constructivism)
Jawab:
Teori belajar behavioristik, belajar merupakan interaksi antara stimulus dan respon.
proses belajar yang terpenting adalah seseorang akan dianggap telah belajar ketika
sudah menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan yang dialami siswa dalam hal ini
sebagai hasil dari interaksi stimulus dan respon. Belajar tidak terlepas dari stimulus
yang sudah dibuat oleh guru agar siswa mampu mengulangi atau berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan oleh guru. Pemberian stimulus berulang sehingga terjadi
pembiasaan, dilakukan kepada peserta didik tentu saja harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Adanya stimulus sesungguhnya menjadi sebuah perangkat keras agar
proses dan hasil belajar bisa dikembangkan sedemikian rupa namun tetap berada dalam
konteks tujuan pembelajaran.
Teori belajar sosial-kognitif, belajar merupakan kemampuan kognitif manusia
dalam berpikir dan belajar melalui pengamatan sosial. Belajar kognitif, seorang guru
perlu fokus pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan
fungsi kognitif mereka. Libatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan
waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan
memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat
membantu mereka dalam memahami proses mental.
Teori belajar konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan yang mengharuskan individu tersebut aktif selama kegiatan belajar.
Teori belajar ini berlandaskan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain, manusia
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya disebarkan melalui
konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan. Teori ini menekankan
seseorang yang belajar memiliki tujuan untuk menemukan bakatnya, menambah
pengetahuan atau teknologi, menambahkan pengetahuan yang dimilikinya, dan lain-
lain yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya.
3. Motivasi belajar (berdasarkan kebutuhan, tujuan, emotional-interest, keterampilan
regulasi diri)
Jawab:
Motivasi belajar berdasarkan kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan untuk
melakukan suatu kegiatan dalam proses belajar baik berupa dorongan yang timbul dari
dalam maupun dari luar diri siswa, yang nantinya bertujuan untuk menimbulkan
semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Emotional-interest sangat berkaitan erat
dengan motivasi belajar, dimana ketertarikan individu terhadap apa yang mereka
pelajari dapat meningkatkan motivasi belajar mereka dalam mempelajari hal tersebut.
Selain itu, motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan kemampuan regulasi diri pada
siswa. Regulasi diri adalah mekanisme internal yang membantu seseorang untuk
terlibat dalam perilaku yang penuh perhatian dan disengaja. Jika siswa mampu
meregulasi diri mereka, siswa dapat mengembangkan keterampilan mereka dalam
mengendalikan emosi dan tindakan dalam proses belajar, sehingga nantinya dapat
meningkatkan motivasi mereka dalam belajar.
4. Paradigma personal peserta didik (growth mindset dan fixed mindset)
Jawab:
Pola Pikir (Mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan keyakinan yang membentuk
pikiran atau kebiasaan padai individu. Pikiran atau kebiasaan seseorang akan
mempengaruhi cara individu berpikir, apa yang individu rasakan, dan apa yang
individu lakukan. Pola pikir seseorang ini yang nantinya akan mempengaruhi cara
individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri. Ada 2 jenis mindset, fixed
mindset dan growth mindset, untuk membantu seorang individu percaya atas
kemampuan, potensi, kapasitas perilaku yang dimiliki, sehingga dapat memprediksi
keberhasilan di masa mendatang.
Pada fixed mindset, seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan
dan meningkatkan kecerdasan dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat
saja yang mempengaruhi keberhasilan mereka. Pola pikir seperti ini yang akan
menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.
Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar
bahwa pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan
pengalaman. Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar,
mereka menyadari bahwa jika mereka melakukan upaya itu akan berdampak pada
keberhasilan, sehingga mereka bersedia untuk meluangkan waktu lebih agar
mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth mindset didasarkan pada keyakinan
bahwa prestasi akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai