Anda di halaman 1dari 4

Nama :

NIM :
Kelas : PPG Prajabatan
Mata Kuliah : Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Topik 1
Aksi Nyata

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki arti sebagai upaya memperoleh
kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah usaha
manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum
dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti,
dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Menurut Pritchard (2008) belajar dilakukan untuk  mendapatkan pengetahuan atau
keterampilan, melalui studi, pengajaran, instruksi atau pengalaman. Sedangkan menurut Schunk
(2012) belajar memiliki pengertian perubahan perilaku yang bertahan lama, atau dalam kapasitas
untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari latihan atau bentuk lain dari
pengalaman.
Berdasarkan definisi di atas, belajar merupakan upaya manusia untuk mendapatkan
pengetahuan atau keterampilan, sehingga mencapai kapasitas untuk berperilaku dengan cara
tertentu, melalui studi, pengajaran, instruksi, latihan atau bentuk pengalaman lainnya.

Belajar dapat dilihat dari beberapa sudut pandang teori belajar yaitu :
Pada teori Behaviorism (behaviorisme), belajar itu adalah suatu proses perubahan yang
terjadi karena adanya stimulus yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Stimulus adalah
apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan oleh individu ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Belajar juga sebagai proses perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil
belajar melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul.
Pada teori Social - Cognitivism (Sosial Kognitif), manusia mempunyai kemampuan
berpikir dan mengatur tingkah laku nya sendiri. Perilaku, kognitif dan lingkungan saling
berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku dan
sebaliknya, faktor kognitif mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, serta faktor lingkungan
mempengaruhi kognitif dan sebaliknya. Manusia belajar banyak perilaku melalui proses
peniruan. Manusia dapat meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku
model dan akibat yang ditimbulkannya. Teori belajar sosial ini menjelaskan bagaimana
kepribadian seseorang berkembang melalui proses pengamatan.
Pada teori Constructivism (Konstruktivisme), pengetahuan tumbuh dan berkembang
melalui pengalaman pada saat manusia belajar. Pertama, menggabungkan atau mengintegrasikan
pengetahuan yang diterima oleh manusia, atau disebut dengan asimilasi. Kedua, mengubah
struktur pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga terjadi
keseimbangan. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam
mengelola informasi merupakan proses secara fisik-psikologis sebagai elemen dasar dalam
belajar.
Dalam proses pembelajaran, selain teori belajar, pendidik (guru) diharapkan memahami
motivasi belajar peserta didik agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Peserta
didik yang telah memiliki motivasi akan siap untuk belajar, sehingga akan lebih mudah dalam
menerima materi dan aktif dalam proses pembelajaran, serta dapat memfokuskan diri untuk tetap
belajar meski dalam prosesnya peserta didik mengalami kesulitan atau mendapat distraksi.
Motivasi sendiri terbagi menjadi dua bentuk, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi
ekstrinsik terkait dengan kegiatan melakukan sesuatu yang bertujuan untuk mendapatkan sesuatu
yang lain. Sementara itu, motivasi intrinsik berkaitan dengan motivasi internal yang ada pada diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri.
Terdapat empat perspektif psikologis terkait motivasi, yaitu
1. Perspektif perilaku
Pada perspektif perilaku, motivasi seringkali dikaitkan dengan imbalan dan
hukuman eksternal sebagai penentu keberhasilan siswa. Misal: pemberian nilai angka
dan huruf, memberikan pengakuan kepada siswa, memberikan “hak istimewa”, dan
sebagainya.
2. Perspektif humanistik
Pada perspektif humanistik, motivasi lebih ditekankan kepada kemampuan
pertumbuhan pribadi siswa, kemerdekaan untuk memilih dan sifat-sifat positif.
Perspektif ini sangat erat dengan keyakinan Abraham Maslow bahwa terdapat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum kebutuhan yang lebih tinggi dapat
dipuaskan. Kebutuhan-kebutuhan yang dimaksud dapat diperhatikan pada gambar di
bawah ini:
3. Perspektif kognitif
Pada perspektif kognitif, motivasi muncul karena adanya pemikiran dari setiap
individu. Jika perspektif perilaku lebih menekankan pada insentif eksternal, maka
dalam perspektif kognitif tekanan dari eksternal tidak perlu terlalu ditonjolkan. Menurut
perspektif kognitif, seseorang perlu diberikan lebih banyak kesempatan, tanggung
jawab, serta mengendalikan hasil prestasi sendiri.
4. Perspektif sosial
Pada perspektif sosial, motivasi sering dikaitkan dengan kemampuan seseorang
dalam membangun, memelihara, dan memulihkan hubungan pribadi yang dekat dan
hangat pada orang lain.
Berkaitan erat dengan motivasi, peserta didik dalam proses pembelajaran perlu dibangun
pola piker atau mindset agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Dweck (2006), pola
pikir (mindset) adalah sekumpulan dari pikiran dan keyakinan yang membentuk pikiran atau
kebiasaan padai individu. Pikiran atau kebiasaan seseorang akan mempengaruhi cara individu
berpikir, apa yang individu rasakan, dan apa yang individu lakukan. Pola pikir seseorang ini
yang nantinya akan mempengaruhi cara individu memahami dunia, dan memahami diri sendiri.
Terdapat dua jenis mindset, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Pada fixed mindset,
seseorang tidak percaya bahwa mereka dapat mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan
dan bakat mereka. Mereka juga percaya bahwa bakat saja yang mengarah pada kesuksesan dan
tidak diperlukan usaha untuk mencapai sebuah keberhasilan. Di sekolah, seorang siswa yang
memiliki fixed mindset tetap takut untuk mencoba sekalipun diberikan kesempatan oleh gurunya.
Para siswa tidak berusaha mencari bantuan karena mereka percaya bahwa segala sesuatu yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kecerdasan mereka. Pola pikir seperti ini yang akan
menjadi sumber turunnya motivasi pada siswa.
Sementara itu, dalam growth mindset, seseorang memiliki keyakinan yang mendasar bahwa
pembelajaran dan kecerdasan mereka dapat tumbuh seiring waktu, upaya dan pengalaman.
Ketika seseorang percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih pintar, mereka menyadari bahwa jika
mereka melakukan upaya itu akan berdampak pada keberhasilan, sehingga mereka bersedia
untuk meluangkan waktu lebih agar mencapai keberhasilan yang lebih tinggi. Growth mindset
didasarkan pada keyakinan bahwa prestasi akademik yang baik berasal dari upaya yang gigih
dalam belajar.
Berdasarkan topik Teori Belajar dan Motivasi Belajar Anak, rencana aksi nyata yang akan
saya aplikasikan dalam proses pembelajaran di kelas ialah
1. Memberikan latihan yang sama tidak hanya sekali sebagai stimulus untuk memacu
pemahaman belajar peserta didik sebagai implementasi teori Behaviorism (behaviorisme)
2. Membersamai peserta didik dalam merefleksikan pengalaman hingga mengarahkan pada
materi yang akan didiskusikan, serta melatih berpikir kritis peserta didik dalam
menyelesaikan suatu persoalan sebagai implementasi teori Social - Cognitivism (Sosial
Kognitif)
3. Mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi dengan mengkritisi dan menganalisis
persoalan dalam materi yang didiskusikan sebagai implementasi teori Constructivism
(Konstruktivisme)

Anda mungkin juga menyukai