Anda di halaman 1dari 8

1.

Penguasaan konsep dasar pendidikan Islam


Seharusnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan pendidikan agama Islam
membuat pendidikan terus berkembang sejalan dengan perkembangan global.
pendidikan agama Islam diharapkan mampu membawa peserta didik menjadi pribadi
yang agamis dan berbudi pekerti luhur.Karena keberhasilan lembaga pendidikan tidak
hanya diukur dari prestasi akademik, tetapi juga dari perubahan perilaku buruk
menuju perilaku yang terpuji. Sebab ending dari pendidikan adalah memberi manfaat
dan tidak ada manfaat bagi perilaku tercela kecuali kerusakan.
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan
ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran
agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar ia dapat
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidup, demi
keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun akhirat kelak.
Tujuan pendidikan Islam yang hendak dibidik dewasa ini adalah untuk
membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang untuk memahami dan
mempelajari ajaran agama Islam. Diharapkan mereka memiliki kecerdasan berpikir
(IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal
hidup menuju kesuksesan dunia dan akherat. Pendidikan Islam harus membentuk
manusia seorang hamba yang taat kepada Allah dan membentuk manusia yang
mampu menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan dunia.
Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk
pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan
agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan
kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada
pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek pertama dari pendidikan
Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa
melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya
Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada
aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya,
bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan
sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran-
Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya
sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada
pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini
dan diterima
2. Penguasaan unsur-unsur Pendidikan
1. Peserta Didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Peserta didik sebagai subyek
pembelajaran merupakan individu aktif dengan berbagai karakteristiknya,
sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik, baik antara
guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
2. Pendidik
Pendidik harus memiliki persyaratan antara lain jujur, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, tidak tercela dan tidak pernah berurusan dengan
kepolisian karena tindakan kriminal, sehat jasmani dan rohani, memiliki
kualifikasi pendidikan tertentu, mampu melaksanakan kompetensi pendidik dan
memiliki sertifikat pendidik
3. Interaksi Edukatif antara peserta didik dan pendidik.
komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah
kepada tujuan pendidikan, dimana ketika proses belajaran diruangan sedang
berlangsung diharapkan antara pendidik dan murid adalah menjadi partner yang
saling berargumen logis guna mendapatkan suasana belajar yang efektif. Ketika
pendidik memberi bahan ajar berupa materi pelajaran dan contoh-contoh.
Diharapkan respon yang baik dari para peserta didik, baik dari persiapan sebelum
pembelajaran dimulai maupun ketika terlaksananya pendidikan tersebut.
4. Materi/Isi Pendidikan (Kurikulum)
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam
kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
5. Konteks yang mempengaruhi pendidikan.
Konteks yang mempengaruhi pendidikan antara lain alat dan metode. Alat
dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan
dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan media sosial,
misalnya IT (Internet Technology), Hand Phone, Televisi, Radio dan lain-lain.
Metode pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu (a) yang bersifat preventif,
yaitu mencegah terjadinya hal–hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan,
pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman, dan (b) yang bersifat kuratif, yaitu
memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian
kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.
6. Perbuatan pendidik
sikap seorang pendidik dalam penyampaian pelajaran juga menunjang
pekembangan peserta didik, pendidik harus menghindari sikap menekan mental
peserta didik, karena hal ini sangat berpengaruh besar terhadap pendirian, mental,
serta perkembangan pengetahuan peserta didik.
7. Tempat pendidikan berlangsung.
Lingkungan pendidikan berpengaruh juga pada tercapainya tujuan
pendidikan. Lingkungan belajar meliputi sarana dan prasarana belajar, seperti
ruangan kelas yang memadai, tersedianya ruangan untuk pratikum, kenyamanan
dalam belajar (lingkungan luar tidak berisik).
8. Evaluasi dan Tujuan Pendidikan
Evaluasi dan tujuan pendidikan merupakan sikap mengulas kembali
pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dalam bentuk latihan dan tugas-tugas.
Sehingga materi-materi pelajaran tetap melekat dalam diri peserta didik.
Tujuannya adalah membangkitkan, memicu, dan menyegarkan kembali materi-
materi yang telah dibahas sebelumnya, agar peserta didik semakin mantap dalam
menguasai pelajaran tersebut.

3. Penguasaan teori-teori belajar dan pembelajaran


Teori-Teori Belajar
1. Teori Behaviorisme
Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah
laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. Dalam teori ini tingkah laku dalam
belajar akan berubah dengan adanya stimlus dan respon. Stimulus adalah perilaku
yang diberikan pada siswa dan respon adalah perubahan tingkah laku yang terjadi
pada siswa.
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan
stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons
secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).
2. Teori Kognitivisme
Kognitivisme adalah Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori belajar kognitif
lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang
melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai
sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang
dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar
sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Belajar tidak
sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir
yang sangat kompleks.
3. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang
lain. Manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi dan hal yang diperlukan guna mengembangkan dirinya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide,
yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap
dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan
tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya (Arbayah, 2013).
5. Teori Belajar Kecerdasan Ganda
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori
kecerdasan ganda. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah
perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak
mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin
mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.

Teori Pembelajaran
1. Teori pembelajaran pengkondisian klasik.
2. Teori pembelajaran pengkondisian operant.
3. Teori pembelajaran sosial.

4. Penguasaan teori-teori tentang perkembangan peserta didik


Perkembangan diartikan sebagai perubahan kematangan dan persiapan fisik yang
memiliki potensi untuk melakukan aktivitas yang menumbuhkan pengalaman baru. 
1. Environmentalisme
Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh lingkungan.
Teori ini dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke terkenal dengan
istilah tabularasa (meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki
temperamen yang berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang
membentuk jiwa (Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada
usia dini, anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan
membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan selalu muncul
bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan), dan
reward and punishment (penghargaan dan hukuman).
2. Naturalisme
Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan caracaranya sendiri
melihat, berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak
mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda.
Teori ini dikemukakan Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang
berjudul Emile. Belajar dari alam anak-anak mungkin berubah mungkin tidak, tetapi
anak tetap saja sebagai pribadi yang utuh dan kuat. (Crain, 2007: 15-17)
3. Etologis
bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak hanya
terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam tingkah laku. Konrad
Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988) menyatakan insting ikut
berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan tertentu dan insting
memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan benar (Crain, 2007:
64). Jhon Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia ditentukan lingkungan yang
diadaptasinya.
4. Komparatif dan Organismik
Kapan pun perkembangan berlangsung, dia melangkah maju dari kondisi yang
relatif tidak memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang perbedaan dan integrasi
herarkhisnya semakin tinggi
5. Perkembangan Kognitif
Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa tahapan
berpikir manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Piaget mencatat bahwa
seorang anak berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap
berpikir manusia menurut Piaget bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget
menemukan bahwa anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan kognitif dengan
urutan yang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007: 171)
6. Sosial-Historis
Teori sosial-historis dikemukakan Vygotsky (1896-1934). Lev Vigotsky
berpandangan bahwa konteks sosial merupakan hal yang sangat penting dalam proses
belajar seorang anak. Pengalamam interaksi sosial ini sangat berperan dalam
mengembangkan kemampuan berfikir anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan
sosialnya akan menciptakan bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi.
7. Psiko-sosial
Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa perkembangan
terjadi sepanjang kehidupan manusia. Erikson meyakini bahwa setiap tahap
perkembangan berfokus pada upaya penanggulangan konflik. Kesuksesan atau
kegagalan menangani konflik dapat berpengaruh pada setiap tahap perkembangan.
8. Teori Humanimise
Tujuan utama dari teori ini meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkemban
g ditengah masyarakat. Dalam teori humanisme setiap siswa memiliki tanggung jawa
b mengambil keputusan sendiri, mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai ke
butuhan kemampuan dan kesenangan

5. Penguasaan tentang kurikulum


Di Indonesia sendiri ada beberapa kurikulum yang pernah diterapkan dalam dunia
pendidikan, diantaranya adalah kurikulum 1947, kurikulum 1994, kurikulum 2006,
hingga kurikulum 2006. Kurikulum diindonesia seringkali berubah setiap kali
pergantian mentri pendidikan.
Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman-
pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah dalami
sebelumnya.
Contoh: Model pembelajaran menggunakan teacher center. Guru sebagai aktor
sekaligus model, sehingga guru sangat dominan dalam proses dalam pembelajaran
Pengertian kurikulum juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yaitu: “Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yaitu sebagai sarana dalam
mengukur kemampuan pribadi dan konsumsi pendidikan. Kurikulum yang membuat
peserta didik dapat memahami berbagai materi dengan mudah.
Tujuan Kurikulum, dibuat dengan tujuan menjadikannya alat pendidikan untuk
menghasilkan siswa yang berintegrasi. Kurikulum juga membuat siswa mengerti
sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga siswa dapat memutuskan pendidikan
yang ia inginkan di jenjang selanjutnya. Dibuatnya kurikulum bertujuan memeratakan
pendidikan dalam suatu negara. Membimbing serta mendidik siswa agar menjadi
pribadi yang cerdas, berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan
siap masuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Komponen kurikulum yaitu tujuan, materi kurikulum, interaksi belajar mengaja
r di sekolah, dan evaluasi

6. Penguasaan etika profesi bidang pendidikan


ETIKA PROFESI
- memiliki kepribadian yang tangguh yang bercirikan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri. 
- memiliki wawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik dan lingkungan.
- mampu melaksanakan praktik bimbingan dan konseling secara professional. 
- mampu memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut bimbingan konseling.
- mampu mengembangkan dan mempraktekkan kerja sama dalam bidangnya dengan
pihak terkait.
- memiliki wawasan psiko-sosial kependidikan dan kemampuan memberdayakan
warga belajar dalam konteks lingkungannya.
- memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip evaluasi pendidikan.
- mampu menerapkan fungsi manajemen dan kepemimpinan pendidikan dalam
berbagai konteks.
- memiliki wawasan tentang filosofi, strategi dan prosedur pengembangan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum untuk berbagai konteks.
- memiliki wawasan yang luas tentang teknologi pembelajaran.
- mampu menerapkan berbagai prinsip teknologi pembelajaran dalam berbagai
konteks.
- mampu memecahkan masalah pendidikan melalui teknologi pembelajaran.
- mampu mengembangkan dan mempraktikkan kerja sama dalam bidangnya dengan
pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai