Seharusnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan pendidikan agama Islam membuat pendidikan terus berkembang sejalan dengan perkembangan global. pendidikan agama Islam diharapkan mampu membawa peserta didik menjadi pribadi yang agamis dan berbudi pekerti luhur.Karena keberhasilan lembaga pendidikan tidak hanya diukur dari prestasi akademik, tetapi juga dari perubahan perilaku buruk menuju perilaku yang terpuji. Sebab ending dari pendidikan adalah memberi manfaat dan tidak ada manfaat bagi perilaku tercela kecuali kerusakan. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikannya sebagai suatu pandangan hidup, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia maupun akhirat kelak. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dibidik dewasa ini adalah untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang untuk memahami dan mempelajari ajaran agama Islam. Diharapkan mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan dunia dan akherat. Pendidikan Islam harus membentuk manusia seorang hamba yang taat kepada Allah dan membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk persoalan kehidupan dunia. Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri. Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah swt. Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri. Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-Nya (ajaran-ajaran- Nya) tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat diyakini dan diterima 2. Penguasaan unsur-unsur Pendidikan 1. Peserta Didik Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Peserta didik sebagai subyek pembelajaran merupakan individu aktif dengan berbagai karakteristiknya, sehingga dalam proses pembelajaran terjadi interaksi timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. 2. Pendidik Pendidik harus memiliki persyaratan antara lain jujur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak tercela dan tidak pernah berurusan dengan kepolisian karena tindakan kriminal, sehat jasmani dan rohani, memiliki kualifikasi pendidikan tertentu, mampu melaksanakan kompetensi pendidik dan memiliki sertifikat pendidik 3. Interaksi Edukatif antara peserta didik dan pendidik. komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan, dimana ketika proses belajaran diruangan sedang berlangsung diharapkan antara pendidik dan murid adalah menjadi partner yang saling berargumen logis guna mendapatkan suasana belajar yang efektif. Ketika pendidik memberi bahan ajar berupa materi pelajaran dan contoh-contoh. Diharapkan respon yang baik dari para peserta didik, baik dari persiapan sebelum pembelajaran dimulai maupun ketika terlaksananya pendidikan tersebut. 4. Materi/Isi Pendidikan (Kurikulum) Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. 5. Konteks yang mempengaruhi pendidikan. Konteks yang mempengaruhi pendidikan antara lain alat dan metode. Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan media sosial, misalnya IT (Internet Technology), Hand Phone, Televisi, Radio dan lain-lain. Metode pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu (a) yang bersifat preventif, yaitu mencegah terjadinya hal–hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga hukuman, dan (b) yang bersifat kuratif, yaitu memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman. 6. Perbuatan pendidik sikap seorang pendidik dalam penyampaian pelajaran juga menunjang pekembangan peserta didik, pendidik harus menghindari sikap menekan mental peserta didik, karena hal ini sangat berpengaruh besar terhadap pendirian, mental, serta perkembangan pengetahuan peserta didik. 7. Tempat pendidikan berlangsung. Lingkungan pendidikan berpengaruh juga pada tercapainya tujuan pendidikan. Lingkungan belajar meliputi sarana dan prasarana belajar, seperti ruangan kelas yang memadai, tersedianya ruangan untuk pratikum, kenyamanan dalam belajar (lingkungan luar tidak berisik). 8. Evaluasi dan Tujuan Pendidikan Evaluasi dan tujuan pendidikan merupakan sikap mengulas kembali pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dalam bentuk latihan dan tugas-tugas. Sehingga materi-materi pelajaran tetap melekat dalam diri peserta didik. Tujuannya adalah membangkitkan, memicu, dan menyegarkan kembali materi- materi yang telah dibahas sebelumnya, agar peserta didik semakin mantap dalam menguasai pelajaran tersebut.
3. Penguasaan teori-teori belajar dan pembelajaran
Teori-Teori Belajar 1. Teori Behaviorisme Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu. Dalam teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah dengan adanya stimlus dan respon. Stimulus adalah perilaku yang diberikan pada siswa dan respon adalah perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus (S) dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang penting bagi siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikan stimulus dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan merespons secara positif apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan). 2. Teori Kognitivisme Kognitivisme adalah Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. 3. Teori Konstruktivisme Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep serta kaidah yang siap dipraktikkan. Manusia harus mengkonstruksinya terlebih dahulu pengetahuan tersebut dan memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya 4. Teori Belajar Humanistik Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Arbayah, 2013). 5. Teori Belajar Kecerdasan Ganda Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
Teori Pembelajaran 1. Teori pembelajaran pengkondisian klasik. 2. Teori pembelajaran pengkondisian operant. 3. Teori pembelajaran sosial.
4. Penguasaan teori-teori tentang perkembangan peserta didik
Perkembangan diartikan sebagai perubahan kematangan dan persiapan fisik yang memiliki potensi untuk melakukan aktivitas yang menumbuhkan pengalaman baru. 1. Environmentalisme Teori enviromentalisme menyatakan perkembangan ditentukan oleh lingkungan. Teori ini dikemukakan filsuf Inggris Jhon Locke (1632-1704). Locke terkenal dengan istilah tabularasa (meja lilin putih). Locke mengakui kalau individu memiliki temperamen yang berbeda, namun secara keseluruhan, lingkunganlah yang membentuk jiwa (Crain, 2007: 6-7). Pada saat jiwa dalam kondisi lunak yaitu pada usia dini, anak-anak mudah dididik menurut kemauan pendidiknya. Lingkungan membentuk jiwa anak-anak melalui proses asiosiasi (dua gagasan selalu muncul bersama-sama), repetisi (melakukan sesuatu berkali-kali), imitasi (peniruan), dan reward and punishment (penghargaan dan hukuman). 2. Naturalisme Teori naturalisme memandang anak berkembang dengan caracaranya sendiri melihat, berpikir, dan merasa. Alam seperti guru yang mendorong anak mengembangkan kemampuan berbeda-beda di tingkat pertumbuhan yang berbeda. Teori ini dikemukakan Jean Jecques Rousseau (1712-1778) dalam bukunya yang berjudul Emile. Belajar dari alam anak-anak mungkin berubah mungkin tidak, tetapi anak tetap saja sebagai pribadi yang utuh dan kuat. (Crain, 2007: 15-17) 3. Etologis bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak hanya terjadi pada fisik seperti warna kulit, namun juga pada beragam tingkah laku. Konrad Lorenz (1903-1989) dan Niko Tindbergen (1907-1988) menyatakan insting ikut berkembang karena menjadi adaptif dalam lingkungan tertentu dan insting memerlukan lingkungan yang tepat untuk berkembang dengan benar (Crain, 2007: 64). Jhon Bowlby (1907-1990) perkembangan manusia ditentukan lingkungan yang diadaptasinya. 4. Komparatif dan Organismik Kapan pun perkembangan berlangsung, dia melangkah maju dari kondisi yang relatif tidak memiliki banyak perbedaan menuju kondisi yang perbedaan dan integrasi herarkhisnya semakin tinggi 5. Perkembangan Kognitif Teori ini digagas Jean Piaget (1896-1980) yang menyatakan bahwa tahapan berpikir manusia sejalan dengan tahapan umur seseorang. Piaget mencatat bahwa seorang anak berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Tahap berpikir manusia menurut Piaget bersifat biologis. Melalui penelitiannya Piaget menemukan bahwa anak-anak melewati tahap-tahap perkembangan kognitif dengan urutan yang tidak pernah berubah dengan keteraturan yang sama (Crain, 2007: 171) 6. Sosial-Historis Teori sosial-historis dikemukakan Vygotsky (1896-1934). Lev Vigotsky berpandangan bahwa konteks sosial merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar seorang anak. Pengalamam interaksi sosial ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berfikir anak. Interaksi antara anak dengan lingkungan sosialnya akan menciptakan bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi. 7. Psiko-sosial Teori ini digagas Erik Erikson (1902) yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi sepanjang kehidupan manusia. Erikson meyakini bahwa setiap tahap perkembangan berfokus pada upaya penanggulangan konflik. Kesuksesan atau kegagalan menangani konflik dapat berpengaruh pada setiap tahap perkembangan. 8. Teori Humanimise Tujuan utama dari teori ini meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkemban g ditengah masyarakat. Dalam teori humanisme setiap siswa memiliki tanggung jawa b mengambil keputusan sendiri, mengungkapkan perasaan dan pendapat mengenai ke butuhan kemampuan dan kesenangan
5. Penguasaan tentang kurikulum
Di Indonesia sendiri ada beberapa kurikulum yang pernah diterapkan dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah kurikulum 1947, kurikulum 1994, kurikulum 2006, hingga kurikulum 2006. Kurikulum diindonesia seringkali berubah setiap kali pergantian mentri pendidikan. Kurikulum lama berorientasi pada masa lampau, karena berisikan pengalaman- pengalaman masa lampau. Guru mengajarkan berbagai hal yang telah dalami sebelumnya. Contoh: Model pembelajaran menggunakan teacher center. Guru sebagai aktor sekaligus model, sehingga guru sangat dominan dalam proses dalam pembelajaran Pengertian kurikulum juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yaitu: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan yaitu sebagai sarana dalam mengukur kemampuan pribadi dan konsumsi pendidikan. Kurikulum yang membuat peserta didik dapat memahami berbagai materi dengan mudah. Tujuan Kurikulum, dibuat dengan tujuan menjadikannya alat pendidikan untuk menghasilkan siswa yang berintegrasi. Kurikulum juga membuat siswa mengerti sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga siswa dapat memutuskan pendidikan yang ia inginkan di jenjang selanjutnya. Dibuatnya kurikulum bertujuan memeratakan pendidikan dalam suatu negara. Membimbing serta mendidik siswa agar menjadi pribadi yang cerdas, berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif, bertanggung jawab, dan siap masuk dalam kehidupan bermasyarakat. Komponen kurikulum yaitu tujuan, materi kurikulum, interaksi belajar mengaja r di sekolah, dan evaluasi
6. Penguasaan etika profesi bidang pendidikan
ETIKA PROFESI - memiliki kepribadian yang tangguh yang bercirikan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri. - memiliki wawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik dan lingkungan. - mampu melaksanakan praktik bimbingan dan konseling secara professional. - mampu memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut bimbingan konseling. - mampu mengembangkan dan mempraktekkan kerja sama dalam bidangnya dengan pihak terkait. - memiliki wawasan psiko-sosial kependidikan dan kemampuan memberdayakan warga belajar dalam konteks lingkungannya. - memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip evaluasi pendidikan. - mampu menerapkan fungsi manajemen dan kepemimpinan pendidikan dalam berbagai konteks. - memiliki wawasan tentang filosofi, strategi dan prosedur pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum untuk berbagai konteks. - memiliki wawasan yang luas tentang teknologi pembelajaran. - mampu menerapkan berbagai prinsip teknologi pembelajaran dalam berbagai konteks. - mampu memecahkan masalah pendidikan melalui teknologi pembelajaran. - mampu mengembangkan dan mempraktikkan kerja sama dalam bidangnya dengan pihak terkait.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu