Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK – SAINTIFIK UNTUK AQIDAH


AKHLAK (Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Aqidah Akhlak MI

Dosen Pengampu : Siti Aminah,M.Pd.,

Disusun Oleh :

Nama : Ibnatul Islah

NIM : T20184071

Kelas : D2 PGMI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
NOVEMBER 2020
PEMBAHASAN

A. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak


Pendidikan akidah akhlak adalah ”pendidikan mengenai dasar-dasar moral,
etika dan keutamaan budi pekerti, tabi’at yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan-
kebiasaan yang baik sehingga menghasilkan perubahan terhadap perkembangan
jasmani dan rohani yang dimanifestasikan dalam bentuk kenyataan hidup menuju
terbentuknya kepribadian yang utama yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam”.
Tujuan pendidikan akhlak menurut Abdul Fatah Jalal meliputi: Berkaitan
dengan khaliq (Allah) sebagaimana dijelaskan dalam QS. Saba’: 28, QS.
Adzariyah:56-58, dan QS. Al-Baqarah: 21-22). Berkaitan dengan sesama makhluk,
sebagaimana dijelaskan dalam QS.9, At;Taubah:122, dan QS.Al-Isra’:23. Akhlak
hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap
manusia, terhadap makhluk dan terhadap Tuhan (Masy’ari, 1990: 4). Manusia
sempurna ialah manusia yang berakhlak mulia serta bertingkah laku dan bergaul
dengan baik, inilah yang menjadi aspek penting tujuan pendidikan akhlak (akhlak
pendidikan) dalam pendidikan Islam (Aly dan Munzier, 2003: 152). Rumusan Ibnu
Maskawih yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah
terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong seseorang secara spontan untuk
melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik (Nata, 2001: 11). 1
Mata pelajaran Aqidah – Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang
terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan
serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, dan kemauan yang
kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, baik
dalam hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia
maupun dengan alam lingkungannya. sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dengan demikian jelaslah bahwa isi pendidikan akidah Islam sangat berkaitan erat
dengan pendidikan karakter. Pendidikan akhlak mencakup hubungan kepada Allah

1
Dewi prasari suryati, ”Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak”. (Volume 1, nomer 2, november. 2006) Hal
314-315
dan hubungan kepada sesama Dan tujuan dari akhlak ialah hendak menciptakan
manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna.2

B. Tujuan Pembelajaran Konstruktivistik


Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori
Konstruktivistik memandang bahwa belajar adalah mengonstruksi makna atas
informasi dan masukan-masukan yang masuk ke dalam otak. Belajar yang bersifat
konstruktif ini sering digunakan untuk menggambarkan jenis belajar yang terjadi
selama penemuan ilmiah dan pemecahan masalah kreatif di dalam kehidupan sehari-
hari. Pada teori ini juga memandang peserta didik sebagai individu yang selalu
memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan
merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak dapat digunakan lagi.
Hal ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar
menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil
dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui
proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna
mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab
siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang
mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.3
2
Departemen Agama, Kurikulum,  (Jakarta: Logos, 1993) hal. 2
3
Aqib, Z. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. (Surabaya : Insan Cendikia: 2002)
Menurut Konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif siswa
mengkonstruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik, dll. Belajar juga merupakan
proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari
dengan pengertian yang sudah dimiliki siswa sehingga pengetahuannya berkembang.
Karakteristik konstruktivisme:
1. Individu yang sedang dalam proses belajar harus berusaha aktif serta mandiri
mencari pengetahuan menyangkut pokok masalah tertentu
2. Aktivitas pembelajaran akan terasa lebih ringan jika diadakan tanggung jawab
perihal pekerja mandiri atau individual
3. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
dilihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian
yang telah dimiliki.
4. Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan
dengan fenomena atau persoalan yang baru, siswa akan selalu mengadakan
rekonstruksi.
5. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu proses
pengembangan pemikiran dengan membentuk suatu pengertian yang baru. Belajar
bukanlah suatu hasil perkembangan, melainkan perkembangan itu sendiri, yang
menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
6. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
kesenjangan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.
7. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
8. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa, yaitu
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan
yang dipelajari.4
C. Tujuan Pembelajaran Saintifik
Pendekatan Saintifik adalah sebuah pendekatan yang digunakan dalam
kurikulum 2013. Pendekatan ini adalah sebuah pendekatan ilmiah (Saintifik) dimana
siswa dituntut aktif dalam pembelajaran dan berpikir ilmiah. Dalam kurikulum 2013
dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau
4
Rani Jayanti. Tori Belajar Bahasa. (Qiara media) Hal 42 – 43
prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan siswa mampu berpikir secara ilmiah dan
menerapkannya dalam kehidupan mereka, siswa dituntut aktif bagaimana siswa
mengamati, menanya (kritis) dan lain-lainnya.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi pembelajaran menggunakan
langkah-langkah ilmiah. Pendekatan ini menekankan bahwa informasi dapat berasal
dari mana saja, kapan saja, dan tidak bergantung kepada informasi yang disampaikan
guru.  Pendekatan saintifik diarahkan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
mendorong siswa dalam mencari tahu informasi dari berbagai sumber melalui
observasi baik langsung maupun melalui media, tidak hanya sekedar diberi tahu.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan ini bukan berarti tidak
membutuhkan peran guru. Guru sangat diperlukan sebagai pemberi dasar ilmu,
pemantik semangat belajar siswa, dan membimbing pemahaman siswa ke arah yang
benar.
Menurut kurniasih (2014: 32) tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide – ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah
6. Untuk mengembangkan karakter siswa
Sedangkan menurut Hosnan, (2014: 36-37) tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran
dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
4. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide, khususnya dalam
menulis artikel ilmiah.
5. Untuk mengembangkan karakter siswa.
Jadi, pendapat Kurniasih dan Hosnan mengenai tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik pada dasarnya sama.5

Peta Konsep

Pendekatan Kontrutivistik - Saintifik

5
Endang Titik Lestari. “Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar” (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020) Hal 7 – 9

Tujuan Pembelajaran Akidah Tujuan Pembelajaran Akidah Tujuan Pembelajaran Akidah


Akhlak Akhlak Akhlak
Daftar Pustaka
Dewi prasari suryati. 2006. Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak. Volume 1.
nomer 2. november
Departemen Agama. 1993. Kurikulum. Jakarta: Logos.
Aqib, Z. 2002.  Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan
Cendikia
Rani Jayanti. Tori Belajar Bahasa. Qiara media.
Endang Titik Lestari.2020. Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Yogyakarta: CV
Budi Utama

Anda mungkin juga menyukai