Anda di halaman 1dari 16

LK 2.c.

7 : Lembar Kerja Refleksi Pembelajaran Modul Pedagogik

Judul Modul PEDAGOGIK :


1. Modul 1 : KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN
2. Modul 2 : PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
3. Modul 3 : PEMBELAJARAN INOVATIF
4. Modul 4 : PERANCANGAN PEMBELAJARAN INOVATIF
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN
1) Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar, Rasional, dan Landasan Ilmu
Pendidikan
2) Kegiatan Belajar 2 : Karakteristik Peserta Didik
3) Kegiatan Belajar 3 : Teori Belajar dan Implikasinya dalam
Pembelajaran
4) Kegiatan Belajar 4 : Kurikulum Pendidikan di Indonesia
2. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21
1) Kegiatan Belajar 1 : Karakteristik Pembelajaran Abad 21
2) Kegiatan Belajar 2 : Profil Dan Kompetensi Guru Abad 21
3) Kegiatan Belajar 3 : Tugas Pokok Dan Fungsi Guru Abad 21
4) Kegiatan Belajar 4 : Strategi Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
3. PEMBELAJARAN INOVATIF
1) Kegiatan Belajar 1 : Pembelajaran STEAM
2) Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran berbasis Neurosains
3) Kegiatan Belajar 3 : Pembelajaran Digital
4) Kegiatan Belajar 4 : Pembelajaran “Blended Learning”
4. PERANCANGAN PEMBELAJARAN INOVATIF
5) Kegiatan Belajar 1 : Merancang Pembelajaran Inovatif
6) Kegiatan Belajar 2 : Merancang Pembelajaran STEAM
7) Kegiatan Belajar 3 : Merancang Pembelajaran Blended Learning
8) Kegiatan Belajar 4 : Merancang Pembelajaran Project Based
Learning

No Uraian Respon/Jawaban
1 Sejauh mana pemahaman materi yang Melalui studi pendidikan diperoleh pemahaman tentang :
telah Anda pelajari ? Jelaskan! MODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN
1. Landasan pendidikan yang akan dijadikan sebagai
titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan
dilaksanakan. Hal tersebut dimulai dengan
memahami hakekat manusia, di mana manusia sebagai
pelaku utama yang memiliki peran sebagai subjek di
dalamnya. Hakekat manusia dapat dilihat dalam
beberapa aspek yaitu berdasarkan asal- usulnya
manusia sebagai makhluk Tuhan, struktur metafisiknya
manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta
karakteristik dan makna eksistensinya di dunia yang
bisa dilihat sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk
beragama. Manusia memiliki tanggung jawab untuk
membina masyarakat, memelihara alam lingkungan,
membina kerukunan hidup bersama, dan memelihara
martabat kemanusiaannya (human dignity), sehingga
sepatutnya manusia perlu memiliki kompetensi
pedagogik terlebih lagi bagi seorang pendidik. Melalui
kompetensi ini pendidik dituntut
untuk memiliki kemampuan dan trampil dalam
melihat karakteristik peserta didik dari berbagai
aspek kehidupan, baik itu moral, emosional maupun
intelektualnya. Landasan pendidikan sebagai pijakan
dalam praktik pendidikan diantaranya yaitu landasan
filosofis dan epistemologi, landasan yuridis, landasan
empiris, dan landasan religius.
2. Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki
karakteristik yang berbedabeda. Perbedaan-
perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik.
Namun jika perbedaan tersebut tidak dikelola secara
baik, maka akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran. Karakteristik
peserta didik banyak ragam yaitu: etnik, kultural,
status sosial, minat, perkembangan kognitif,
kemampuan awal, gaya belajar, motivasi,
perkembangan emosi, perkembangan sosial dan
perkembangan moral dan spiritual, dan
perkembangan motorik.
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran :
a. Teori belajar behavioristic
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dianggap belajar jika ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku.
Pentingnya masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik, dan respon
berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan ole
peserta didik terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah
faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah
apa saja yang dapar memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respons akan semakin kuat.
Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respons juga akan
menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas
“mimetic” yang menuntut peserta didik untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran
mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut
satu jawaban benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa peserta didik telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
b. Teori Belajar kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif
adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini
adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut
teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan
menyeluruh.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
keterlibatan peserta didik secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan
meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang
telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan
individual pada diri peserta didik perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta
didik.
c. Teori Belajar Konstruktivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan
bahwa belajar merupakan usaha pemberian
makna oleh peserta didik kepada pengalamannya
melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju
pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan
tersebut. Oleh karena itu pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara
optimal pada diri peserta didik. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan
ide-idenya secara luas.
Sementara peranan guru dalam belajar
konstruktivistik adalah membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta
didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang
peserta didik dalam belajar.
d. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahmai
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik
bersifat eleksitk, maksudnya toeri ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan
pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat
mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar. Semua komponen pendidikan
termasuk tujuan Pendidikan diarahkan pada
terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang
dicitacitakan, yaitu manusia yang mampu
mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu
diperhatikan bagaimana perkembangan peserta
didik dalam mengaktualisasikan dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.
4. Konsep Kurikulum :
a. Konsep kurikulum menurut pandangan para ahli
dapat dipandang dari tiga konteks, yaitu
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum
sebagai kegiatan pengalaman dan kurikulum
sebagai perencanaan.
b. Perkembangan kurikulum yang terjadi di
Indonesia setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, setidaknya kita telah mengalami
sepuluh kali perubahan kurikulum. Mulai dari
kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004, KTSP
2006 dan kurikulum 2013. Indonesia telah
banyak belajar dari kurikulum-kurikulum
tersebut. Dari kesepuluh kurikulum tersebut jika
dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu : 1)
kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum
1947 – 1968), 2) kurikulum berbasis pada
pencapaian tujuan (kurikulum 1975 – 1994) dan
3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum
2004 – 2013).
c. Peran utama dari kurikulum yang dinilai
sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif
dan kritis evaluatif. Peran kurikulum harus
berjalan seimbang dan harmonis, agar dapat
sesuai dan memenuhi tuntutan keadaan. Jika
tidak maka dalam implementasinya akan terjadi
ketimpangan atau ketidaksesuaian yang
berdampak pada kegagalan dari suatu
implementasi yang tidak membekalkan secara
tepat kepada siswa terkait apa yang di
pelajari, bagaimana mempelajari dan mengapa
dipelajari. Menyelaraskan ketiga peranan
tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak
dalam proses pendidikan termasuk guru sebagai
ujung tombak pelaksana kurikulum.
d. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu
sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lain. Karena antar komponen saling berhubungan
dan saling mempengaruhi dalam rangka
pencapaian tujuan. Komponen-komponen
kurikulum diistilahkan sebagai anatomi
kurikulum yang terdiri dari komponen tujuan, isi,
aktivitas belajar dan evaluasi yang digambarkan
sebagai suatu keterpaduan.
e. Tantangan kurikulum yang harus dihadapi di era
masa depan adalah bonus demografi, teknologi
di ruang kelas, globalisasi dan perubahan
kebijakan pendidikan, pendidikan abad 21.

MODUL 2 PERAN GURU DALAM


PEMBELAJARAN ABAD 21
1. Karakteristik Pembelajaran Abad 21
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
membawa banyak konsekwensi bagi dunia
pendidikan, salah satunya perubahan paradigma
guru. Perubahan karakteristik peserta didik, format
materi pembelajaran, pola interaksi pembelajaran,
dan orientasi baru abad 21 memerlukan ruang-ruang
kelas lebih interaktif. Kelas-kelas akan semakin
banyak yang terkoneksi jaringan internet
berkecepatan tinggi yang mudah mengakses “big
data”. Berkembangnya massive open online course
(MOOC) memungkinkan orang belajar tanpa batas
dan dapat diakses melalui perangkat pribadi seperti
handphone, tablet, laptop, PDA, maupun perangkat
bergerak lainnya. Tanda-tanda era disrupsi sudah
nyata yang dicirikan; (1) belajar tidak lagi terbatas
pada paket-paket pengetahuan, (2) pola belajar lebih
informal, (3) orientasi belajar mandiri (self motivated
learning) dan (4) banyak cara untuk belajar dengan
banyak sumber. SDM dengan daya inovasi, daya
belajar dan kreatifitas tinggi menjadi incaran banyak
organisasi. Jenis keterampilan yang dibutuhkan
adalah terwadahi dalam 4C (Creativity,
Collaboration, Critical Thingking, dan
Communication). Pada sisi peserta didik terjadi
pergeseran karakteristik. Generasi z menghendaki
kebebasan belajar, menyukai hal baru yang praktis,
selalu terkoneksi internet, lebih menyukai visual
daripada verbal, rentang perhatian pendek, suka
berinteraksi dengan banyak media, suka
berkolaborasi dan berbagi namun tetap terjaga
privasinya. Guru harus merubah paradigma yang
tidak hanya berfokus kepada konten namun berfokus
pula pada pengembangan kreatifitas dan
keterampilan belajar mandiri. Peran guru lebih
sebagai mentor, fasilitator, kolaborator sumber daya
dan mitra belajar. Guru harus menjemput penerapan
model-model pembelajaran yang sesuai seperti
belajar penemuan (discovery learning), pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah dan
penyelidikan, belajar berdasarkan pengalaman
sendiri, pembelajaran kontekstual, bermain peran
dan simulasi, pembelajaran kooperatif,
pembelajaran kolaboratif, maupun diskusi kelompok
kecil. Peserta didik harus dikembalikan haknya
sebagai subyek pembelajaran yang aktif. Guru harus
mau memulai untuk dapat mengintegrasikan
teknologi dengan kerangka integrasi yang melibatkan
pengetahuan pedagogi), penguasaan materi, dan
teknologi yang dikenal dengan TPACK. Penerapan
praktis TPACK mencakup 8 domain yaitu; (1) menilai
peserta didik, (2) memahamkan materi, (3)
memahami peserta didik, (4) merancang kurikulum,
(5) merepresentasikan data, (6) mengelola
pembelajaran, (7) mendukung strategi
pembelajaran, (8) pengelolaan pembelajaran dan
integrasi dalam konteks mengajar secara lebih luas.
2. Profil Dan Kompetensi Guru Abad 21
Abad ke-21 merupakan abad yang sangat berbeda
dengan abad sebelumnya. Ilmu pengetahuan
berkembang dengan cepat disegala bidang. Pada
abad 21, perkembangan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) menyebabkan arus informasi
semakin cepat dan aksesibilitas informasi semakin
mudah. Abad 21 benar-benar membutuhkan guru
yang profilnya efektif, professional dan memesona
yang cocok untuk menghadapi tantangan abad 21.
Kompetensi guru yang sudah dirumuskan pemerintah
meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
pedagogik perlu dikontekstualisasikan dan dilakukan
penyesuaian sehingga mampu mempersiapkan dan
memprediksi kebutuhan belajar peserta didik abad
21 dna tuntutan masyarakat abad 21.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
yang berkenaan dengan pemahaman terhadap
peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai
dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengevaluasi. Kompetensi kepribadian merupakan
personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, canggih, humoris namun
tegas, dan berwibawa selalu memesona bagi peserta
didik. Kompetensi sosial berkenaan dengan
kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidian, orang tua peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi profesional
merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang
menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah
wawasan keilmuan.
3. Tugas Pokok Dan Fungsi Guru Abad 21
Guru memegang peran strategis ditengah–tengah
perkembangan teknologi yang semakin canggih
dengan segala kemugnkinan perubahan dan
pergeseran nilai. Secara yuridis profesi guru diakui
secara sah sebagai bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan keahlian khusus. Tugas pokok dan
fungsi guru semakin mendapatkan tantangan
penyesuaian dalam menghadapi tantangan abad 21.
Menurut UUGD No 14 tahun 2015 tugas utama guru
adalah mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Tugas pokok guru adalah ; (1)
merencanakan pembelajaran atau pembimbingan;
(2) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan;
(3) menilai hasil pembelajaran atau
pembimbingan; (4) membimbing dan melatih
peserta didik; dan (5) melaksanakan tugas tambahan
yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan Beban Kerja Guru. Guru selama
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya harus
menyesuaikan tuntutan perkembangan ipteks,
masyarakat dan kebutuhan peserta didik. Guru perlu
kreatif dan inovatif di dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya bahkan dituntut mampu
memprediksi perkembangan tugas pokok dan
fungsinya.
4. Strategi Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Salah satu ciri seorang profesional adalah terus
mengembangkan diri secara aktif dan berkelanjutan,
menghargai pengalaman dan memiliki sifat reflektif.
Paradigma guru dari professional teaching berubah
menjadi professional learning, artinya guru bukan
sekedar mengajar namun juga belajar yang
berkelanjutan (continuous professional learning).
Guru adalah praktisi yang reflektif merupakan bagian
kunci dalam evaluasi kinerja guru di banyak negara.
Refleksi dimulai dari mendekripsikan pengalaman,
memahami dan merasakan situasi, mengevaluasi dan
menganalisis, sampai kepada kesimpulan dan
menyusun rencana aksi. Guru harus mampu
mengenali kesenjangan kompetensi dirinya sebagai
bahan menyusun rencana pengembangan diri dan
melakukan belajar mandiri.
Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif,
didorong motivasi untuk menguasai kompetensi dan
dibangun dengan bekal pengetahuan yang dimiliki.
Belajar mandiri memiliki 3 dimensi yaitu dimensi
sosial, dimensi pedagogis, dan dimensi psikologis.
Belajar mandiri dilakukan dengan cara; (1) tekun,
terus menerus dan tidak berhenti, (2) konsisten, ajeg,
disiplin dan tidak bermalasan, (3) terencana dan
berorientasi pada kompetensi, (4) fokus kepada
pencapaian tujuan, (5) inovatif atau menggunakan
cara-cara baru, (6) ada tindaklanjut yang jelas, dan
(8) dilakukan sepanjang hidup. Keterampilan dalam
belajar mandiri memuat tiga konsep utama yaitu; (a)
belajar bebas (independent learning), (b)
ketidakbergantungan, dan (c) kontrol psikologis.
Belajar mandiri dapat mentransformasi kultur diri
seorang guru, dan menjadi bagian dari
pengembangan profesi berkelanjutan (PKB). PKB
yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,
bertahap dan berkelanjutan dalam mengembangkan
kompetensi guru. PKB meliputi meliputi 3 hal yaitu;
(1) Pengembangan diri dapat dilakukan melalui diklat
fungsional maupun diklat teknis, (2) Publikasi
ilmiah dikatagorikan menjadi 3 kelompok kegiatan
yaitu; (a) presentasi pada forum ilmiah, (b)
publikasi hasil penelitian atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal, dan (c) publikasi buku teks
pelajaran, buku pengayaan, pedoman guru dan buku
bidang pendidikan. (3). Karya inovatif dikatagorikan
menjadi 2 yaitu (a) teknologi tepat guna (karya
sains/teknologi) dan (b) menemukan/menciptakan
karya seni. PKB memiliki mekanisme; (1) guru
melakukan refleksi /evaluasi akhir tahun, (2) guru
dinilai kinerjanya, (3) guru dan koordinator PKB
membuat perencanaan KB, (4) guru menyetujui
rencana kegiatan PKB, (5) guru menerima rencana
kegiatan PKB final, (6) guru menjalankan program
PKB sepanjang tahu, (7) Koordinator PKB melakukan
monev, (8) guru menerima perkiraan angka kredit,
dan (9) guru melakukan berefleksi atau evaluasi akhir
tahun.

MODUL 3 PEMBELAJARAN INOVATIF


1. Pembelajaran STEAM
Definisi pembelajaran STEAM merupakan suatu
pendekatan pembelajaran interdisipliner yang
inovatif dimana IPA, teknologi, teknik, dan
matematika diintegrasikan dengan fokus pada proses
pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan
nyata.
Tujuan pembelajaran STEAM dapat mengasah tingkat
literasi STEAM pada peserta didik. Literasi STEAM
menjadi tujuan yang dapat dicapai oleh peserta didik
maupun pendidik. Bagi peserta didik, literasi STEAM
akan berguna dalam perkembangan kehidupannya
dan bagi pendidik literasi STEAM bermanfaat
menunjang kinerja mendidik generasi yang
kompetitif dan kolaboratif.
Prinsip-prinsip pembelajaran STEAM meliputi prnsip
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, perbedaan individual.
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah merupakan model pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar bagaimana
belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Pembelajaran STEAM yang berpusat pada proyek
didasarkan pada masalah dunia nyata. Proyek-proyek
ini mengharuskan peserta didik untuk meneliti,
mengusulkan dan memilih solusi, dan membuat
desain. Setelah prototipe atau model dibuat, peserta
didik menguji dan mempresentasikan temuan
mereka, dan jika waktu memungkinkan, mereka
mendesain ulang proyek dan melakukan
perbaikan.
2. Pembelajaran berbasis Neurosains
Kecerdasan peserta didik sangat ditentukan oleh
banyak sedikitnya sambungan (sinapsis) antar sel
neuron di dalam otaknya. Untuk meningkatkan dan
menguatkan jumlah koneksi (sinapsis) antar sel
neuron pada otak dapat dilakukan dengan cara
memfasilitasinya dengan lingkungan yang kaya
akan rangsangan belajar.
Bagi teori neurosains, belajar adalah proses
membangun dan mengubah koneksi-koneksi dan
jaringan-jaringan saraf (sinaptik). Belajar terjadi
ketika sebuah axon (yang merupakan perluasan yang
lebih kecil dan menyerupai kaki) bertemu dengan
sebuah dendrit dari sel yang ada di sekitarnya.
Ada beberapa prinsip pembelajaran berbasis
neurosain yang perlu diperhatikan agar
pembelajaran mampu mengoptimalkan potensi
kecerdasan otak peserta didik, diantaranya yaitu;
a) pembelajaran terkait penyerapan informasi
paling baik dilakukan di pagi hari, sedangkan
waktu terbaik untuk pengulangan, pengolahan
dan refleksi informasi paling baik dilakukan di
waktu sore hari;
b) Pembelajaran akan membantu otak untuk tetap
mempertahankan perhatiannya jika peserta didik
setiap sembilan puluh menit diberi kesempatan
untuk melakukan gerakan peregangan otot atau
relaksasi tubuh dengan tenang sekitar sepuluh
menit;
c) Belahan otak kanan dan kiri kita mengalami
siklus efisiensi secara bergantian setiap sembilan
puluh sampai seratus menit, dari spasial tinggi-
verbal rendah-verbal tinggi-spasial rendah.
Untuk itu pembelajaran sebaiknya
menggunakan bentuk aktivitas yang bervariasi
dan setiap anak diberikan kesempatan memilih
bentuk aktivitas tersebut sesuai siklus bio-
kognitif dan gaya belajar mereka;
d) Pembelajaran akan lebih optimal apabila mampu
mengembangkan belahan otak kanan dan kiri
secara seimbang;
e) Pembelajaran akan mencapai hasil terbaik
apabila difokuskan pada pembahasan materi,
dipecah, dan difokuskan kembali pada
pembahasan materi;
f) Pembelajaran akan menarik perhatian otak, jika
memperhatikan perubahan gerakan, cahaya,
kekontrasan, dan warna;
g) Proses pembelajaran agar optimal perlu
memperhatikan beberapa faktor lingkungan
seperti suhu ruangan, pilihan warna kelas, desain
warna tampilan media, pengaturan ruang kelas,
pencahayaan, tanaman, musik, aroma,
ketersediaan air minum, dan media
pembelajaran; dan
h) Proses pembelajaran akan lebih optimal jika
peserta didik memperoleh asupan gizi dan nutrisi
yang cukup, sehingga anak memiliki hemoglobin
dalam darah (HB) yang tinggi;
i) Tingkatkan kondisi emosional positif peserta
didik dengan kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan, permainan, humor, dan
perhatian personal.
Menurut Jensen (2008) pembelajaran berbasis
neurosains dapat dilaksanakan menggunakan lima
tahap pembelajaran yaitu:
1) tahap persiapan, merupakan tahap pemberian
kerangka kerja bagi pembelajaran baru dan
mempersiapkan otak peserta didik dengan
koneksi-koneksi yang memungkinkan. Kegiatan
persiapan belajar dapat dilakukan dengan
beberapa strategi diantaranya yaitu; membuat
peserta didik tertarik dan senang dengan proses
kegiatan belajar yang akan dilakukan, melakukan
presentasi visual garis besar keseluruhan
materi pelajaran yang akan dipelajari, dan
menjelaskan kaitan topik materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, serta
menjelaskan manfaat dan pentingnya topik yang
dipelajari.;
2) tahap akuisisi adalah, tahap penciptaan koneksi
dimana neuron-neuron dapat saling
berkomunikasi satu sama lain. Koneksi antar
neuron akan terbentuk ketika pengalaman
belajar yang dialami peserta didik bersifat baru
dan koheren (berhubungan) dengan materi yang
pernah dipelajari. Kegiatan Akuisisi dapat
dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang
bervariasi diantaranya melalui kegiatan diskusi,
pembelajaran dengan memanfaatkan media
visual, stimulasi lingkungan, pengalaman praktis
seperti percobaan-eksperimen atau simulasi,
kegiatan manipulatif, video refleksi, proyek-
proyek kelompok, dan aktivitas berpasangan.
3) tahap elaborasi (tahap koreksi kesalahan &
pendalaman), merupakan tahap untuk
memastikan apakah materi yang dikuasai peserta
didik adalah ilmu yang benar dan akurat.
Beberapa kegiatan belajar yang dapat
dilaksanakan pada tahap ini diantaranya yaitu;
tanya jawab terbuka tentang kegiatan simulasi
yang telah dilakukan, presentasi dan diskusi
kelas hasil eksperimen peserta didik, pemberian
umpan balik, pemberian koreksi terhadap hasil
diskusi kelas jika terjadi miskonsepsi, dan
penegasan pemahaman peserta didik melalui
presentasi visual yang menarik atau pemutaran
video, dan lain sebagainya, yang dilanjutkan
dengan meminta peserta didik untuk membuat
peta konsep (peta pikiran) atau menyusun soal
pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari.
4) tahap formasi memori, merupakan tahap
merekatkan ikatan koneksi antar neuron agar
lebih kuat, diantara dapat dilakukan dengan
cara menyediakan waktu khusus untuk peserta
didik melakukan perenungan terkait materi yang
baru selesai dipelajari, menyediakan area untuk
peserta didik mendengarkan musik, serta
mengajak peserta didik untuk melakukan
peregangan dan latihan relaksasi.
5) tahap integrasi fungsional (penggunaan yang
diperluas). Tahap ini dapat dilakukan dengan
menerapkan metode pembelajaran secara
bervariasi, diantaranya dengan; (a)
mengkondisikan peserta didik untuk bisa
menyampaikan apa yang telah dipelajari kepada
temannya, misalnya mempresentasikan peta
konsep yang telah mereka buat pada tahap
sebelumnya; (b) mengkondisikan agar peserta
didik saling bertanya dan mengevaluasi satu
sama lain; dan (c) meminta peserta didik untuk
mempublikasikan apa yang telah dipelajarinya
dalam bentuk essay atau artikel.
3. Pembelajaran Digital
Pembelajaran digital adalah praktik pembelajaran
yang menggunakan teknologi secara efektif untuk
memperkuat pengalaman belajar peserta didik yang
menekankan instruksi berkualitas tinggi dan
menyediakan akses ke konten yang menantang dan
menarik, umpan balik melalui penilaian formatif,
peluang untuk belajar kapan saja dan di mana saja,
dan instruksi individual untuk memastikan semua
peserta didik mencapai potensi penuh mereka.
Pada dasarnya, pembelajaran digital diterapkan
dengan menggunakan beberapa prinsip, yakni;
personalisasi, partisipasi aktif peserta didik,
aksesibilitas, dan penilaian. Dalam hal pemanfaatan
pembelajaran digital, setidaknya ada 3 potensi atau
fungsi pembelajaran digital yang dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai alat
komunikasi, alat mengakses informasi, dan alat
pendidikan atau pembelajaran.
Terkait dengan ragam pemanfaatan Pembelajaran
Digital, ada beberapa aplikasi yang dapat
diintegrasikan dan dimanfaatkan dalam kelas digital,
diantaranya adalah penggunaan mobile learning atau
m-learning, pemanfaatan media sosial seperti
Facebook, Instagram, Youtube, Snapchat, Twitter,
Whatsapp, Line, dan sebagainya; pemanfaatan
pembelajaran berbasis permainan, serta
pemanfaatan Cloud Computing.
4. Pembelajaran “Blended Learning”
Staker & Horn (2012) mendefinisikan blended
learning sebagai model pembelajaran yang
mengkombinasikan antara pembelajaran online
dengan pembelajaran konvensional (tatap muka).
Pada pembelajaran model ini, peserta didik
difasilitasi untuk dapat belajar dan mengulang materi
secara mandiri secara online serta melakukan satu
bagian sesi pembelajaran lainnya dilakukan secara
tatap muka di dalam ruangan kelas.
Adapun karakteristik dari pembelajaran yang
menggunakan model blended learning (Prayitno,
2015) diantaranya yaitu: (a) Model blended learning
menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pendidikan, gaya pembelajaran, dan menggunakan
berbagai media berbasis teknologi; (b) Model
blended learning mengkombinasikan pola
pembelajaran langsung (tatap muka), belajar
mandiri, dan pembelajaran menggunakan sistem
online; (c) Guru dan orangtua memiliki peran yang
sama penting, dimana guru berperan sebagai
fasilitator dan orangtua berperan sebagai
pendukung.
Beberapa model pembelajaran blended learning
yang cukup sering digunakan dalam pembelajaran
menurut Clayton Christensen Institute meliputi: (a)
Model Rotasi (Rotation Model): Model kelas Station
Rotation, model kelas Lab/Whole Group Rotation,
model kelas Flipped (Flipped Clasroom), model rotasi
individu (Individual Rotation); (b) Model Kelas Flex;
(c) Model Kelas Self-Blend; (d) Model Enriched-
Virtual.
Proses penyusunan kegiatan belajar disesuaikan
dengan model blended learning yang dipilih serta
beberapa karakteristik seperti fasilitas belajar,
ketersediaan akses terhadap teknologi, usia dan
kemampuan peserta didik, serta durasi jam
pelajaran.
Selain itu, dalam menyusun dan mengkombinasikan
kegiatan pembelajaran tatap muka dan online,
guru perlu menguasai kemampuan-kemampuan
seperti pemanfaatan data karakteristik peserta didik,
teknik mengajar dan memfasilitasi pembelajaran
secara individual dan kelompok, mengembangkan
interaksi secara online, serta dapat mengaplikasikan
kombinasi ketiga kemampuan tersebut kedalam
praktek pembelajaran model blended learning.
Ada tiga komponen penting harus diperhatikan
dalam merancang dan mengembangkan aktifitas
pembelajaran dengan model blended learning yaitu:
(a) Standar capaian dan tujuan pembelajaran; (b)
Penilaian; (c) Kegiatan pembelajaran. Beberapa
aplikasi atau platform yang dapat dimanfaatkan
untuk model pembelajaran blended learning yaitu:
(a) Moodle; (b) Edmodo; (c) Google Group.

MODUL 4 PERANCANGAN PEMBELAJARAN


INOVATIF
1. Merancang Pembelajaran Inovatif
Rancangan pembelajaran adalah suatu prosedur
sistematis yang terdiri dari beberapa komponen
menjadi satu kesatuan yang saling terkait dan
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu secara konsisten dan teruji. Rancangan
pembelajaran inovatif dapat dimaknai sebagai
aktivitas persiapan pelaksanaan pembelajaran yang
menerapkan unsur-unsur pembelajaran terbaru di
abad 21 dan terintegrasi dalam komponen maupun
tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-
unsur pembelajaran terbaru yang dimaksud, antara
lain; TPACK (technological, pedagogical, content
knowledge) sebagai kerangka dasar integrasi
teknologi dalam proses pembelajaran, pembelajaran
berbasis Neuroscience, pendekatan pembelajaran
STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and
Mathematics), dan unsur-unsur lain yang terintegrasi
di dalam komponen dan tahapan pembelajarannya.
Karakteristik rancangan pembelajaran inovatif
ditandai dengan penerapan unsur-unsur baru
pembelajaran abad 21, antara lain: kolaborasi
peserta didik-guru, berorientasi pada HOTS,
mengintegrasikan ICT, berorientasi pada
keterampilan belajar, mengembangkan
keterampilan Abad 21 (4C) dan 6 literasi, serta
penguatan pendidikan karakter peserta didik.
Karakter lainnya yaitu adanya penerapan konsep
TPACK, Neuorscience, Model pembelajaran STEAM
maupun Digital Learning.
Penyusunan rancangan pembelajaran inovatif
sebaiknya didasarkan pada urutan tiap komponen
dan penerapan prinsip-prinsip penyusunan RPP
berdasarkan Permendikbud No.22 Tahun 2016
dengan mengintegrasikan karakterisitik
pembelajaran inovatif abad 21. Penerapan atau
integrasi karakterisitik pembelajaran inovatif abad
21 dalam RPP ada pada komponen Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK), Rumusan Tujuan
Pembelajaran, Langkah-langkah Aktivitas
Pembelajaran, Model dan Metode pembelajaran,
Media dan Sumber Belajar, serta Penilaian.
2. Merancang Pembelajaran STEAM
Rancangan pembelajaran STEAM yaitu segala
kegiatan persiapan pelaksanaan pembelajaran yang
menerapkan unsur-unsur pendekatan STEAM baik
secara tertanam (embedded) maupun terpadu
(integrated) dalam komponen maupun tahapan
rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah menyusun RPP dengan pendekatan
STEAM dapat dimulai dengan menyusun rumusan
Tujuan Pembelajaran, mengeksplorasi Materi
Pembelajaran, menentukan Model dan Metode
Pembelajaran, dan menentukan Media, Alat dan
Sumber Belajar, Menyusun Kegiatan Pembelajaran,
menyusun Penilaian Pembelajaran, dan menyusun
Kegiatan Tindak Lanjut.
3. Merancang Pembelajaran Blended Learning
Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, ketika
hendak menyusun perencanaan pembelajaran
inovatif “blended learning”, diantaranya yaitu; 1)
menentukan model “blended learning” yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik, fasilitas belajar,
ketersediaan akses terhadap teknologi, durasi jam
pelajaran, dan penguasaan aplikasi teknologi e-
learning oleh guru; 2) menyusun rencana
pembelajaran inovatif “blended learning” yang
mencakup kegiatan: (a) menentukan tema
pembelajaran, menuliskan kembali: identitas RPP,
kompetensi inti, dan kompetensi dasar dari RPP
konvensional ke dalam RPP “blended learning”; (b)
menganalisis rumusan tujuan pembelajaran yang ada
pada RPP konvensional sebelum dituangkan ke
dalam RPP “blended learning”; (c) menentukan
metode penilaian dan kegiatan pembelajaran
“blended learning” untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan; (d) menganalisis kegiatan
pelaksanaan pembelajaran pada RPP (konvensional)
yang telah Anda buat sebelumnya dan menyusun
Rencana Kegiatan Pembelajaran “Blended Learning”;
serta 3) menyiapkan bahan, alat/media, dan sumber
belajar tatap muka dan daring.
Ada beberapa aplikasi teknologi e-learning yang
tersedia gratis di enternet yang bisa dipakai guru
untuk melaksanakan pembelajaran “blended
learning” di sekolah, diantaranya yaitu: Cisco Webex,
SEVIMA EdLink, Google Classroom, Zoom Cloud
Meeting, Edmodo, Moodle, dan Schoology. Setiap
aplikasi dapat dimanfaatkan dengan
mempertimbangkan kelebihan dan
kelemahan masing-masing.
4. Merancang Pembelajaran Project Based Learning
PjBL merupakan pendekatan inovatif yang
mengajarkan beragam strategi untuk mencapai
kesuksesan abad 21 (Bell, 2010), membantu
peserta didik mengembangkan keterampilan abad
21 (Ravitz et.al, 2011), meningkatkan tanggungjawab
(Johann et.al, 2006), melatih pemecahan masalah,
self direction, komunikasi, dan kreativitas (Wurdinger
& Qureshi, 2015). Satu hal PjBL luwes diterapkan
untuk berbagai jenjang pendidikan. Gregory &
Chapman (2007) menyatakan PjBL bisa
dikatagorikan; (a) proyek terstruktur (structured
project), (b) proyek sesuai topik (topic related
project), (c) proyek terbuka tertutup (open ended
project). Pembelajaran berbasis proyek intinya
meletakkan pebelajar sebagai subyek belajar yang
aktif, mendorong munculnya inisiatif dan proses
eksplorasi, memberikan kesempatan menerapkan
apa yang dipelajari, kesempatan untuk
mempresentasikan atau mengkomunikasikan dan
mengevaluasi kinerjanya.
PjBL menganut teori belajar konstruktivistik. Driscoll
(2000) menyatakan prinsip-prinsip pembelajaran
kontruktivistik adalah; (1) melibatkan pebelajar
dalam aktivitas nyata, (2) negosiasi sosial dalam proses
belajar, (3) kolaboratif dan pengkajian multiperspektif,
(4) dukungan menentukan tujuan dan mengatur
proses belajar, dan (5) dorongan merefleksikan apa
dan bagaimana sesuatu dipelajari. Langkah-langkah
merancang pembelajaran Project Based Learning
dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: Menelaah
KI dan KD, mana yang cocok, menulis Identitas,
Menuliskan Indikator, Menuliskan Tujuan
pembelajaran, Menentukan Metode Pembelajaran,
Menuliskan Sumber Belajar, Menentukan Langkah-
langkah Pembelajaran, dan Menilai Hasil
Pembelajaran.
2 Apa Lesson learn yang Anda peroleh Lesson Learn yang peroleh selama kegiatan materi ajar
selama kegiatan ini? ini adalah berupa :
1. Hasil analisis pada Kompetensi Inti, Kompetensi
Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi.
2. analisis pada sumber belajar yang digunakan baik dari
buku paket, jurnal, dan internet.
3. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan
Pembelajaran
4. media dan model pembelajaran yang akan digunakan
5. analisis dari kedalaman materi ajar yang mencakup
dari pola pikir keilmuan, karakteristik dari siswa,
tingkat keakuratan fakta dan konsep penilaian dan
evaluasi
3 Apa yang menjadi kesulitan dalam Yang menjadi kesulitan dalam melakukan penyusunan
melakukan analisis materi ajar pada materi ajar pada modul ini meliputi :
modul ini? 1. cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang
lingkup, urutan penyajian,perlakuan (treatment)
terhadap materi pembelajaran.
2. memilih sumber di mana bahan ajar itu didapatkan.
a. Ada kecenderungan bahwa sumber bahan ajar
dititikberatkan pada buku. Padahal banyak
sumber bahan ajar selain buku yang dapat
digunakan.
b. guru memberikan bahan ajar atau materi
pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit,
terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan
penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi
bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi
yang ingin dicapai oleh siswa.
4 Menurut Anda, bagaimana tingkat Tingkat kebermanfaatan kegiatan yang dilakukan dalam
kebermanfaatan kegiatan yang menunjang tugas sebagai guru adalah :
dilakukan dalam menunjang tugas 1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum
Anda sebagai guru? dan kebutuhan siswa,
2. Tidak lagi tergantung pada buku teks yang terkadang
sulit diperoleh,
3. Bahan ajar menjadi lebih kaya, karena dikembangkan
dengan berbagai referensi,
4. Menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman
guru dalam menulis bahan ajar,
5. Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi
pembelajaran yang efektif antara guru dan siswa
karena siswa merasa lebih percaya kepada gurunya,
6. Diperoleh bahan ajar yang dapat membantu
pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
5 Pada bagian proses pembelajaran Bagian proses pembelajaran yang menarik adalah pada
mana, yang menurut Anda menarik? proses Pengembangan bahan ajar menggunakan media
Video/Audio/Audio-Visual, hal ini disebabkan
membutuhkan kesabaran, keterampilan berkolaborasi,
percaya diri, dan sikap pantang menyerah.

Anda mungkin juga menyukai