No Uraian Respon/Jawaban
1 Sejauh mana pemahaman materi yang Melalui studi pendidikan diperoleh pemahaman tentang :
telah Anda pelajari ? Jelaskan! MODUL 1 KONSEP DASAR ILMU PENDIDIKAN
1. Landasan pendidikan yang akan dijadikan sebagai
titik tolak dalam praktik pendidikan yang akan
dilaksanakan. Hal tersebut dimulai dengan
memahami hakekat manusia, di mana manusia sebagai
pelaku utama yang memiliki peran sebagai subjek di
dalamnya. Hakekat manusia dapat dilihat dalam
beberapa aspek yaitu berdasarkan asal- usulnya
manusia sebagai makhluk Tuhan, struktur metafisiknya
manusia sebagai kesatuan jasmani dan rohani, serta
karakteristik dan makna eksistensinya di dunia yang
bisa dilihat sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk berbudaya, makhluk susila, dan makhluk
beragama. Manusia memiliki tanggung jawab untuk
membina masyarakat, memelihara alam lingkungan,
membina kerukunan hidup bersama, dan memelihara
martabat kemanusiaannya (human dignity), sehingga
sepatutnya manusia perlu memiliki kompetensi
pedagogik terlebih lagi bagi seorang pendidik. Melalui
kompetensi ini pendidik dituntut
untuk memiliki kemampuan dan trampil dalam
melihat karakteristik peserta didik dari berbagai
aspek kehidupan, baik itu moral, emosional maupun
intelektualnya. Landasan pendidikan sebagai pijakan
dalam praktik pendidikan diantaranya yaitu landasan
filosofis dan epistemologi, landasan yuridis, landasan
empiris, dan landasan religius.
2. Peserta didik dalam suatu kelas atau sekolah memiliki
karakteristik yang berbedabeda. Perbedaan-
perbedaan yang ada perlu dikelola secara baik.
Namun jika perbedaan tersebut tidak dikelola secara
baik, maka akan menimbulkan permasalahan-
permasalahan dalam pembelajaran. Karakteristik
peserta didik banyak ragam yaitu: etnik, kultural,
status sosial, minat, perkembangan kognitif,
kemampuan awal, gaya belajar, motivasi,
perkembangan emosi, perkembangan sosial dan
perkembangan moral dan spiritual, dan
perkembangan motorik.
3. Teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran :
a. Teori belajar behavioristic
Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang
dianggap belajar jika ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku.
Pentingnya masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa
respons.
Stimulus adalah sesuatu apa saja yang diberikan
oleh guru kepada peserta didik, dan respon
berupa rekasi atau tanggapan yang dihasilkan ole
peserta didik terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru. Penguatan (reinforcement) adalah
faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah
apa saja yang dapar memperkuat timbulnya
respons. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respons akan semakin kuat.
Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative
reinforcement) maka respons juga akan
menguat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa
kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas
“mimetic” yang menuntut peserta didik untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran
mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut
satu jawaban benar. Jawaban yang benar
menunjukkan bahwa peserta didik telah
menyelesaikan tugas belajarnya.
b. Teori Belajar kognitif
Pengertian belajar menurut teori belajar kognitif
adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini
adalah bahwa setiap orang memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk
struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar
akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur
kognitif yang telah dimiliki seseorang. Menurut
teori kognitif, ilmu pengetahuan dibangun dalam
diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
tidak terpatah-pata, terpisah-pisah, tapi melalui
proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan
menyeluruh.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
keterlibatan peserta didik secara aktif amat
dipentingkan. Untuk menarik minat dan
meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengetahuan baru dengan setruktur kognitif yang
telah dimiliki peserta didik. Materi pelajaran
disusun dengan menggunakan pola atau logika
tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan
individual pada diri peserta didik perlu
diperhatikan, karena faktor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar peserta
didik.
c. Teori Belajar Konstruktivistik
Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan
bahwa belajar merupakan usaha pemberian
makna oleh peserta didik kepada pengalamannya
melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju
pada pembentukan struktur kognitifnya,
memungkinkan mengarah kepada tujuan
tersebut. Oleh karena itu pembelajaran
diusahakan agar dapat memberikan kondisi
terjadinya proses pembentukan tersebut secara
optimal pada diri peserta didik. Peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengembangkan
ide-idenya secara luas.
Sementara peranan guru dalam belajar
konstruktivistik adalah membantu agar proses
pengkonstruksian pengetahuan oleh peserta
didik berjalan lancar. Guru tidak mentransfer
pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan
membantu peserta didik untuk membentuk
pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih
memahami jalan pikiran atau cara pandang
peserta didik dalam belajar.
d. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahmai
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori humanistik
bersifat eleksitk, maksudnya toeri ini dapat
memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya
tercapai.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan
pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk
berpikir induktif. Teori ini juga amat
mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif
dalam belajar. Semua komponen pendidikan
termasuk tujuan Pendidikan diarahkan pada
terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang
dicitacitakan, yaitu manusia yang mampu
mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu
diperhatikan bagaimana perkembangan peserta
didik dalam mengaktualisasikan dirinya,
pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi diri.
4. Konsep Kurikulum :
a. Konsep kurikulum menurut pandangan para ahli
dapat dipandang dari tiga konteks, yaitu
kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum
sebagai kegiatan pengalaman dan kurikulum
sebagai perencanaan.
b. Perkembangan kurikulum yang terjadi di
Indonesia setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, setidaknya kita telah mengalami
sepuluh kali perubahan kurikulum. Mulai dari
kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, kurikulum berbasis kompetensi 2004, KTSP
2006 dan kurikulum 2013. Indonesia telah
banyak belajar dari kurikulum-kurikulum
tersebut. Dari kesepuluh kurikulum tersebut jika
dilihat dari jenisnya terbagi menjadi 3 yaitu : 1)
kurikulum sebagai rencana pelajaran (kurikulum
1947 – 1968), 2) kurikulum berbasis pada
pencapaian tujuan (kurikulum 1975 – 1994) dan
3) kurikulum berbasis kompetensi (kurikulum
2004 – 2013).
c. Peran utama dari kurikulum yang dinilai
sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif
dan kritis evaluatif. Peran kurikulum harus
berjalan seimbang dan harmonis, agar dapat
sesuai dan memenuhi tuntutan keadaan. Jika
tidak maka dalam implementasinya akan terjadi
ketimpangan atau ketidaksesuaian yang
berdampak pada kegagalan dari suatu
implementasi yang tidak membekalkan secara
tepat kepada siswa terkait apa yang di
pelajari, bagaimana mempelajari dan mengapa
dipelajari. Menyelaraskan ketiga peranan
tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak
dalam proses pendidikan termasuk guru sebagai
ujung tombak pelaksana kurikulum.
d. Kurikulum pada dasarnya merupakan suatu
sistem. Artinya,kurikulum merupakan suatu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lain. Karena antar komponen saling berhubungan
dan saling mempengaruhi dalam rangka
pencapaian tujuan. Komponen-komponen
kurikulum diistilahkan sebagai anatomi
kurikulum yang terdiri dari komponen tujuan, isi,
aktivitas belajar dan evaluasi yang digambarkan
sebagai suatu keterpaduan.
e. Tantangan kurikulum yang harus dihadapi di era
masa depan adalah bonus demografi, teknologi
di ruang kelas, globalisasi dan perubahan
kebijakan pendidikan, pendidikan abad 21.