Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH BELAJAR & PEMBELAJARAN DI SD

" penerapan pembelajaran yang berpijak pada"


" teori belajar kognitif dan humanistik "
Dosen pengampu :

Disusun Oleh:
1. Ridia syafitri (216910337)
2. Putri Siska Meilani (216910118)
3. Fitra adi kusuma (216910320)
4. Windi Anika (216910679)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FKIP


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
TAHUN AJARAN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "penerapan
pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif dan humanistik "
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran di SD. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang teori belajar kognitif dan humanistik bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu ( nama dosen) selaku Dosen
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran di SD. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, 24 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................


DAFTAR ISI ......................................................................
BAB I PENDAHULUAN

2
A. Latar belakang.............................................................
B. Rumusan masalah.......................................................
C. Tujuan.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian teori belajar...............................................
B. Tokoh Teori-Teori Belajar dari dua Aliran Psikologi Belajar....
C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar .............................
D. Penerapan Teori Belajar Kognitif, dan Humanistik dalam
Pembelajaran ...................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................
B. Saran............................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pendidikan, pada kegiatan belajar mengajar di sekolah,
penyampaian materi pelajaran kepada siswa tidak terlepas dari teori belajar.
Hal ini penting untuk memberikan pondasi pemahaman siswa dalam
mempelajari materi selanjutnya yang lebih mendalam. Belajar adalah suatu
perubahan dalam diri siswa yang disebabkan oleh pengalaman. Teori belajar
dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami

3
kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.
Belajar terjadi dengan banyak cara. Masalah yang terjadi sekarang ini
adalah kesulitan mengatasi siswa yang tidak mau belajar. Padahal tanggung
jawab guru adalah membantu siswa belajar. Tujuan pendidikan yang dipilih
guru, prosedur pelajaran, pengorganisasian kelas, merupakan proses belajar-
mengajar. Pandangan guru tentang peranan pengajaran mereka dapat
berdampak positif terhadap pengajaran. Melalui sejarah pendidikan,
pengajaran telah berubah. Banyak teori belajar yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Teori tersebut mempunyai pengaruh dan
implikasi yang berbeda-beda dalam penerapannya. Oleh karena itu, dalam
makalah ini akan dibahas tentang teori belajar behavioristik, kognitif,
humanistik. Kelebihan dan kekurangan teori belajar behavioristik, kognitif,
dan humanistik. Tokoh-tokoh teori belajar dari tiga alairan psikologi belajar.
Dan aplikasinya dalam pendidikan agama Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Pengerian teori kognitif, dan humanistik?
2. Siapa tokoh teori-teori belajar dari dua aliran psikologi belajar ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar kognitif, dan
humanistik ?
4. Bagaimana penerapan teori belajar kognitif, dan humanistik dalam
pembelajaran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana deskripsi teori belajar kognitif, dan

4
humanistik
2. Untuk mengetahui tokoh teori-teori belajar dari teori belajar, kognitif, dan
humanistik
3. Untuk megetahui kelebihan dan kekurangan dari teori kognitif, dan
humanistik
4. Untuk megetahui penerapan teori belajar kognitif, dan humanistik dalam
pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar


Teori belajar adalah seperangkat pernyataan umum yang digunakan
untuk menjelaskan kenyataan mengenai belajar. Aplikasi teori belajar dalam
situasi pembelajaran membutuhkan kejelian dan kecermatan guru untuk
menangkap pesan-pesan yang terkandung dalam teori belajar. 1 Ada tiga teori
belajar yaitu teori belajar , kognitif, dan humanistik.
1. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Teori ini lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar
itu sendiri. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Hal ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu
yang berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai siswa.

1
logi Pendidikan, (Yogyak

5
Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang siswa melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini
mengalir, sambung-menyambung dan menyeluruh..

2. Pengertian Teori Belajar Humanistik


Psikologi humanistik berusaha memahami tingkah laku individu
dari sudut pandang pelaku, bukan dari pengamat. Menurut aliran ini
tingkah laku individu ditentukan oleh individu itu sendiri. Proses belajar
harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini
menekankan pada isi dan proses belajar dan pada kenyataanya teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal daripada belajar apa adanya yang biasa kita
amati dalam dunia keseharian.
Tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa harus berusaha agar lambat laun mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.2
Pendidik harus memperhatikan pendidikan lebih responsif terhadap
kebutuhan kasih sayang (affective) siswa. Kebutuhan afektif adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, nilai, sikap,
predisposisi, dan moral. Pendekatan humanistik pada umumnya
mempunyai pandangan yang ideal yang lebih manusiawi, pribadi, dan
berpusat pada siswa yang menolak terhadap pendidikan tradisional yang
lebih berpusat pada guru.

B. Tokoh Teori-Teori Belajar dari dua Aliran Psikologi Belajar

1. Tokoh Teori Belajar Kognitif

2
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 116.

6
a. Piaget (1975)
Ia menganggap bahwa proses belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Asimilasi, proses penyatuan dan pengintegrasian informasi baru ke
struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
2) Akomodasi, penyesuaian struktur kognitif dalam situasi yang baru.
3) Equilibrasi (penyeimbangan), penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi.
Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
kognitif yang dilalui siswa. Ia membaginya menjadi empat tahap
yaitu:
(1) Tahap sensori-motor (1,5 sampai 2 tahun).
(2) Tahap pra-operasional (2,3 dampai 7,8 tahun).
(3) Tahap operasional konkret (7,8 sampai 12,13,14 tahun).
(4) Tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).
Semakin tinggi tingkat kognitif sesorang, semakin teratur dan
semakin abstrak cara berpikirnya. Guru harus memahami tahap
perkembangan siswa serta memberikan materi belajar dalam jumlah
dan jenis yang sesuai dengan tahapan itu sehingga tidak menyulitkan
siswa.3
b. Ausubel (1968)
Menurutnya siswa akan belajar dengan baik apabila pengatur
kemajuan belajar didefiniskan dan dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau
informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan oleh siswa.
Pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus sangat baik
sehingga guru akan mampu menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan inkusif, untuk diajarkan pada siswa.Logika
berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin agar tidak kesulitan
memilah materi pelajaran serta mengurutkan materi demi materi
kedalam struktur urutan yang logis dan mudah dipahami.
c. Bruner (Teori free discovery learning)
3
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 10-11.

7
Teori ini adalah proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suau aturan (konsep, teori definisi dll) melalui contoh
yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Ia memandang bahwa teori belajar bersifat deskriptif, sedangkan
teori pembelajaran bersifat preskriptif. Misalnya, teori belajar
memprediksikan berapa usia maksimal anak untuk belajar
penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana
cara mengajarkan penjumlahan.4
Tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu
terjadi. Pandangan kognitif melihat belajar sebagai suatu yang aktif.
Mereka berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar, mencari
informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali, dan
mengorganisasi apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai
pelajaran baru.5
2. Tokoh Teori Belajar Humanistik
a. Arthur Combs
Tokoh ini menjelaskan bagaimana persepsi ahli-ahli psikologi
dalam memandang tingkah laku. Untuk mengerti tingkah laku
manusia, yang penting adalah mengerti bagaimana dunia ini dilihat
dari sudut pandangnya. Untuk mengerti orang lain, yang penting
adalah melihat dunia sebagai yang dia lihat, dan untuk menentukan
bagaimana orang berpikir, merasa tentang dia atau tentang dunianya.

b. Maslow
Tokoh ini berpendapat bahwa ada hierarki kebutuhan manusia.
Kebutuhan untuk tingkat yang paling rendah yaitu tingkat untuk bisa
survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman, dan ini adalah
kebutuhan yang paling penting. Jika manusia secara fisik terpernuhi

4
Ibid, hal. 12-13.
5
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 149.

8
kebutuhannya dan merasa aman, mereka akan distimuli untuk
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan untuk
memiliki dan dicintai dan kebutuhan akan harga diri dalam kelompok
mereka sendiri. Jika kebutuhan ini terpenuhi orang akan kembali
mencari kebutuhan yang lebih tinggi lagi, prestasi intelektual,
penghargaan estetis, dan akhirnya self-actualization.6
c. Rogers
Melalui bukunya Freedom to Learn and Freedom to Learn for the
80’s, menganjurkan pendekatan pendidikan sebaiknya mencoba
membuat belajar dan mengajar lebih manusiawi, lebih personal, dan
berarti. Prinsip-prinsip penting belajar humanistik menurut Rogers
yaitu keinginan untuk belajar (The Desire to Learn), belajar secara
signifikan (Significant Learning), belajar tanpa ancaman (Learning
Without Threat), belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated Learning),
belajar dan berubah (Learning and Change).
d. Bloom dan Krathwohl
Mereka membagi penguasaan siswa dalam belajar menjadi tiga:
1) Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan, yaitu: pengetahuan
(mengingat dan menghafal), pemahaman (menginterpretasikan),
aplikasi (penggunaan konsep untuk memecahkan masalah), analisis
(menjabarkan suatu konsep), sintesis (menggabungkan bagian-
bagian konsep menjadi suatu kesatuan yang utuh), evaluasi
(membandingkan nilai, ide, metode dan lain-lain).
2) Afektif yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu pengenalan (ingin
menerima dan sadar akan adanya sesuatu), merespons (aktif
berpartisipasi), penghargaan (menerima nilai-nilai dan setia kepada
nilai-nilai tertentu), mengorganisasian yaitu menghubungkan nilai
yang dipercaya), pengamalan (menjadikan nilai sebagai bagian pola
hidupnya).
3) Psikomotor yaitu peniruan (menirukan gerak), penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak), ketepatan
(melakukan gerak dengan benar), perangkaian (melakukan
6
Ibid, hal. 183.

9
beberapa gerakan sekaligus), naturalisasi (melakukan gerak secara
wajar).
Taksonomi Bloom ini berhasil memberi inspirasi kepada banyak
pakar untuk mengembangkan teori belajar dan pembelajaran.
Taksonomi ini banyak membantu praktisi pendidikan untuk
memformulasikan tujuan belajar dalam bahasa yang mudah dipahami,
operasional, serta dapat diukur. Teori ini dijadikan pedoman untuk
membuat butir soal ujian.7
e. Kolb
Ia membagi tahapan belajar menjadi empat tahapan yaitu:
1) Pengalaman konkret. Pada tahap pertama dan paling dini ini, siswa
hanya mampu mengalami suatu kejadian.
2) Pengamatan aktif dan reflektif. Pada tahap kedua ini, siswa mampu
mengadakan observasi aktif dan memahami terhadap kejadian itu.
3) Konseptualisasi. Tahap ketiga ini, siswa mulai belajar membuat
abstraksi atau teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya.
4) Eksperimentasi aktif. Pada tahap akhir ini, siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.
Siklus belajar semacam ini terjadi secara berkesinambungan dan
berlangsung di luar kesadaran siswa sehingga sulit ditentukan kapan
beralihnya, tetapi ada garis tegas antara tahap satu dengan tahap lain.

f. Honey dan Mumford


Mereka membagi tipe siswa menjadi empat macam:
1) Siswa tipe aktivis adalah yang suka melibatkan diri pada
pengalaman baru dan cenderung berpikiran terbuka serta mudah
diajak berdialog.
2) Siswa dengan tipe reflektor sangat berhati-hati mengambil langkah.
3) Siswa dengan tipe teoris sangat kritis, senang menganalisis, dan
tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.
7
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Op.Cit, hal. 13-15.

10
4) Siswa tipe pragmatis menaruh perhatian besar pada aspek praktis.
Siswa tipe ini tidak suka berlarut-larut dalam membahas aspek
teoritis filosofis karena lebih baik praktiknya.8
g. Habermas (tokoh yang dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia)
Tipe belajar dibagi menjadi:
1) Tipe belajar teknis, belajar berinteraksi dengan alam sekelilingnya.
2) Tipe belajar praktis, belajar berinteraksi dengan orang
disekelilingnya
3) Tipe belajar emansipatoris berusaha mencapai pemahaman dan
kesadaran tentang perubahan kultural suatu lingkungan.
Pemahaman kesadaran terhadap perubahan kultural menjadi
tahapan terpenting karena dianggap sebagai tujuan pendidikan yang
paling tinggi.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar


1. Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitif
a. Kelebihan Teori Kognitif
1) Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu.
2) Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu
memeberikan dasar-dasar dari materi yang diajarkan untuk
pengembangan dan kelanjutannya diserahkan pada peserta didik,
dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan.
3) Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat
peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan.

8
Ibid, hal. 16.

11
4) Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu yang baru dari hal
yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif
peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang
belum ada atau menginovasi hal yang yang sudah ada menjadi
lebih baik lagi.
5) Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak
diterapkan pada pendidikan di Indonesia dalam segala tingkatan.9

b. Kekurangan Teori Kognitif


1) Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan
masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di
sini adalah selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai
kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
2) Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara
peserta didik dalam mengeksplorasi atau mengembangkan
pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam mencarinya,
karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara
yang berbeda-beda.
3) Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif,
maka dipastikan peserta didik tidak akan mengerti sepenuhnya
materi yang diberikan.
4) Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif
tanpa adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan
kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
5) Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan
kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi
yang telah diterimanya.
c. Peran Guru dalam Aliran Teori Kognitif
Peranan guru menurut teori belajar kognitif ialah bagaimana dapat
9
Eveline Siregar dan Hartini, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),
hal. 25.

12
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik.
Jika potensi yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi
dan menjadi aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta
akan mengetahui dan memahami serta menguasai materi pelajaran
yang dipelajari di sekolah melalui proses belajar mengajar di kelas.
2. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
a. Kelebihan Teori Humanistik
1) Pembelajaran dengan teori ini sangat cocok diterapkan untuk
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.
2) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola
pikir, perilaku dan sikap atas kemauannya sendiri.
3) Siswa menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung
jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain.
b. Kekurangan Teori Humanistik
1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan
dalam proses belajar.
2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri
sendiri dalam proses belajar.
c. Peran Guru dalam Aliran Teori Humanistik
Psikologi Humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator :
1) Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana
awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas.
2) Fasilitator membantu untuk memperoleh dan menjelaskan tujuan-
tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok
yang bersifat umum.
3) Guru mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa
untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya,
sebagai kekuatan pendorong yang tersembunyi di dalam belajar

13
yang bermakna.
4) Guru mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk
belajar yang paling luas dan mudah untuk dimanfaatkan para siswa
untuk membantu mencapai tujuan siswa.
5) Guru menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel
untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok siswa.
6) Didalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok
kelas dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-
sikap perasaan dan mencoba untuk menaggapi dengan cara yang
sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok.
7) Bila mana situasi dan kondisi siswa dalam kelas telah kondisional.
Fasilitator berangsur-angsur dapat berperan sebagai seorang siswa
yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti siswa
yang lain.

D. Penerapan Teori Belajar Kognitif, dan Humanistik dalam Pembelajaran


1. Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam
kelas. Pertama kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya,
terutama yang menyangkut rencana pembelajaran, kemudian yang kedua
kita akan memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat
informasi baru.
Strategi belajar sangatlah penting dalam mencapai suatu keberhasilan
pengajaran, dalam hal ini ada beberapa faktor yang mendasari strategi
mengajar yaitu; memusatkan perhatian, banyak faktor yang mempengaruhi
perhatian siswa. Dalam permulaan pelajaran, guru dapat membuat kontak
mata atau berbuat sesuatu yang mengejutkan siswa dengan maksud untuk
menarik perhatian siswa.mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan
tidak bisa, belajar dapat dipertinggi jika guru membantu siswa merasa
betapa pentingnya informasi baru,
Suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat tujuan
pembelajaran sejelas mungkin. membantu siswa mengingat kembali

14
informasi yang telah dipelajari sebelumnya, membantu siswa memahami
dan menggabungkan informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik
untuk membantu siswa memahami pelajaran dan mengombinasikan
informasi yang telah ada dengan informasi baru adalah membuat setiap
pelajaran sedapat mungkin bermakna.
Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam
mengingat informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan
umum untuk memperbaiki ingatan, pertama menghafal memerlukan usaha.
Kedua materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya berhubungan
dengan hal-hal lain. Ketiga materi dapat dibagi dalam kelompok atau
bagian-bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama-sama pola
yang berarti.10
2. Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran
Implikasi pengajaran dari sudut pandang Rogers yaitu tidak begitu
memperhatikan metodologi pengajaran. Nilai dari perencanaan kurikulum,
keahlian ilmiah guru, atau penggunaan teknologi tidak sepenting dalam
memudahkan belajar, seperti respons perasaan siswa atau mutu dari
interaksi antara siswa dan guru. Satu strategi yang disarankan Rogers
adalah memberi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat
mendukung dan membimbing pengalaman mereka. Strategi lain yang
disarankan Rogers adalah peer-tutoring (siswa mengajar siswa yang lain).
Rogers adalah penganjur yang kuat pada penemuannya, di mana siswa
mencari jawaban terhadap pertanyaan yang nyata, membuat penemuan
autonomus (bebas), dan menjadi pencetus dalam belajar atas inisiatifnya
sendiri. Pengajaran dalam Psikologi Humanistik meliputi:
a. Pendidikan Setara (Confluent Education)
George Brown mengembangkan Pusat Pendidikan Humanistik di
Universitas California, Sania Barbara, dimana guru belajar
mengintegrasikan pengalaman afektif dengan belajar kognitif di kelas.
Contohnya adalah pengajaran Bahasa Inggris pada siswa umur 12 tahun
tentang buku yang berjudul Red Badge of Courage. Guru yang ingin
mengembangkan latihan ini, ingin siswanya tidak hanya mendapatkan
10
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Op.Cit, hal. 163.

15
pengertian yang lebih dalam tentang novel itu, tetapi juga memperoleh
kesadaran antar pribadi yang lebih besar dengan mendiskusikan konsep
tentang keberanian, keteguhan hati, dan kekuatan mereka sendiri.
b. Pendidikan Terbuka (Open Education)
1) Syarat-syarat belajar (Provisions for Learning). Memanipulasi
persediaan bahan pelajaran untuk memenuhi keanekaragaman dan
luasnya mata pelajaran. Anak-anak bergerak bebas di kelas,
mendorong untuk bercakap-cakap dan tidak dipisahkan ke dalam
kelompok dengan menggunakan skor tes.
2) Manusiawi, hormat, terbuka, dan hangat (Humannes, Respect,
Opennes, and Warmth). Menggunakan bahan pelajaran yang dibuat
siswa. Guru berhadapan dengan tingkah laku siswa yang
bermasalah dengan berkomunikasi dengan anak tanpa melibatkan
kelompok.
3) Mendiagnosis kejadian selama pelajaran (Diagnosis of Learning
Events). Siswa mengoreksi pekerjaan mereka sendiri. Guru
mengobservasi dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan.
4) Pengajaran (Instruction). Secara individual tidak ada tes/ buku
tugas.
5) Penilaian (evaluation). Guru mengambil catatan beberapa tes
formal.
6) Mencari kesempatan untuk menumbuhkan profesionaliisme
(Search for Opportunities for Professional Growth). Guru
menggunakan bantuan orang lain. Guru bekerja dengan teman
sejawat.
7) Persepsi guru tentang dirinya (Self-Perception of Teacher). Guru
mencoba untuk menyimpan semua persepsi tentang anak-anak di
dalam pengamatannya dan memonitor pekerjaan mereka.
8) Mengasumsikan anak-anak dan proses belajar (Assumption about
Children and the Learning Process). Suasana kelas hangat dan
diterima. Anak-anak terlibat dengan apa yang mereka kerjakan.11
Slavin menyimpulkan bahwa hasil penelitian kelas terbuka
11
Ibid, hal. 188-190.

16
mengatakan, pengalaman-pengalaman dari gerakan kelas terbuka
menyarankan bahwa ada keterbatasan terhadap belajar yang
diarahkan pada diri sendiri oleh siswa, terutama ketika mereka
belajar keterampilan dasar di mana begitu banyak kegiatan belajar
yang tergantung dari guru.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada tiga teori belajar yaitu teori belajar kognitif, dan humanistik.
1. Teori kognitif
Teori kognitif merupakan suatu teori yang dimana bertumpu pada
perkembangan daya serap otak atas informasi yang telah diterimanya.
2. Teori belajar humanistik
Teori belajar humanistik dapat diterapkan dalam pembelajaran tauhid,
akhlak, akan sangat membantu para pendidik dalam memahani arah
belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran
apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan
untuk mencapai tujuannya.

B. Saran
Dengan selesainya penulisan makalh ini, maka penulis mengharap
kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada makalah ini untuk
memperbaikinya. Sebab penulis bukanlah orang sempurna yang tidak lepas
dari sifat kekeliruan, sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat menulis penulis

17
akan selalu ditunggu oleh penulis.

18

Anda mungkin juga menyukai