Anda di halaman 1dari 14

Teori-teori Belajar Kognitif dan Humanisme dalam Pembelajaran

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok 3


Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Ibu Irma Megawati, M.Ag

Disusun Oleh :
Jamil Malia (0101.2001.039)
Kun Arthaningtyas (0101.2001.040)
Nita Nurmayanti (0101.2001.045)

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI DR. KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Teori-teori
Belajar Kognitif Dan Humanisme dalam pembelajaran” Ini tepat pada waktunya.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing
dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah Strategi Pembelajaran dan tidak lupa juga
ucapan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung untuk penyelasaian makalah
ini. Makalah ini menjelaskan tentang teori kognitif dan humanisme dalam pembelajaran,
diharapkan pendidik dapat mempelajari dan melaksanakan penilaian formatif sehingga
penguasaan kompetensi peserta didik tercapai.
Jika ada kesalahan dalam proses kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena
sumber yang kami miliki sangatlah minim, oleh sebab itu kami mohon maaf bagi para
audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan banyak manfat kepada
para pembacanya.

Purwakarta, 13 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Identifikasi masalah........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran.................................4
2.2 Klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran ................................................8
2.3 Paradigma Pembelajaran..............................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Latar belakang munculnya teori belajar karena para ahli dibidang pendidikan
banyak melakukan penelitian tentang belajar dan pembelajaran telah ditemukan fakta
bahwa terdapat kesulitan atau hambatan dalam menjelaskan proses pembelajaran.
Belajar merupakan suatu proses perubahan pola pikir baru setiap individu sehingga
meraka mendapatkan pengalaman atau memory yang di ingat agar tidak mengulang
kesalahan yang sama. Proses belajar dimulai sejak dini sampai manusia telah tiada.
Setiap manusia memiliki kapasitas proses belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu
muncul teori ini. Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang teori belajar, sebagai
berikut :
1. Teori Belajar Behavioristik adalah perubahan tingkah laku setiap individu dapat
menghasilkan stimulus-proses-respon dari rangsangan berupa pengalaman. Stimulus
didapatkan dari pertanyaan, pelatihan, tugas, pembiasaan, penguatan. Sedangkan
respon didapatkan dari positif (hadiah) atau negatif (hukuman). Jika individu
mendapat kritik maka mereka tidak mampu menjelaskan proses belajar yang
kompleks.
2. Teori Belajar Kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang dialami
setiap individu. Setiap orang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berbeda
dan tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki.
3. Teori Belajar Humanistik adalah teori yang memanusiakan manusia dalam bidang
filsafat, kepribadian dan psikoterapi. Teori ini bisa mengaktualisasikan atau
memahami seseorang agar dapat membentuk konsep hidup yang unik.

Rumusan Masalah

1. Apa saja Prinsip-prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran?


2. Apa saja Klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran?
3. Apa itu Paradigma Pembelajaran?

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Prinsip-prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran

Prinsip adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama dan menjadi dasar


dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil
yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dan peserta didik.
a. Prinsip-prinsip Belajar
Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar. Oleh karena itu, dalam merancang dan
melaksanakan pembelajaran, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar. Banyak ahli
yang mengemukakan berbagai prinsip belajar yang harus dipertimbangkan seorang guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu ahli di antaranya adalah Bothwell (1968),
yang mengemukakan sepuluh prinsip belajar.
1) Prinsip Kesiapan (Readiness)
Proses belajar dipengaruhi oleh kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan
atau readiness adalah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Seorang siswa
yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar akan
mengalami kesulitan untuk menguasai kemampuan yang diharapkan. Yang termasuk
kesiapan adalah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi, latar belakang, pengalaman,
hasil belajar yang lalu, dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan, yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
a) Seorang individu akan dapat belajar dengan baik apabila tugas-tugas yang diberikan
kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minat, dan latar belakangnya.
b) Kesiapan belajar harus dikaji bukan diduga. Hal ini mengandung arti bahwa apabila
seorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan siswanya untuk mempelajari sesuatu, ia
harus melakukan pengetesan kesiapan.
c) Jika seorang individu kurang memiliki kesiapan untuk suatu tugas, tugas itu akan ditunda
sampai individu tersebut memiliki kesiapan untuk melaksanakan tugas.
d) Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan. Hal ini berarti bahwa
siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin memiliki pola kemampuan mental
yang berbeda.
e) Bahan-bahan, kegiatan dan tugas, seharusnya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan
individu.
2) Prinsip Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah suatu kondisi pada diri individu yang memprakarsai kegiatan mengatur
arah kegiatan , dan memelihara kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan biologis.
Yang perlu di perhatikan dalam pengembangan proses belajar :
a) kesungguhan.individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi
kebutuhan biologis,sosial dan emosional.

4
b) Pengetauan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong
terjadinya peningkatan usaha.
c) Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan
motivasi belajar.
3) Prinsip Persepsi
Presepsi adalah interpretasi tentang situasi hidup. Setiap individu melihat dunia
dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu. Siswa yang mempunyai presepsi positif terhadap kegiatan belajar dan
dirinya,mereka akan senang dan sungguh-sungguh belajar.
Berkenaan dengan prinsip prepsi ini, berikut ini beberapa hal penting yang harus
diperhatikan:
a) Resepsi siswa terhadap Sesutu di pengaruhi oleh factor lingkungan dimana siswa
berada.
b) Penafsiran individu terhadap sesuatu tergantung pada tujuan, sikap, pengalama,
kesehatan, perasaan, dan kemampuannya
c) Cara seorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam suatu situasi
seorang siswa cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri.
d) Untuk membentuk presepsi yang tepat, siswa dapat dibantu dengan cara memberi
kesempatan kepada mereka untuk menilai dirinya sendiri. Perilaku yang baik
tergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.
e) Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana
untuk mengklarifikasi persepsi mereka.
f) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa akan mempengaruhi pandangannya
terhadap dirinya.
Dalam menumbuhkan persepsi yang positif baik terhadap dirinya maupun terhadap kegiatan
belajar, guru hendaknya :
a) Menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan aman sehingga siswa merasa senang
dalam belajar.
b) Mengorganisasi materi pelajaran dengan memperhatikan tingkat kesulitan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
c) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik sehingga siswa merasa senang dalam
melaksanakan tugas belajar yang diberikan.
d) Memberikan tugas atau kegiatan yang menekankan pada kekuatan atau kelebihan siswa.
4) Prinsip Tujuan
Tujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang. Tujuan harus
tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh siswa pada saat proses belajar terjadi.
Mengenai tujuan ini ada beberapa individu yang perlu diperhatikan:
a) Tujuan seharusnya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
b) Penetapan tujuan seharusnya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyrakat.
c) Siswa akan dapat menerima tujuan yang dirasakan memenuhi kebutuhannya.
d) Tujuan guru dan siswa seharusnya sama atau sesuai.
e) Aturan-aturan yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku.
f) Tingkat keterlibatan siswa mempengaruhi tujuan yang direncanakan dan yang hasil
yang dapat dicapai.
5) Prinsip Perbedaan Individual

5
Menurut prinsip ini, proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu sama
lain. Perbedaan ini disebabkan oleh fisik maupun psikhis. Berkaitan dengan perbedaan
individual dalam proses belajar, ada beberapa hal yang perlu diingat:
a) Para siswa harus dapat dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang berbeda-
beda.
b) Para siswa perlu mengenal potensinya dan seharusnya dibantu untuk merencanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.
c) Para siswa membutuhkan variasi tugas, bahan, dan metode yang sesuai dengan tujuan,
minat, dan latar belakangnya.
d) Siswa cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalaman masa
lalunya yang ia rasakan berarti.
e) Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar dapat lebih diperkuat apabila
individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut
ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
f) Siswa yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat
dan sungguh-sungguh.
Dengan adanya prinsip individual dalam proses belajar, kegiatan pembelajaran
seharusnya disesuaikan dengan kesanggupan individual siswa. Kegiatan pembelajaran yang
dapat dilaksanakan oleh guru dalam rangka upaya memenuhi kebutuhan individu siswa
adalah:
a.    Melaksanakan kegiatan kelompok, pengelompokan didasarkan atas kesanggupan siswa.
b.    Memberikan tugas yang dapat diselesaikan sesuai dengan kecepatan masing-masing
individu.
c.    Memberikan tugas tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi
pelajaran, dan memberikan tugas pengayaan bagi siswa yang telah mampu menguasai materi.
d.    Melaksanakan pembelajaran proyek atau unit.
6) Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatakan proses pengenalan dan atau penemuan. Belajar kognitif
mencakup asosiasi antar-unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan
memecahkan masalah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif adalah :
a) Perhatian harus di pusatakan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum
proses belajar kognitif terjadi.
b) Hasil belajar kognitif akan bervariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individu
yang ada.
c) Bentuk-bentuk kesepian, perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan, dan
pengalaman, berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.
d) Pengalaman belajar harus diorganosasikan ke dalam setuan-satuan atau unit-unit yang
sesuai.
e) Bila menyajikan konsep, kebermaknakan dari konsep amatlah penting. Kegiatan mencari,
menerapkan, mendefinisikan, dan menilai sangatlah di perlukan untukmenguji bahwa
suatu konsep benar-benar bermakna.

6
f) Dalam pemecahan masalah para siswa harus di bantu untuk mendifinisikan, dan
membatasi linkup masalah, menemukan informasi yang sesuai, menasirkan dan
menganalisis masalah serta memungkinkan berfikir menyebar.
g) Perhatian yang lebih terhadap proses mental daripada terhadap hasil belajar, akan lebih
memungkinkan terjadinya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis, dan penalaran.
7) Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukan bagaimana ia menghubungkan dirinya
dengan pengalaman baru. Belajar afektif mencakup nilai, emosi, dorongan, minat, dan sikap.
a) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses  belajar afektif : Hampir semua situasi
kehidupan mengandung aspek afektif.
b) Cara siswa menyesuaikan diri dan memberikan reaksi terhadap situasiasi akan member
dampak dan pengeruh terhadap proses belajar afektif.
c) Nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat
sepanjang hayat. Nilai, sikap, dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada
keseluruhan proses perkembangan.
d) Sikap dan nilaisering dibentuk melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan
sebagai hasil belajar langsung.
e) Sikap lebih mudah dibentuk melalui pengalaman yang menyenangkan.
f) Nilai-nilai yang ada pada diri individu di pengaruhi oleh standar prilaku kelompok.
g) Proses belajar disekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat, iswa yang
memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar dengan mudahdaripada yang
memiliki masalah.
h) Belajar afektif dapat dikembangkan atau di ubah melalui interaksi dengan guru dalam
kelas.
8) Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor menentukan bagaimana individu mampu mengendalikan
aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor menuntut keaktifan aspek mental dan fisik. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam belajar psikomotor, adalah :
a) Pelaksanaan tugas dalam suatu kelompok akan menunjukan variasai dalam kemampuan
dasar psikomotor.
b) Struktur ragami dan sistem syarat individu membantu menentukan taraf penampilan
psikomotor.
c) Melalui bermain dan aktifitas informal, siswa akan memperoleh kemampuan mengontrrol
gerakannya lebih baik.
d) Dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan siswa untuk memadukan dan
memperluas gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
e) Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
9) Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan. Oleh karena
itu, jenis, cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya. Pelaksanaan kegiatan evaluasi memungkinkan siswa untuk mengetahui
kemajuan dalam pencapaian tujuan. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi
yang perlu diperhatikan dalam merancang pembelajaran:

7
a) Evaluasi member arti pada proses belajar dan member arah baru pada siswa.
b) Bila evaluasi dikaitkan dengan tujuan maka peran evaluasi menjadi sangat penting bagi
siswa.
c) Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru dapat mempengaruhi keterlibatan siswa dalam
evaluasi dan belajar.
d) Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap jika guru dan siswa
saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan, dan pengamatan.
2. KLASIFIKASI TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku  sebagai akibat dari pengalaman dan
latihan. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Menurut jhon Locke manusia
itu meruakan organisme yang pasif ia menganggap manusia itu seperti kertas putih, hendak
ditulisi apa kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisnya. Sedangkan menurut
Liebnitz menggap bahwa manusia adalah oraganisme yang aktif. Manusia merupakan sumber
dari pada semua kegiatan. Pada yakikatnya manusia bebas untuk berbuat, membuat suatu
pilihan dalam setiap situasi. Titik pusat kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut
aliran ini tingkah laku manusia hanyalah eksresi yang dapat diamati sebagai akibat dari
eksistensi internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia
menurut pandangan Leibnitz ini kemudian melahirkan aliran belajar kognitif holistik :

Berdasarkan dari konsep manusia yang berbeda, dalam menjelaskan terjadinya


perilaku, kedua aliran teori belajar, yaitu aliran behavioristik-elemen teristik dan aliran
kognitif holistik, memiliki perbedaan pula perbedaan keduanya seperti daat dilihat sebagai
berikut:
1.    TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK: mementingkan pengaruh lingkungan, mementingkan
bagian-bagian, mengutamakan peranan reaksi, hasil belajar terbentuk secara mekanis,
dipengaruhi oleh engalaman masa lalu, mementingkan pembentukan kebiasaan, memecahkan
masalah dilakukan dengan cara trial and error.
2.    TEORI BELAJAR KOGNITIF: memntingkan apa yang ada dalam diri, mementingkan
keseluruhan, mengutamakan fungsi kognitif, terjadi keseimbangan dalam diri, tergantung
pada kondisi saat ini, memntingkan terjadinya struktur kognitif memecahkan masalah
didasarkan kepada insight.
Menurut aliran Behavioristik, belajar ada hakikatnya adalah embentukan asosiasi antara
kesan yang ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk benrindak atau hubungan
antara stimulus dan respon. Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan
respon sebanyak-banyaknya.
1. Teori-teori yang termasuk ke dalam kelomok Behavioristik diantaranya:
a.    Koneksionisme, dengan tokohnya Thorndike
b.    Classical conditioning, dengan tokohnya Pavlop
c.    Oerant conditioning yang dikembangkan oleh Kinner
d.    Sistematik Behavior, yang dikembangkan oleh Hull
2. Sedangkan, teori-ori yang termasuk ke dalam kelompok kognitif holistik diantaranya :
a.    Teori Gestalt , dengan tokohnya kofka,kohler,dan wertheimer.
b.    Teori medan (field theory), dengan tokohnya lewin

8
c.    Teori organismik yang dikembangkan oleh wheeler
d.    Teori humanistik, dengan tokohnya maslow dan rogers
e.    Teori konstruktivistik, dengan tokohnya jean iaget.

Beberapa Teori Belajar Behavioristik


a.    Teori belajar koneksionisme
Teori ini di kembangkan oleh thorndike sekitar tahun 1913. Menurut teori belajar ini,
belajar pada hewan dan pada manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip
yang sama. Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara stimulus
dan respo . oleh karena itulah teori ini dinamakan teori stimulus dan respons.
a) Hukuman kesiapan (law of readiness)
Menurut hukum ini, hubungan anatara stimulus dan respons akan mudah terbentuk
manakala ada kesiapan dalam diri individu.
b) Hukum latihan (law of exercise)
Hukum ini menjelaskan kemungkinan kuat dan lemahnya hubungan stimulis dan
resons.hubungan atau koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang ) dengan tindakan
akan menjadi lebih kuat karena latihan dan koneksi –koneksi itu akan menjadi lemah karena
latihan tidak dilanjutkn atau dihentikan.
c) Hukum akibat (law of effect)
Hukum ini menunjuk kepada kuat atau lemahnya hubungan stimulus dan respons
tergantung kepada akbat yang ditimbulkannya. Apabila yang diberikan seseorang
mendatangkan kesenanganp,maka res,ons tersebut akan di,ertahankan natau
diulangi;sebaliknya,apabila respons yang diberikan mendatangkan atau di ikuti oleh akibat
yang tidak mengenakan, maka respons tersebut akan di hentikan dan tidak akan di ulangi lagi.
Implikasi dari hokum ini adalah apabila mengharapkan agar seseorang dapat mengulangi
respons yang sama, maka harus di upayakan agar menyenangkan dirinya.
b.    Teori Belajar Classical Conditioning
Seperti halnya Tharndike Pavlov Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya
bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip ang sama dengan manusia. Belajar atau
pembentukan perilaku perlu di bantu dengan kondisi tertentu. Pavlov melakukan percobaan
dengan seekor anjing. Dalam pecobaanya, Pavlov ingin membentuk tingkah laku tertentu
pada anjing. Pada perilaku manusia respondent response bersifat sangat terbatas, oleh karena
itu sangat kecil untuk dapat di modefikasi. Sebaliknya, operant response atau instrumental
response sifatnya tidak terbats, oleh karena itu kemungkinan untuk dapat di modefikasi
sangat besar. Dengan instrumental response.
Skinner berpendapat bahwa untuk membentuk tingkah laku tertenu perlu diurutkan atau
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian atau komponen tingkah lauku ang spesifik.
Selanjutnya, agar terbentuk pada tingkah laku yang diharapkan pada setiap tingkah laku yang
spesifik yang telah di respons, perlu di berikan hadiah agar tingkah laku it uterus menerus
diulang, serta untuk memotivasi agar berlanjut kepada komponen tingkah laku selanjutnya
sampai akhirnya pada pembentukan tingkah laku puncak yang di harapkan.

9
Sebagi ilustrasi penerapan teori ini, mislkan kita ingin membentuk kebiasaan anak dalam
membaca buku. Untuk sampai pada kebiasaan itu, perilaku membaca dapat dipecah menjadi
beberapa komponen tingkah laku, contohnya
1)    Anak melihat-lihat buku yang di sediakan
2)    Membuka- buka buku
3)    Memerhatikan gambar-gambar yang ada dalam buku
4)    Membaca isi buku
            Teori operant conditioning dari skinner ini sangat besar pengaruhnya terutama dalam
bidang teknologi pengajaran, khususnya di AS. Munculnya berbagai pendekatan baru
pengajaran seperti pengajaran berprogram, pengajaran dengan bantuan computer, mengajar
dengan menggunakan mesin, semuanya berangkat dari konsep skinner.
1.    Teori-teori Belajar Kognitif
a.    Teori gestalt
Seperti yang telah di kemukakan, teori gestalt termasuk dalam kelompok aliran aliran
kongnitif holistik teori gestalt di kembangkan oleh koffka, kohler, dan wairtehmer. Teori ini
berbeda dengan teori – teori yanag telah di jelaskan dahulu. Menurut teori gestalt belajar
adalah proses pengembangan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antara
bagian di dalam situasi permasalahan. Insight yang merupakan inti dari belajar menurut teori
gestalt memiliki cirri – cirri sebagai berikut:
a) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut,
sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam
kelompok (spesies)nya
b)  Insight di pengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan
c)  Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya
d)  Pengertian merupakan inti dari insight. Melalui pengertian individu akan dapat memecahkan
persoalan.
e)  Apabila insight telah di peroleh, maka dapat di gunakan untuk menghadapi persoalan dalam
situasi lain
b.  Teori Medan
Teori medan di kembangkan oleh kurt Lewin. Sama seperi teori gestalt, teori medan
menganggap bahwa, belajar adalah peroses pemecahan masalah, beberapa hal yang berkaitan
proses pemecahan masalah menurut lewin dalam belejar adalah:
a) Belajar adalah perubahan struktur kognitif. Setiap orang akan dapat memecahkan
masalah jika ia bias mengubah struktur kongnitif
b) Pentingnya motivasib motifasi adalah factor yang dapat mendorong setiap individu
untuk berprilaku. Motivasi muncul karena adanya daya tarik tertentu
c. Teori kontruktifitis
Teori kontruktifitis di kembangkan oleh piaget pada pertengahan abad 20 Piaget
berpendapat bahwa pada darasarnya setiap sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pegetahuan yang di konstruksi oleh anak sebagai
subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna; sedangkan pengetahuan yang hanya
di peroleh melalu proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
3. PARADIGMA PEMBELAJARAN
 Pengertian Paradigma

10
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2005),
paradigma merupakan suatu kerangka pikir. Menurut Ratna (2010), paradigma merupakan
seperangkat keyakinan mendasar, semacam pandangan dunia yang berfungsi untuk menuntun
tindakan-tindakan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun karya ilmiah. Menurut
Bogdan dan Bliken sebagaimana dikutip oleh Moleong (1989), paradigma merupakan
kumpulan yang longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, dimana konsep atau
proposisi mengarahkan pada cara berfikir dan penelitian. Jadi paradigma merupakan suatu
keyakinan mendasar yang membentuk pola pikir sebagai titik tolak pandangan seseorang dari
sejumlah asumsi yang mengarah pada cara berfikir dan penelitian untuk menentukan tidakan-
tindakan manusia itu sendiri.
 Pengertian Paradigma Pembelajaran
Berdasarkan beberapa uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
paradigma pembelajaran merupakan perubahan dari gerakan, kekuatan, perkembangan,
maupun penyesuaian diri terhadap suatu keadaan yang mengarah pada cara berfikir dan
penelitian untuk menuntun tidakan manusia dalam proses pembelajaran.
 Perkembangan Paradigma Pembelajaran 
Menurut Nasar (2006), paradigma pembelajaran berkembang menjadi pendekatan
belajar yang mutakhir dan menggeser kebiasaan sekolah tradisional dimana guru cenderung
lebih aktif dibandingkan siswanya. Guru sebagai subjek yang dominan, sementara siswa
bersifat pasif. Padahal dalam kegiatan pembelajaran siswa sebagai pusat belajar harus lebih
aktif untuk membangun pemahaman, ketrampilan, dan sikap. Maka dari itu sebagai fasilitator
seorang guru mampu memberikan apa yang diinginkan siswanya dengan strategi
pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta didik mampu berkreasi sesuai dengan
kemampuan masing-masing yang diyakini cenderung menghasilkan pengetahuan yang
tersimpan kuat dalam ingatan siswa.
Menurut Aunurrahman (2009), perubahan paradigma dan sistem pemb-elajaran
merupakan suatu upaya dalam membangun masyarakat terdidik dan cerdas. Sistem
pendidikan telah ditata dengan menggunakan paradigma yang baru, dimana formalitas dan
legalitas merupakan suatu yang penting sedangkan substansi juga merupakan sesuatu yang
tidak dapat diabaikan untuk proses pembelajaran. Adanya tuntutan terhadap proses
pemberdayaan diri dan pengem-bangan potensi peserta didik secara holistik melalui proses
pembelajaran yang dilakukan seorang guru mengalami perubahan paradigma dan pandangan
terhadap pendidikan.
Holistik yaitu ciri pandangan yang menganggap bahwa keseluruhan sebagai suatu
kesatuan yang lebih penting pada sebagian organisme. Pergeseran paradigma yang
sebelumnya lebih menitikberatkan pada peran guru, fasilitator, dan instruktur, sekarang
semakin bergeser pada pemberdayaan peserta didik dalam mengambil inisiatif dan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika paradigma
pembelajaran bermulai dari kebiasaan tradisional, dimana guru lebih dominan atau berperan
aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa. Selanjutnya, seiring dengan
perkembangan waktu munculah strategi pembela-jaran yang bevariasi guna melibatkan siswa
untuk mengambil inisiatif dan berperan aktif dalam proses pe-mbelajaran. Hal ini
dimaksudkan agar siswa mampu berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing dan
11
diyakini cenderung menghasilkan pengetahuan yang tersimpan kuat dalam ingatan peserta
didik. 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar
terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai
hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang
sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses
pembelajaran. Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi. Sejumlah
hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar. Dan Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan
secara optimal, baik intelektual, emosional dan fisik jika dibutuhkan. Pandangan
mendasar yang perlu menjadi kerangka pikir setiap guru adalah bahwa pada prinsipnya
anak-anak adalah makhluk yang aktif. Individu merupakan manusia belajar yang aktif dan
selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat
berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan ruang yang baik
untuk tumbuh suburnya keaktifan itu. Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari
60% sesuatu yang diperoleh dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung.

12
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka. 2005.
Rukhiyat, Adang, Paradigma Baru Hubungan Guru dengan Murid, Jakarta: Uhamka
Press. 2003.
Makalah Perencanaan Pembelajaran & Daftar Pustaka - Muttaqin id
prinsip pembelajaran - Mencari (bing.com)
Prinsip-prinsip pembelajaran - Kompasiana.com

13

Anda mungkin juga menyukai