Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Teori Belajar, Jenis dan Pendekatan, Serta Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Belajar
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr.Fifi Nofiaturrahmah

Disusun Oleh:

1. Oyiesa Zulmayanti Arfieyan Syah (2111010043)


2. Fina Malikhah (2111010054)
3. Qurrota A’yunin Jayanti (2111010060)
4. Zaidatur Rohmah (2111010068)
Kelas : B5PIR

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Penulis
ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, serta inayah-Nya
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Belajar, Jenis
dan Pendekatan, Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
pendidikan, makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal terlepas dari segala hal
tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karenanya, penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
dengan judul “Teori Belajar, Jenis dan Pendekatan, Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi pembaca.

Kudus, 14 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
A. Teori Belajar ................................................................................................................... 5
B. Jenis dan Pendekatan Belajar ....................................................................................... 9
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .............................................................. 15
BAB III ......................................................................................................................................... 17
PENUTUP..................................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 17
B. Saran.............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan jalan menuju sukses. Dengan belajar seseorang dapat
mengetahui banyak hal. Dalam hal ini, Islam pun amat menekankan tentang belajar.
Tujuan belajar dalam Islam bukan mencari rezeki di dunia semata, tetapi untuk sampai
kepada hakikat, memperkuat akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu yang
sebenarnya dan akhlak yang sempurna (Tohirin, 2006:57-58).
Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar mengajar.
Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan
hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, masyarakat, lembaga
pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan
sebagainya (Dalyono, 2007:48).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian belajar?
2. Apa saja jenis dan pendekatan dalam belajar?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Belajar.
2. Untuk Mengetahui Jenis dan Pendekatan Belajar.
3. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage, Gagne
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Tokoh – tokoh aliran behaviorisme yaitu : Edward Lee
Thorndike, John Watson, Edwin Guthrie, Burrhus Frederic Skinner.Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut
pembelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan
pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian
keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/ buku wajib dengan
penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan
biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut
jawaban yang benar.Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan
keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas
belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran.Teori
ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual (Degeng, 2006).
Prinsip – Prinsip dalam teori behavioristik, antara lain :
a. Obyek psikologi adalah tingkah laku
b. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
c. Mementingkan pembentukan kebiasaan
d. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri
e. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari
2. Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes
terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.Model kognitif ini
memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran
melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan
hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.
Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses. Peneliti yang
mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.Ausubel
menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama
terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk
konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan. Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme yaitu Teori Gestalt dari
Wertheimer, teori schemata piaget, teori belajar sosial bandura, pengolahan
informasi norman.
Karakteristik teori belajar kognitif :
a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral
b. Siswa aktif sebagai penyalur
c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif
d. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus
e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan
f. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight
3. Teori kontruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan
dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
mendadak. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan
masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena
mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih
paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini
berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini
membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia.
Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi
manusia atas realitas yang dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini
mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget
yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa
mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi
oleh pengertian yang telah ia punyai.
b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus
seumur hidup.
c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi
pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan
perkembangan itu sendiri.Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium
merupakan situasi yang baik untuk belajar.
e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungan siswa.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya. Bagi kaum
konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu,
bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang
demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak
lengkap.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
menurut teori konstruktivisme ,belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan
dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan
realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi
pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses
yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal,
kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi
makna.Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori
belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi
kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.
Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui
bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi
kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada
konstruksi pengetahuan.Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam
pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang
ketika berinteraksi dengan lingkungan.Dalam konteks demikian, konstruksi atau
pemaknaan terhadap realitas adalah belajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini,
sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hakikat manusia
sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.
Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
B. Jenis dan Pendekatan Belajar
a. Jenis
1. Belajar Rasional
Proses belajar yang menggunakan kemampuan berfikir sesuai dengan akal
sehat (logis dan rasional) untuk memecahkan masalah.
2. Belajar Abstrak
Proses belajar yang menggunakan berbagai cara berpikir abstrak untuk
memecahkan masalah yang tidak nyata.
3. Belajar Keterampilan
Proses belajar menggunakan kemampuan gerak motorik dengan otot dak urat
syaraf untuk menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
4. Belajar Sosial
Proses belajar memahami berbagai masalah dan cara penyelesaian masalah
tersebut. Misalnya masalah keluarga, persahabatan, organisasi dan lainnya
yang berhubungan dengan masyarakat.
5. Belajar Kebiasaan
Proses pembentukan atau perbaikan kebiasaan ke arah yang lebih baik agar
individu memiliki sikap dan kebiasaan yang lebih positif sesuai dengan
kebutuhan (kontekstual).
6. Belajar Pemecahan Maslah
Belajar bepikir sistematis , teratur, dan teliti atau menggunakan berbagai
metode ilmiah dalam menyelesaikan suatu masalah.
7. Belajar Apresiasi
Belajar kemampuan dalam mempertimbangkan arti atau nilai suatu objek
sehingga individu dapat menghargai berbagai objek tertentu.
8. Belajar pengetahuan
Proses belajar berbagai pengetahuan baru secara terencana untuk menguasai
materi pelajaran melalui kegiatan eksperimen dan investigasi.

b. Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar merupakan sebuah acuan untuk berlangsungnya sebuah proses
pembelajaran yang dimaksudkan agar tercapai sebah tujuan yang diharapkan oleh
seorang guru.
Pendekatan belajar dikelompokkan atas dua komponen secara umum, yakni Student
Centered Approach dimana pendekatan belajar berpusat kepada peserta didik, disni
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran. Kemudian yang kedua adalah Teacher Centered Approach yaitu
pendekatan belajar yang dipusatkan kepada guru, artinya guru menjadi peran utama
dalam proses pembelajaran.
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan
kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen
pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.
Artinya, saar kegiatn pembelajaran berlangsung peserta didik seolah- olah bisa
merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari.
Adapun contohnya seperti ; guru menampilkan gambar rangka manusia untuk
menunjukkan bagian – bagian rangka manusia, guru membawa bahan ajar berupa
perkecambahan untuk menunjukkan proses pertumbuhan biji.
Tujuan pembelajaran kontekstual ini adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga
mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif.
b) Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman
makna materi yng sedanf dipelajari.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar
yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat. Guru menggunakan strategi ini
ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi
dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hafalan.

2. Pendekatan Konstrukktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan. Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam
peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa
keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan
unutk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi. Jadi pendekatan
konstruktivisme merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman
langsung dan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran konstruktivisme ini digunakan adalah sebagai berikut :
1) Mengasah kemampuan peserta didik untuk selalu bertanya dan mencari solusi
atas pertanyaannya.
2) Meningkaykan pemahaman peserta didilk terhadap suatu konsep secara
komprehensif.
3) Mendorong peserta didik untuk menjadi pemikir aktif.

3. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus. Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang
bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran
yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan
contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan
khusus.

4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Artinya,
pendekatan induktif dapat dimulai dengan memeberikan contoh, dan dari contoh –
contoh terebut siswa akan mampu memahami berbagai keteraturan dan persamaan
yang ada, sehingga mampu mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari
seluruh contoh tersebut.
Langkah – langkah pendekatan induktif menurut Rahmawati ( 2015, hlm.75 )
mengungkapkan bahwa langkah – langkah yang dapat digunakan dalam
pendekatan induktif adalah sebagai berikut :
a) Memilih konsep, prinsip, aturan, yang akan disajikan dengan pendekatan
induktif.
b) Menyajikan contoh – contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu
memungkin siswa memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh
– contoh itu.
c) Disajikan bukti – bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau
menyangkal perkiraan itu.
d) Disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan
langkah – langkah yang terdahulu.

5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi). Guru memberikan konsep tertentu kepada siswa, lebih kepada
konsep saja. Pada pendekatan model ini peserta didik dibimbing memahami suatu
bahasan dengan memahami konsep – konsep yang ada didalamnya.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara
langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

6. Pendekatan Proses
pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses. Pendekatan ini berorientasi pada
proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar
menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau
mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik.
Pada pendekatan proses tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah – langkah ilmiah
seperti melakukan pengamatan, penafsiran data, dan mengkomunikasikan hasil
pengamatan.
Contoh dalam pendekatan ini adalah guru memberikan tugas dalam bentuk
observasi. Siswa dituntut untuk mencari tahu proses terjadinya sesuatu, sebab
akibat, serta memberikan suatu analisis dari apa yang mereka amati.

7. Pendekatan Open – Ended


Pendekatan ini bertujuan agar siswa mampu mengetahui bagaimana cara untuk
sampai dan menemukan suatu jawaban dalam sebuah kasus. Pendekatan ini juga
dapat memotivasi siswa ubtuk meningkatkan daya berpikir mereka dengan jawaban
serta penemuan baru dan dapat meningkatkan kreatifitas dan mindset siswa.

8. Pendekatan Realistik
Pendekatan ini mengarah pada hal – hal real atau nyata yang ada dialami siswa.
Proses pembelajarannya ditekankan pada keterampilan berdiskusi, berkolaborasi,
serta beragumentasi kepada kelompok atau teman dikelas. Peran guru dalam
pendekatan ini yaitu sebagai fasilitator atau moderator saja.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Syah (2004:144), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dalyono (2007:55-60) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
sebagai berikut:
1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)
a. Kesehatan
b. Intelegensi dan bakat
c. Minat dan motivasi
d. Cara belajar
2. Faktor eksternal (yang bersal dari luar diri)
a. Keluarga
b. Sekolah
c. Masyarakat
d. Lingkungan sekitar.
Tohirin (2006:127) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi
dua aspek, yakni:
1. Aspek Fisiologis Aspek fisiologis meliputi keadaan atau kondisi umum jasmani
seseorang. Berkaitan dengan ini, kondisi organorgan khusus seperti tingkat kesehatan
pendengaran, penglihatan juga sangat mempengaruhi siswa dalam menyerap
informasi atau pelajaran.
2. Aspek Psikologis Aspek psikologis meliputi tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi, perhatian, kematangan dan kesiapan.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi
satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau
bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar
yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintellegensi
tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor
eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas
hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor di ataslah, muncul siswa-siswa
yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau
gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru yang berkompeten dan profesional
diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinankemungkinan munculnya kelompok
siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi
faktor yang menghambat proses belajar mereka. Berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar disebabkan banyak faktor yang mempengaruhinya pencapaian hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu: 1. Faktor internal, antara
lain: kondisi jasmani dan rohani siswa, kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, minat,
latihan dan kebiasaan belajar, motivasi pribadi dan konsep diri. 2. Faktor eksternal, antara
lain: pendekatan belajar, kondisi keluarga, guru dan cara mengajarnya, kesempatan yang
tersedia dan motivasi sosial.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada tiga teori belajar yaitu sebagai berikut :
a) Teori Behavioristik
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan,
kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan
yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian
keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/ buku wajib dengan
penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib
tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
b) Teori Kognitivisme
Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses
infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian
menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah
ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
c) Teori Kontruktivisme
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah,
mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung
dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
2. Ada 8 jenis belajar antara lain :
a) Belajar rasional
b) Belajar Abstrak
c) Belajar Keterampilan
d) Belajar Sosial
e) Belajar Kebiasaan
f) Belajar pemesahan masalah
g) Belajar pengetahuan
h) Belajar Apresiasi
3. Pendekatan belajar dikelompokkan atas dua komponen secara umum, yakni Student
Centered Approach dimana pendekatan belajar berpusat kepada peserta didik, disni
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran. Kemudian yang kedua adalah Teacher Centered Approach yaitu
pendekatan belajar yang dipusatkan kepada guru, artinya guru menjadi peran utama
dalam proses pembelajaran.
a) Pendekatan Kontekstual
b) Pendekatan Kontrukstivisme
c) Pendekatan deduktif
d) Pendekatan Induktif
e) Pendekatan Konsep
f) Pendekatan Proses
g) Pendekatan Open – Ended
h) Pendekatan Realistik
4. faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi ke dalam dua faktor yaitu: 1. Faktor
internal, antara lain: kondisi jasmani dan rohani siswa, kematangan/pertumbuhan,
kecerdasan, minat, latihan dan kebiasaan belajar, motivasi pribadi dan konsep diri. 2.
Faktor eksternal, antara lain: pendekatan belajar, kondisi keluarga, guru dan cara
mengajarnya, kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Palembang: IAIN Raden Fatah Press
Soemanto, Wasty. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahab,Gusnarib & Rosnawati. 2021. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Indramayu:
Penerbit Adab
http://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PENDEKATAN-BELAJAR.pdf

Anda mungkin juga menyukai