Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERKEMBANGAN MASA REMAJA II

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu : PROF. DR. M. Nur Guhfron, S.AG, M. SI.

Disusun Oleh :

1. Muhammad Rizqi Mubarok ( 2110810041)


2. Sis Dalif Lana Furoidah ( 2111010044)
3. Fina Malikhah ( 2111010054)
4. Erri Fiara Riski ( 2111010062)

Kelas : B5PIR

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Penulis ucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayat, serta
inayah-Nyakepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Masa
Remaja II”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi
perkembangan, makalah ini sudah penulis susun dengan maksimal terlepas dari segala hal
tersebut, penulis sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.

Oleh karenanya, penulis dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah
dengan judul “Teori Belajar, Jenis dan Pendekatan, Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belajar” ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi pembaca.

Kudus, 14 September
2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kedewasaan dan Emansipasi ......................................................................... 5


B. Remaja yang Bekerja dan Remaja yang bersekolah ...................................... 6
C. Remaja dan Masyarakat ................................................................................. 9
D. Perkembangan Moralitas ............................................................................... 10
E. Masalah-masalah dan gangguan-gangguan remaja akhir .............................. 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
B. Saran .............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam
hidupnya, baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam masa ini seseorang akan
mengalami tingkat kedewasaan dalam menghadapi hidupnya. Seorang anak dapat
dianggap sudah dewasa apabila telah menguasai sepenuhnya fungsi fisik dan psikisnya.
Pada masa tersebut remaja ingin mencari identitas dirinya dan juga ingin lepas dari
ketergantungan dengan orang tuanya, menuju pribadi yang mandiri. Proses pemantapan
identitas diri pastinya tidak selalu berjalan mulus sering juga bergejolak. Oleh karena
itu, banyak ahli menanamkan periode ini semagai masa storm and sress.
Masa remaja sering kali dihubu ngkan dengan image negatif mengenai
penyimpangan. Gangguan emosi dan perilaku sebagai akibat dari tekanan – tekanan
yang dialami remaja karena perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya. Baik
yang disebabkan oleh faktor internal secara personal maupun dari faktor eksternal
berupa dan pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya secara rasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah, yaitu sebagai berikut :
1. Apa itu kedewasaan dan emansipasi pada masa remaja?
2. Bagaimana remaja yang bekerja dan remaja yang bersekolah ?
3. Bagaimana remaja dalam masyarakat?
4. Bagaimana perkembangan moralitas ?
5. Apa saja masalah – masalah dan gangguan – gangguan remaja akhir ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang kedewasaan dan emansipasi
2. Untuk mengetahui remaja yang bekerja dan remaja yang bersekolah
3. Untuk mengetahui remaja dalam masyarakat
4. Untuk mengetahui perkembangan moralitas
5. Untuk mengetahui masalah – masalah dan gangguan – gangguan remaja akhir

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedewasaan dan Emansipasi


Kedewasaan dan emansipasi berkaitan erat dengan tahapan transisi dari
masa remaja ke batas dewasa, dimana remaja mulai mengalami perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Dalam konteks remaja pada
batas dewasa, penting untuk membahas bagaimana kedewasaan dan emansipasi
dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini mencakup kemampuan mereka
untuk mengambil keputusan yang baik, bertanggung jawab atas tindakan
mereka, berperan aktif dalam masyarakat, dan meraih potensi penuh dalam
kehidupan mereka dalam kehidupan. Selain itu, penting juga untuk membahas
tantangan dan hambatan yang mungkin dihadapi remaja dalam mencapai
kondisi – kondisi tersebut, serta upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk
mendukung remaja dalam mencapai tujuan tersebut.
1. Perubahan kedewasaan
Kedewasaan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami,
menghargai , dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri dengan
cara yang lebih matang dan dewasa. Remaja perlu mengalami berbagai
pengalaman dan tantangan yang dapat membantu mereka berkembang
secara fisik, emosional, dan sosial.
Masa remaja merupakan dimana masa – masa sedang mencari jati diri
sendiri. Masa remaja ingin tahu yang luas yang luas dimulai dari dirinya
sendiri, lalu ingin tahu segalanya. Dewasa tidak terpatok pada usia, ada juga
yang usianya 15 thun pemikirannya sudah dewasa, dapat dikatakan dewasa
jika kita dapat mengontrol atau mengendalikan emosi atas diri sendiri.
Karena pada umunya emosi remaja seringkali tidak bisa dikendalikan.
Biasanya awal remaja saat masuk sekolah menengah sekitar usia 12 – 14
tahun masih mempunyai emosi yang cenderung " cepat mereda" mudah
marah dan perasaannya tidak bisa dikendalikan. Sebaliknya dengan awal
masuk SMA sekitar usia 16 tahun tidak ada keprihatinan dari situlah adanya
badai dan tekanan berkurang menjelang berakhirnya masa awal remaja.
Untuk mencapai ketenangan emosi, remaja harus belajar memperoleh
gambaran tentang situasi – situasi yang dapat menimbulkan reaksi
5
emosional. Adapun bisa dengan cara membicarakan berbagai masalah
pribadinya dengan orang lain. Keterburukan, perasaan dn masalah pribadi
dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian
oleh tingkat kesukaaannya yang sasaran. ( yaitu orang yang kepadanya
remaja mau mengutarakan berbagai kesulitannya, dan oleh tingkat
penerimaan orang sasaran itu).
2. Emansipasi Remaja
Emansipasi remaja berkaitan dengan upaya memberikan kesempatan
untuk memperoleh kebebeasan, mandiri, dan berperan aktif dalam
kehidupan sosial dan ekonomi mereka. Emansipasi remaja untuk meraih
potensi penuh mereka, memperoleh akses ke pendidikan dan pekerjaan,
serta mengembangkan keterampilan dan kemampuan mereka secara
mandiri.
Emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan yang berkaitan dengan
persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi
memberikan kepada seseorang atau kumpulan orang yang telah dirampas
atau diabaikan sebelumnya.
Dikaitkan dengan emansipasi remaja mungkin dengan adanya
perubahan yang tadinya tergntung pada orang tua sekarang bisa dengan
sendirinya, tetapi masih mempunyai perasaan atau sifat yang stabil yang
labil. Emansipasi pada prinsipnya memberikan seluruh hak berbicara, hak
hidup dan sebagainya. Namun harus ada didalam posisi kodratnya.
Emansipasi mengartikan dan memaknai perempuan dan laki – laki dalam
perjalanan hidup.
Pada intinya, emansipasi remaja sama halnya dengan berkaitan
persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan sesuai kodratnya masing –
masing.
B. Remaja yang Bekerja dan Remaja yang bersekolah
Rata – rata remaja menyelesaikan seklah lanjutan pad usia kurang lebih 18
tahun. Pada waktu ini di Indonesia ada dorongan besar untuk melanjutkan
sekolah ke perguruan tinggi, namun ada juga sebagian besar remaja yang tidak
dapat melanjutkan dan mencari suatu pekerjaan. Alasan – alasan bagi keadaan
ini anatara lain :

6
a. Alasan ekonomi, anak – anak diharapkan lekas dapat membantu mencari
nafkah orang tuanya atau orang tua tidak sanggup membiayai ongkos
pendidikan di perguruan tinggi.
b. Alasan psikologis, berhubungan dengan tingkat perkembangan yang telah
dicapai, yaitu remaja ingin mewujudkan dirinya sendiri, ingin merdeka, dan
menentukan hidupnya sendiri.
c. Alasan sosiologis, berhubungan dengan "watak sosial".

Yland mengemukakan bahwa banyak peserta didik dari lingkungan yang


lebih rendah meninggalkan sekolah sesudah menyelesaikan sekolah lanjutan.
Dari lingkungan yang lebih tinggi maka presentase yang meninggalkan sekolah
ada 18% dan dari lingkungan yang lebih rendah 44%. Penelitian ini juga juga
menunjukkan bahwa mereka yang meninggalkan sekolah dan memperoleh
pekerjaan yang mereka pilih, sebetulnya belum mengerti ajan isi daripada
pekerjaan mereka itu.

Harditono ( 1983) dalam penelittiannya mengenai anak terlantar sekolah


dikemukakan bahwa di daerah – daerah penelitian yaitu daerah perkotaan,
daerah nelayan, daerah pertanian ngarai, dan pertanian pegunungan diberbagai
tempat di Jawa Tengah dan di Bengkulu terdapat lebih banyak remaja usia 13 –
18 tahun yang putus sekolah. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut anak
sudah dibutuhkan tenaganya untuk membantu orang tua mencari nafkah.

1) Perkembangan minat remaja yang sekolah


Pada umumnya remaja suka mengeluh tentang sekolah dan tentang
larangan – larangan, pekerjaan rumah, kursus – kursus wajib, makana
dikantin, dan cara pengelolaan di sekolah. Mereka bersifat kritis tentang
guru – guru dan cara guru mengajar. Ini sudah merupakan mode remaja yang
ingin menjadi popular diantara teman – temannya.
Sekolah bisa menjadi tempat sebagai sharing – sharing dan
berkomunikasi dengan teman sebaya. Saat disekolah kita juga
menyesuaikan dan beradaptasi dengan lingkungan, guru, dan teman
sebayanya. Remaja yang bersekolah berbeda dengan remaja yang bekerja.
Mungkin remaja yang bersekolah mempunyai fikiran dan cita – cita yang

7
ingin disampaikan. Remaja yang bersekolah memiliki fikiran yang kritis dan
mendalam.
2) Perkembangan minat remaja yang bekerja
Anak sekolah menengah keatas mulai memikirkan masa depan mereka
dengan sungguh – sungguh. Anak laki – laki biasanya sudah memikirkan
untuk bekerja melainkan bukan untuk meneruskan pendidikan, berbda
dengan anak perempuan biasanya memikirkan untuk melanjutkan
kependidikan. Mungkin pemikiran perempuan bekerja merupakan untuk
mengisi ruang yang kosong bahkan untuk mencari pengalaman jika sudah
lulus kuliah atau pendidikan, melamar pekerjaan dapat mengikutnya dengan
lancar.
Menjelang dewasa, remaja mulai menilai pekerjaan – pekerjaan tersebut
menurut kemampuan, waktu, dan biaya yang diperlukan untuk mengikutin
latihan yang diperlukan dalam suatu pekerjaan. Sikap terhadap pekerjaan
lambat laun menjadi lebih realistik( berpfikir lebih nyata ), sebagian besar
remaja sering mengubah pndangannya tentang penjajakan dan mungkin
bekerja sambilan sesudah sekolah atau melakukan pekerjaan musim panas
dalam bidang yang diminati sebagai karir sepanjang hidup.

Pembahasan tentang remaja yang bekerja dan remaja yang bersekolah


sangat relevan dalam konteks pembangunan sumber daya manusia di suatu
negara. Baik remaja yang bekerja maupun remaja yang bersekolah memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan dan masa depan mereka,
serta dapat mempengaruhi kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara.

Remaja yang bekerja seringkali mendapat tantangan seperti kesulitan


memperoleh pendidikan dan pelatihan, serta mengalami eksploitasi dan
perusakan di tempat kerja. Namun, remaja yang bekerja juga memperoleh
keuntungan dalam bentuk pengalam kerja dan pelatihan, serta memperoleh
penghasilan untuk membantu kebutuhan keluarga dan diri sendiri.

Sementara itu, remaja yang bersekolah memperoleh manfaat dari


pendidikan dan pelatihan, serta memperoleh keterampilan dan pengetahuan
yang dapat membantu mereka di masa depan. Namun, remaja yang lulus juga

8
dapat mengahadapi tantangan seperti kesulitan dalam memperoleh akses ke
lapangan kerja yang sesuai setelah mereka lulus.

Penting untuk mencari cara agar remaja yang bekerja dan remaja yang
bersekolah dapat saling melengkapi dan mendukung satu sama lain. Remaja
yang bekerja dapat diberikan akses pelatihan dan proram pengembangan
keterampilan, serta perlindungan dari eksploitasi dan perusakan di tempat kerja.
Sementara itu, temaja yang sedang menempuh pendidikan dapat diberikan akses
ke pendidikan berkualitas dan program pengembangan keterampilan yang
sesuai dengan kbutuhan pasar kerja.

Dalam hal ini, peran pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat


sangat penting untuk memastikan bahwa remaja yang bekerja dan remaja yang
bersekolah medapatkan akses mendapatkan akses yang sama ke pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas, serta mendapatkan perlindungan dan dukungan yang
sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka.

C. Remaja dalam Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan terluas bagi remaja dan sekaligus paling


banyak menawarkan pilihan. Terutama dengn maju pesatnya teknologi
komunikasi massa, mak hampir- hampir tidak ada batas – batas geografis, etnis,
politis maupun sosial antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Bahasa "
gaul ", yaitu bahasa khas remaja ( kata – katanya diubah sedemikian rupa
sehingga hanya bisa dimengerti dianatara mereka.) bisa dipahami oleh seluruh
remaja di tanah air yang terjangkau oleh media massa, padahal istilah – istilah
itu berkembang, berubah dan bertambah hampir setiap hari.

Namun, tidak saja istilah yang berhasil disebarluaskan oleh media


massa. Namun, semua hal lain yang menyangkut gaya hidup, nilai, dan perilku
juga di masyarakatkan. Pada gilirannya, remaja akan dihadapkan pada berbagai
pilihan yang tidak jarang menimbulkan pertentangan batin di dalam diri rejama
itu sendiri.

Pengaruh lingkungan pada tahapnya yang pertama diawali dengan


pergaulan dengan teman. Pada usia 9-15 tahun hubungan perkawanan
merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama,

9
kepentingan yang sama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong
untuk memecahkan masalah bersama. Pada usia ini mereka bisa juga
mendengar pendapat pihak ketiga. Pada usia yang agak lebih tinggi, 12 tahun
keatas, ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan,
akan tetapu mereka juga saling memberi kesempatan untuk mengembangkan
kepribadiannya masing-masing. Kuatnya pengaruh teman ini sering dianggap
sebagai biang keladi dari tingkah laku remaja yang buruk. Berbagai penelitian
telah membuktikan itu. Akan tetapi, pada hakikatnya faktor terakhir yang
menentukan bagaimana tindakan seseorang remaja adalah diri remaja itu
sendiri.

D. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari bahasa Latin mos (moris), yang berarti adat
istiadat peraturan atau nilai-nilai atau tata acara kehidupan. Adapun moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau
prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral ini, seperti (a) seruan untuk berbuat baik
kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara
kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina,
membunuh, berjudi, dan meminum minuman keras. Seseorang dapat dikatakan
bermoral, apabila tingkah laku ini sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi kelompok sosialnya.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Anak memperoleh nilai-nilai moral dan lingkungan dan orangtuanya. Dia
belajar untuk mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai ini. Dalam
mengembangkan moral anak, peranan orang tua sangatlah penting, terutama
pada waktu anak masih kecil. Beberapa sikap orang tua yang perlu
diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, di antaranya:
a. Konsisten dalam mendidik anak
Ayah dan ibu harus memiliki sikap dan perlakuan yang sama dalam
melarang stsu membolehkan tingksh lsku tertentu kepada anak. Suatu
tingkah laku anak yang dilarang oleh orang tua pada suatu waktu, harus
juga dilarang apabila kembali pada waktu lain.
b. Sikap orang tua dalam keluarga

10
Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak, sikap ayah dan
ibu, atau sebaliknya, dapat mempengaruhi perkembangan moral anak,
yaitu melalui proses peniruan (imitasi). Sikap orang tua yang keras
(otoriter) cenderung melahirkan sikap disiplin semu pada anak, adapun
sikap yang acuh tak acuh, atau sikap masa bodoh cenderung
mengembangkan sikap kurang bertanggung jawab dan kurang
memedulikan norma pada diri anak. Sikap yang sebaiknya dimiliki oleh
orang tua yaitu sikap kasih sayang, keterbukaan, musyawarah (dialogis),
dan konsisten.
c. Penghayatan dan pengamalan agama yang dianut
Orang tua merupakan panut (teladan) bagi anak, termasuk di sini
panutan dalam mengamalkan ajaran agama. Orang tua yang
menciptakan iklim yang religius (agamis) dengan cara memberikan
ajaran atau bimbingan tentang nilai-nilai agama kepada anak, maka anak
mengalami perkembangan moral yang baik.
d. Sikap orang tua dalam menerapkan norma
Orang tua yang tidak menghendaki anaknya berbohong atau berlaku
tidak jujur, maka mereka harus menjauhkan dirinya dari perilaku
berbohong atau tidak jujur.
B. Proses Perkembangan Moral
Perkenbangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai
berikut:
1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tingkah laku
yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau
orang dewasa lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam
pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orang tua, guru, atau
orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
2. Identifikasi, yaitu cara mengidentifikasi meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua,
guru, kyai, artis, atau orang dewasa lainnya).
3. Proses coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara mengembangkan
tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan
pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah
laku yang mendatangkan hukuman atau celaan dihentikannya.
11
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Moralitas
John Locke dan J.B. Watson, mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral manusia, meliputi:
1. Pengalaman, sebagai proses belajar
2. Keluarga, meliputi:
a. Sikap atau keadaan terhadap sosial-ekonomi keluarga
b. Posisi dalam keluarga
c. Sifat anggota keluarga lain.
3. Kebudayaan, contoh:
a. Bila anak hidup di suasana yang memalukan, dia belajar untuk akan
selalu merasa bersalah.
b. Bila orang berada di lingkungan orang-orang yang kritis, dia akan
memiliki argument yang relevan saat berbicara.
c. Bila orang hidup dalam suasana kejujuran, maka ia akan memahami
mengenai keadilan.
E. Masalah – masalah dan Gangguan – gangguan Remaja Akhir
Pengenalan terhadap permasalahan remaja penting untuk di ketahui agar
pengertian dan pemahaman terhadapnya dapat membantu mengatasi
permasalahannya.bantuan orang lain dari orang tua misal nya juga sangat
menentukan pula mereka bagaimana meyakinkan bahwa gangguan atau
masalah itu dapat terjadi pada remaja. secara umum terdapat beberapa hambatan
remaja antara lain:
1. Hambatan dalam aspek fisik
Hambatan dalam aspek fisik ini misalnya cacat-cacat tubuh atau
proporsi tubuh yang tidak baik.
2. Hambatan dalam aspek emosional
Hambatan dalam aspek emosional sering di hubungkan yang mendalam
karena tidak mendapatkan kasih sayang dengan sifat kepribadian seseorang
dan dapat berupa misalnya sifat hidup yang negatif, misalnya menganggap
orang lain itu lebih banyak yang jahat terhadap sekelilingnya.
3. Hambatan dalam aspek sosial
Hambatan dalam perkembangan sosial biasanya berkaitan dengan
kesukarankesukaran emosional atau cacat tubuh dan dapat berwujud antara
lain: remaja tidak suka bergaul dan lebih sering menyendiri, remaja tidak
12
dapat sukses dalam pergaulan, ia banyak disisihkan teman-temannya,
remaja tidak berani memasuki kelompok sosial tidak berani tampil.1
Kesalahan yang dilakukan remaja sering menimbulkan kekuatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya dan orangtuanya.
Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan
inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja. Hal tersebut merupakan
suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini semakin marak dilakukan
oleh para remaja.2
Bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja dapat dikelompokkan menjadi
empat bagian, yaitu :
1. Kenakalan terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada
umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal
mereka didorong oleh faktor-faktor berikut :
a. Keinginan meniru dan ingin conform dengan kelompoknya, sehingga
tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat
diselesaikan.
b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah kota yang transisional dan
memiliki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya
ganggang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Di sini,
seorang remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan, pengakuan
dan prestise tertentu.
c. Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak
harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya,
remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya di tengah lingkungan
kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternatif hidup yang
menyenangkan.
d. Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan yang teratur, sebagai

1
Nurana Haris, “Upaya Mengatasi Problematika Remaja,” Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan Dan Konseling
Islami, 4.2 (2018), 71–82.
2
Dadan Sumara, Sahadi Humaedi dan Meilanny Budiarti Santoso, “Kenakalan Remaja Dan Penanganannya,”
Jurnal Penelitian dan PPM, 4.2 (2017), 129–389.

13
akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup yang
normal.
2. Kenakalan Neurotik
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan
yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa bersalah dan berdosa, dan lain sebagainya. Ciri – ciri perilakunya
adalah :
a. Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat
dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan
nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.
b. Perilaku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang
belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat
pelepas ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnya.
c. Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan
mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa
kemudian membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.
d. Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun
pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak ketegangan
emosional yang parah.
e. Remaja memiliki ego yang lemah, dan cenderung mengisolir diri dari
lingkungan.
f. Motif kejahatannya berbeda-beda.
g. Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan).
3. Kenakalan Psikotik
Kenakalan psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal
yang paling berbahaya. Ciri-ciri tingkah laku mereka adalah :
a. Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini berasal dan dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak
pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan
orangtuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak
mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu
menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.

14
b. Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan
pelanggaran.
c. Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang
kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif
dan impulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar
masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan
norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak peduli terhadap
norma subkultur gangnya sendiri.
e. Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neurologis,
sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.
4. Kenakalan defek moral
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera,
cacat, dan kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri: selalu
melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat
penyimpangan, namun ada disfungsi pada inteligensinya. Kelemahan para
remaja delinkuen tipe ini adalah ketidakmampuan mereka dalam mengenal
dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu
mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan
perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaannya
sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan
afektif dan sterilitas emosional.
Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar
diperbaiki. Mereka melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri
rendah, impuls dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis
remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi
dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental.
Hanya kurang dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor
sosial atau lingkungan sekitar.
A. Faktor penyebab kenakalan remaja
1. Faktor internal penyebab kenakalan remaja bisa disebabkan antara lain:
a. Kondisi ekonomi yang kurang normal
b. Kondisi emosi remaja yang kurang normal mempengaruhi
terjadinya kenakalan remaja.
15
c. Kepribadian yang beresiko ting pribadi adalah milik orang yang
paling berharga dan yang memberi ciri khas kepada dan menentukan
keunikan setiap orang.
d. Keimanan-religiusitas yang kurang kuat.
e. Kondisi etika moral yang kurang dewasa seorang remaja pada
dasarnya, sudah mulai sedekit banyak makan garam kehidupan.
f. Kondisi fisik yang tak normal. Ada teori biogenik yang mengatakan
bahwa kelainan perilaku di sebabkan oleh karena kelainan fisik dan
genetik
2. Faktor eksternal penyebab kenakalan remaja
a. Keluarga
Disfungsinya keluarga, Keluarga merupakan lingkungan
terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak
mendapatkan pendidikan pertama kali. Pendidikan yang salah
dalam keluarga, dapat terjadi karena tiga hal, yaitu: Adanya over
proteksi dari orang tua, Persoalan sense of value kurang ditanamkan
oleh orang tua, Penddikan anak yang terlantar.
b. Sekolah
Sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah
tangga, karena ia cukup berperan dalam membina anak untuk
menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab.
c. Masyarakat
Terdapat situasi lingkungan masyarakat yang menyebabkan
terjadinya kenakalan pada remaja sepert, tidak memberi kesempatan
bagi anak untuk melaksanakan kehidupan sosial dan tidak mampu
menyalurkan emosi anak.
B. Pencegahan dan Penanganan
Selain memahami gejala-gejala yang memperlihatkan betapa
banyaknya remaja yang terjerumus dalam berbagai bermasalah, juga
dibutuhkan upaya untuk mencegah timbulnya kenakalan remaja dimana

16
upaya ini di lakukan jauh-jauh hari untuk mempersiapkan dan
mengantisipasi agar jangan sampai kenakalan remaja itu muncul.3
a. Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
Memberikan perhatian secara intensif kepada remaja.
b. Mengetahui kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja
c. Usaha pembinaan remaja
d. Menguatkan sikap mental remaja, supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapi.
e. Merangkul anak-anak dan keluarganya sebelum anak-anak melakukan
berbagai masalah, atau masih berada di tahap awal dari masalahnya.
f. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan melainkan mental dan pribadi melalui pengajaran
agama budi pekerti dan etika.
g. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.
h. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupun masyarakat.4

3
Amita Diananda, “Psikologi Remaja Dan Permasalahannya,” Journal ISTIGHNA, 1.1 (2018), 116–33
<http://dx.doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20>.
4
Haris.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedewasaan dan emansipasi berkaitan erat dengan tahapan transisi dari masa
remaja ke batas dewasa, dimana remaja mulai mengalami perubahan yang
signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Kedewasan merupakan kemampuan
untuk memahami, menghargai , dan bertanggung jawab atas tindakan mereka
sendiri dengan cara yang lebih matang dan dewasa. Sedangkan Emansipasi adalah
pembebasan dari perbudakan yang berkaitan dengan persamaan hak dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat.
Perkembangan moral merupakan menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai
atau prindip moral. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, sebagai berikut:
1. Konsisten atau mendidik
2. Sikap orang tua dalam keluarga
3. Penghaytan dan pengalaman agama yang dianut
4. Sikap orang tua dalam menerapkan norma .

Gangguan dan msalah terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal
contohnya seperti kenakalam remaja

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini bayak sekali kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan dalam makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Jahja, Yudrik. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.


Mappiare Andi. "Psikologi Remaja." Surabaya: Usaha Nasional, 2014.
Millah, Lulu Zaenal. " Masa Remaja Pada Batas Dewasa". Sekolah Tinggi Agama
Islam wali Sembilan Semarang, 2022.
Sarwono, Sarlito W. "Psikologi Remaja" Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Umami Ida. "Psikologi Remaja" Yogyakarta : Idea Press, 2019.

Diananda, Amita, “Psikologi Remaja Dan Permasalahannya,” Journal ISTIGHNA,


1 (2018), 116–33 <http://dx.doi.org/10.33853/istighna.v1i1.20>

Haris, Nurana, “Upaya Mengatasi Problematika Remaja,” Jurnal Al-Taujih:


Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 4 (2018), 71–82

Sumara, Dadan, Sahadi Humaedi, dan Meilanny Budiarti Santoso, “Kenakalan


Remaja Dan Penanganannya,” Jurnal Penelitian dan PPM, 4 (2017), 129–389

19

Anda mungkin juga menyukai