Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“PERKEMBANGAN MASA REMAJA USIA 13-18 TAHUN”

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Lely Nur Azizah, S.Psi., M.Si.

Disusun Oleh :

Didik Purnomo (1860308221096)

Dila Anita Putri (1860308222111)

Rachmania Rizma Melati (1860308221063)

Shifa Lubna Hunaina (1860308221095)

Silvia Nur Shandy (1860308222114)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH

TULUNGAGUNG 2023/2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji & syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT, karenaNya
kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang “Perkembangan Masa Remaja
Usia 13-18 Tahun”. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor UIN SATU Tulungagung
2. Dr. Akhmad Rizqon Khamami, Lc., M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Adab dan
Dakwah UIN SATU Tulungagung
3. Ibu Uswah Wardiana, M. Si. Selaku Kepala Jurusan Psikologi Islam UIN SATU
Tulungagung
4. Lely Nur Azizah, S.Psi., M.Si. Selaku Dosen Mata Kuliah Psikologi Perkembangan yang
memberikan arahan dan bimbingannya dalam pembuatan makalah. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini terdapat kurang atau kesalahan yang belum kami ketahui. Oleh
karena itu, kami mohon saran dan kritik dari semua teman- teman maupun dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Tulungagung, 22 Mei 2023

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

1.1 Latar belakang................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4

1.3 Tujuan............................................................................................................................4

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1 Tugas perkembangan dan ciri – ciri masa remaja..........................................................3


2.2 Tahap pubertas dan perubahan fisik remaja...................................................................7
2.3 Keadaan emosi dan perubahan sosial remaja...............................................................10
2.4 Bahasa dan perubahan kepribadian masa remaja.........................................................15
2.5 Kebuthan remaja dan konflik yang dialami remaja......................................................18

BAB III

PENUTUP...............................................................................................................................24

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................................26
3.3 Daftar Pustaka..............................................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata remaja memiliki pengertian tumbuh yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Lebih
luasnya lagi remaja memiliki arti kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Masa
remaja ini terjadi pada rentang usia 11- 17 tahun -Perpindahan perkembangan dari masak
kanak - kanak menuju remaja ini adalah proses penting untuk membentuk dan mencari jati
diri anak. Kematangan juga terjadi pada kondisi tubuh remaja seperti kondisi fisik dan
hormon yang akan membawa pengaruh terhadap kehidupan remaja, anak remaja akan
tumbuh percaya diri atau tidak. Kematangan fungsi kognitif juga semakin kompleks remaja
akan lebih mampu menghadapi dirinya sendiri serta tekanan lingkungan sekitar. Tuntutan
pada remaja dari lingkungan sekitarnya juga mampu membentuk kepribadian anak.

Fase ini adalah fase dengan rentang waktu yang pendek namun sangat berarti bagi anak.
Masa remaja ini adalah awal persiapan yang kompleks menuju dewasa, pemikiran remaja
terhadap ekonomi dan pekerjaan sudah dimulai, rasa mampu untuk mencukupi setidaknya
hidupnya sendiri sudah ada remaja akan lebih merasa mandiri dan merasa tidak
membutuhkan orang lain. Remaja juga sudah memikirkan tentang pasangan dan
pernikahan. Pembahasan tentang remaja ini sangat menarik karena pada fase remaja ini
seorang anak akan lebih ditekan tekanan dari dirinya sendiri maupun orang lain.

Kejadian kurang mengenakkan atau onar sering didengar dari remaja baik kejadian baik
ataupun buruk, karena pada fase remaja anak akan mencoba banyak hal dan ingin tahu
banyak hal serta juga mudah terpengaruh. Hal tersebut harus menjadi perhatian lingkungan,
orang tua dan para pendidik untuk mengarahkan remaja agar mendapatkan perkembangan
yang baik. Masa remaja anak juga sudah bisa melakukan kegiatan yang kompleks dan
sudah memunculkan bakat yang cukup menonjol dan mampu untuk bersaing pada tingkat
yang lebih tinggi.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tugas perkembangan dan ciri-ciri masa remaja?


2. Bagaimana tahap pubertas dan perubahan fisik remaja?
3. Bagimana keadaan emosi dan perubahan sosial remaja?
4. Bagaimana bahasa masa remaja dan perubahan kepribadian?
5. Bagaimana kebutuhan remaja dan konflik yang dialami?

1.3 Tujuan

2. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan ciri-ciri masa remaja


3. Untuk mengetahui tahap pubertas dan perubahan fisik remaja
4. Untuk mengetahui keadaan emosi dan perubahan sosial remaja
5. Untuk mengetahui bahasa masa remaja dan perubahan kepribadian
6. Untuk mengetahui apa saja kebutuhan remaja dan konflik yang dialami remaja

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tugas Perkembangan dan Ciri-ciri Masa Remaja


A. Tugas Perkembangan
Orientasi yang digunakan pada masa remaja yaitu bagaimana ia mampu berdaptasi pada
masa remajanya dan meninggalkan berbagai hal yang masih berada pada fase kanak-kanak.
Remaja juga diharapkan lebih mampu untuk menghadapi fase remaja ini yang pastinya
secara bilogis dan psikologisnya berbeda dengan sebelumnya yang akan menunjang
kesempurnaan pada fase selanjutnya yaitu fase usia dewasa. (Hurlock 1991, 209)
Remaja mulai menempatkan perannya sebagai pria tau wanita lebih baik dari fase
sebelumnya. Remaja pria akan cenderung berperan dan memperluas pengalaman
dilingkungan sekitarnya, sedangkan remaja perempuan cenderung mencari jati dirinya
dengan memperhatikan bagaimana penampilan dan kegiatan wanita yang cenderung
dirumah seperti lebih suka memasak dan berdandan.
Perubahan yang cukup mencolok pada fase remaja ini adalah seorang remaja berpikir
untuk memiliki perubahan tentang perilakunya atau penampilannya. Perubahan pada
perilakunya biasanya akan muncul sikap mandiri pada anak, anak cenderung lebih senang
melakukan dan menyelesaikan kegiatannya oleh dirinya sendiri dan merasa tidak
membutuhkan orang lain lagi. Anak remaja pada fase ini juga sudah mulai memikirkan
kemandirian terhdap ekonominya terutama untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, emosi
anak akan hal tersebut sudah muncul namun kondisi yang sebenarnya ia belum mampu
sesempurna apa yang dia pikirkan dan bekerja layaknya orang dewasa. Jika perubahan pada
penampilannya anak pada fase ini akan cenderung mengikuti bagaimana orang dewasa
berdandan dan yang terpenting bagi dirinya adalah bagaimana ia dinilai dari
penampilannya. (Hurlock 1991, 209)
Pendidikan yang tinggi cukup memiliki pengaruh terhadap perkembangan intelektual
anak guna mempersiapkan masa dewasanya. Namun faktor yang mempengaruhi tidak
berhasilnya tugas perkembangan anak juga banyak, meskipun anak sudah memiliki
pendidik dan pola beajar yang baik jika lingkungannya tidak mendukung dan anak tidak
memiliki kesadaran akan hal tersebut juga mampu mempengaruhi keberhasilan tugas
perkembangannya.
Pemikiran remaja terhadap masa dewasanya nanti semakin beragam, salah satunya
tentang pernikahan. Seorang remaja sudah mampu berpikir jika suatu saat nanti ia harus

5
memiliki pasangan sebagai suami atau istri dan menjalankan peran sebagai dewasa yang
baik. (Hurlock 1991, 210)

Berikut adalah tugas perkembangan pada masa remaja:

1. Memiliki relasi baru yang lebih matang dengan teman seusianya.


2. Lebih mampu menempatkan diri sesuai peran wanita atau pria
3. Mampu memanfaatkan tubuhnya dengan baik, dan menerima bagaimanapun keadaan
fisiknya
4. Mampu menerapkan perilaku sosial dengan baik, dan mengharapkan timbal balik yang
sama
5. Mampu mengolah emosinya sendiri
6. Mulai memikirkan tentang keadaan ekonomi dan pekerjaannya
7. Memikirkan tentang pernikahan (Hurlock 1991, 10)
B. Ciri-ciri Remaja
a. Pada fase ini remaja akn mengalami perubahan emosi dengan cepat, hal tersebut
dikarenakan beberapa faktor yaitu kondisi tubuh dan tekanan sosial dari masyarakat.
Perubahan hormon dari fase anak-anak ke fase remaja sangat berpengaruh dimasa
remaja sesorang mulai mengetahui seksualitas yang dapat mempengaruhi emosi
seorang remaja, sedangkan tekanan sosial remaja dituntut untuk melakukan
pekerjaanya tanpa bantuan orang lain dan berani mengambil resiko jika memutuskan
sesuatu.
b. Perubahan fisik sangat berkembang yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri
seorang remaja. pada fase ini perkembangan fisik sangat begitu cepat jika seorang
remaja tidak bisa mengontrol pola hidupnya akan terjadi hal yang membuat tidak
percaya diri misalnya dengan kegemukan, kurang tinggi badan, dan lain sebagainya.
c. Dalam ciri fase remaja ini ada hal yang mencolok yaitu tentang hubungan dengan orang
lain dimana seorang remaja tidak hanya berteman dengan sesama jenis, namun mulai
berhubungan dengan lawan jenis dan juga berani untuk berhubungan dengan orang
dewasa. Disini remaja memiliki tanggung jawab yang besar dan diharapkan sesorang
remaja dapat memilih pergaulan dengan pergaulan yang positif sehingga dapat
membangun kepribadian yang baik untuk remaja itu sendiri.
d. Remaja merasa ragu terhadap diri sendiri, remaja menginginkan kebebasan dimana dia
tidak ingin bergantung pada orang lain namun disatu sisi dia tidak ingin memikul
tanggung jawab jika memutuskan untuk tidak bergantung pada orang lain.

6
e. Remaja sangat mudah terpengaruh oleh dunia luar terutama terpengaruh oleh teman-
temannya dan mulai sukar untuk dinasehati oleh orang tuanya. (Jahja 2011, 235)

2.2 Tahap Pubertas dan Perubahan Fisik Remaja


A. Tahap Pubertas
Awal dari masa pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja itu biasa ditandai
dengan masa pubertas. Pubertas sering kali diartikan suatu masa dimana adanya perubahan
fisik seseorang menjadi lebih dewasa. Perubahannya meliputi pematangan seks,
peningkatan tinggi badan maupun berat badan, dan unsure tubuh (Rogol et al., 2002; Stang
and story, 2005; Doyle, 2013).
Pubertas itu pada umumnya terjadi pada usia 11 tahun untuk perempuan dan 13 tahun
untuk laki-laki. Pubertas mengakibatkan remaja itu memiliki penampilan fisik yang
berbeda. Seorang remaja yang sudah pubertas itu akan memiliki kebutuhan energi yang
lebih banyak dari pada yang belum pubertas. Perubahan unsure tubuh, seperti otot, lemak,
dan tulang adalah suatu efek dari pubertas (Rogol et al., 2002; Stang and story, 2005;
Doyle, 2013).
Tanda awal yang dialami oleh remaja saat masa pubertas adalah besarnya volume testis
pada anak laki-laki dan munculnya benjolan areola dan papilla pada payudara wanita. Nah
jadi tumbuhnya rambut aksila maupun rambut pubis bukan suatu tanda dari masa pubertas
yang baik bagi seorang remaja, karena keadaan seperti ini lebih banyak diakibatkan oleh
steroid yang dihasilkan oleh adrenal (Karger, 2005).
Saat masa pubertas pada laki-laki ditandai dengan besarnya volume testis, ukurannya
menjadi lebih 3ml. Biasanya diukur menggunakan alat orkidometer prader. Saat usia 9
tahun itulah saat dimana mulai pembesaran testis, kemudian diikuti oleh pembesaran pada
penis. Saat usia 16-17 ukuran penis mulai mencapai dewasa. Rambut pubis akan tumbuh
kemudian disusul oleh rambut aksila. Perubahan pita suara laki-laki biasanya bersamaan
dengan tumbuhnya penis. Sedangkan kumis dan janggut tumbuh belakangan. (William;
1993).
Tahapan perkembangan pubertas laki-laki, sebagai berikut:

7
Untuk perempuan, biasanya awal pubertas itu ditandai dengan breast budding atau
tunas payudara saat usia 10 tahun an. Kemudian berkembang menjadi payudara dewasa
saat usia 13-14 tahun an. Saat usia 11-12 tahun rambut pubis mulai tumbuh, dan pada usia
14 tahun itu biasanya perempuan mulai mencapai pertumbuhan lengkap (William; 1993).
Sedangkan tahapan perkembangan pubertas perempuan, sebagai berikut:

B. Perubahan Fisik Remaja


Perubahan fisik pada remaja atau disebut dengan perkembangan fisik. Dimana
tahapan kita setelah dari masa kanak-kanak mengalami perubahan pada diri kita mulai
dari perubahan fisik, emosi sampai perubahan intelektual. Akan tetapi yang dibahas
terlebih dahulu yaitu perubahan fisik pada remaja. Banyak orang yang mengatakan
bahwa masa remaja itu adalah tahap ujung setelah masa kanak-kanak. Bagaimana
mereka tumbuh dewasanya sangat dipengaruhi oleh masa ini. Karena masa remaja
adalah masa dimana seseorang itu menjadi sosok yang kuat, mempunyai wawasan ilmu
yang mulai semakin luas bahkan mendalam, sehingga mereka menjadi pribadi yang
kritis dan dinamis. Oleh karena itu, sangat signifikan bagi kita semua untuk mengkaji
perkembangan fisik bagi remaja.
Jadi, dalam diri manusia itu terdiri dari perubahan kuantitatif. Perubahan
kuantitatif sendiri itu akibat dari perubahan fisik. Kalau perubahan kuantitatif pada
manusia itu biasa dikenal dengan “pertumbuhan”, contohnya itu seperti perubahan pada

8
tinggi badan ataupun berat badan. Selanjutnya ada faktor-faktor yang memengaruhi
perubahan fisik pada remaja, yaitu:
1. Sistem endoktrin, dengan sistem endoktrin yang normal, maka remaja akan
menunjukkan bahwa mereka mempunyai ukuran tubuh yang normal. Sebaliknya
apabila ada remaja seperti kerdil, berarti remaja tersebut mengalami kekurangan
hormon pertumbuhan dalam dirinya. Ciri-ciri perubahan fisik yang terjadi pada
remaja laki-laki itu seperti munculnya jakun, suaranya menjadi lebih besar, tumbuh
jenggot dan kumis, bahunya melebar, dan tumbuhnya rambut di bagian dada,
ketiak, kaki dan juga organ kelamin.
2. Faktor keluarga, mksudnya faktor keluarga adalah faktor genetik atau keturunan,
dimana keturunan ini biasanya memengaruhi seperti tinggi badan, berat badan,
warna pada kulit, rambut, dan mata, bentuk wajah, hidung, dan lain-lain.
Perubahan fisik remaja itu memengaruhi semua bagian tubuh, sehingga perubahannya
memengaruhi keadan fisik dan psikisnya. Hal itulah yang akan mendatangkan dampak
dan permasalahan (Masganti: 75) dalam sikap, pola pikir, maupun kepribadiannya
remaja. Ada 3 dampak yang memengaruhi perubahan fisik remaja, antara lain:
a. Dampak terhadap keadaan fisik, seperti saat menstruasi khususnya bagi perempuan,
sering mengalami seperti mual-muaal, mudah marah, nyeri di perut, pusing bahkan
sampai pingsan, semua hal itu menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan, tertekan,
mudah marah, dan lain-lain. Perubahan fisik pada remaja juga sering menyebabkan
gangguan pencernaan, nafsu makan berkurang, mudah lelah dan lesu. Sehingga
kebanyakan remaja kalau benarbenar sakit, mereka ingin lebih diperhtikan dan
diberi penuh simpati (Ridwan: 2014)
b. Dampak terhadap sikap dan perilaku, selain dampak terhadap fisik, sikap dan
perilaku juga tekena dampaknya, seperti ingin menyendiri, bosan, emosi yang
meninggi, hilangnya kepercayaan diri, inkoordinasi atau terasa janggal/kikuk sat
melakukan sesuatu, dan antagonism sosial (sering membantah, bermusuhan antara
dua laan jenis) dengan bentuk seperti komentar kritik.
c. Dampak terhadap jiwa, Pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa remaja adalah
pertumbuhan tubuh seperti badan menjadi lebih besar dan lebih tinggi, mulai
berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seks. Perubahan fisik sangat
menyebabkan kecanggungan bagi remaja, oleh karena itu maka remaja harus bisa
menyesuaikan diri dengan semua perubahanperubahan yang mereka lalui. Karena
sebagian dari semua perubahan yang dialami remaja itu kebanyakan bersifat intim.

9
2.3 Keadaan Emosi dan Perubahan Sosial Remaja
A. Keadaan Emosi
Emosi sangat erat kaitannya dengan manusia. Dalam semua aspek perkembangan
remaja, remaja sering dijumpai banyak masalah emosional yang dimanisfestasikan oleh
gejala seperti stress, frustasi, atau adanya konflik. Pada umumnya ungkapan emosi sering
kali dikatergorikan sebagai perasaan marah. Padahal tidak hanya itu, emosi pada dasarnya
mempunyai beberapa bentuk (Asrori, 2005) antara lain, Amarah; meliputi jengkel, bringas,
kesal hati, tersinggung, benci, mengamuk. Kesedihan; meliputi muram dan suram, rasa
pedih, merasa kasihan dengan diri sendiri, merasa sepi, perasaan tertolak, bahkan depresi.
Rasa takut; meliputi perasaan gelisah, tidak tenang, takut berlebih, gugup, khawatir dan
cemas. Kenikmatan; meliputi rasa bahagia dan gembira, merasa terhibur puas dan riang,
bangga, takjub, terpesona, perasaan senang sekali. Setiap manusia tentu memiliki bentuk
emosi, yang membedakan yaitu apakah emosi tersebut dominan, stabil, atau bergejolak
dalam dirinya. Karakteristik emosi remaja dibagi menjadi empat periode (Azmi, 2015)
yaitu:
1. Periode pra remaja
Pada masa ini mulai tampak perubahan fisik remaja, seperti bertambahnya berat atau
tinggi badan dan perubahan suara. Perubahan tersebut disertai dengan sifat yang peka
terhadap rangsangan dari luar. Terkadang bisa dibilang berlebihan, remaja mudah
tersinggung dan cengeng. Bahkan merasakan ledakan kegembiraan dan kemarahan.
2. Periode awal remaja
Pada masa ini perubahan fisik remaja tampak lebih jelas dan terlihat semakin nyata.
Misalnya kalau pada wanita tumbuhnya payudara yang semakin besar, lalu pada pria
mungkin pertumbuhan kumis yang terlihat semakin jelas. Terkadang hal tersebut
menyebabkan remaja merasa kesulitan dalam menyesuaikan diri. Remaja cenderung
menyendiri dan merasa dirinya asing dari orang lain. Kontrol diri menjadi lebih sulit
dikendalikan dan kemarahan bisa terjadi sangat cepat. Hal ini tentu saja dapat memicu
perasaaan emosional pada remaja.
3. Periode remaja tengah
Mengetahui beberapa fenomena yang terjadi dimasyarakat, terkadang remaja ingin
membentuk nilai-nilainya sendiri. Apa yang mereka pikir baik dan pantas untuk
dirinya, akan remaja lakukan tanpa peduli dengan nilai masyarakat yang ada. Remaja
merasa harus meningkatkan tanggung jawab hidup agar dapat menuju kearah mampu

10
dalam melakukan semuanya sendiri. Perbedaan pola pikir remaja dan masyarakat yang
berbeda dapat menimbulkan konflik batin. Pada pemahaman remaja biasanya dikaitkan
dengan nilai moral dan kenyamanan yang mereka ketahui. Contohnya ketika remaja
wanita terbiasa menirukan budaya barat seperti mengenakan pakaian mini atau vulgar
di lingkungan rumahnya, maka akan menimbulkan pandangan buruk bagi orang-orang
di lingkungannya. Terlebih jika orang sekitarnya kebanyakan orang yang sudah tua atau
berumur. Bisa saja para orang tua dan masyarakat beranggapan jika cara berpakaian
seperti itu terlihat buruk dan tidak sopan. Pada pendapat remaja sendiri terkadang
menganggap jika hal tersebut tidak masalah karena mereka punya hak untuk
mengenakan apa yang mereka inginkan. Adanya perbedaan pemahaman antara
pemikiran remaja dan masyarakat sekitar seringkali menimbulkan ketidakstabilan
emosi pada remaja. Hal tersebut bisa menggoyahkan keraguan remaja tentang apa yang
disebut baik atau buruk.
4. Periode remaja akhir
Remaja mulai menganggap dirinya seperti orang dewasa. Mereka menunjukkan pola
pemikiran, sikap, dan perilaku yang berbeda dari sebelumnya. Pada masa ini sudah
jarang remaja yang memikirkan masalah-masalah seperti pada fase sebelumnya. Hal
tersebut terjadi karena interaksi remaja dengan orang tua atau orang sekitarnya yang
mulai stabil dan semakin membaik. Orang - orang sekitarnya sudah mulai memberikan
kepercayaan besar kepada remaja usia akhir. Mereka memiliki kebebasan yang relatif
terkendali. Pola hidupnya sudah hampir mengikuti orang dewasa. Misalnya pada
pengambilan keputusan mengenai arah hidup. Remaja pada masa ini akan semakin
bijaksana meskipun terkadang juga masih labil. Mereka akan memilih bagaimana ana
cara hidupnya dengan nyaman, namun juga mempertimbangkan bagaimana caranya
agar apa yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan oleh dirinya sendiri kelak
ataupun orang - orang disekitarnya.
B. Faktor yang Memengaruhi Emosi Remaja
Selain karakteristik emosi ada juga beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada emosi
remaja (Asrori 2005) meliputi:
1. Perubahan Jasmani
Perkembangan fisik yang terjadi secara bertahap tentu saja menyebabkan
perbedaan dalam perubahan bentuk fisik remaja. Meskipun pertumbuhan fisiknya
terbatas pada bagian tertentu saja, hal ini tetap saja dapat mengakibatkan permasalahan
tidak terduga pada emosi remaja. Misalnya mereka yang awalnya memiliki postur

11
tubuh ideal karena suatu hal tiba-tiba mengalami kenaikan berat badan yang cukup
banyak, sehingga terlihat menjadi lebih gemuk. Contoh lainnya yaitu munculnya
jerawat dan perubahan kulit. Beberapa perubahan diatas terkadang bagi remaja
membuat dirinya merasa buruk, tidak pantas dan malu untuk bertemu orang lain. Tidak
semua remaja bisa menerima perubahan fisik seperti itu, terlebih jika melibatkan
perubahan yang cukup besar bagi remaja. Selain pada perubahan fisik, remaja juga
mengalami pertumbuhan pada hal seksualitasnya. Terkadang perasaan seksual yang
muncul bisa membingungkan, merasa takut atau bahkan merasa sebagai sumber salah
dan frustasi.
2. Perubahan Interaksi dengan Orang Tua
Berbagai pola asuh orang tua terhadap anak cukup bervariasi. Ada yang
menganggap tidak masalah jika sering memanjakan anak karena menurut orang tuanya
masa kecil tidak bisa diulang. Tetapi ada juga orang tua yang memberi batasan tertentu
untuk mengendalikan anak supaya menurut. Berbedanya pola asuh orang tua yang
diberikan dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja. Misalnya kalau kita
mengetahui pada zaman dulu anak bisa saja dipukul karena menurut orang tua mereka
nakal. Padahal sebenarnya hal tersebut justru akan menyebabkan ketegangan dan
konflik yang terpendam pada remaja. Pemberontakan yang dilakukan remaja terhadap
orang tua telah menjelaskan bahwa mereka sedang berada dalam konflik dan tidak ingin
terus - terusan terkekang karena pengawasan orang tua. Para remaja diusia akhir akan
banyak menghabiskan waktu diluar rumah dari pada di dalam rumah bersama orang
tuanya. Mereka cenderung lebih nyaman ketika bersama teman dan lingkungan
barunya.
3. Perubahan Interaksi antara Teman dan Pasangan
Salah satu hal yang sering menyebabkan masalah emosi pada remaja yaitu
hubungan asmara. Gejala ini sebenarnya tidak masalah bagi remaja, karena memang
sudah menjadi hal yang wajar. Yang menjadi masalah itu ketika adanya konflik dan
gangguan emosi yang disebabkan oleh remaja yang sedang mabuk cinta. Oleh karena
itu, seringkali orang tua merasa khawatir ketika mengetahui anak remajanya menjalin
hubungan. Ketika cinta seorang remaja tidak terbalas atau hubungan diakhiri oleh salah
satu pasangan, gangguan emosi yang serius dapat berkembang. Selain itu ada masalah
lainnya dalam hubungan seperti perselingkungan, sikap pasangan yang toxic, punya
perbedaan love language, adanya ego yang sama sama besar dan tidak mau mengalah,
bahkan terkadang ada yang sampai menggunakan kekerasan fisik. Munculnya

12
permasalahan asmara yang beragam menyebabkan remaja punya interaksi yang kurang
baik dengan lingkungan sosialnya. Adanya hubungan cinta yang tidak sehat
menyebabkan keadaan emosinya, mereka bahkan ada sampai depresi dan memutuskan
untuk bunuh diri karena merasa tidak kuat dengan konflik yang dialaminya. Tidak
hanya hubungan asmara dengan lawan jenis, remaja juga bisa mengalami konflik
dengan sahabat atau teman sebayanya. Perbedaan pendapat sering terjadi sehingga
menimbulkan ego yang tinggi pada remaja. Pada usia ini remaja cenderung memiliki
sikap keras kepala dan merasa sulit untuk mendapat nasihat atau pengarahan dari orang
lain.
4. Perubahan karena Pandangan Luar
Banyaknya perubahan yang terjadi dari pandangan dunia luar bisa
mengakibatkan terjadinya konflik emosional pada diri remaja. Seperti halnya sikap
dunia luar yang tergolong plin-plan dan tidak konsisten terhadap remaja. Terkadang
remaja dianggap sudah sama dewasa, akan tetapi remaja juga tidak memperoleh
kepercayaan penuh sebagaimana orang dewasa. Bahkan seringkali mereka dianggap
sebagai anak kecil yang menyebabkan tumbuhnya kejengkelan pada remaja. Selain itu,
maraknya tren atau hal viral yang terjadi saat ini bisa jadi merupakan faktor yang
menyebabkan munculnya tingkah laku emosial remaja. Sering kali remaja
menempatkan dirinya diberbagai posisi berbeda. Mereka mencoba berbagai hal sampai
menemukan kenyamanan. Pada usia ini memang ajang atau bingungnya remaja
mencari jati diri. Tidak sedikit remaja yang masih coba-coba dengan apa yang
menurutnya menarik untuk ditirukan, misalnya tertarik dengan budaya luar.
5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Remaja pada usia ini kebanyakan masih mengenyam pendidikan disekolah, baik
smp, sma, atau bahkan universitas. Semakin tinggi tingkat kedudukannya remaja juga
semakin baik dalam memahami pola interaksi dengan sekitarnya. Mereka sudah bisa
membedakan tentang baik buruknya ajaran yang diajarkan. Adanya para tenaga
pendidik disekolah sebagai tokoh intelektual, dapat menumbuhkan rasa minat belajar
yang tinggi. Para pengajar baik guru atau dosen merupakan tokoh otoritas dimana
mereka harus menjadi contoh yang baik untuk peserta didiknya. Tidak jarang
kebanyakan remaja merasa lebih penting untuk patuh terhadap guru dari pada orang
tuanya. Terkadang peraturan yang tertera di sekolah ada yang menganggapnya lebih
berat dari pada di rumah, namun ada juga yang beranggapan sebaliknya. Hal tersebut
dapat memicu emosional remaja yang disebabkan karena ketidaknyamannya di sekolah

13
pada waktu tertentu. Misalnya ada kasus bullyng disekolah. Kalau pada masalah ini
remaja cenderung tidak betah berada dilingkungan belajar. Mereka tentu lebih suka
mengurung dirinya di dalam rumah, dan berada jauh dari lingkungan itu karena muncul
perasaan takut dan tidak nyaman ketika bertemu para pembully disekolahnya. Contoh
lain ketika remaja memiliki permasalahan dirumahnya pasti mereka akan jauh lebih
nyaman berada dilingkungan lain, seperti sekolah untuk berinteraksi dengan teman-
teman sekolahnya. Hal tersebut tentu dapat memicu adanya perubahan dalam pola
interaksi remaja pada lingkungan sekolah.
Memasuki usia remaja merupakan masa diambang dewasa. Remaja memiliki
sebuah sistem kepribadian, berarti pembentukan dari sebuah perkembangannya selama
ini. Seseorang memusatkan dirinya pada perilaku yang dihubungkan dengan status
dewasa dimulai dari usia remaja. Perkembangan sosial pada usia ini cenderung bermula
pada tuntutan masyarakat yang ada. Beberapa tugas dari perkembangan pada usia
remaja disertai berkembangnya kapasitas intelektual, fase stres dan harapan baru yang
membuat seorang remaja mudah untuk mengalami masalah pada pikiran, perasaan
maupun gangguan perilaku. Bahkan stres, merasa sedih, merasa cemas, kesepian, dan
munculnya keraguan pada diri remaja bisa menjadi faktor yang berakibat remaja
mengambil resiko untuk melakukan kenakalan (Fuhrmann, 1990).
Beberapa hal harus dipikirkan pada usia remaja tersebut seperti membangun
interaksi yang baik dengan orang lain. Remaja juga harus mempersiapkan diri untuk
memasuki pendidikan yang lebih tinggi, memperoleh kemandirian secara emosional
dari orang lain, dan beberapa diantara yang lebih lanjut harus memikirkan kesiapan
untuk menghadapi dunia kerja dan pernikahan. Dalam menghadapi perubahan sosial
kebanyakan remaja akan bersikap ambivalen. Yaitu satu sisi mereka ingin kebebasan,
dan satu sisi lainnya remaja merasa takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan mereka. Penting diketahui bahwa setiap individu pasti memiliki pengalaman
yang unik dalam masa remajanya. Sebagian orang mungkin ada yang menghadapi
tantangan emosional yang jauh lebih besar, dan yang lain dapat menikmati masa
remajanya dengan mudah serta baik - baik saja. Setiap individu membutuhkan
dukungan orang terdekat agar dapat membantu masa remajanya dalam berinteraksi
sosial.

14
2.4 Bahasa dan perubahan kepribadian masa remaja
A. Bahasa
Bahasa merupakan ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Dengan adanya bahasa, manusia dapat berinteraksi satu sama lain
dengan mudah. Pada remaja cenderung menggunakan bahasa yang spesifik yakni mereka
menggunakan istilah-istilah yang menurut mereka keren atau biasa disebut dengan bahasa
gaul. Penggunaan bahasa gaul merupakan bagian dari proses perkembangan mereka
sebagai identitas mandiri mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak. Pengaruh
lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat dan sekolah dalam perkembangan
bahasa akan menimbulkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Bahasa
tersebut tentunya hanya bisa dimengerti oleh kalangan anak muda seperti pada usia remaja.
Menurut pandangan Piaget, remaja memasuki tahap perkembangan kognitif yang
disebut tahap operasional formal. Piaget menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap
tertinggi perkembangan kognitif manusia. Pada tahap ini individu mulai mengembangkan
kapasitasnya untuk abstraksi. Kosa kata remaja terus berkembang seiring dengan
penambahan referensi bacaan dengan topik yang lebih kompleks. Menurut Owen (dalam
Papalia, 2004) remaja mulai peka terhadap kata-kata yang memiliki banyak arti. Mereka
senang menggunakan metafora, ironi, dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka membuat ekspresi baru yang tidak
standar. Perkembangan bahasa pada remaja tidak luput dari adanya globalisasi dan
perkembangan IPTEK, seperti penggunaan media sosial (Instagram, Facebook, Twitter,
TikTok, dan lain-lain.). Dengan menggunakan media sosial, remaja dapat memperoleh kosa
kata baru seperti bokap, nyokap, gemoy, ayang, YTTA (Yang Tau-Tau Aja), woles, sabi,
pargoy, ngab, hyung, jamet, bucin, santuy, spill, cringe, dan lain-lain.
B. Perubahan kepribadian
Pertama, pola kepribadian yang terbentuk selama masa kanak-kanak sudah mulai stabil
dan cenderung bertahan sepanjang hidup hanya dengan sedikit perbaikan. Memang ada
perubahan seiring bertambahnya usia, tetapi perubahan ini lebih bersifat kuantitatif
daripada kualitatif, dalam artian sifat-sifat yang diinginkan menguat dan sifat-sifat yang
tidak diinginkan melemah. Kedua, kondisi yang membentuk kepribadian pala banyak yang
berada di luar kendali remaja karena kondisi tersebut merupakan akibat dari lingkungan
tempat tinggal remaja dan akan terus mempengaruhi konsep diri yaitu inti dari pola
kepribadian selama masa lingkungan tetap stabil. Sebaliknya, jika remaja mengubah
lingkungannya seperti yang terjadi pada saat pindah ke tempat lain untuk belajar atau

15
bekerja, maka perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan kepribadian. Remaja
yang pergi ke luar negeri untuk kuliah, misalnya, biasanya menunjukkan kematangan sosial
dan emosional yang lebih besar dan lebih toleran daripada mereka yang masih tinggal
bersama orang tua mereka. (Hurlock 1991, 233)
Sebaliknya, dalam lingkungan yang berbeda pun, remaja cenderung mencari orang
yang memperlakukan dirinya sesuai dengan konsep dirinya dan menghindari orang yang
memperlakukannya berbeda. Ini memperkuat konsep diri yang ada dan mencirikan pola
penyesuaian hidup. Sekalipun lingkungan tidak berubah, beberapa kondisi yang
mempengaruhi konsep diri yang buruk akan berubah secara alami ketika nilai-nilai
kelompok berubah. Jika dukungan sosial bernilai tinggi, maka remaja yang tidak populer
akan merasa kurang. Kemudian, ketika keintiman kelompok sebaya mulai melemah dan
popularitas tidak dinilai terlalu tinggi, remaja dapat melihat diri mereka dari sudut pandang
yang berbeda dan dapat merasa lebih aman. Rasa aman ini semakin meningkat ketika
remaja yang lebih tua memiliki pasangan tetap atau menikah lebih awal dari anggota
kelompok lain atau ketika mereka mampu mencari nafkah yang memungkinkan mereka
memiliki otonomi dan simbol status yang tidak dimiliki oleh teman sebayanya. (Hurlock
1991, 234)

C. Kondisi – kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja


1. Usia Kematangan
Remaja dewasa awal, yang diperlakukan seperti orang dewasa, mengembangkan
konsep diri yang menguntungkan dan dengan demikian dapat menyesuaikan diri
dengan baik. Remaja dewasa yang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak,
merasa disalahpahami dan bernasib kurang baik dan cenderung berperilaku kurang
baik.
2. Penampilan Diri
Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri padahal
perbedaan tersebut menambah daya tarik fisik. Cacat fisik apa pun merupakan
sumber rasa malu yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik
fisik menimbulkan penilaian yang baik tentang ciri-ciri kepribadian dan
meningkatkan dukungan sosial.
3. Kepatutan Seks

16
Kesesuaian seks dalam penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja
mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpantasan seksual membuat remaja sadar
diri dan ini berdampak buruk pada perilaku mereka.
4. Nama dan Julukan
Remaja sensitif dan merasa malu ketika teman satu kelompok mereka menilai nama
mereka dengan buruk atau ketika mereka memberikan nama yang diolok-olok.
5. Hubungan Keluarga
Seorang remaja yang memiliki hubungan dekat dengan anggota keluarga akan
mengidentifikasi diri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Jika karakter tersebut berjenis kelamin sama, remaja akan
terbantu untuk mengembangkan konsep diri yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
6. Teman Sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama,
konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman
tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.
7. Kreativitas
Remaja yang didorong sebagai anak-anak untuk menjadi kreatif dalam bermain dan
tugas-tugas akademik, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang
memiliki pengaruh positif pada konsep diri mereka. Sebaliknya, remaja yang
didorong sejak masa kanak-kanak untuk mengikuti pola yang diakui akan
kekurangan rasa identitas dan individualitas.
8. Cita-cita
Jika remaja memiliki cita-cita yang tidak realistis, mereka akan mengalami
kegagalan. Ini akan menyebabkan perasaan tidak mampu dan reaksi defensif di
mana dia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang lebih realistis
terhadap kemampuannya. mengalami kesuksesan daripada kegagalan. Hal ini akan
menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang mengarah
pada konsep diri yang lebih baik. (Hurlock 1991, 235)
D. Konsekuensi Usaha untuk Meningkatkan Kepribadian
Keberhasilan remaja dalam upaya meningkatkan kepribadiannya tergantung pada
banyak faktor.
1. Pertama, remaja harus mendefinisikan cita-cita yang realistis dan dapat dicapai.
Jika tidak, ia pasti akan mengalami kegagalan sekaligus mengalami perasaan tidak

17
mampu, minder bahkan menyerah ketika ia melimpahkan kegagalannya pada orang
lain.
2. Kedua, remaja harus membuat penilaian yang realistis tentang kekuatan dan
kelemahan mereka. Perbedaan mencolok antara kepribadian aktual dan ego ideal
akan menimbulkan kecemasan, perasaan tidak nyaman, tidak bahagia dan
kecenderungan untuk menggunakan reaksi defensif.
3. Ketiga, remaja harus memiliki konsep diri yang stabil. Konsep diri biasanya
meningkat secara stabil pada masa remaja. Ini memberikan perasaan kontinuitas
dan memungkinkan remaja untuk melihat diri mereka sendiri secara konsisten,
tidak melihat diri mereka hari ini secara berbeda dari hari-hari lainnya. Ini juga
meningkatkan harga diri dan mengurangi perasaan tidak mampu.
4. Keempat dan yang terpenting, remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang
telah dicapainya dan mau meningkatkan prestasinya di bidang yang dianggapnya
kurang. Penerimaan diri mengarah pada perilaku yang membuat orang lain
menyukai dan menerima remaja. Hal ini kemudian mendorong perilaku remaja
yang baik dan mendorong perasaan penerimaan diri. Sikap terhadap diri sendiri
menentukan kebahagiaan seseorang. (Hurlock 1991, 235)
2.5 Kebutuhan remaja dan konflik yang dialami remaja
A. Kebutuhan Remaja
1. Kebuthan Fisik Jasmani
Kebutuhan fisik juga dikenal sebagai kebutuhan primer, dan setiap orang
memiliki kebutuhan mutlak akan makanan, minuman, belajar, seks, dan lainnya.
Sama halnya dengan remaja yang memiliki kebutuhan pokok. Namun cara
memenuhi kebutuhan dengan tidak mengurangi kebutuhan jiwa, seperti cinta, rasa
aman, harga diri, identitas dan lain-lain. Mereka juga mencari aturan-aturan atau
tata cara yang disepakati bersama untuk memenuhi kebutuhan walau dengan cara
yang tidak konvensional (Zakiah, 1995).
2. Kebutuhan Mental Rohani
a. Kebutuhan akan Kasih Sayang dan Rasa Kekeluargaan
Kasih sayang ialah sebuah kebutuan dasar kehidupan manusia. Remaja yang
memiliki keluarga kurang harmonis mereka akan menderita secara emosional.
Kesehatannya menjadi terganggu dan pertumbuhan intelektualnya melambat,
perilakunya menjadi kurang ajar, keras kepala, membangkang, dll. Ketika seorang
remaja merasa ditolak atau dibenci oleh masyarakat tempat mereka tinggal, mereka

18
akan merasa sedih. Remaja mencari kasih sayang dari seseorang yang cocok sifat
dan perilakunya. Serta kebutuan dasar ini sangat mempengaruhi anak usia remaja
yang memerlukan kebutuhan dasar yaitu sehatnya mental. Kebutuhan adalah suatu
cara apresiasi dan penerimaan dilingkungan masyarakat. Kasih sayang dapat
diekspresikan melalui tingkah laku, tindakan, perkataan atau pemberian hadiah,
agar remaja merasa dihargai (Safiyudin, 1997).
Namun ada juga anak muda yang ingin bisa hidup mandiri. Ini karena
hubungannya yang semakin meningkat dengan dunia luar dan dia mulai
mendapatkan teman baru. Itulah sebabnya kekuatan persaudaraan memiliki
pengaruh yang besar bagi jiwa para remaja. Banyak remaja yang mengalami
permasalahan dalam memilih teman baru atau menemukan perbedaan antara
dirinya dan teman lainnya (Soerjono, 1997). Oleh karenanya, usia remaja perlu
membutuhkan kasih sayang dari keluarga dan teman bermainnya. Pada masa ini,
remaja sangat tergantung oleh peran pendidik, keluarga dan orang berada
disekelilingnya.
b. Kebutuhan akan Rasa Aman
Rasa aman pada remaja dapat memotivasi mereka untuk selalu berusaha
meningkatkan nilai-nilai kehidupan. Remaja berusaha menghindari setiap
kesempatan yang dapat menyebabkan mereka marah atau merasa tidak aman.
Remaja yang merasa tidak aman mencari perlindungan dari mereka yang dapat
membantu mereka. Di sini mulailah timbul fitnah, pertengkaran, menjilat ludah
sendiri (memuji yang dikritik atau dimaki), dsb. Karena mereka selalu ingin dekat
dengan pihak yang berkuasa dan berpengaruh. Kritik atau teguran dianggap sebagai
ancaman. Apabila remaja merasa terancam maka ia akan membela diri dan tidak
ragu untuk menyalahkan atau menolak kritik. Selain itu, rasa aman bisa hilang
akibat pertempuran dan bentrokan dilingkungan sekitarnya. Remaja tersebut
mungkin mengalami kecemasan dan mungkin juga melakukan tindakan yang
merugikan diri sendiri dalam hidupnya (Ida Umami, 1999).
c. Kebutuhan akan Penyesuaian Diri
Setiap orang membutuhkan penyesuaian diri dalam pertumbuhan fisik atau
mental, tetapi lebih diperlukan lagi saat masa remaja. Hal ini disebabkan anak pada
masa remaja sering terjadinya masalah yang menyebabkan terjadinya gangguan dan
berubahnya kepribadian pada remaja. Jika seseorang gagal beradaptasi di masa
kanak-kanak, mereka dapat menebusnya di masa remaja. Namun, jika ia gagal

19
menyesuaikan diri di usia muda, ia mungkin kehilangan kesempatan untuk maju
selamanya kecuali melalui pendidikan dan usaha khusus (Zakiah, 1995).
Orang yang memiliki penyesuaian sosial diantaranya:
1. Suka bekerja sama
2. Saling menghargai
3. Adanya keakraban
4. Empati
5. Disiplin
Ciri-ciri orang yang tidak dapat menyesuaikan diri:
1. Menipu
2. Egois
3. Suka bermusuhan
4. Suka merendahkan orang lain
5. Berburuk sangka
6. Kebutuhan Akan Kebebasan
Kebebasan kaum remaja adalah ekspresi untuk merealisasikan diri. Karena
kesempurnaan fisik dapat menjadikan kaum remaja agar dapaf berkerja sendiri dan
bebas untuk memilih keputusan sendiri. Pada akhirnya remj bisa meraih
kematangan emosi (Ida Umami,1999). Terkadang banyak orang tua yang masih
mengekang anaknya dengan alasan karena kasihan. Dengan cara ini, remaja merasa
bahwa orang tuanya tidak mempercayai mereka bisa juga terjadi pemberontakan
pada diri remaja. Remaja membutuhkan kebebasan, namun tetap membutuhkan
bimbingan materi serta pematangan emosi dari orang tuanya.
d. Kebutuhan Akan Pengendalian Diri
Anak remaja memperlukan cara untuk megendalikan diri mereka sebab mereka
kurangnya wawasan. Kemudian munculnya perkembangan secara fisik dan seksual,
yang terjadi sangat pesat. Dapat mengakibatkan remaja menjadi gelisah dan
bimbang, terutama terhadap lawan jenis. Selain itu remaja juga merasa seperti orang
dewasa secara fisik, sehingga mereka bertindak meniru orang tua agar meraskan
keamanan. Itu sebabnya, pengendalian diri sangatlah penting.
e. Kebutuhan Akan Penerimaan Sosial
Rasa penerimaan sosial memberi kaum remaja rasa aman. Karena dia
merasakan dukungan dan perhatian orang-orang di sekitarnya. Ini adalah dorongan
yang sangat baik bagi remaja untuk keberhasilan dalam hidupnya. Terkadang

20
kegagalan anak muda untuk belajar disebabkan oleh rasa kegelisahan atau
kebutuhan yang tidak terpuaskan akan penerimaan sosial. Kebutuhan akan
penerimaan sosial adalah salah satu kebutuhan perkembangan terpenting remaja.
Kebutuhan akan diterimanya mereka di lingkungan bisa menolong remaja untuk
meraih kematangan emosi dan didikan mandiri dari orang tuanya, keluarga serta
orang di lingkungan sekitar. (Zakiah, 1995).
B. Konflik Pada Remaja
1. Masalah Yang Menyangkut Jasmani
Pertumbuhan fisik ini terjadi sangat cepat dibandingkan saat usia anak-anak
hingga dewasa. Bentuk badannya langsung mengikuti postur tubuh orang dewasa
dalam kurun waktu singkat. Begitu juga pada perkembangan kelenjar atau hormon,
juga pada area genital. Pada tahap ini rejama sering disebut mengalami masa
pubertas. Akan tetapi jika perkembangan ini tidak dijelaskan kepada remaja dapat
menyebabkan gejolak emosi. Karena perubahan yang terlalu cepat dan tidak
nyaman memicu kecemasan dan ketakutan pada remaja. Perubahan struktur tubuh
remaja yang cepat juga mempengaruhi sikap dan penghargaan terhadap diri mereka
sendiri. Para remaja memastikan bahwa orang tua sudah tak menyamakan
perlakuannya pada saat mereka masih kanak-kanak. Namun, pada saat yang sama,
dia merasa tidak bisa mandiri dan masih mengandalkan bantuan orang tuanya untuk
memenuhi kebutuhan.
2. Masalah Hubungan Dengan Orang tua
Rasa kecewa anak usia ini pada orang tua mereka itu merupakan masalah yang
umum. Karena kurangnya pemahaman orang tua tentang perubahan masa remaja.
Orang tua masih cenderung memperlakukan mereka sebagai anak yang terlalu
banyak membuat aturan dan larangan, mencampuri urusan remaja dan terlalu
banyak memberi peringatan dan nasihat. Selain itu, seringkali orang tua
memperlakukan mereka secara tidak konsisten, misalnya terkadang kita
diperlakukan sebagai anak-anak, terkadang mereka juga diperlakukan sebagai
orang dewasa. Selain itu, keadaan rumah juga sangat berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembangnya juga kerukunan rumah menjadi faktor yang berpengaruh
(Sofyan S,1961).
3. Masalah Agama
Remaja mengalami perkembangan secara cepat pada fisik remaja, serta dengan
impuls yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka peroleh dari

21
orang tua ataupun guru. Berbagai emosi yang berkecamuk dalam dirinya
membuatnya semakin cemas, khawatir, putus asa, marah, sedih, dll. Agama juga
bisa mengganggu, sifat-sifat Tuhan juga bisa diragukan, tetapi dia
membutuhkannya, sehingga muncul kebimbangan dalam agama. terkadang ia
sangat rajin beribadah, terkadang ia putus asa dan lengah seperti tidak beriman
kepada Tuhan. Salah satu hal yang baik agardapat membantu remaja melakukan
hal ini dengan cara mendorong mereka agar mendiskusikan gejolak agama secara
terbuka dengan para pemuka agama yang bisa menjawab persoalan yang ada di
pemikiran mereka. Selain itu, hal ini juga dapat dicapai dengan berdiskusi kepada
remaja yang memiliki masalah sama.
4. Masalah Hari Depan
Pada titik ini, remaja merasa tubuhnya mirip dengan orang tuanya, dan
kemampuan menalar dengan logikanya sudah sempurna. Remaja berusaha
memfikirkan masa depan, pendidikan apa? serta pekerjaan apa? hal apa yang dia
lakukan ketika sudah lulus. Mengenai masa depan, itu juga akan menjadi masalah
yang dia impikan untuk memulai sebuah keluarga nanti, terkadang mimpi tersebut
juga tercermin dalam interaksinya dengan teman sesama jenis.
5. Masalah Sosial
Perhatiannya terhadap orang - orang di sekitarnya sangat tinggi. Dia
menginginkan untuk mendapat penerimaan dari teman-temannya dan sedih ketika
dia terputus dari lingkaran teman-temannya. Oleh sebab itulah rejama menirukan
semua gaya hidup, baju yang dikenakan, serta perilaku temanya pada kelompok itu
(Sofyan S, 1961). Pilihan antara orang tua dan teman juga menjadi masalah. Selain
itu, perhatian remaja pada persoalan sosial, ekonomi, dan politik negara semakin
bertambah, disebabkan oleh cara berfikirnya yang lebih logis dan rasional telah
matang dan ajarannya cukup kuat untuk mendorongnya memperhatikan apa yang
terjadi di lingkungan sekitar. Anak muda bisa memiliki cita-cita serta impian yang
sangat indah bagi negara dan masyarakat.
6. Masalah Akhlak
Usia remaja sangat tidak stabil dalam masalah akhlak. Karena faktor lingkungan
sangat mempengaruhinya dalam berperilaku. Ada banyak perkelahian, kecanduan
narkoba, pelecehan seksual, kehilangan minat belajar dan ketidaktaatan pada orang
tua dan peraturan. Masalah ini terjadi karena adanya goncangan atau kelabilan pada

22
remaja yang meengakibatkan kekecewaan, ketakutan atau ketidakpuasan dengan
kehidupan yang dijalani. Bagi remaja yang melakukan perilaku menyimpang, itu
bertujuan untuk menemukan kekuatan mental atau mendapatkan kembali
kemantapan mental (mencari jati diri yang sesungguhnya). Remaja yang tidak
memiliki ajaran agama dalam hidupnya mudah dipengaruhi oleh pengaruh buruk
melalui gambar atau media sosial.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Tugas Perkembangan dan Ciri-ciri Masa Remaja
Orientasi yang digunakan pada masa remaja yaitu bagaimana ia mampu
berdaptasi pada masa remajanya dan meninggalkan berbagai hal yang masih berada
pada fase kanak – kanak. Remaja juga diharapkan lebih mampu untuk menghadapi fase
remaja ini yang pastinya secara bilogis dan psikologisnya berbeda dengan sebelumnya
yang akan menunjang kesempurnaan pada fase selanjutnya yaitu fase usia dewasa.
Perubahan yang cukup mencolok pada fase remaja ini adalah seorang remaja
berpikir untuk memiliki perubahan tentang perilakunya atau penampilannya.
Perubahan pada perilakunya biasanya akan muncul sikap mandiri pada anak, anak
cenderung lebih senang melakukan dan menyelesaikan kegiatannya oleh dirinya sendiri
dan merasa tidak membutuhkan orang lain lagi. Pendidikan yang tinggi cukup memiliki
pengaruh terhadap perkembangan intelektual anak guna mempersiapkan masa
dewasanya. Namun faktor yang mempengaruhi tidak berhasilnya tugas perkembangan
anak juga banyak, meskipun anak sudah memiliki pendidik dan pola beajar yang baik
jika lingkungannya tidak mendukung dan anak tidak memiliki kesadaran akan hal
tersebut juga mampu mempengaruhi keberhasilan tugas perkembangannya.
B. Tahap Pubertas dan Perubahan Fisik
Awal dari masa pertumbuhan dan perkembangan seorang remaja itu biasa
ditandai dengan masa pubertas. Pubertas sering kali diartikan suatu masa dimana
adanya perubahan fisik seseorang menjadi lebih dewasa. Perubahannya meliputi
pematangan seks, peningkatan tinggi badan maupun berat badan, dan unsure tubuh.
Seorang remaja yang sudah pubertas itu akan memiliki kebutuhan energi yang lebih
banyak dari pada yang belum pubertas. Perubahan unsure tubuh, seperti otot, lemak,
dan tulang adalah suatu efek dari pubertas. Tanda awal yang dialami oleh remaja saat
masa pubertas adalah besarnya volume testis pada anak laki-laki dan munculnya
benjolan areola dan papilla pada payudara wanita. Biasanya diukur menggunakan alat
orkidometer prader. Saat usia 9 tahun itulah saat dimana mulai pembesaran testis,
kemudian diikuti oleh pembesaran pada penis. Saat usia 16-17 ukuran penis mulai
mencapai dewasa.

24
C. Keadaan Emosi dan Perubahan Sosial
Emosi sangat erat kaitannya dengan manusia. Dalam semua aspek perkembangan
remaja, remaja sering dijumpai banyak masalah emosional yang dimanisfestasikan oleh
gejala seperti stress, frustasi, atau adanya konflik. Pada umumnya ungkapan emosi
sering kali dikatergorikan sebagai perasaan marah. Setiap manusia tentu memiliki
bentuk emosi, yang membedakan yaitu apakah emosi tersebut dominan, stabil, atau
bergejolak dalam dirinya.
D. Bahasa Masa Remaja dan Perubahan Kepribadian
Bahasa merupakan ungkapan yang mengandung maksud untuk menyampaikan
sesuatu kepada orang lain. Pada remaja cenderung menggunakan bahasa yang spesifik
yakni mereka menggunakan istilah-istilah yang menurut mereka keren atau biasa
disebut dengan bahasa gaul. Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga,
masyarakat dan sekolah dalam perkembangan bahasa akan menimbulkan perbedaan
antara anak yang satu dengan yang lainnya. Kosa kata remaja terus berkembang seiring
dengan penambahan referensi bacaan dengan topik yang lebih kompleks.
Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi konsep diri remaja adalah usia
kematangan, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga,
teman sebaya, kreativitas, dan cita-cita. Keberhasilan remaja dalam upaya
meningkatkan kepribadiannya tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah ia
harus mendefinisikan cita-cita yang realistis dan dapat dicapai, remaja harus membuat
penilaian yang realistis tentang kekuatan dan kelemahan mereka, remaja harus
memiliki konsep diri yang stabil, dan remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang
telah dicapainya.
E. Kebutuhan Remaja dan Konflik yang Dialami
Kebutuhan remaja pada umumnya tidak banyak berbeda dengan kebutuhan
anak-anak atau manusia. Kebutuhan remaja dibagi menjadi 2 macam yaitu kebutuhan
primer dan sekunder. Kebutuhan primer berupa seperti makan, minum, istirahat,
beraktivitas, tidur, dll. Adapun kebutuhan sekunder atau mental pada remaja itu berbeda
dengan kebutuhan pada masa kanak-kanak baik dipandang dari segi jenis maupun
kualitasnya. Maka dari itu kebutuhan sekunder remaja berupa kebutuhan akan kasih
sayang, rasa aman, penyesuaian diri, akan kebebasan, pengendalian diri dan
penerimaan sosial. Konflik yang dialami remaja itu persoalan yang wajar karena pada
masa inilah kegoncangan-kegoncagan pada diri remaja sangatlah besar. Selain itu

25
pertemanan dan juga lingkungan sangatlah berpengaruh dalam kesuksesan. Pada masa
ini remaja mulai mencari jati diri sehingga mereka melakukan apapun walau dengan
cara yang menyimpang, remaja akan melakukan demi mencari keamanan pada dirinya.
Pada masa inilah bayak permaslahan yang timbul seperti maslah yang menyakut
jasmani, hubungan dengan orang tua, maslah agama, masalah hari depan, masalah
sosial dan juga masalah akhlak
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah pastinya menginginkan kesempurnaan dalam makalah
ini, tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki.
Sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan dari seluruh pembaca untuk perkembangan
dan perbaikan dalam pengerjaan makalah-makalah dikemudian hari. Tidak lupa kami
selalu berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua kalangan baik penyusun
ataupun pembaca diluar sana

26
DAFTAR PUSTAKA

Asrori. (2005). Perkembangan peserta didik. Malang: Wineka Media.

Darajat, Zakia. (1995). Remaja harapan dan tantangan. Jakarta: Ruhama.

Hurlock, E. B. (1991). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang kehidupan edisi


kelima. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi perkembangan: suatu pengantar sepanjang rentang


kehidupan. Jakarta: Erlangga, Anggota IKAPI.

Indrayanti Tri. Potret penggunaan bahasa dalam perspektif kalangan mahasiswa. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Buana Surabaya.

Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Kantor Bahasa Maluku. (2019). Selayang pandang perkembangan bahasa pada manusia.
https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2019/11/selayang-pandang-
perkembangan-bahasa-pada-
manusia/#:~:text=Perkembangan%20bahasa%20di%20masa%20remaja%,digunakan
%20remaja%20dengan%20teman%20sebaya . diakses pada tangal 21 mei 2023.

Papalia, Diane E., Sally Old Wendkos., Ruth Dulskin Feldman (2004). Human development.
Ninth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Sarwono, Sarlito. (2009). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Penerbit Rajawali Press, Edisi
Pertama.

Sastrowijoyo, Safiyudin. (1997). Beberapa masalah tentang kenakalan remaja. Bandung:


Karya Nusantara.

Stang J. and Story M. (2005). Adolescent growth and development. In: Stang J., and Story, M
(Eds). guidelines for adolescent nutrition services

Sukamto, Soejorno. (1976). Remaja dan masalah - masalahnya. BPK Gunung Mulia.

Umami, Ida. (1999). Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tian Wacana.

Wilis, Safyan S. (1961). Problem remaja dan pemecahannya. Bandung: Angkasa.

27

Anda mungkin juga menyukai