Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan di
Program Studi Sarjana Terapan dan Profesi Bidan

Dosen Pengampu : Neni Solihat, M.Psi, Psikolog

Disusun oleh :

Rahayu Nida M (P20624519025)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang
kita nanti–nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dengan judul Pertumbuhan dan Perkembangan Psikologi Remaja
Perempuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya
dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Psikologi Perkembangan yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian,
semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Tasikmalaya, 16 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................


A. Masa Remaja ..........................................................................................................
B. Perkembangan dan Pertumbuhan pada Remaja Wanita..........................................
C. Kebutuhan Remaja Wanita......................................................................................
D. Tugas-tugas Perkembangan pada masa Remaja......................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................


A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Papalia, 2008). Remaja
merupakan transisi dari masa anak-anak yang belum matang menuju masa dewasa
yang sudah matang. Menurut Yahya (2011, h.53) karakteristik remaja dapat dilihat
dari perkembangan fisik,kognitif, kepribadian dan sosial. Secara fisik ditandai dengan
perubahan pada tubuh, pertambahan tinggi, berat badan dan kematangan organ
seksual. Secara kognitif, remaja mampu berfikir secara abstrak, adanya perubahan
kemampuan memori, berfikir dan bahasa.
Secara kepribadian, remaja mampu menyatakan emosi secara unik. Dan secara
sosial, remaja mengalami masa pencarian identitas diri dan adanya perubahan dalam
berinteraksi. Umumnya remaja menghabiskan waktu dengan bersekolah, pencarian
identitasdan mengembangkan diri. Remaja yang melewati masa tersebut akan
memiliki kesiapan mentalemosional, kemantapan pengambilan keputusan, dan
memiliki perencanaan masa depan.
Ada berbagai persoalan yang terjadi pada remaja baik dalam hal emosi,
kognisi dan sosial. Persoalanemosi, adanya rasa ketertarikan lawan jenis, mengalami
fase plin-plan dalam memilih sahabat dan pasangan, tidak merasa percaya diri dan
ragu dalam mengambil keputusan. Persoalan kognisi, belum bisa menentukan
perencanaandan rendahnya motivasi berprestasi. Dan persoalan sosial, remaja
menentang pendapat yang lebih dewasa, senang menyendiri dan adanya keinginan
menikah di usia remaja (Desmita, 2005, h. 62).
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak dan
masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja terdiri dari
masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17 tahun) dan masa
remaja akhir (17–9 tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis
psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih
cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial) (Depkes,2002). Orang-tua sering
tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga tidak menyadari
bahwa anak mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan lagi anak yang
selalu perlu dibantu. Orang-tua menjadi bingung menghadapi labilitas emosi dan
perilaku remaja, sehingga tidak jarang terjadi konflik diantara keduanya. (Depkes,
2002).
Apabila konflik antara orang–tua dan remaja, menjadi berlarut-larut dapat
menimbulkan berbagai hal yang negatif, baik bagi remaja itu sendiri maupun dalam
hubungan antara dirinya dengan orang-tuanya. Kondisi demikian merupakan suatu
stresor bagi remaja; yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks,
baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan. Antara lain dapat timbul
berbagai keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai permasalahan
yang berdampak sosial seperti malas sekolah, membolos, ikut perkelahian antara
pelajar (tawuran) dan menyalahgunakan NAPZA ( Depkes, 2002).
Kondisi seperti ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan
dapat berkembang ke arah yang lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah
maupun gangguan kejiwaan dari yang ringan sampai berat. Apabila pada
kenyataannya perhatian masyarakat lebih terfokus pada upaya meningkatkan
kesehatan fisik semata, kurang memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental
emosional dan psikososial). Padahal faktor tersebut merupakan penentu dalam
keberhasilan seorang remaja dikemudian hari (Depkes, 2002). Faktor non–fisik yang
berpengaruh pada remaja adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah serta lingkungan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu orang tua
atau orang yang berhubungan dengan remaja perlu mengetahui ciri perkembangan
jiwa remaja, pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah
maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendeteksi
secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal yang negatif (Depkes,
2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Masa Remaja Perempuan?
2. Apa saja perkembangan pada Remaja Perempuan?
3. Apa kebutuhan Remaja Perempuan?
4. Apa saja Tugas-tugas Perkembangan pada masa Remaja Perempuan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Masa Remaja Perempuan.
2. Untuk mengetahui perkembangan pada Remaja Perempuan.
3. Untuk mengetahui kebutuhan Remaja Perempuan.
4. Untuk mengetahui Tugas-tugas Perkembangan pada masa Remaja Perempuan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Remaja
Perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai oleh periode
transisional panjang yang dikenal dengan masa remaja. Remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak,tetapi ia tidak pula
termasuk golongan orang dewasa ataupun golongan tua. Remaja ada di antara anak
dan orang dewasa. Secara jelas masa anak-anak dapat dibedakan dari masa dewasa
dan masa tua. Seorang anak masih belum selesai perkembangannya, orang dewasa
dapat dianggap sudah berkembang penuh, ia sudahmenguasai sepenuhnya fungsi-
fungsi fisik dan psikisnya; pada masa tua pada umumnya terjadi kemunduran
terutama dalam fungsi-fungsi fisiknya. Sedangkan remaja masih belum mampu untuk
menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut remaja
masih termasuk golongan kanak-kanak. (Monks, 1982)
Berhubung ada macam-macam persyaratan untuk dapat dikatakan dewasa,
maka lebih mudah untuk dimasukkan kategori anak-anak daripada kategori dewasa.
Meskipun begitu kedudukan dan status remaja berbeda daripada anak-anak. Masa
remaja menunjukkan dengan jelas sifat-sifat masa transisi atau peralihan (Calon,1953)
karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status kanak-kanak.
Ausubel(1965) menyebut status orang dewasa sebagai status primer, artinya
status itu diperoleh berdasarkan kemampuan dan usaha sendiri. Status anak adalah
status diperoleh (derived), artinya tergantung daripada apa yang diberikan oleh orang
tua (dan masyarakat). Remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi
yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri
yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan
dengan masa peralihan yang timbul sesudah pubertas. Masa peralihan tersebut
diperlukan untuk bagaimana remaja mampu memikul tanggung jawab nanti dalam
masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk
mempelajari tanggung jawab ini. (Monks, 1982)
Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk melepaskan remaja
dari status interimnya supaya ia dapat menjadi dewasa yang bertanggung jawab.
Masa remaja secara umum dianggap dimulai dengan pubertas, proses yang
mengarah kepada kematangan seksual, atau fertilitas-kemampuan untuk bereproduksi.
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal usia
dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam
semua ranah perkembangan. (Papalia, 2008)
Dengan menggunakan definisi sosiologis,orang dapat menyatakan diri mereka
orang dewasa ketika mereka mandiri atau telah memilih karier, menikah atau
membentuk hubungan yang signifikan, atau memulai sebuah keluarga. Ada pula
definisi psikologis, kematangan kognitif sering kali dianggap bertepatan dengan
kemampuan berpikir abstrak. Kematangan emosional dapat bergantung kepada
pencapaian seperti menemukan jati diri, independen dari orang tua, mengembangkan
system nilai, dan membentuk hubungan. Sebagian orang tidak pernah meninggalkan
masa remaja, tidak peduli berapa pun usia mereka.(Papalia, 2008)
Masa remaja secara umum berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan
pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan,
18-21 tahun: masa remaja akhir. Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14
tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak, menawarkan peluang untuk tumbuh—
bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan social.
Sebagian anak muda kesulitan menangani begitu banyak perubahan yang terjadi
dalam satu waktu di antara anak muda mayoritas, yang diarahkan untuk mengisi masa
dewasa dan menjadikannya produktif, dan minoritas yang akan berhadapan dengan
masalah besar (Offer 1987:Offer &Schonert-Reichl. 1992)
Usia remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa anak ke
masa dewasa, usia antara 10-24 tahun. Secara etiologi, remaja berarti “tumbuh
menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia 15-24
tahun.Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada
tiga tahap, yaitu: masa awal remaja (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun),
dan masa remaja akhir (16-19 tahun).
Definisi ini kemudian disatukan dalam terminology kaum muda (young
people) yang mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran, 2016).
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu
(Kusmiran, 2016) :
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yaitu berusia antara 11-12 tahun
sampai 20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.

Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap


perkembangan remaja, yaitu:

1. Remaja Awal
Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early adolescence
memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini mereka masih
heran dan belum mengerti akan perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuhnya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut.
Mereka juga mengemangkan pikiran-pikiran baru, mudah tertarik pada
lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara erotis
2. Remaja Madya
Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle adolescence
memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja madya atau
pertengahan sangat membutuhkam temannya. Masa ini remaja lebih
cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri (narcistic).
Remaja padatahap ini juga masih bingung dalam mengambil keputusan
atau masih labil dalam berperilaku.
3. Remaja Akhir
Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolenscence merupakan
remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini merupakan masa menuju
dewasa dengan sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari
pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas 10
seksualnya. Mereka biasanya sudah berpikir secara matang dan intelek
dalam mengambil keputusan.
B. Perkembangan dan Pertumbuhan Pada Remaja Wanita
1. Fisik
Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan
motorik. Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan
bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa
yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna
untuk meningkatkan kemampuan kognitif.
a. Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun
tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada
anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata
beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada
perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar
lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).
b. Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara
lain:
 Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja
laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus
dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih
gelap dan agak keriting.
 Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal
ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
di bawah kulit.
 Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan
puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat.
 Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada
wanita tetap lebih lembut.
 Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
 Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
 Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita. Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan
ialah pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah
dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991;
dalam Santrock, 2002).
2. Psikis
Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa
remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja
adalah:
a. Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi :
1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi
pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian.
Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.
b. Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan
kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan
tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.
3. Kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012). Menurut Piaget
(dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam
pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide
yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-
ide ini.
Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga
memunculkan suatu ide baru. Kekuatan pemikiran remaja yang sedang
berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran
mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis
(remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk
memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-
pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang
mungkin. Mereka berpikir tentang ciriciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan
dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan
apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung
menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002).
Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar
dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam
dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk,
2008).
4. Emosi

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa
dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya (Ali & Asrori, 2006). Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006)
mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena
sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya
memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri
belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak
tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang


pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan
emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak
dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada
pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis,
dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul
kepala sendiri. Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat
mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang
sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini
hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan
postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering
mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja.
Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu,
lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang
menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai
berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali
menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua.
Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi.
Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya
sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh
tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola
asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan
perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau
dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru
dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan
orang tuanya.
c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya.
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya
secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama
dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu
kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan
solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng
seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena
biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar.
Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-
konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
 Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten.
Kadangkadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak
mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang
dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga
menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang
mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
 Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang
berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja lakilaki
memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat
populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja
putri mempunyai banyak teman laki-laki sering sianggap 25 tidak baik
atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai
yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian
pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah
laku emosional.
 Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang
tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja
tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan
melanggar nilai-nilai moral.
5. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum menginjak
masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka.
Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena
selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta
didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh,
bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru
semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak
melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif
C. Kebutuhan Remaja
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan.
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang bersifat psikis,
kualitatis, progresif, sistematis dan berujung pada kualitas atau mutu.Berupa tingkah
laku, berfikir, emosi, nilai-nilai yang dihadapi.
Remaja berasal dari kata latin adolensesnce yang berarti tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan atau mencapai kedewasaan. Masa remaja adalah masa
transisi dari masa anak-anak kepada masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa. Jadi pengertian kebutuhan
perkembangan remaja adalah segala sesuatu yang dibutuhkan remaja dalam
memenuhi tugas-tugas perkembangan remaja untuk mencapai kematangan.
Menurut Murray Kebutuhan remaja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Menurut Maslow ada 5 jenis
kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologi, kebutuhan “rasa aman dan tentram, kebutuhan
sosial, kebutuhan penghargaan ,dan kebutuhan aktualisasi diri.
1. Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang mendapat prioritas utama yaitu
kebutuhan yang berkaitan dengan kondisi fisik. Contohnya adalah sandang,
pangan, papan, dll.
2.   Kebutuhan rasa aman dan tentram adalah kebutuhan untuk terbebas dari
gangguan dan ancaman serta permasalahan yang dapat mengganggu ketenangan
hidup seseorang. Contohnya adalah bebas dari penjajahan, ancaman, dll.
3.  Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk bergaul dan berhubungan dengan
lingkungan sekitar. Contohnya memiliki teman, keluarga, dll.
4. Kebutuhan penghargaan dibagi menjadi 2 jenis yaitu kebutuhan eksternal dan
internal. Eksternal meliputi: pujian, piagam, tanda jasa, dll. Internal meliputi
kepuasan yang didapat tanpa memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi dari kebutuhan
lainnya, dimana kebutuhan ini sebagai pembuktian dari tingkatan daya pikir
seseorang dan hanya didapat jika 4 kebutuhan sebelumnya sudah didapatkan.

Disamping rumusan tersebut, ada tujuh jenis kebutuhan khas remaja yang
dikemukakan oleh Garrison (dikutip oleh Andi Mappiare: 1982) yaitu:

a. Kebutuhan untuk memperoleh kasih sayang


b. Kebutuhan untuk diikutsertakan dan diterima oleh kelompoknya.
c.  Kebutuhan untuk mampu mandiri.
d. Kebutuhan untuk mampu berprestasi.
e.  Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain.
f.  Kebutuhan untuk dihargai.
g. Kebutuhan untuk mendapatkan falsafah hidup.

Menurut Elida Prayitno (2006:31) kebutuhan psikologis remaja dibagai atas:

a. Kebutuhan mendapat status


Remaja membutuhkan perasaan bahwa dirinya berguna, penting,
dibutuhkan orang lain atau memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri.
Remaja butuh kebanggaan untuk dikenal dan diterima sebagai individu yang
berarti dalam kelompok teman sebayanya.Penerimaan dan dibanggakan oleh
kelompok sangat penting bagi remaja dalam mencari kepercayaan diri dan
kemandirian sebagai persiapan awal untuk menempuh kehidupan pada periode
dewasa.
b. Kebutuhan kemandirian
Remaja ingin lepas dari pembatasan atau aturan orang tua dan
mencoba mengarahkan atau mendisiplinkan diri sendiri.Remaja ingin bebas
dari tingkah laku orang tuanya yang terlalu mencampuri kegiatannya.Remaja
ingin mengatur kehidupannya sendiri.
c. Kebutuhan berprestasi
Remaja ingin dirinya dihargai dan dibanggakan atas usaha dan
prestasinya dalam belajar.
d. Kebutuhan diakrabi
Remaja butuh ide atau pemikirannya, kebutuhan atau masalahnya
didengarkan dan ditanggapi secara akrab (penuh perhatian) oleh orang tua,
guru, dan teman sebayanya.
e. Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Remaja butuh pegangan hidup mengenai kebenaran agar mereka
memiliki kepribadian yang stabil dan terintegrasi.

D. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja


Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa
remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang
kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-
tugas tersebut antara lain:
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideologi.

Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Hurlock (dalam Ali & Asrori, 2006) juga menambahkan bahwa tugastugas
perkembangan masa remaja adalah berusaha:

1. Mampu menerima keadaan fisiknya;


2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis;
4. Mencapai kemandirian emosional;
5. Mencapai kemandirian ekonomi;
6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua;
8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;
9. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.

Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan


remaja adalah sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.


2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun
kolompok.
4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala
nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-
kanakan.

Hurlock (1980) juga menjelaskan sebagian besar orang-orang primitif


selama berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam
rentang kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa mengamati berbagai
upacara sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya
perubahanperubahan tubuh, anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. 17 Setelah berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan
bagian penting dari semua upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan
memperoleh hak dan keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul
tanggung jawab yang mengiringi status orang dewasa. Dalam masa remaja,
penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa pubertas yang hormonal,
mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga berubah;
mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka
berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan perkembangan
sebagai seorang remaja menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas
–termasuk identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa
(Papalia, Old, & Feldman; 2008).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa ditandai oleh periode
transisional panjang yang dikenal dengan masa remaja. Remaja sebetulnya tidak
mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan anak,tetapi ia tidak
pula termasuk golongan orang dewasa ataupun golongan tua. Remaja ada di antara
anak dan orang dewasa. Secara jelas masa anak-anak dapat dibedakan dari masa
dewasa dan masa tua. Seorang anak masih belum selesai perkembangannya, orang
dewasa dapat dianggap sudah berkembang penuh, ia sudahmenguasai sepenuhnya
fungsi-fungsi fisik dan psikisnya; pada masa tua pada umumnya terjadi
kemunduran terutama dalam fungsi-fungsi fisiknya. Sedangkan remaja masih
belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau
dari segi tersebut remaja masih termasuk golongan kanak-kanak.

B. Saran
Untuk kalangan seluruhnya pentingnya untuk mempelajari psikologis
tentang remaja agar dapat memahami bagaimana perjalanan masa remaja yang
baik, perlunya pendekatan untuk orang tua membimbing anak terutama pada usia
remaja, perlu adanya bimbingan dari orang tua agar masa remaja dijalani dengan
baik, dan menarik cerita untuk anak-anak remaja agar semua terbuka, serta harus
bisa memenuhi kebutuhan masa remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, F. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Masa


Pubertas Dengan Konsep Diri Remaja Awal Putri Kelas VII Di SMP Taman Dewasa
Karanganyar Kebumen. http://repository.unjaya.ac.id/1 420

Azmi, N. (2015). Potensi emosi remaja dan perkembangan. Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1).
Diunduh dari http://journal.ikippgriptk.ac.id/index.php/sosial/article/download/50/49, 36-46.

Batuadji, K., Atamimi, N., & Sanmustari, R. B. (2013). Hubungan antara efektivitas fungsi
bimbingan dan konseling dengan persepsi siswa terhadap bimbingan dankonseling di
sekolah menengah pertama STella Duce I Yogyakarta. Jurnal Psikologi, 36(1). Diunduh dari
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7902, 18-34.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : C.V Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai