Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDY KASUS PERUBAHAN EMOSIONAL ANTARA MASA AKHIR KANAK-


KANAK DENGAN MASA AKHIR REMAJA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Konseling Anak dan Remaja

Dosen Pengampun : Mega Aria Monica, M.Pd

Kelompok 3 :
Audina Fatikasari (2111080229)
Dwi Nanda Putri (2111080119)
Rellysia Abrati (2111080231)
Sekar Putri Handari (2111080082)
Yurike Arneska (2111080190)

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN


LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Study Kasus Perubahan
Emosional Antara Masa Akhir Kanak-Kanak Dengan Masa Akhir Remaja” ini. Sholawat
serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Mega Aria Monica, M.Pd selaku dosen mata kuliah Konseling Anak dan Remaja
yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk pengerjaan tugas ini.

2. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan do’a dan dukungannya sehingga tugas
makalah ini dapat terselesaikan.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan dalam
penyusunan tugas makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan dalam
memperbaiki makalah kami. Sebagaimana hal tersebut dapat membuka dan memberi
wawasan yang luas bagi kita bersama.

Bandar Lampung, 06 Desember 2022

Kelompok 13

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB 1 PEMBAHASAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan Emosional Masa Akhir Kanak-kanak.................................................. 3
B. Perkembangan Emosional Masa Akhir Remaja ......................................................... 5

BAB III PENUTUP


Kesimpulan......................................................................................................................... 10
Saran .................................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

II
1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua terkadang banyak yang tidak tahu akan perkembangan yang terjadi
pada anaknya, sehingga mereka tidak tahu akan kecepatan dan keterlambatan yang
terjadi pada perkembangan anak mereka. Padahal jika telah terjadi keterlambatan
perkembangan pada anak, anak membutuhkan penanganan yang cepat agar tidak
berdampak bagi berkelanjutan mereka. Anak-anak mendapat tempat istimewa pada
masyarakat karena mereka menentukan generasi mendatang. Usia 2-6 tahun
merupakan usia yang penting dalam masa perkembangan, dan dalam masa-masa
perkembangannya harus sangat diperhatikan. Orang tua harus memperhatikan
beberapa aspek perkembangan yang terjadi pada anaknya.

Remaja akhir dalam pencarian identitas akan melakukan hubungan


interpersonal yang akan menuai konflik. Masa remaja memang merupakan masa
pencarian identitas yang dituntun untuk berinteraksi dengan orang lain. Hubungan
interpersonal yang sering dilakukan oleh remaja akhir dengan teman sebaya antaralain
yaitu hubungan berpacaran, persahabatan, hubungan organisasi, bahkan tidak jarang
hubungan pernikahan. Hubungan interpersonal yang dilakukan dengan teman di masa
ini tidak selalu berjalan dengan mulus. Konflik akan selalu terjadi pada setiap individu,
tanpa terkecuali pada remaja akhir. Banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukan
oleh remaja akhir berdampak khusus pada hubungan berpacaran. Hal ini karena masa
remaja saat ini mulai tertarik dengan lawan jenis. Konflik akan selalu ada dalam
hubungan seperti dikhianati, salah paham, dibohongi, disakiti, dikecewakan serta ada
pula yang disakiti berulang- ulang, dalam hal ini adalah hubungan berpacaran yang
membuat salah satu pihak sulit memaafkan. Hal ini terjadi didasari oleh kondisi emosi
yang tidak stabil, labil, mudah percaya, dan mudah dipengaruhi.
2

Makalah ini memaparkan Penjelasan secara rinci mengenai masa akhir kanak-
kanak dan masa akhir remaja, Mengingat betapa pentingnya pengetahuan kita terhadap
emosional anak, maka penulis ingin mengungkapkan bagaimana:

“Study Kasus Perubahan Emosional Antara Masa Akhir Kanak-Kanak Dengan


Masa Akhir Remaja”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Emosional Masa Akhir Kanak-kanak ?
2. Bagaimana Perkembangan Emosional Masa Akhir Remaja ?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan Perkembangan Emosional Masa Akhir Kanak-kanak.


2. Mendeskripsikan Perkembangan Emosional Masa Akhir Remaja.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Emosional Masa Akhir Kanak-kanak

Masa anak-anak adalah masa perkembangan dari usia 2 tahun sampai dengan
usia 6 tahun, pada masa-masa ini perkembangan biologis dan fisik berjalan dengan
sangat cepat dan pesat, akan tetapi secara sosiologisnya anak-anak masih sangat terikat
dengan lingkungannya terutama keluarga. Oleh karena itu, pada masa anak-anak awal
ini keluarga sangat berperan penting dalam mempersiapkan anak untuk terjun ke
lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah.

Dalam dua pola emosional pada masa kanak-kanak akhir berbeda dari pola
emosional masa kanak-kanak awal. Yang pertama, yaitu situasi yang membangkitkan
emosi dan yang kedua bentuk dari ungkapannya. Perubahan tersebut terjadi akibat dari
luasnya pengalaman dan sistem belajar daripada proses pematangan dalam diri anak –
anak. Berikut langkah dan cara mengatasi stres pada anak usia dini dengan tepat yang
juga perlu Anda pahami agar emosi anak Anda dapat lebih stabil. Perkembangan
emosi pada masa kanak-kanak akhir ada waktu dimana anak akan mengalami emosi
yang sangat hebat. Akibat dampak emosi yang cenderung kurang menyenangkan,
maka meningginya tingkat emosi menjadi periode ketidakseimbangan, dimana anak
menjadi sulit untuk dihadapi dan diatasi.

Akibat tingginya emosi pada masa kanak-kanak akhir dapat disebabkan karena
kondisi fisik serta lingkungan tempat tinggal. Apabila kondisi anak sakit atau merasa
lelah, ia akan cenderung cepat marah, rewel, tantrum dan pada akhirnya akan sulit
ditangani. Namun sebelum masa kanak-kanak tersebut berakhir , dan ketika organ-
organ seks mulai berfungsi sempurna, tingginya emosi dalam tahap yang berada
dipuncaknya. Pentingnya dukungan dan peran orang tua dalam pembentukan
4

kepribadian anak harus dimulai sejak dini demi perkembangan dirinya yang lebih baik
dan beradab.

Terlalu mengekang ungkapan emosi eksternal anak akan menjadi gelisah,


tegang dan mudah tersinggung bahkan dengan masalah yang kecil sekalipun. Anak
dapat dikatakan mengalami suasana hati atau mood yang buruk apabila kondisi
emosinya tidak tersalurkan dengan tidak menyenangkan. Umumnya anak akan
mencoba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain , tertawa, bercanda ria atau
bahkan dengan menangis. Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak akhir melalui
bagaimana proses cara meredakan emosi yang tidak tersalurkan ini yang disebut
dengan katarsis emosional. Contohnya dengan menangis maka anak dapat
melampiaskan perasaan emosi yang tertahan, namun akan menimbulkan dampak yaitu
perasaan sedih yang dapat melemahkan energi seseorang. Berikut ini peran orang tua
dalam perkembangan sosial emosional anak usia dini yang juga perlu Anda ketahui.

Dengan begitu sebelum usia kanak-kanak berakhir sebagian besar anak sudah
dapat menemukan pola kataris emosional untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
juga membatu untuk mengatasi pengendalian emosi. Contoh pada kasus, anak-anak
yang memiliki teman akrab, sebelum masa kanak-kanak berakhir akan mengerti
bahwasannya membicarakan berbagai kondisi yang menyebabkan emosi yang tidak
baik seperti kecewa, takut, cemburu, dan sedih , merasa tersinggung dan sebagainya,
dengan adanya teman seusinya makan akan sangat membantu proses tersebut. Dalam
perkembangan emosi pada masa kanak-kanak akhir, maka melakukan hal tersebut
dimana setiap situasi yang membangkitkan emosi dan rasa marah dapat dicegah atau
dikurangi. Ketahui manfaat dan pentingnya sokongan serta peran orang tua dalam
pembentukan karakter anak.1

Masa kanak-kanak sering disebut juga dengan masa estetika, masa indera dan
masa menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat
terjadinya perasaan keindahan. Disebut juga masa indera, karena pada masa ini indera
anak-anak berkembang pesat. karena pesatnya perkembangan tersebut, anak-anak
senang mengadakan eksplorasi, yang kemudian disebut dengan masa menentang. Pada
masa ini anak-anak memiliki sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat

1
https://dosenpsikologi.com/perkembangan-emosi-pada-masa-kanak-kanak-akhir, diakses 27 Maret
2023, jam 08.32 WIB
5

lingkungan yang ditunjukkan anak dengan sikap senang menentang atau menolak
sesuatu yang datang dari orang disekitarnya.

Perkembangan yang seperti itu disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya
memiliki kemampuan dan kehendak sendiri, yang mana kehendak tersebut berbeda
dengan kehendak orang lain. Pada masa anak-anak awal, anak-anak banyak meniru,
banyak bermain sandiwara ataupun khayalan, dari kebiasaannya itu akan memberikan
keterampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap si anak. Ada yang mengatakan
bahwa masa kanak-kanak awal dimulai sebagai masa penutup bayi. Masa anak-anak
awal berakhir sampai dengan sekitar usia masuk sekolah dasar.

Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat
ketidak seimbangan karena anak-anak “keluar dari fokus” dalam arti bahwa ia mudah
terbawa ledakan-ledakan, emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini
tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun dan 5,5 sampai 6,5 tahun,
meskipun pada umumnya hal ini berlaku pada hamper seluruh periode masa anak-anak
awal. Jadi emosi yang meninggi pada masa kanak-kanak awal itu ditandai dengan
meledaknya amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan rasa iri hati yang tinggi.2

Pada masa-masa ini anak-anak sulit untuk dibimbing dan diarahkan, mereka
cenderung akan marah, memberontak dan tersinggung jika diperingati, hal ini
disebabkan anak-anak keluar dari fokus mereka. Emosi yang tinggi kebanyakan
disebabkan oleh masalah psikologis. Biasanya para orang tua hanya memperbolehkan
anak melakukan beberapa hal saja, padahal sang anak merasa ia mampu melakukan
lebih banyak lagi, sehingga pada akhrinya anak pun akan menolak larangan orang tua
dan anak cenderung akan memberontak. Anak pun akan meledak amarahnya jika ia
tidak bisa melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah.3

B. Perkembangan Emosional Masa Akhir Remaja

Memahami perkembangan emosi remaja harus dimulai dari definisi dasarnya.


Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Kata remaja, menurut Santrock berasal dari kata latin adolescence yang berarti
individu telah tumbuh dan berkembang menjadi remaja. Berbagai pendapat membahas
2
Murni, Perkembangan Fisik, Kognitif, Dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-6 Tahun,
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2017, h. 27-28
3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 114.
6

tentang batasan usia remaja. 4 Steinberg membaginya dalam tiga kategori yaitu remaja
awal (11-14 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

Bagi orang dewasa, masa remaja adalah masa menyenangkan karena tantangan
yang dihadapi belum terlalu berat dibanding usia dewasa. Walaupun begitu, setiap usia
memiliki tantangan tersendiri dan pasti bisa melalui tantangan tersebut. Pikunas
menyatakan bahwa periode remaja ini dipandang sebagai masa storm and stres,
frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang
cinta, dan perasaan teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya. Allport
menyatakan bahwa masa remaja sebagai masa pemberontakan. Pada masa ini
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan hormon.
Walaupun tidak semua mengalami masa badai dan tekanan, namun sebagian besar
mengalami ketidakstabilan sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Sebuah penelitian longitudinal terhadap
220 remaja mengungkapkan bahwa keadaan emosi rata-rata menjadi semakin negatif
dari awal hingga pertengahan masa remaja.5

Dalam studi pengambilan sampel pengalaman, remaja telah diamati untuk


transisi yang melalui keadaan emosional lebih cepat dan lebih cenderung bereaksi
terhadap situasi dengan campuran pengaruh positif dan negatif dibandingkan dengan
anak-anak.6 Selain itu, stressor menimbulkan pengaruh negatif yang lebih kuat di
antara remaja daripada anak-anak, menunjukkan bahwa remaja mengalami asosiasi
yang lebih kuat antara peristiwa stres dan munculnya pengaruh negatif. Model
perkembangan remaja bersamaan sebagai “tumpukan” stresor (sumber stres)
emosional, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh remaja saat mereka mencoba
untuk memahami dan mengelola perubahan tubuh, hubungan, dan tanggung jawab
mereka. Adanya perubahan tubuh, hubungan dan tanggung jawab inilah menjadikan
sumber stres bagi remaja karena merupakan suatu hal yang baru dan tentunya tidak
mudah untuk terbiasa dengan hal tersebut.

4
Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13 Jilid 1,
Penerjemah: Widyasinta,B). Jakarta: Erlangga
5
Larson, R. W., Ham, M. (1993). Stress and “storm and stress” in early adolescence: The relationship
of negative events with dysphoric affect. Dev Psychol. 29:130–140
6
Riediger M., Schmiedek F., Wagner GG., Lindenberger U. (2009). Seeking pleasure and seeking pain:
Differences in prohedonic and contrahedonic motivation from adolescence to old age. Psychol Sci.
20(2):1529–1535.
7

Secara emosional, meskipun remaja secara keseluruhan lebih bahagia daripada


tidak bahagia, bukti menunjukkan bahwa remaja mengalami emosi yang sering dan
intens yang menyertai peningkatan risiko gangguan mental yang ditandai dengan
masalah dengan regulasi emosi. Hasil penelitian WHO dalam Damayanti menyatakan
bahwa 1 dari 5 anak yang berusia kurang dari 16 tahun mengalami masalah mental
emosional. Pada remaja putri tingkat suasana hati tertekan yang lebih tinggi daripada
anak laki-laki.

Setiap reaksi yang dihasilkan tubuh pasti akan berkaitan dengan pusat kendali
tubuh yakni otak. Tak terkecuali emosi yang memang berkaitan dengan hasil dari
aktivitas dalam otak. Studi yang berfokus pada fungsi amigdala telah menemukan pola
reaktivitas yang berlebihan pada remaja dibandingkan usia lain. Sebaliknya, korteks
prefrontal yang memainkan peran sentral dalam upaya regulasi emosi (pengendalian
emosi) menunjukkan perkembangan yang berkelanjutan selama masa remaja, dan
dapat membatasi efisiensi regulasi emosi.7

Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik bagi si remaja


maupun bagi orangtua/ orang dewasa di sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-
gebu ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri.
Reaksi orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi si remaja
untuk menentukan tindakan apa yang kelak akan dilakukannya. Menurut Hude
“bahwa emosi adalah suatu gejala psikologis yang menimbulkan efek pada persepsi,
sikap dan tingkah laku, serta dalam bentuk ekspresi tertentu”.

Hurlock mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) jenis emosi yang menonjol pada
periode remaja, yaitu:

a. Emosi marah

Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi


lainnya dalam kehidupan remaja. Hal ini berkaitan dengan bagian otak yang mana
meregulasi emosi masih dalam proses berkembang. Meskipun terkadang remaja
melakukan tindakan kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, namun mereka
berusaha menekan keinginan untuk bertingkah laku seperti itu. Pada dasarnya
remaja cenderung mengganti emosi dengan cara yang lebih sopan.

7
Silvers, J. A., Shu, J., Hubbard, A. D., Weber, J., Ochsner, K. N. (2015). Concurrent and lasting effects
of emotion regulation on amygdala response in adolescence and young adulthood. Dev Sci. 18(5):771–784.
8

b. Emosi takut

Ketakutan yang dialami selama masa remaja berkaitan dengan masalah


dengan orang tua yang terkadang berbeda dengan keinginannya, ketakutan
diasingkan dalam lingkungan pertemanan, ketakutan akan masa depan yang
berkaitan dengan cita-cita, ketakutan dengan penolakan dari lawan jenis. Pada saat
akhir masa remaja dan memasuki perkembangan dewasa awal, ketakutan atau
kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut masalah keuangan, pekerjaan,
kemunduran usaha, pendirian/pandangan politik, kepercayaan/agama, perkawinan
dan keluarga. Remaja yang sudah matang akan berusaha untuk mengatasi masalah-
masalah ketakutannya.

c. Emosi Cinta

Perasaan cinta pertama kali dirasakan dari kasih sayang seorang ibu.
Kemudian seiring bertambah usia rasa cinta mulai ke arah lawan jenis. Dalam
merasakan emosi cinta pertama kali yang tentunya berbeda dengan cinta kepada
orang tua, remaja mengalami kebingungan. Emosi ini menimbulkan kegelisahan
dan menyebabkan suasana hati berubah-ubah. Remaja perlu menceritakan isi hati
kepada orang yang tepat untuk mendapatkan arahan yang sesuai agar tidak
terjebak dengan cinta yang buta.

Hurlock berpendapat bahwa emosi yang tidak stabil menyebabkan kesukaran


seremaja remaja dalam menjalani kehidupannya, remaja yang dapat mengendalikan
emosinya akan lebih mudah baginya untuk menjalani hidupnya dengan sukses. Oleh
karena itu, sangatlah perlu bagi remaja untuk memiliki kematangan emosi yang baik,
setidaknya ada usaha untuk mengendalikan emosinya. Remaja yang memiliki
kematangan emosi adalah remaja yang memiliki kesanggupan untuk menghadapi
tekanan hidup baik yang ringan maupun yang berat.

Sementara Hurlock mengemukakan dua ciri-ciri kematangan emosi, yaitu: (a)


Kontrol diri, individu mampu menunggu saat dan tempat yang tepat untuk
mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang diterima, (b) Pemahaman diri
individu, individu memiliki reaksi emosional yang stabil, dapat berubah dari satu
9

emosi ke emosi lain. Individu tersebut dapat memahami hal yang dirasakan dan
mengetahui penyebab dari emosi yang dihadapi.
Menurut Effendi dalam Fitri dan Adelya, kiat orang tua dalam membentuk
kematangan emosi anaknya, dengan sikap yang hangat dan terbuka, aturan dibuat
bersama, aturan dilaksanakan secara konsisten, hadiah dan hukuman dilakukan secara
rasional, anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan
keinginannya, orang tua sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap
aktivitas anak, dan orang tua menerima keadaan anak.
Hurlock menyatakan untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar
memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi
emosional, dengan cara: (a) Menceritakan berbagai masalah pribadi dengan orang lain.
Remaja terbuka dalam menceritakan berbagai permasalahan dan kesulitan yang
sedang dialami, (b) Katarsis Emosi adalah menyalurkan emosi, dengan cara latihan
fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis.
10

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan dari makalah ini disimpulkan bahwa Dalam dua pola
emosional pada masa kanak-kanak akhir berbeda dari pola emosional masa kanak-
kanak awal. Yang pertama, yaitu situasi yang membangkitkan emosi dan yang kedua
bentuk dari ungkapannya. Perubahan tersebut terjadi akibat dari luasnya pengalaman
dan sistem belajar daripada proses pematangan dalam diri anak – anak. Berikut
langkah dan cara mengatasi stres pada anak usia dini dengan tepat yang juga perlu
Anda pahami agar emosi anak Anda dapat lebih stabil. Perkembangan emosi pada
masa kanak-kanak akhir ada waktu dimana anak akan mengalami emosi yang sangat
hebat. Akibat dampak emosi yang cenderung kurang menyenangkan, maka
meningginya tingkat emosi menjadi periode ketidakseimbangan, dimana anak menjadi
sulit untuk dihadapi dan diatasi.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Kata remaja, menurut Santrock berasal dari kata latin adolescence yang berarti
individu telah tumbuh dan berkembang menjadi remaja. Berbagai pendapat membahas
tentang batasan usia remaja. Steinberg membaginya dalam tiga kategori yaitu remaja
awal (11-14 tahun), remaja madya (15-18 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Bagi
orang dewasa, masa remaja adalah masa menyenangkan karena tantangan yang
dihadapi belum terlalu berat dibanding usia dewasa. Walaupun begitu, setiap usia
memiliki tantangan tersendiri dan pasti bisa melalui tantangan tersebut. Pikunas
menyatakan bahwa periode remaja ini dipandang sebagai masa storm and stres,
frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang
cinta, dan perasaan teralienasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya.

B. Saran
11

Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, tentang Study Kasus Perubahan Emosional


Antara Masa Akhir Kanak-Kanak Dengan Masa Akhir Remaja. maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Pentingnya mengetahui Perubahan Emosional Masa Akhir Kanak-Kanak.
2. Pentingnya mengetahui Perubahan Emosional Masa Akhir Remaja.
12

DAFTAR PUSTAKA

Murni, Perkembangan Fisik, Kognitif, Dan Psikososial Pada Masa Kanak-Kanak Awal 2-
6 Tahun, Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2017, h. 27-28
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Edisi V, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.
114.
Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13
Jilid 1, Penerjemah: Widyasinta,B). Jakarta: Erlangga
Larson, R. W., Ham, M. (1993). Stress and “storm and stress” in early adolescence: The
relationship of negative events with dysphoric affect. Dev Psychol. 29:130–140
Riediger M., Schmiedek F., Wagner GG., Lindenberger U. (2009). Seeking pleasure and
seeking pain: Differences in prohedonic and contrahedonic motivation from
adolescence to old age. Psychol Sci. 20(2):1529–1535.
Silvers, J. A., Shu, J., Hubbard, A. D., Weber, J., Ochsner, K. N. (2015). Concurrent and
lasting effects of emotion regulation on amygdala response in adolescence and
young adulthood. Dev Sci. 18(5):771–784.
https://dosenpsikologi.com/perkembangan-emosi-pada-masa-kanak-kanak-akhir, diakses
27 Maret 2023, jam 08.32 WIB

Anda mungkin juga menyukai