Disusun Oleh :
Kelas D Kelompok 6
FAKULTAS PSIKOLOGI
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas izin, kekuatan,
petunjuk, dan Ridha Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"PERKEMBANGAN PERAN SOSIAL PADA REMAJA".
Penyusun menyadari bahwa penyusun makalah ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan
dari beberapa pihak, terutama rekan-rekan penyusun yang telah memberikan bantuan, baik
berupa ide, waktu maupun tenaga demi terselesainya makalah ini. Semoga semua amal
kebaikan dari pihak-pihak tersebut mendapat keridhoan dari Allah SWT. Saya berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembacanya dan bernilai ibadah di hadapan
Allah SWT. Tiada gading yang retak, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kepada semua pihak, kritik dan saran yang
membangun selalu saya nantikan demi penyempurnaan pada penyusunan selanjutnya
Kelompok 6
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Peran Keluarga ................................................................................................. 3
B. Kawan Sebaya .................................................................................................. 5
C. Sekolah ............................................................................................................. 8
D. Budaya dan Perkembangan Remaja ................................................................. 12
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang
menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Seperti halnya perkembangan
yang berlangsung di masa kanak-kanak, perkembangan di masa remaja diwarnai oleh
interaksi antara faktor-faktor genetik, bilogis, lingkungan, dan sosial. Cara berpikir
remaja menjadi lebih abstrak dan idealistik. Masa remaja dapat memiliki
kesinambungan maupun ketidaksinambungan dengan masa kanak-kanak. Remaja
awal berusia sekitar 12-15 tahun berada pada periode transisi perkembangan fisik,
kognitif, sosial, dan emosi, (Santrock, 2007; Mönks, Knoers, dan Haditono, 2004),
serta transisi dari sekolah dasar menuju ke sekolah menengah pertama (Schunk dan
Meece, 2005; Hurlock, 2004), dihadapkan dengan banyak perubahan dan tuntutan
baru (Zulkifli, 2006; Ali dan Asrori, 2004; Mönks dkk., 2004), sehingga remaja awal
harus mampu menyesuaikan diri dengan baik (Amstrong, 2011). Setiap aspek
perkembangan remaja, baik fisik, kognitif, sosial, dan emosi, satu sama lain saling
mempengaruhi. Apabila remaja mengalami gangguan pada aspek fisik, maka akan
menyebabkan gangguan pada perkembangan aspek lainnya (Yusuf dan Sugandhi,
2012).
Menjadi dewasa tidak pernah mudah. Namun demikian, remaja tidak dipandang
sebagai masa pemberontakan, krisis, penyakit, dan pembangkangan. Pandangan yang
lebih akurat tentang remaja mendeskripsikannya sebagai masa evaluasi, pengambilan
keputusan, komitmen, dan mengukir tempat kita di dunia. Sebagian besar masalah
remaja saat ini bukanlah pada diri mereka sendiri. Apa yang dibutuhkan oleh remaja
adalah akses terhadap berbagai kesempatan dan dukungan jangka panjang dari orang
dewasa yang mengasihi mereka.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Perubahan Yang Terjadi Dalam Hubungan Remaja Dengan
Orangtuanya?
2. Bagaimana Perubahan Yang Terjadi Dalam Relasi Dengan Kawan Sebaya Di
Masa Remaja?
3. Bagaimana Perubahan Yang Terjadi Dalam Lingkup Sekolah Di Masa
Remaja?
4. Bagaimana Cara Budaya Mempengaruhi Perkembangan Remaja?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Perubahan Yang Terjadi Dalam Hubungan Remaja Dengan
Orangtuanya
2. Untuk Mengetahui Perubahan Yang Terjadi Dalam Relasi Dengan Kawan
Sebaya Di Masa Remaja
3. Untuk Mengetahui Perubahan Yang Terjadi Dalam Lingkup Sekolah Di Masa
Remaja
4. Untuk Mengetahui Cara Budaya Mempengaruhi Perkembangan Remaja
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Havighurst (Hurlock,2011), ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang harus
diselesaikan oleh remaja dengan sebaik-baiknya, salah satunya adalah mencapai peran sosial
baik pria ataupun wanita. Teori perkembangan psikososial menganggap bahwa krisis
perkembangan pada masa remaja akan menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja
awal dimulai dengan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional serta fisik yang relatif
pada saat atau ketika hampir lulus dari SMP/SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada
krisis identitas kelompok dan pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berkeinginan untuk mencegah otonomi dari keluarga dan
mengembangkan identitas diri sebagai awal terhadap difusi peran. Remaja pada tahap awal
harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka
mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga
dan masyarakat.
A. Peran Keluarga
1. Pengawasan Orangtua
Aspek dari peran pengasuhan pada masa remaja adalah memantau
perkembangan pada remaja secara efektif (Gauvain & Parke, 2010; Smetana
& lainnya, 2010). Pemantauan ini termasuk mengawasi pilihan remaja
terhadap pengaturan sosial, kegiatan, dan teman-teman, serta upaya akademis
mereka. Kurangnya pemantauan yang memadai dari orang tua dapat menjadi
faktor yang paling mungkin terkait dengan terjadinya kenakalan pada remaja.
Penelitian terbaru tentang pemantauan orang tua telah beralih dari penekanan
khusus pada peran orang tua dalam memantau keberadaan dan aktivitas remaja
menjadi memasukkan peran aktif remaja dalam mengelola akses informasi
(Keijsers & Laird, 2010; Smetana & others, 2010; Stattin & Kerr, 2000).
Remaja lebih bersedia mengungkapkan informasi kepada orang tua mereka
ketika orang tua mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada remaja dan ketika
hubungan remaja dengan orang tua memiliki tingkat kepercayaan, penerimaan,
dan kualitas yang tinggi (Daddis & Randolph, 2010; Keijsers & others, 2010).
Peran kelekatan, seperti yang diketahui salah satu aspek perkembangan sosio
emosional yang paling banyak digunakan pada masa bayi adalah pengasuh
kelekatan yang aman. Joseph Allen dan rekan-rekannya (2009) menemukan
bahwa remaja yang terikat dengan aman pada usia 14 tahun lebih mungkin
untuk melaporkan bahwa mereka berada dalam hubungan yang khusus,
nyaman dengan keintiman/kedekatan dalam hubungan, dan meningkatkan
kemandirian finansial pada usia 21 tahun.
B. Kawan Sebaya
Teman sebaya memainkan peran yang penting dalam kehidupan remaja (Brown &
Dietz, 2009; Vitaro, Boivin, & Bukowski, 2009). Dimana, relasi teman sebaya
mengalami perubahan penting pada masa remaja, termasuk perubahan dalam
persahabatan dan kelompok sebaya dan menjadi awal dari hubungan romantis.
1. Persahabatan
Menurut Sullivan, pada masa remaja, teman menjadi semakin penting
utamanya dalam memenuhi kebutuhan sosial. Secara khusus, Sullivan
berpendapat bahwa kebutuhan akan keintiman menjadi meningkat selama
masa remaja awal, yang memotivasi remaja untuk mencari teman dekat.
Apabila remaja gagal dalam membangun serta mengembangkan persahabatan
yang begitu dekat, mereka akan mengalami kesepian serta rasa harga diri yang
berkurang.
Pengaruh teman sebaya biasanya mencapai puncaknya pada usia 12-13 tahun
dan akan menurun selama masa remaja pertengahan dan akhir. Pada usia 13
atau 14 tahun, remaja yang populer mungkin terlibat dalam perilaku antisosial
ringan, seperti mencoba narkoba atau menyelinap ke bioskop tanpa membayar,
untuk menunjukkan kepada teman sebayanya tentang kemandirian mereka dari
orang tua (Allen, Porter, McFarland, Marsh, & McElhaney, 2005).
Tapi disisi lain ada juga aspek positif dari transisi ke sekolah menengah
pertama. Siswa lebih cenderung merasa dewasa, memiliki lebih banyak mata
pelajaran untuk dipilih, memiliki lebih banyak kesempatan untuk
menghabiskan waktu bersama teman sebaya dan menemukan teman yang
cocok, dan menikmati peningkatan kemandirian dari pengawasan orang tua
secara langsung. Mereka juga mungkin lebih tertantang secara intelektual oleh
tugas-tugas akademis.
Dalam salah satu, hampir 50% dari anak-anak yang putus sekolah
menyebutkan bahwa alasan mereka berhenti bersekolah adalah karena tidak
menyukai sekolah, dikeluarkan atau diskors. 20% lainnya dengan karena
alasan ekonomi, dimana sepertiga siswi yang putus sekolah karena alasan
pribadi seperti menikah.
Salah satu program yang efektif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mengadakan program membaca dini, bimbingan belajar, konseling dan
pendampingan sehingga orangtua dan pihak sekolah dapat mendeteksi sejak
dini mengenai kesulitan apa saja yang berhubungan dengan sekolah anak-anak
dan membuat mereka terlibat secara positif di dalamnya.
4. Aktivitas Ekstrakurikuler
Remaja di sekolah-sekolah biasanya memiliki beragam kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat mereka ikuti di luar kegiatan pembelajaran
akademis mereka. Kegiatan-kegiatan yang disetujui oleh orang dewasa ini
biasanya dilakukan pada jam-jam setelah sekolah dan dapat disponsori baik
oleh sekolah ataupun oleh masyarakat. Ekstrakulikuler ini termasuk kegiatan
yang beragam seperti olahraga, klub akademik, band, drama, dan klub
matematika. Para peneliti menemukan bahwa partisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler terkait erat dengan nilai yang lebih tinggi, kemungkinan putus
sekolah yang lebih kecil, kemungkinan yang lebih baik untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi, harga diri yang lebih tinggi, dan tingkat depresi,
kenakalan, dan penyalahgunaan zat yang lebih rendah (Fredricks & Eccles ,
2010; Mahoney & lainnya, 2009; Parente & Mahoney, 2009). Tentu saja,
kualitas dari kegiatan ekstrakurikuler itu sangat penting (Mahoney & sayang,
2009). Kegiatan ekstrakurikuler yang berkualitas tinggi akan mengembangkan
kemampuan dan potensi remaja yang meliputi kompetensi, dukungan mentor
dewasa, kesempatan untuk meningkatkan koneksi di sekolah, kegiatan yang
menantang dan bermakna, serta kesempatan dalam meningkatkan
keterampilan.
Service learning ini akan efektif ketika dua kondisi berikut terpenuhi (Nucci,
2006):
● memberikan siswa beberapa tingkat pilihan dalam kegiatan layanan di
mana mereka berpartisipasi.
● memberikan siswa kesempatan untuk merefleksikan partisipasi
mereka.
b. Gender
Di seluruh dunia, pengalaman remaja laki-laki dan perempuan masih
sangat berbeda (Brown & Larson, 2002: Larson, Wilson, & Rickman,
2009). Kecuali di beberapa wilayah, seperti Jepang, Filipina, dan
negara-negara Barat, laki-laki memiliki akses yang jauh lebih besar
terhadap kesempatan untuk mendapatkan pendidikan daripada
perempuan (UNICEF, 2009). Di banyak negara, remaja perempuan
memiliki lebih sedikit kebebasan dibandingkan laki-laki untuk
mengejar berbagai karir dan terlibat dalam berbagai kegiatan.
Perbedaan gender dalam ekspresi seksual tersebar luas, terutama di
India, Asia Tenggara, Amerika Latin, dan negara-negara Arab di mana
jauh lebih banyak pembatasan aktivitas seksual remaja perempuan
daripada laki-laki.
c. Keluarga
Di beberapa negara, remaja tumbuh dalam keluarga yang erat dengan
kekerabatan yang luas dan masih mempertahankan cara hidup
tradisional. Misalnya, di negara-negara Arab “remaja diajari kode etik
dan kesetiaan” (Brown & Larson, 2002, hlm. 6). Namun, di negara-
negara Barat seperti Amerika Serikat, pola asuh yang sifatnya otoriter
sudah berkurang, tetapi banyak remaja yang tumbuh dalam keluarga
yang bercerai atau hidup keluarga tiri mereka.
d. Teman Sebaya
Beberapa budaya menjadikan teman sebaya sebagai suatu peran yang
sangat kuat pada masa remaja daripada yang lain (Brown & others,
2008). Di sebagian besar negara Barat, teman sebaya sangat menonjol
dalam kehidupan remaja, dalam beberapa kasus, para teman sebaya ini
mengambil peran yang seharusnya diambil oleh orang tua. Misalnya
saja, para remaja yang hidup di jalanan, mengambil dan mengganti
peran keluarga untuk mendukung kelangsungan hidup dalam situasi
yang berbahaya dan penuh tekanan. Tetapi di wilayah lain di dunia,
seperti di negara-negara Arab, hubungan dengan teman sebaya
tergolong dibatasi, terutama bagi anak perempuan (Booth, 2002).
a. Penggunaan Media
Sebuah studi melihat secara mendalam kebiasaan penggunaan media
anak-anak dan remaja (Rideout, Roberts, & Foehr, 2005). Studi
mensurvei lebih dari 2.200 anak-anak dan remaja dari usia 8 hingga 18
tahun, penelitian tersebut menegaskan bahwa remaja saat ini dikelilingi
oleh media. Rata-rata, mereka menghabiskan 6½ jam sehari (44½ jam
seminggu) dengan media, dan hanya menghabiskan 2¼ jam sehari
dengan orang tua serta hanya 50 menit sehari untuk pekerjaan rumah.
Terlepas dari semua teknologi yang baru dikembangkan, sebagian
besar waktu dihabiskan hanya untuk menonton TV (lebih dari 3 jam
sehari).
A. Kesimpulan
Ada suatu masa yang cukup lama dimana orang bertanya-tanya mengenai
bagaimanakah remaja-remaja itu nantinya. Remaja memiliki tugas dengan mencapai
identitas pribadi serta menghindari peran ganda. Menurut Erikson masa ini
merupakan masa yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang
harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
B. Saran
Saran kami sebagai penulis berikan, yakni perlu adanya edukasi lebih lanjut dan
merata tentang psikologi perkembangan remaja di kalangan remaja,keluarga dan
sekolah agar diharapkan pendidikan serta peran remaja terpenuhi dengan baik
dikehidupan sehari hari mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Papalia, Diane, dkk. 2009. Human Development 11th Edition. USA: McGraw
Hill Higher Education.