, Psikolog
2. Wilda Ansar, S. Psi., M. A
KELOMPOK 2
Karakteristik Setiap Fase Perkembangan Remaja
KELAS G
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah perkembangan remaja
dengan judul "Karakteristik Setiap Fase Perkembangan Remaja" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi
saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja (adolescence) adalah peralihan masa perkembangan antara masa
kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan besar pada aspek fisik,
kognitif, dan psikologi. Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 tahun sampai masa
remaja akhir yaitu awal usia 20-an dan masa tersebut membawa perubahan besar
salingbertautan pada semua ranah perkembangan (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan
berbagai kesulitan. Remaja pun memiliki karakteristik atau sifat dasar yang sangat
berkaitan dalam pemenuhan tugas perkembangannya baik itu secara fisik maupun
psikososialnya. Dengan melihat masing-masing karakteristik maka dapat didaptakan
apa saja permasalahan dari pemenuhan tugas perkembangan dari remaja sehingga
dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat
menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan
tersebut.
Ada hal yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri
memasuki alam kehidupan masa dewasa, serta memiliki kebutuhan pribadi dalam arti
luas. Dari segi individu dikaitkan dengan perkembangan fisik, perkembangan pikir,
sikap, perasaan, kemauan dan perlakuan nyata. Dari segi lingkungan, ada semacam
“tuntutan” dari faktor sosial, religius, nilai-nilai dan norma yang hidup didalamnya.
Tuntutan itu “dikenakan” bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi remaja menurut para ahli?
2. Apa saja sifat dasar atau karakteristik remaja awal?
3. Apa saja sifat dasar atau karakteristik remaja tengah?
4. Apa saja sifat dasar atau karakteristik remaja akhir?
5. Apa saja fokus perbedaan karakteristik remaja pada masing-masing fase?
6. Bagaimana perbedaan karakteristik remaja di Indonesia dan luar negeri?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi remaja menurut para ahli?
2. Untuk mengetahui sifat dasar atau karakteristik remaja awal?
3. Untuk mengetahui sifat dasar atau karakteristik remaja tengah?
4. Untuk mengetahui sifat dasar atau karakteristik remaja akhir?
5. Untuk mengetahui fokus perbedaan karakteristik remaja pada masing-masing
fase?
6. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik remaja di Indonesia dan luar negeri?
D. Manfaat
Dari penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui perbedaan
sifat dasar atau karakteristik remaja awal, tengah, dan akhir sehingga kedepannya
dapat membantu pembaca menerapkan ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari utamanya dalam lingkungan keluarga, akademik maupun bermasyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Santrock (2011) masa pubertas merupakan suatu periode pematangan
fisik yang cepat, terjadi pada awal masa remaja, dimana pubertas ini melibatkan
perubahan hormonal dan tubuh.
Aristoteles menekankan perubahan fisik yang dialami remaja di masa
pubertas, seperti laki-laki mulai memproduksi sperma setelah usia 14 tahun, rambut
kemaluan mulai tumbuh, payudara wanita mulai membesar dan wanita mulai
mengalami haid. Selain penekanannya terhadap perubahan fisik yang dirasakan oleh
remaja, Aristoteles juga menyebutkan bahwa anak perempuan yang sedang
mengalami pubertas akan mudah marah, penuh gairah, sangat rajin dan memerlukan
pengawasan karena mulai berkembangnya dorongan-dorongan seksual.
1. Aspek Fisik
Dalam masa pubertas terjadi empat perubahan fisik yang penting dimana
tubuh anak akan mengalami perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,
perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
4
namun terlihat kurus dan kering. Pertambahan berat badan pada anak perempuan
paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid. Sedangkan bagi anak laki-laki,
pertambahan berat yang terbesar terjadi setahun atau dua tahun setelah anak
perempuan dan puncaknya pada usia 16 tahun, setelah itu berat hanya bertambah
sedikit.
5
10% dari ukuran matang. Kemudian selama satu atau dua tahun akan mengalami
pertumbuhan pesat, lalu setelah itu pertumbuhan menurun; gonad (testis) sudah
berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Setelah pertumbuhan pesat testis
terjadi, pertumbuhan penis meningkat pesat. Jika fungsi dari organ-organ reproduksi
pria sudah matang, maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.
Selama masa puber, semua organ reproduksi wanita mengalami pertumbuhan
(Tuba fallopi, uterus, vagina, dan telur-telur). Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun
adalah berkisar 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya adalah 43 gram.
Petunjuk pertama untuk mengetahui bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan
telah matang adalah dengan datangnya haid. Periode haid pada umumnya terjadi
dalam jangka waktu yang sangat tidak teratur dan pada tahun-tahun pertama lama
masa haidnya berbeda-beda. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja,
karena dalam tahap ini tidak terjadi pematangan dan pelepasan sel telur yang matang
(ovulasi) dari folikel dalam indung telur. Oleh karena itu anak perempuan disebut
mandul (sementara).
6
• Otot, otot-otot bertambah kuat dan besar.
• Suara, suara mulai berubah setelah rambut kemaluan timbul. Awalnya suara
menjadi serak lalu kemudian tinggi suara menurun.
• Benjolan dada, benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar
usia 12 dan 14 tahun. Hal ini akan berlangsung selama beberapa minggu lalu
menurun baik jumlahnya maupun besarnya.
- Pada perempuan
• Pinggul, membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.
• Payudara, berkembangnya kelenjar susu.
• Rambut, rambut kemaluan timbul setelah payudara dan pinggul mulai
berkembang. Rambut di ketiak dan wajah mulai tampak setelah haid.
• Kulit, kulit menjadi lebih tebal, lebih kasar, agak pucat dan pori-pori bertambah
besar.
• Kelenjar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif.
• Otot, otot semakin kuat dan besar, terutama pada masa pertengahan dan
menjelang akhir dari masa puber.
• Suara, suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu.
2. Aspek Psikososial
Masa puber mempengaruhi sikap dan perilaku remaja, namun perubahan pada
sikap dan perilaku tersebut lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada
perubahan kelenjar yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Umumnya pengaruh
dari masa puber lebih banyak dirasakan oleh anak perempuan daripada anak laki-laki,
sebagian alasannya karena anak perempuan lebih cepat matang daripada anak laki-
laki, dan alasan lainnya yaitu karena banyaknya hambatan sosial yang mulai
ditekankan pada perilaku anak perempuan pada saat anak perempuan justru mencoba
untuk membebaskan diri dari berbagai batasan.
Hurlock (1999) menyatakan berbagai akibat dari perubahan masa puber pada
sikap dan perilaku, antara lain:
• Ingin menyendiri, anak-anak biasanya menarik diri dari teman-teman dan berbagai
kegiatan keluarga, serta sering bertengkar dengan teman dan anggota keluarganya.
Anak pada masa puber biasanya sering memikirkan betapa seringnya ia tidak
dimengerti dan diperlakukan kurang baik.
7
• Bosan, anak bosan dengan hal-hal yang dulu digemarinya, kegiatan-kegiatan
sosial, tugas-tugas sekolah, dan kehidupan pada umumnya. Hal ini mengakibatkan
anak menjadi sedikit sekali bekerja sehingga membuat prestasinya di berbagai
bidang menurun.
• Inkoordinasi, pertumbuhan pesat dan tidak seimbang membuat pola koordinasi
gerakan terpengaruhi, sehingga anak akan merasa kikuk serta janggal selama
beberapa waktu.
• Antagonisme sosial, anak pada masa puber sering kali tidak mau bekerja sama,
sering menentang dan membantah. Namun dengan berlanjutnya masa puber, anak
akan menjadi lebih dapat bekerja sama, lebih ramah, dan lebih sabar pada orang
lain.
• Emosi yang tinggi, pada masa ini anak akan merasa gelisah, khawatir, dan cepat
marah. Semakin matang keadaan fisik anak, ketengangan pun lambat laun
berkurang dan anak mulai mampu mengendalikan emosinya.
• Hilangnya kepercayaan diri, anak menjadi kurang percaya diri serta takut akan
kegagalan karena daya tarik fisik yang menurun, serta karena kritik yang terus
datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak perempuan dan laki-laki
mempunyai perasaan rendah diri setelah masa puber.
• Terlalu sederhana, anak akan berpenampilan sederhana karena perubahan tubuh
yang dialaminya, hal itu dilakukannya agar orang-orang lain tidak akan
memperhatikan perubahan fisiknya dan memberi komentar buruk.
Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia
usia 12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh
yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh disertai
awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh
terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti :
• Krisis identitas,
• Jiwa yang labil,
• Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri,
• Pentingnya teman dekat/sahabat,
• Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar,
• Menunjukkan kesalahan orangtua,
• Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua,
8
• Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
• Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara
berpakaian.
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan
masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap
lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan
tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai
melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat
dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama,
berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zahro Malihah dan Alfisari terhadap
425 siswa berusia 12 hingga 15 tahun pada Mei 2018 dengan judul “Perilaku
Cyberbullying Pada Remaja dan Kaitannya dengan Kontrol Diri dan Komunikasi
Orang Tua” menunjukkan hasil bahwa alasan remaja yang melakukan cyberbullying
adalah karena iseng semata. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa remaja
memiliki kontrol diri yang rendah daripada kontrol diri yang dimiliki remaja pada
umumnya.
Pembentukan kontrol diri yang matang memerlukan lingkungan dan
komunikasi dengan pihak lain, dari hasil penelitian tersebut komunikasi orang tua dan
anak menunjukkan bahwa setengah dari remaja komunikasinya terkategori rendah.
Sedangkan komunikasi antara orang tua dan anak adalah hal yang penting untuk
membangun konsep diri anak sehingga sang anak dapat mengendalikan dirinya dari
berbagai perilaku menyimpang.
Dari penelitian tersebut dapat kita lihat bahwa penyimpangan perilaku anak
rentan terjadi pada masa pubertas karena anak masih belum memiliki pegangan yang
kuat, mengalami krisis identitas, dan emosi yang tidak stabil. Karena itulah di masa
ini dukungan lingkungan terutama orang tua sangatlah penting agar anak tidak
mengalami penyimpangan perilaku.
9
1. Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya,
2. Sangat memperhatikan penampilan,
3. Berusaha untuk mendapat teman baru,
4. Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,
5. Sering sedih/moody,
6. Mulai menulis buku harian,
7. Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan
8. Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir.
Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering
berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai
konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-cita
1. Aspek Fisik
Tidak banyak yang bisa dijelaskan dari aspek fisik karakteristik remaja akhir.
Pada tahap ini terjadi penyempurnaan perubahan fisik yang terjadi Ketika memasuki
tahap remaja awal. Hal yang perlu diperhatikan bahwa pada aspek fisik remaja akhir
cenderung akan mengalami penurunan laju pertumbuhan fisik dari tahap-tahap
sebelumnya, bahkan seakan stagnan.
Ukuran tubuh remaja akhir akan mengalami penurunan laju pertumbuhan,
walaupun perbedaan laju pertumbuhan tinggi dan berat badan bervariasi tiap orang,
namun, pada tahap ini remaja akan memiliki ukuran tubuh standar mereka.
Proporsi tubuh remaja akhir akan mengalami penurunan laju pertumbuhan
dengan penyempurnaan yang dialami tiap remaja akhir. Laki-laki akan mengalami
penurunan pertumbuhan dalam hal ukuran genitalnya, rambut yang tumbuh di
10
beberapa bagian tubuh juga akan lebih ikal dan tebal menyebar ke sekitarnya. Tubuh
remaja laki-laki juga akan mengalami penyempurnaan dalam penambahan dan bentuk
otot sehingga membentuk tubuh yang relatif lebih kekar dari sebelumnya. Di lain sisi,
remaja perempuan mengalami penyempurnaan pada ukuran dan bentuk payudaranya.
Pada bagian otak remaja akhir prefrontal cortex mengalami peningkatan
perkembangan dibarengi dengan peningkatan jumlah myelination yang membantu
konektivitas dan integrasi dari bagian otak. Selain itu, hubungan antara prefrontal
cortex dan system limbic menguat pada tahap perkembangan remaja akhir.
2. Aspek Psikososial
Perubahan psikososial yang ditemui pada remaja akhir relative berputar pada
kematangan emosi, perilaku, dan pengambilan keputusan. Narsisme pada remaja akhir
akan sangat berkurang, remaja pada tahap ini akan lebih menghargai tubuhnya tanpa
adanya perasaan tinggi akan hal tersebut.
Perilaku pengambilan risiko juga akan sangat terkendali pada remaja akhir.
Hal ini tentunya berhubungan erat dengan perkembangan prefrontal cortex yang
meningkat pada tahap ini. Di mana prefrontal cortex ini adalah bagian otak yang
bertanggungjawab atas reasoning, pemilihan keputusan, dan control diri pada
seseorang.
Sehubungan dengan prefrontal cortex, remaja akhir juga akan
mengembangkan work memory dan kebijaksanaan jauh lebih baik dibandingkan pada
tahap-tahap sebelumnya.
Pengembangan karakter yang mulai sempurna pada tahap ini relative pada
tiap-tiap remaja, namun, secara umum, remaja akan mengembangkan karakternya
memenuhi aspek atau kemampuan antara lain :
• Identitas diri menjadi lebih kuat,
• Mampu memikirkan ide,
• Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata,
• Lebih menghargai orang lain,
• Lebih konsisten terhadap minatnya,
• Bangga dengan hasil yang dicapai,
• Selera humor lebih berkembang, dan
• Emosi lebih stabil.
11
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran yang
diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai
dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.
Kematangan emosi pada remaja ini sangat relevan dengan hasil penelitian
berjudul “Pengaruh Self-Compassion terhadap Kompetensi Emosi Remaja Akhir”
yang dilakukan oleh Fadhilah Ramadhani dan Duta Nurdibyanandaru dari Fakultas
Psikologi Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 2014. Di mana hasil penelitian
tersebut mereka simpulkan bahwa pada remaja akhir (18-22 tahun) menunjukkan
adanya korelasi positif antara self-compassion dan kompetensi emosi remaja akhir.
Yang berarti bahwa pada remaja akhir mereka benar-benar terbukti secara ilmiah dan
nyata bahwa mereka mulai mengembangkan kematangan emosi.
12
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan
keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Perkembangan remaja dapat ditandai dengan beberapa sifat dasar atau
karakteristik baik itu fisik maupun psikososialnya yang kemudian dalam tiap fase
yaitu remaja awal, tengah dan akhir. Dari segi fisik, umumnya remaja mengalami
penambahan ukuran bagian tubuh tertentu secara signifikan dan matang serta
mengalami pubertas. Adapun dari segi psikososial atau emosi, remaja umumnya
mengalami masa emosional dan labil, membutuhkan dukungan, dan umumnya suka
bergaul dengan teman sebaya. Namun karena masa remaja merupakan masa transisi
maka lama kelamaan, remaja juga akan mengembangkan perilaku yang mencirikan
awal kedewasaan misalnya lebih serius dan berkomitmen terhadap masa depan yang
dimana hal tersebut terjadi di fase remaja akhir.
Selain itu, karakteristik antara remaja Indonesia dengan luar negeri juga agak
berbeda. Perbedaan yang paling mencolok yaitu dari segi fisik sedangkan
psikososialnya juga memang agak sedikit berbeda tergantung kondisi lingkungan
masing-masing negara.
B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah perlunya lebih banyak jurnal penelitian
atau buku terbaru baik itu dari luar maupun dalam negeri yang membahas mengenai
sifat dasar atau karakteristik perkembangan remaja pada tiap fase khususnya pada fase
madya sehingga akan memperkaya khasanah keilmuan di bidang ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fatusi, A. O., & Hindin, M. J. (2010). Adolescents and youth in developing countries: Health
and development issues in context. Journal of Adolescence, 33(4), 499–508. Doi:
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2010.05.019
Hartini, H. (2017). Perkembangan Fisik dan Body Image pada Remaja. Islamic Counseling :
Jurnal Bimbingan dan Konseling, 1(2),31-34. Doi :
http://dx.doi.org/10.29240/jbk.v1i2.329
Malihah, Z., & Alfiasari, A. (2018). Perilaku cyberbullying pada remaja dan kaitannya
dengan kontrol diri dan komunikasi orang tua. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen,
11(2), 145-156.
Papalia, D. E., Olds, S. W., (2009). Human Development. New York: McGraw Hill.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development, 13th edition. New York: McGraw Hill.
Tarigan, S.K., & Siregar, A.R. (2013). Gambaran Penalaran Moral pada Remaja Yang
Tinggal di Daerah Konflik. Psikologia: Jurnal Pemikian dan Penelitian, 8 (2), 84-85.
Doi: https://doi.org/10.32734/psikologia.v8i2.2775
16
17