Disusun Oleh :
NIM : 202001106
PRODI S1 KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Segala puji bagi Allah SWT. karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW
yang menjadi suri teladan bagi umat manusia.
Kami mengucap syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PRASEKOLAH DALAM KEPERAWATAN JIWA ”
guna memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa . Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah membimbing dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Dan apabila terdapat kata-
kata yang salah, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Muhamad Raehan
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................................. 11
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UU No. 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan UU No. 20 tahun 2002 tentang
Perlindungan anak dan WHO, menyatakan usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang
belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi
yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas
usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan
anak, dan karakteristik kesehatannya dan karakteristik kesehatannya.
Anak adalah bukan miniatur orang dewasa tetapi merupakan individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan
(Ilyas, dkk, 1993 : 3).
Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin.
Batasan umur ini ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan
sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak dicapai pada umur 21
tahun (Ilyas, dkk, 1993 : 3).
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun) Anak usia sekolah sudah
mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka
untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan
interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan
intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10
hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah 3 tumbuh lebih cepat dari pada
tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi
neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda,
memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan
untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup seharihari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di berikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain di luar
keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau
sikap yang sama bahwa setiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku yang
di terima atau tidak di terima.
Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan
terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara
efektif.
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola
industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan menjadi
contoh peran bagi anak untuk merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan
citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten,
penerimaan, dan penghargaan.
Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-
kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki
akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah dewasa. Perkembangan
kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan keterampilan
merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan
antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkn benda
yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma di 4
rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orangtua atau guru.
Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud
menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting pada usia lima
tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter
dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga
mengenalkan, anatara lain, konsep transferens, ego, mekanisme koping ( coping mechanism).
Sullivian memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema
sentral teori Sullivian berkisar pada teori Sullivian berkisar pada ansietas dan menekankan
bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena
hubungan interpersonal.
Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori interpersonal
psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis perkembangan Freud
adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam
pengobatan psikonoalitis pada orang dewasa
Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang dewasa,
bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa.
Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan proses 6
kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari
kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengitegrasikan struktur pola prilaku
sebelumnya ke arah pola prilaku baru yang kompleks. Kecepatan tiap tahap
perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget
tidak setuju dengan pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan sebelumnya.
Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam
standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan
bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan
hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral, antara lain, dikemukakan
oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg
Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal
kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pengkajian
perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten.
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan
menghasilkan karya berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan ini akan memuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau
kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri
sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi
Tugas perkembangan Perkembangan yang normal
Industry/produktif
Perkembangan yang normal 1) Menyelesaikan tugas (sekolah atau
Industry/produktif rumah ) yang diberikan 2) Mempunyai
rasa bersaing (kompetisi) 3) Senang
berkelompok dengan teman sebaya dan
mempunyai sahabat karib 4) Berperan
dalam kegiatan kelompok
Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu
mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-
hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.
1) Data demografi.
Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan tanggal lahir anak;
nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga
perlu di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu; tidur
termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi kebiasaan dan
masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan keterbatasan lainnya
2) Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan neurologis
anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku anak. Misalnya, anak yang menderita
diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya mengendalikan
lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan
bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.
3) Status mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai
fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak
dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap waktu
dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat
bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter
yang digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang di
amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat
perawat.Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi
pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri
atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika
mengkaji hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai berikut
a) Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin tertentu?
b) Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
c) Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak
lain?
d) Apakah anak mempunyai teman dekat?
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukunga
dan kasih sayang.
4) Riwayat personal dan keluarga.
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala,
tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini
sangat diperlukan untuk mengerti prilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan kebagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga.
Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah
tersebut
b. Diagnosis
1) Potensial (normal): potensial berkarya
2) Risiko (penyimpangan): risiko harga diri rendah
c. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah
diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan
asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,
penyesuaian sekolah anak dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak
yang dirawat di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut
1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk dihargai
2) Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku defensif
3) Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
4) Membantu mengembangkan identitas anak
5) Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan
terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
6) Membantu anak berkomunuikasi secara efektif
7) Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri orang lain
8) Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9) Meningkatkan uji coba realitas yang tepat d. Implementasi Tindakan keperawatan
untuk
SP 1
Keluarga : Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Keluarga Serta
Menjelaskan Ciri Perkembangan Anak Di Usia Sekolah Yang Nomar Dan
Menyimpang
Tahap Orientasi
‘selamat pagi pak,saya suster I dari puskesmas tanggul.siapa nama
bapak?biasanya di panggil apa, bagimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak
punyak purta yang berusia 6-12 tahun?siapa namanya bapak apakah bapak
mengalami kesulitan perilakunya? agara kemampuan anak bapak bias
berkembang kita akan mendiskusikan ciri kahas perundangan anak usia 6-
12.dimana kita akan berbicara pak?apakah di ruangan ini ?baiklah kita akan
berdisukusi 30 menit
Tahap Kerja
‘apakah bapak tau perkembangan anak usia 6-12 tahun yang normal ? mari kita
baca leaflet ini disitu tertulias ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun yang
normal dan yang menyimpang.anak usia 6-12 tahun di harapakan mempunyai
kemampuan bergaul dengan teman sebaya,tidak bergantung lagi pada oaring tua
,menghasilkan suatu karya sesuai dengan kemampuanaya,baik parestasi di sekolah
maupun di keluarga atau masyarakat.hasil karya anak berupa perstasi sekolah
maupun masyarakat,seperti membuat sendiri benda benda apakah anak
mempunyai kemapuan yang tertulis di leaflet itu?bapak bias memotifasinya
supaya kemapuan lain tetap tercapai jika anak tidak dapat menujukan hasil
karyanya,iya dapat mengalami rendah diri,karena merasa tidak menghasilkan
suatu yang nyata
Tahap Terminasi
Kita telah selesai berdiskusi.bagaimana perasana bapak setelah kita bicara
apakah bapak masik ingat ciri perkembgan anak usia 6- 12 tahun apa saja?.bapak
ibu sudah ingat ciri cirinya sehingga bapak dapat membandingkanya dengan
perkembanga anak bapak.nantik bapak lihat perilaku anak yang tidak ada pada
anak bapak jika menyimpang kita akan mendiskusikan bersama pada pertemuan
berikutnya.kesini lagi minggu depan mendikusikan cara yang akan bapak lakukan.
SP2
Keluarga: Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Anak,
Mendemonstrasiakan, Dan Mendiskusikan Cara Yang Akan Dilakukan Keluarga
Untuk Menstimulasi Perkembangan Psikososial Anak Sekolah
Tahap Orientasi
“Selamat pagi/siang/sore. Apakah Bapak/Ibu masih ingat diskusi kita minggu
lalu tentang ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun? hari ini kita mencoba cara
yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menstimulasi perkembangan D, nanti
Bapak.Ibu bias langsung mencobanya. Dimana D? Saya ingin mengenalnya.
Dimana kita akan berbicara selama kurang lebih 30 menit ya.”
Tahap Kerja
“Selamat pagi/siang/ sore. Kenalkan, saya suster I dari puskesmas Meuraksa.
Ini ade nya? Senangnya di panggil apa? Sedang gambar apa? Gambarnya bagus
lho. Lihat dimana gambar seperti ini? Ngarang sendiri? Hebat sekali. Suster tidak
bisa bikin gambar seperti itu. Menuruut ade apa warna yang cocok untuk bajunya?
Dinding rumahnya? Wah, pintar sekali milih warnanya. ade suka menggambar ya.
Sudah pernah ikut lomba? Kalau nanti ada lomba, mau ikut apa enggak? Selain
menggambar, apa saja yang disukai? Artinya, ade punya bakat kea rah itu. Senang
sekali dapat berbicara dengan D. Kita sudahi dulu ya. Suster mau bicara dengan
Bapak/Ibu.” “Tadi Bapak/Ibu sudah melihat bagaimana saya membantu ade
mengenali kemampuannya. Bapak/Ibu dapat meneruskan dengan memfasilitasi
kegiatannya tersebut supaya ade lebih merasa percaya diri dan dapat berinteraksi
denga teman sebayanya. Coba juga Bapak/Ibu mengobservasi kemapuannya yang
lain, seperti kegiatan rumah tangga.”
Tahap Terminasi
“Bapak/Ibu, kita sudah selesai mempraktekkan cara menstimulasi kemampuan
D. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Apakah masih ada 21 hal yang lain yang
ingin Bapak/Ibu ketahui? Sudah cukup? Kalau begitu, saya permisi dulu dan kalau
ada kesulitan dengan D, silahkan Bapak/Ibu menghubungi saya di puskesmas
Meuraksa, saya bertugas disana dan saya akan senang sekali membantu
Bapak/Ibu. Sampai jumpa.”
Keliat, Budi Anna et all. 2012 Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna et all. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Nasriati, Ririn. 2011. Kesehatan Jiwa Remaja. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Videbeck, Sheila L.
2014.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC Yosep, Iyus & Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama