Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA SEPANJANG KEHIDUPAN

Disusun Oleh :

NAMA : MUHAMAD RAEHAN

NIM : 202001106

PRODI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Segala puji bagi Allah SWT. karena telah
memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW
yang menjadi suri teladan bagi umat manusia.

Kami mengucap syukur kepada Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PRASEKOLAH DALAM KEPERAWATAN JIWA ”
guna memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Jiwa . Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Kami mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang telah membimbing dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini. Dan apabila terdapat kata-
kata yang salah, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian makalah ini dibuat, sekian dan terima kasih.

Muhamad Raehan

Palu, 4 Agustus 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................ 2


B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3
C. TUJUAN ............................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 5

A. Definisi Usia Sekolah Dalam Keperawatan Jiwa ................................................. 6


B. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak ................................................ 7
C. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah .................................. 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

UU No. 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan UU No. 20 tahun 2002 tentang
Perlindungan anak dan WHO, menyatakan usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang
belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi
yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas
usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan
anak, dan karakteristik kesehatannya dan karakteristik kesehatannya.

Anak adalah bukan miniatur orang dewasa tetapi merupakan individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan khusus sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan
(Ilyas, dkk, 1993 : 3).

Anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah kawin.
Batasan umur ini ditetapkan oleh karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan
sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seorang anak dicapai pada umur 21
tahun (Ilyas, dkk, 1993 : 3).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,


ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilo gram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseibangan
metabolik (retensi kalium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995 : 1).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur dan


fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil pematangan (Soetjiningsih, 1995 : 1).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Definisi usia sekolah dalam keperawatan jiwa

2. Bagaimana landasan teoritis pada anak?

3. Bagaimana asuhan keperawatan sehat jiwa pada anak usia sekolah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui Definisi usia sekolah dalam keperawatan jiwa

2. Untuk mengetahui Karakteristik perkembangan pada anak usia sekolah

3. Untuk mengetahui Masalah kejiwaan dalam perkembangan usia sekolah

4. Untu mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan usia sekolah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi usia sekolah dalam keperawatan jiwa .

Definisi Kesehatan Jiwa Usia sekolah ( 5 – 12 Tahun) Anak usia sekolah sudah
mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka
untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada tahap ini adalah menanamkan
interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain, meningkatkan keterampilan
intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan motorik halus, dan ekspansi
keterampilan motorik kasar. Pertumbuhan fisik dengan pesat mulai melambat pada usia 10
hingga 12 tahun. Bentuk wajah berubah karena tulang wajah 3 tumbuh lebih cepat dari pada
tulang kepala. Anak usia sekolah menjadi lebih kurus, kakinya lebih panjang, koordinasi
neuromotorik lebih berkembang. Gigi tetap mulai tumbuh. Keterampilan bersepeda,
memainkan alat musik, menggambar/ melukis, serta keterampilan lain yang di perlukan
untuk kegiatan kelompok serta kegiatan hidup seharihari sudah berkembang (Berger &
williams,1992;kozier;Erb,Blais & wilkinson, 1995).
Untuk perkembangan emosional dan sosial, anak usia sekolah perlu di berikan
kesempatan untuk belajar menerapkan peraturan dalam berinteraksi dengan orang lain di luar
keluarga. Anak juga mengamati bahwa tidak semua keluarga berinteraksi dengan cara atau
sikap yang sama bahwa setiap keluarga mempunyai perbedaan norma tentang perilaku yang
di terima atau tidak di terima.
Oleh karena itu, perlu bagi anak untuk mengembangkan kesadaran dan penghargaan
terhadap perbedaan tiap keluarga sehingga dapat berhubungan dengan orang lain secara
efektif.
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengembangkan pola
industri (produktif) versus inferioritas (rendah diri). Orang tua perlu mendukung dan menjadi
contoh peran bagi anak untuk merangsang anak agar produktif. Perkembangan seksual dan
citra diri tidak hanya berhubungan dengan aspek fisiologis, tetapi juga perasaan kompeten,
penerimaan, dan penghargaan.
Perasaan berhasil melakukan sesuatu menjadi sangat penting dalam proses tumbuh-
kembang anak usia sekolah. Mereka juga telah memahami konsep gender bahwa anak laki
akan menjadi bapak dan anak wanita akan menjadi ibu kalau sudah dewasa. Perkembangan
kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini, yaitu menerapkan keterampilan
merasionalisasikan pemahaman tentang ide atau konsep. Mereka dapat menghubungkan
antara konsep waktu dan ruang, mampu mengingat, serta keterampilan mengumpulkn benda
yang sejenis. Anak usia sekolah juga telah belajar pentingnya memerhatikan norma di 4
rumah, sekolah, agama, dan menghargai tokoh otoriter, seperti orangtua atau guru.
Pengaruh pengalaman masa kecil terhadap perilaku pada saat dewasa. Freud
menyatakan bahwa masa lima tahun pertama kehidupan anak sangat penting pada usia lima
tahun karakter dasar yang dimiliki anak sangat penting dan pada usia lima tahun karakter
dasar yang dimiliki anak telah terbentuk dan tidak dan tidak dapat diubah lagi. Freud juga
mengenalkan, anatara lain, konsep transferens, ego, mekanisme koping ( coping mechanism).
Sullivian memfokuskan teori perkembangan anak pada hubungan antara manusia. Tema
sentral teori Sullivian berkisar pada teori Sullivian berkisar pada ansietas dan menekankan
bahwa masyarakat sebagai pembentuk kepribadian. Anak belajar perilaku tertentu karena
hubungan interpersonal.

B. Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa Pada Anak


Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan psikiatrik.
Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak
yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio – biologis, psikologogis, kognitif, sosial,
sensorimotoris, moral, dan filosofi.

Landasan teoritis perkembangan jiwa anak, terdiri dari

a. Teori Perkembangan Fisio – Biologis


Tiga konsep utama yang melandasi teori fisiobiologis perkembangan individu adalah
kepribadian, sifat (traits), dan temperamen. Kepribadian di definisikan sebagai elemen –
elemen yang membentuk reaksi menyeluruh individu terhadap lingkungan. Temperamen
adalah gaya perilaku sebagai reaksinya terhadap lingkungan dan berkaitan dengan trait,
yaitu atribut kepribadian.
Body image (citra tubuh) merupakan konsep biofisik yang juga mempunyai dimensi
biologis dan sosial dalam perkembangan seseorang. Bersifat dinamis dan berkembang
mengikuti perkembangan interpersonal, lingkungan, citra tubuh ideal, dan penyesuaian
sebagai respon terhadap pertumbuhan fisik dan pengalaman hidup.
Maturasi secara teratur dan berangsur terbentuk yang membedakan anak sebagai
bagian yang terpisah dari ibunya, dan skema tubuh mereka menjadi lebih mantap dan
stabil pada akhir masa remaja.
b. Teori Perkembangan Psikologis

Teori psikonalitis yang di kembangkan oleh freud, begitu pula teori interpersonal
psikiatri yang di kenalkan oleh sullivan mendasari teori psikologis perkembangan Freud
adalah orang pertama yang menemukan teori perkembangan kepribadian dalam
pengobatan psikonoalitis pada orang dewasa

c. Teori Perkembangan Kognitif

Teori piaget menekankan bahwa cara anak berpikir berbeda dari pada orang dewasa,
bahkan anak belajar secara spontan tanpa mendapatkan masukan dari orang dewasa.
Menurut piaget, anak belajar melalui proses meniru dan bermain, menunjukan proses 6
kegiatan asimilasi, dan akomodasi, yang menjabarkan tiap tahap dan usia dari
kematangan kognitif anak. Perkembangan kognitif mengitegrasikan struktur pola prilaku
sebelumnya ke arah pola prilaku baru yang kompleks. Kecepatan tiap tahap
perkembangan dipengaruhi oleh perbedaan tiap individu dan pengaruh sosial. Piaget
tidak setuju dengan pendapat ilmuan lain bahwa orang dewasa dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan sebelumnya.

d. Teori Perkembangan Bahasa

Penguasaan bahasa merupakan tugas perkembangan utama pada masa kanak-kanak,


yang mana struktur linguistik dan kognitif berkembang secara paralel. Chomsky (1975)
dalam teorinya meyatakan bahwa anak menggunakan dan menginterpretasikan kalimat
baru melalui proses kognitif internal yang disebut dengan transformasi, yaitu penyusunan
kata menjadi kalmia.
e. Teori Perkembangan Moral

Perkembangan moral diartikan sebagai konversi sikap dan konsep primitif ke dalam
standar moral yang komprehensif. Proses transformasi ini merupakan bagian dari/dan
bergantung pada kumpulan pertumbuhan kognitif anak, yang timbul sejalan dengan
hubungan anak dengan dunia luar. Teori perkembangan moral, antara lain, dikemukakan
oleh Freud, Piaget, dan Kohlberg

f. Teori Psikologi Ego

Teori psikologi ego yang menjembatani psikoanalisis dengan psikologi


perkembangan ini menggunakan pendekatan struktural untuk memahami individu dangan
berfokus pada ego atau diri sebagai unsur mandiri. Ilmuan yang mendukung teori ini
berkeyakinan bahwa ego dan unsur rasional yang menentukan pencapaian intelektual dan
sosial terdiri dari sumber energi, motif dan rasa tertarik.

Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal
kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya.


Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan
membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk
meningkatkan keterampilan anak dalam menjalin
hubungan dekat dengan orang lain, kita harus berupaya meningkatkan interaksi
dengan anak melalui permainan atau cara lain yang menarik bagi anak. Berbicara
berhadapan dengan penuh perhatian merupakan awal tindakan yang berarti dan
terapeutik bagi anak. Anak perlu belajar untuk dapat menerima kesalahan dan
pentingnya memaafkan orang lain dalam menjalain hubungan rasa percaya.
2. Mengatasi perpisahan dan pengambilan keputusan yang mandiri
Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan dan membuat keputusan
yang mandiri merupakan hal penting agar dapat menjadi individu yang kompeten.
Kita dapat mengunakan pertanyaan berikut ini untuk mengevaluasi keterampilan anak
3 Membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama.
Anak yang tidak pernah diberi kesempatan untuk berperan dalam pengambilan
keputusan bersama atau tidak di hargai kerja sama yang di lakukannya mungkin akan
tidak terampilan dalam membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal
4 Mengatasi frustasi dan kejadian yan tidak menyenangkan Lingkungan yang aman dapat
memberi kesempatan pada anak untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan
membuat keputusan dan mengatasi konflik bersama, seperti latihan membuat
keputusan kelompok yang sangat memerlukan kerja sama. Anak perlu dibantu untuk
mengidentifikasi rasa takutnya yang berhubungan dengan kerja sama dengan orang
lain. Yang penting diperhatikan bukan kita selaku orang tua yang mengatasi konflik
untuk anak, tetapi menggunakan situasi untuk mengajarkan anak keterampilan
bernegosiasi dan membentuk sosialisasi yang sesuai melalui penghargaan
(reinforcement).
5. Menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan a) Apakah ada sesuatu yang
sangat disukai dilakukan anak? b) Dapatkah anak dengan mudah menyukai sesuatu
kegiatan? c) Apakah anak senang duduk-duduk dengan santai memikirkan sesuatu?

C. Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Anak Usia Sekolah

a. Pengkajian
perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan yang
dibutuhkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang kompeten.
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah adalah kemampuan
menghasilkan karya berinteraksi dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan ini akan memuat anak bangga terhadap dirinya. Hambatan atau
kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak merasa rendah diri
sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi
Tugas perkembangan Perkembangan yang normal
Industry/produktif
Perkembangan yang normal 1) Menyelesaikan tugas (sekolah atau
Industry/produktif rumah ) yang diberikan 2) Mempunyai
rasa bersaing (kompetisi) 3) Senang
berkelompok dengan teman sebaya dan
mempunyai sahabat karib 4) Berperan
dalam kegiatan kelompok

Penyimpangan perkembangan 1) Tidak mau mengerjakan tugas sekolah


Harga diri rendah 2) Membangkang pada orang tua untuk
mengerjakan tugas
3) Tidak ada kemauan untuk bersaing dan
terkesan malas
4) Memisahkan diri dari teman
sepermainan dan teman sekolah

Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan tersebut, perawat juga perlu
mengkaji data demografi, riwayat kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-
hari, keadaan fisik, status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.

1) Data demografi.
Pengkajian data demografi meliputi nama; usia; tempat; dan tanggal lahir anak;
nama, pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu diketahui.
Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak, juga
perlu di kaji. Selain itu, aktifitas kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi
termasuk berat badan, jadwal makan, dan minat terhadap makanan tertentu; tidur
termasuk kebiasaan dan masalah kualitas tidur;; eliminasi meliputi kebiasaan dan
masalah yang berkaitan dengan eliminasi; kecacatan dan keterbatasan lainnya
2) Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata,
telinga, hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal, dan neurologis
anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh gangguan fisik terhadap prilaku anak. Misalnya, anak yang menderita
diabetes atau asma sering berprilaku merusak dalam usahanya mengendalikan
lingkungan. Selain itu, hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam
menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan
bekas penganiayaan yang pernah di alami anak.
3) Status mental
Pemeriksaan status mental anak bermanfaat untuk memberi gambaran mengenai
fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego anak
dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, status mental anak perlu dikaji setiap waktu
dengan suasana yang santai dan nyaman bagi anak. Menggunakan alat bermain sangat
bermanfaat untuk mengalihkan fokus anak (yang menimbulkan ansietas) ke karakter
yang digunakan dalam permainannya. Data dicatat sesuai dengan perilaku yang di
amati untuk menjaga objektivitas pengkajian, kesan, perasaan, dan pendapat
perawat.Pemeriksaan status mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir, dan isi
pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bocara dan orientasi; keinginan untuk bunuh diri
atau membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya yang penting untuk untuk mengetahui
kesesuaian perilaku dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika
mengkaji hubungan interpersonal anak, antara lain sebagai berikut
a) Apakah anak berhubungan dengan anak sebaya dan dengan jenis kelamin tertentu?
b) Apakah anak dalam struktur kekuasaan dalam kelompok?
c) Bagaimana keterampilan sosial anak ketika menjalin dan berhubungan dengan anak
lain?
d) Apakah anak mempunyai teman dekat?
Kemampuan anak berhubungan dengan orang dewasa juga penting dikaji untuk
mengetahui kebutuhan anak akan tokoh panutan dan kebutuhan anak akan dukunga
dan kasih sayang.
4) Riwayat personal dan keluarga.
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala,
tumbuh kembang anak, yang biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini
sangat diperlukan untuk mengerti prilaku anak dan membantu menyusun tujuan
asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan kebagian penting dari
pengkajian melalui pengalihan fokus dari anak sebagai individu ke sistem keluarga.
Tiap anggota keluarga diberi kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang
bermasalah dan apa yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah
tersebut
b. Diagnosis
1) Potensial (normal): potensial berkarya
2) Risiko (penyimpangan): risiko harga diri rendah
c. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan masalah utama yang dialami anak telah
diidentifikasi, rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif di susun. Tujuan
asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan anak, seperti modifikasi,
penyesuaian sekolah anak dan perubhan lingkungan anak. Tujuan umum untuk anak
yang dirawat di unit perawatan jiwa adalah sebagai berikut
1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan dan kebutuhan untuk dihargai
2) Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berprilaku defensif
3) Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain.
4) Membantu mengembangkan identitas anak
5) Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan perkembangan
terdahulu yang belum terselesaikan secara tuntas.
6) Membantu anak berkomunuikasi secara efektif
7) Mencegah anak untuk menyakiti, baik dirinya sendiri maupun diri orang lain
8) Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
9) Meningkatkan uji coba realitas yang tepat d. Implementasi Tindakan keperawatan
untuk

perkembangan psikososial anak usia sekolah bertujuan:


1) Anak mengenal kemampuan dirinya
2) Anak mengikuti kegiatan social
3) Anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai
Berbagai bentuk terapi pada anak dan keluarga dapat diterapkan yang terdiri atas
sebagai berikut.
1) Terapi Bermain Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
a) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya;
b) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari;
c) Berkomunikasi dengan orang lain;
d) Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengan diri sendiri,
dunia luar, dan orang lain;
e) Mencocokan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan realitas.
2) Terapi Keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua
perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggung jawab terhadap perubahan yang terjadi pada anak dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
dalam keluarga terus menimbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu, perawat
perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
3) Terapi Kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendaikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi
pertumbuhan; kematangan dan keterampilan sosial anak. Kelompok dengan
lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya umtuk menjalin hubungan
dan 16 pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.
4) Psikofarmalogi
Walaupun terapi obat belum sepenuhnya diterima dalam psikiatrik anak, tatapi
bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi, impulsif, dan ansietas)
dan membantu agar pengobatan lain lebih efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi
oleh dokter dan menggunakan pedoman yang tepat.
5) Terapi Individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain, psikoanalitis, psikoanalitis
berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman. Hubungan antara anak
dengan therapist memberi kesempatan pada anak untuk mendapatkan pengalaman
mengenai hubungan positif dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan
uji realitas.
6) Pendidikan Pada Orang Tua
Pendidikan terhadap orang tua merupakan hal yang penting untuk mencegah
gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk meningkatkan kembali
penyembuhan setelah dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbuhkembang
abak sehingga orang tua dapat mengetahui prilaku yang sesuai dengan usia anak.
Keterampilan berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara
orang tua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga diperlukan untuk
mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain, seperti psikodinamika keluarga,
konsep kesehatan jiwa, dan penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
7) Terapi Lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam kehidupan sehari-
hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan kegiatan yang teratur daan
terprogram, memungkinkan anak untuk mencapai tugas terapeutik dari rencana
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur
secara formal, seperti belajar, terapi kelompok, dan terapi rekreasi. Kegiatan rutin
meliputi bangun pagi hari, makan , dan jam tidur. Program yang berfokus pada
prilaku, memungkinkan staf keperawatan untuk memberi umpan balik terus-
menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal kegiatan. Untuk
perilaku yang baik, mereka menrima pujian, stiker, atau nilai, bergantung pada
tingkat perkembangannya. Sebaliknya, prilaku negatif tidak di toleransi.
Peran perawat sebagai orang tua yang baik menuntut perawat mampu
menciptakan lingkungan yang terbuka, komunikasi yang jujur, dan memberi
gambaran yang jelas tentang batasan hubungan anak-orang dewasa yang bebas dari
keintiman yang pura-pura. Lingkungan yang terapeutik harus memberi
perlindungan pada anak dari ancaman dinamika keluarganya yang patologis.
Tugas Perkembangan Tindakan Keperawatan Perkembangan yang normal
a. Diskusikan kemampuan/kelebihan diri anak dan target pencapaian tugas
b. Berikan tugas sesuai dengan kemampuan anak
c. Berikan pujian terhadap keberhasilan anak di sekolah dan di keluarga / rumah
d. Fasilitasi kegiatan kelompok bermain, les, kegiatan keagamaan
e. Libatkan anak dalam kegiatan sehari hari seperti memasak, membuat kue,
membersihkan mobil, merapikan tempat tidur
Penyimpangan perkembangan
a. Diskusikan penyebab anak merasa tidak mampu
b. Berikan tugas sesuai dengan kemampuan anak
c. Berikan pujian terhadap keberhasilan yang dicapai
d. Bantu anak agar berhasil
e. Libatkan dalam kegiatan yang mudah/sederhana
Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan:
a. Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah
b. Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia seklah yang normal
dan menyimpang
c. Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya
d. Keluarga mampu mestimulus kemampuan anak berkarya
Tindakan keperawatan untuk keluarga adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan menyimpang
b. Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak
berkarya
1) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah seperti
membuat kue,merapikan kamar tidur
2) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
3) Diskusikan dengan anak mengenai harapan dalam berinteraksi dan belajar
4) Tidak menutut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuanya (menerima anak apa adanya),membantu kemampuan belajar
5) Tidak menyalahkan dan menghina anak
6) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
7) Beri kesempatan untuk mengikuti aktifitas kelompok yang terorganisasi
8) Buat/tetapkan aturan /disipiln di rumah bersama anak
c. Demotrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk berkarya
d. Bersama keluarga susun rencana setimulasi kemampuan berkarya

SP 1
Keluarga : Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Keluarga Serta
Menjelaskan Ciri Perkembangan Anak Di Usia Sekolah Yang Nomar Dan
Menyimpang
Tahap Orientasi
‘selamat pagi pak,saya suster I dari puskesmas tanggul.siapa nama
bapak?biasanya di panggil apa, bagimana perasaan bapak hari ini? apakah bapak
punyak purta yang berusia 6-12 tahun?siapa namanya bapak apakah bapak
mengalami kesulitan perilakunya? agara kemampuan anak bapak bias
berkembang kita akan mendiskusikan ciri kahas perundangan anak usia 6-
12.dimana kita akan berbicara pak?apakah di ruangan ini ?baiklah kita akan
berdisukusi 30 menit
Tahap Kerja
‘apakah bapak tau perkembangan anak usia 6-12 tahun yang normal ? mari kita
baca leaflet ini disitu tertulias ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun yang
normal dan yang menyimpang.anak usia 6-12 tahun di harapakan mempunyai
kemampuan bergaul dengan teman sebaya,tidak bergantung lagi pada oaring tua
,menghasilkan suatu karya sesuai dengan kemampuanaya,baik parestasi di sekolah
maupun di keluarga atau masyarakat.hasil karya anak berupa perstasi sekolah
maupun masyarakat,seperti membuat sendiri benda benda apakah anak
mempunyai kemapuan yang tertulis di leaflet itu?bapak bias memotifasinya
supaya kemapuan lain tetap tercapai jika anak tidak dapat menujukan hasil
karyanya,iya dapat mengalami rendah diri,karena merasa tidak menghasilkan
suatu yang nyata
Tahap Terminasi
Kita telah selesai berdiskusi.bagaimana perasana bapak setelah kita bicara
apakah bapak masik ingat ciri perkembgan anak usia 6- 12 tahun apa saja?.bapak
ibu sudah ingat ciri cirinya sehingga bapak dapat membandingkanya dengan
perkembanga anak bapak.nantik bapak lihat perilaku anak yang tidak ada pada
anak bapak jika menyimpang kita akan mendiskusikan bersama pada pertemuan
berikutnya.kesini lagi minggu depan mendikusikan cara yang akan bapak lakukan.
SP2
Keluarga: Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Anak,
Mendemonstrasiakan, Dan Mendiskusikan Cara Yang Akan Dilakukan Keluarga
Untuk Menstimulasi Perkembangan Psikososial Anak Sekolah
Tahap Orientasi
“Selamat pagi/siang/sore. Apakah Bapak/Ibu masih ingat diskusi kita minggu
lalu tentang ciri perkembangan anak usia 6-12 tahun? hari ini kita mencoba cara
yang dapat Bapak/Ibu lakukan untuk menstimulasi perkembangan D, nanti
Bapak.Ibu bias langsung mencobanya. Dimana D? Saya ingin mengenalnya.
Dimana kita akan berbicara selama kurang lebih 30 menit ya.”
Tahap Kerja
“Selamat pagi/siang/ sore. Kenalkan, saya suster I dari puskesmas Meuraksa.
Ini ade nya? Senangnya di panggil apa? Sedang gambar apa? Gambarnya bagus
lho. Lihat dimana gambar seperti ini? Ngarang sendiri? Hebat sekali. Suster tidak
bisa bikin gambar seperti itu. Menuruut ade apa warna yang cocok untuk bajunya?
Dinding rumahnya? Wah, pintar sekali milih warnanya. ade suka menggambar ya.
Sudah pernah ikut lomba? Kalau nanti ada lomba, mau ikut apa enggak? Selain
menggambar, apa saja yang disukai? Artinya, ade punya bakat kea rah itu. Senang
sekali dapat berbicara dengan D. Kita sudahi dulu ya. Suster mau bicara dengan
Bapak/Ibu.” “Tadi Bapak/Ibu sudah melihat bagaimana saya membantu ade
mengenali kemampuannya. Bapak/Ibu dapat meneruskan dengan memfasilitasi
kegiatannya tersebut supaya ade lebih merasa percaya diri dan dapat berinteraksi
denga teman sebayanya. Coba juga Bapak/Ibu mengobservasi kemapuannya yang
lain, seperti kegiatan rumah tangga.”
Tahap Terminasi
“Bapak/Ibu, kita sudah selesai mempraktekkan cara menstimulasi kemampuan
D. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Apakah masih ada 21 hal yang lain yang
ingin Bapak/Ibu ketahui? Sudah cukup? Kalau begitu, saya permisi dulu dan kalau
ada kesulitan dengan D, silahkan Bapak/Ibu menghubungi saya di puskesmas
Meuraksa, saya bertugas disana dan saya akan senang sekali membantu
Bapak/Ibu. Sampai jumpa.”

Evaluasi Evaluasi kemampuan anak dan keluarga dalam perkembangan


psikososial anak usia sekolah dan evaluasi kemampuan perawat dalam
memfasilitasi perkembangan psikososial anak usia sekolah dapat dilihat pada tabel
diatas
e. Evaluasi
Pada umumnya, pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku anak.
Apakah anak menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendriri
melalui refleksi diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan
secara rasional. Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak
impulsif. Aspek yang perlu di evaluasi, antara lain, sebagai berikut.
1) Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
2) Kemampuan untuk berhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa dan
orang tua secara wajar
3) Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
4) Kemampuan untuk menggunakan kegitan program sebagai rekreasi dan proses
belar
5) Respons terhadap peraturan dan rutinitas
6) Status mental secara menyeluruh
7) Koordinasi dan rencana pemulangan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sehat jiwa adalah kemampuan individu dalam kelompok dan lingkungannya untuk
berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk mencapai kesejahteraan, perkembangan
yang optimal, dengan menggunakan kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi dan relasi)
memiliki prestasi individu serta kelompoknya konsisten dengan hukum yang berlaku.
Rentang sehat jiwa terdiri dari dinamis bukan titik statis, rentang dimulai dari sehat optimal
– mati, ada tahap-tahap, adanya variasi tiap individu, menggambarkan kemampuan adaptasi,
berfungsi secara efektif: sehat.
Anak usia sekolah sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan
yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Tugas perkembangan utama pada
tahap ini adalah menanamkan interaksi yang sesuai dengan teman sebaya dan orang lain,
meningkatkan keterampilan intelektual khususnya di sekolah, meningkatkan keterampilan
motorik halus, dan ekspansi keterampilan motorik kasar. Landasan teoritis 32 keperawatan
jiwa pada anak adalah teori perkembangan fisio-biologis, psikologis, kognitif, bahasa,
moral, ego.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak – kanak dan masa
dewasa, berlangsung antara usia 10 – 19 tahun. Masa remaja terdiri dari remaja awal ( 10 –
14 tahun ), masa remaja pertengahan ( 14- 17 tahun) dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun).
Pada masa remaja terjadi banyak perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial.
Landasan teoritis keperawatan jiwa pada remaja adalah teori perkembangan dan teori
interaksi humanistik.
B. SARAN
Dengan makalah ini penulis berharap mahasiswa dapat menambah wawasan tentang
keperawatan jiwa tentang toddler dan prasekolah dapat melaksaknakan asuhan
keperawatan dengan benar dan baik
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna et all. 2012 Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna et all. Manajemen Keperawatan Psikososial & Kader Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Nasriati, Ririn. 2011. Kesehatan Jiwa Remaja. Ponorogo: Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Videbeck, Sheila L.
2014.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta; EGC Yosep, Iyus & Sutini, Titin. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai