Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA


Disusun Guna Memenuhi tugas mata kuliah :
PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

DOSEN PENGAMPU : DANANG ADHI KUSUMA, S.Pd., M.Or

DISUSUN OLEH :
LALANG ATLETIKA D0217118

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah
tentang “ Pertumbuhan & Perkembangan Pada Masa Remaja.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan pertunjukan Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjukan yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan satu – satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Dengan hormat serta pertolongan – Nya, puji syukur pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “ Pertumbuhan & Perkembangan Pada Masa
Remaja.” Dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap
terdapat kekurangan pada makalah kami ini.
Oleh sebab, itu kami sangat menantikan kritik dan sarsasn yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalh berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih
mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.

Surakarta, 27 Agustus 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………… i halaman


KATA PENGATAR ………………………………………………… ii halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………… iii halaman
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….1 halaman
1.1 LATAR BELAKANG ………………………………………. 1 halaman

1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………….. 1 halaman

1.3 TUJUAN PENULISAN …………………………………….… 1 halaman

1.4 MANFAAT PENULISAN ……………………….…………… 1 halaman

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….… 5 halaman


2.1 REMAJA DALAM PERKEMBANGAN MANUSIA …….5 halaman
2.2 TEORI – TEORI PERKEMBANGAN REMAJA ……………… 11 halaman
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 14 halaman
3.1 KESIMPULAN ………………………….…………………. 14 halaman
3.2 SARAN …………………………………………………...... 14 halaman
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 15 halaman

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja sering disebut masa transisi. Sebab, di masa ini seseorang beralih dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang perubahan fisik.
Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama menggali jati
diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri seseorang yang menginjak
remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap
perkembangan remaja ini terdapat beberapa teori perkembangan remaja termasuk konsep,
tahap dan karakteristik remaja. Secara keseluruhan, teori-teori ini membantu untuk melihat
keseluruhan mengenai remaja.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana remaja dalam perkembangan manusia?
Apa saja teori-teori perkembangan masa remaja?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia
Untuk mengetahui teori-teori perkembangan masa remaja

1.4 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan
remaja dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam
dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Remaja dalam Perkembangan Manusia


2.1.1 Konsep Pengertian Remaja
Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari
anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas
dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa
fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat
dibandingkan hubungan dengan orang tua.

2.1.2 Tahap Perkembangan Remaja


Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja
akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri
khas pada masing-masing fase.

1. Fase Pra Remaja


Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai
praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall seorang
sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa
perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman
sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan
tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan
dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga
tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).
Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan
hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.

3
2. Fase Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini
ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk
memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42)
mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang
tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
1) Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
2) Terjadi perubahan fisiologis.
3) Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan
keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan
dengan jenis kelamin yang berbeda.

3. Fase Remaja Akhir


Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah
terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan
antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak,
kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir
adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficient.

2.1.3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


o Perkembangan Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu
meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu,
yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh
(badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-
tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan
bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-
tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh
payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan

4
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting,
menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh
hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10
tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan
atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai
tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan tulang-
tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan
mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal
dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan
peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah :
a. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
b. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
c. Perubahan distribusi otot dan lemak
d. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama
dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).

 Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung
antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis
daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong
untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis.
Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka
bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan
cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat
pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan
dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang
lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun
berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.

5
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja

 Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa
remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh
mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang
tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja
dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses
sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga
menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara
efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial
mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial
adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara
sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual,
identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas
moral.

2.1.4 Ciri Khas Remaja


1. Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja
dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack
Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai
belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi
dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan
pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke
dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman
memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan
remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah
kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman
yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai
membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih
dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja
mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di
sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan
baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja

6
cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya
merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003:
206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.
b) Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d) Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk
berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan
memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000:
307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
 Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
 Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
 Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat
menimbulkan penyimpangan kepribadian.
 Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi.
 Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman
sebaya mereka.
 Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
 Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan
menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
 Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan
meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
 Merasa senang dan aman.
 Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
 Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara
sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi
sosial.
 Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh
minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
 Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.

7
2. Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja
awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis,
perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan
pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat
remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau
menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada
remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock,
(2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba
mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat
(brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5)
Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan
yang telah dicapai.

3. Keingintahuan tentang seks yang tinggi


Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan
berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan
pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana
individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa
perkembangan manusia lainnya.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat
mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap
hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31).
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan
informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam
gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini
dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada
mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus
diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).

4. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons
atau melakukan tindakan.

8
Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi
stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika
adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki
keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu
tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan
hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk
mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul
atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.

2.2 Teori-Teori Perkembangan Remaja


a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa merupakan suatu teori yang berdasarkan pada penganalisaan psikologi
seseorang. Ahli teori psikoanalitik menegaskan bahwa pengalaman pada masa dini dengan
orang tua akan sangat membentuk perkembangan seseorang khususnya remaja. Ciri-ciri
tersebut dipelajari dalam teori psikoanalisa yang utama, yaitu dari Sigmund Freud.
Asmadi (2004:103) mengatakan bahwa, menurut Freud, struktur kepribadian manusia
terdiri atas aspek Das Es (The Id), Das Ich (The Ego), dan Das Ueber Ich (the super ego).
Dari teori besar Freud yaitu id, ego, dan superego, Freud percaya bahwa dipenuhi oleh
ketegangan dan konflik. Untuk mengurangi ketegangan ini, remaja menyimpan informasi
dalam pikiran tidak sadar mereka. Ia juga mengatakan bahwa tingkah laku yang sekecil
apapun mempunyai makna khusus bila kekuatan tidak sadar di balik tingkah laku tersebut
ditampilkan.
Cara ego mengatasi konflik antara tuntutannya untuk realitas, keinginan id dan kekangan
dari superego yaitu dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri (defense mechanisme),
artinya istilah psikoanalisa ini untuk metode yang tidak disadari ego merusak realitas dan
karena itu melindungi dirinya dari rasa cemas. Menurut Freud tahap permulaan dari
perkembangan kepribadian, sebagai berikut :
 Tahap oral (oral stage) adalah perkembangan yang terjadi pada usia 18 bulan
pertama, dimana kesenangan bayi berpusat di sekitar mulut.
 Tahap anal (anal stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 1,5 dan 3
tahun, di mana kesenangan terbesar anak meliputi anus atau fungsi pembuangan yang
berhubungan dengan anus.
 Tahap falik (phallic stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 3
sampai 6 tahun, kata phallus artinya penis atau alat kelamin laki-laki. Artinya
kesenangan berpusat pada alat kelamin karena anak menemukan bahwa memanipulasi
diri sendiri memberikan kesenangan.
 Tahap latensi (latency stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi antara usia 6
tahun dan pubertas, anak menekan semua minat seksual dan mengembangkan
keterampilan intelektual dan sosial.
 Tahap genital (genital stage) adalah tahap perkembangan yang terjadi pada masa
pubertas. Pada masa ini adalah masa kebangkitan kembali dorongan seksual, sumber

9
kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya. Remaja
berada pada tahap ini.

b. Teori Psikososial
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai perkembangan dari teori
psikoanalisis Freud. Erik Erikson mengatakan bahwa tahap perkembangan individu selama
hidupnya dipengaruhi oleh interaksi sosial yang menjadikan individu menjadi matang secara
fisik dan psikologis.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat
perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :
a. Percaya versus tidak percaya (trush versus mistrush) adalah tahap psikososial Erikson
yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Rasa percaya tumbuh dari adanya
perasaan akan kenyamanan fisik dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan
tentang masa depan.
b. Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah tahap
perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).
c. Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt) adalah tahap perkembangan yang
terjadi selama masa persekolahan.
d. Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap
perkembangan yang tejadi kira-kira pada usia sekolah dasar.
e. Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu selama masa remaja. Pada masa ini individu
diharapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana
mereka menuju dalam kehidupannya.
f. Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap perkembangan yang
dialami individu selama masa dewasa awal. Pada masa ini individu menghadapi tugas
perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.
g. Generativitas versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa tengah.
h. Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa akhir.
c. Teori Kognitif
Apabila teori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak
disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori
kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka
sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan. Piaget juga
menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan gagasan-
gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat tahapan
dari Piaget adalah sebagai berikut :

10
a. Tahap sensorimotorik (sensoriotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai kira-
kira 2 tahun. Pada tahap ini, anak mengkonstruksikan mengenai dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan fisik dan motorik.
b. Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia
2-7 tahun. Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata,
citra, dan gambar-gambar.
c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari
kira-kira 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran
logis, menggatikan pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang
penalaran dapat diaplikasikan pada contoh atau konkrit
d. Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia
11 dan 15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang
actual dan konkrit, dan mengubah cara berpikir tentang perkembangan berpikir anak
dan remaja.
d. Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Ahli teori ini juga akan menyatakan bahwa alasan untuk rasa ketertarikan remaja
terhadap satu sama lain tidak disadari, remaja tidak menyadari bagaimana warisan biologis
mereka dan pengalaman hidup pada masa kecil telah berperan dalam mempengaruhi
kepribadian mereka di masa remaja.
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran,
yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog Amerika
Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar social kontemporer
yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati
apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi (modeling atau imitasi), kita secara
kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil
tingkah laku tersebut. Model belajar dan perkembangan yang paling mutakhir mencakup
tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan
pada pentingnya penelitian empiric dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini
memfokuskan pada proses-proses yang menjelaskan perekembangan faktor social dan
kognitif yang mempengaruhi menjadi manusia seperti sekarang ini.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat
dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori
psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap
perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja
mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri
khas remaja adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua
penuh konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.

3.2 Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik
batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada
remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana
peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa
memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja
tersebut dalam masalah yang dihadapinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.


Bandung:Refika Aditama.
Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta:EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2005. Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta: EGC.
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin P. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta:EGC.

Dunia Psikologi:Teori perkembangan masa remaja


http://rendywirajuniarta.blogspot.com/2011/04/teori-perkembangan-masa-remaja.html
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53487/BAB%20II%20Tinjauan%20P
ustaka.pdf?sequence=3
Karakteristik Remaja
http://belajarpsikologi.com/karakteristik-remaja

13

Anda mungkin juga menyukai