DISUSUN OLEH :
LALANG ATLETIKA D0217118
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga ini masih memberikan kita nikmat iman
dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah
tentang “ Pertumbuhan & Perkembangan Pada Masa Remaja.”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita,
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan pertunjukan Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjukan yang paling benar yakni Syariah
agama Islam yang sempurna dan satu – satunya karunia paling besar bagi seluruh alam
semesta.
Dengan hormat serta pertolongan – Nya, puji syukur pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah kami dengan judul “ Pertumbuhan & Perkembangan Pada Masa
Remaja.” Dengan lancar. Kami pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa tetap
terdapat kekurangan pada makalah kami ini.
Oleh sebab, itu kami sangat menantikan kritik dan sarsasn yang membangun dari setiap
pembaca untuk materi evaluasi kami mengenai penulisan makalh berikutnya. Kami juga
berharap hal tersebut mampu dijadikan cambuk untuk kami supaya kami lebih
mengutamakan kualitas makalah di masa yang selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui remaja dalam perkembangan manusia
Untuk mengetahui teori-teori perkembangan masa remaja
1.4 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam mengenai perkembangan
remaja dan teori-teorinya serta mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam
dirinya sendiri maupun orang disekitarnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Fase Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini
ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk
memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42)
mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang
tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
1) Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
2) Terjadi perubahan fisiologis.
3) Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan
keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
4) Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
5) Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
6) Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan
dengan jenis kelamin yang berbeda.
4
ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting,
menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh
hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10
tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai
membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan
atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai
tumbuh.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan tulang-
tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan
mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal
dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan
peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah :
a. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
b. Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
c. Perubahan distribusi otot dan lemak
d. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjarhypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama
dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).
Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung
antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis
daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong
untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis.
Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka
bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan
cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat
pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan
dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga
lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang
lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun
berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan
yang terpikirkan.
5
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
Perkembangan Sosial
Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa
remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh
mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami
perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang
tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja
dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses
sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga
menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara
efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial
mereka.
Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial
adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara
sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual,
identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas
moral.
6
cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya
merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003:
206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan
aktivitas favorit.
b) Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d) Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk
berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan
memberikan pujian.
Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000:
307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat
menimbulkan penyimpangan kepribadian.
Kurang memiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses
sosialisasi.
Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman
sebaya mereka.
Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan
meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang
mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan
menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan
meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
Merasa senang dan aman.
Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara
sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi
sosial.
Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh
minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
7
2. Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja
awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis
pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis,
perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan
pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat
remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau
menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada
remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi
dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock,
(2002: 24) yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba
mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan corah pendapat
(brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5)
Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan
yang telah dicapai.
4. Mudah stres
Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah
segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons
atau melakukan tindakan.
8
Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi
stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika
adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.
Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki
keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu
tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan
hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk
mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul
atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.
9
kesenangan seksual yang adalah dari orang lain yang bukan keluarganya. Remaja
berada pada tahap ini.
b. Teori Psikososial
Erikson mengembangkan teori psikososial sebagai perkembangan dari teori
psikoanalisis Freud. Erik Erikson mengatakan bahwa tahap perkembangan individu selama
hidupnya dipengaruhi oleh interaksi sosial yang menjadikan individu menjadi matang secara
fisik dan psikologis.
Menurut Erikson semakin berhasil individu mengatasi konflik, maka semakin sehat
perkembangan individu tersebut. Seperti pernyataannya, sebagai berikut :
a. Percaya versus tidak percaya (trush versus mistrush) adalah tahap psikososial Erikson
yang dialami dalam tahun pertama kehidupan. Rasa percaya tumbuh dari adanya
perasaan akan kenyamanan fisik dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan
tentang masa depan.
b. Otonomi versus malu dan ragu-ragu (autonomy versus shame and doubt) adalah tahap
perkembangan yang terjadi pada akhir masa bayi dan “toddler” (usia 1-3 tahun).
c. Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt) adalah tahap perkembangan yang
terjadi selama masa persekolahan.
d. Industri versus perasaan rendah diri (industry versus inferiority) adalah tahap
perkembangan yang tejadi kira-kira pada usia sekolah dasar.
e. Identitas versus kekacauan identitas (identity versus identity confusion) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu selama masa remaja. Pada masa ini individu
diharapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana
mereka menuju dalam kehidupannya.
f. Intimasi versus isolasi (intimacy versus isolation) adalah tahap perkembangan yang
dialami individu selama masa dewasa awal. Pada masa ini individu menghadapi tugas
perkembangan untuk membentuk hubungan intim dengan orang lain.
g. Generativitas versus stagnasi (generativity versus stagnation) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa tengah.
h. Integritas versus rasa putus asah (intregity versus despair) adalah tahap
perkembangan yang dialami individu pada masa dewasa akhir.
c. Teori Kognitif
Apabila teori psikoanalisa menekankan pada pentingnya pikiran remaja yang tidak
disadari, maka teori-teori kognitif mementingkan pikiran-pikiran sadar mereka. Dua teori
kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif dan Piaget dan teori pemrosesan
informasi.
Menurut teori Piaget, remaja secara aktif mengkontruksikan dunia kognitif mereka
sendiri, informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran mereka di lingkungan. Piaget juga
menyatakan bahwa remaja menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukkan gagasan-
gagasan baru, karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Empat tahapan
dari Piaget adalah sebagai berikut :
10
a. Tahap sensorimotorik (sensoriotor stage), yang berlangsung dari lahir sampai kira-
kira 2 tahun. Pada tahap ini, anak mengkonstruksikan mengenai dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan fisik dan motorik.
b. Tahap praoperasional (preoperational stage) adalah yang berlangsung kira-kira usia
2-7 tahun. Pada tahap ini, anak memulai mempersentasikan dunia dengan kata-kata,
citra, dan gambar-gambar.
c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) adalah yang berlangsung dari
kira-kira 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak dapat melakukan operasi dan penalaran
logis, menggatikan pemikiran logis, menggantikan pemikiran intuitif, sepanjang
penalaran dapat diaplikasikan pada contoh atau konkrit
d. Tahap operasional formal (formal operational stage) adalah yang terjadi antara usia
11 dan 15 tahun. Pada tahap ini, individu bergerak melebihi dunia pengalaman yang
actual dan konkrit, dan mengubah cara berpikir tentang perkembangan berpikir anak
dan remaja.
d. Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial
Ahli teori ini juga akan menyatakan bahwa alasan untuk rasa ketertarikan remaja
terhadap satu sama lain tidak disadari, remaja tidak menyadari bagaimana warisan biologis
mereka dan pengalaman hidup pada masa kecil telah berperan dalam mempengaruhi
kepribadian mereka di masa remaja.
Ahli teori belajar sosial mengatakan bahwa bukalah robot yang tidak punya pikiran,
yang berespon secara mekanis pada orang lain dalam lingkungan kita. Psikolog Amerika
Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek utama dari versi teori belajar social kontemporer
yang disebut teori belajar kognitif. Bandura percaya bahwa kita belajar dengan mengamati
apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar observasi (modeling atau imitasi), kita secara
kognitif mempeesentasikan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengambil
tingkah laku tersebut. Model belajar dan perkembangan yang paling mutakhir mencakup
tingkah laku, manusia dan kognisi, dan lingkungan. Pendekatan belajar social menekankan
pada pentingnya penelitian empiric dalam mempelajari perkembangan. Penelitian ini
memfokuskan pada proses-proses yang menjelaskan perekembangan faktor social dan
kognitif yang mempengaruhi menjadi manusia seperti sekarang ini.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa
kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat
dibandingkan hubungan dengan orang tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori
psikoanalisa, teori psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap
perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja, remaja awal, dan remaja akhir.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain, perubahan fisik yang
terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial, remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja
mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri
khas remaja adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua
penuh konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
3.2 Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagai konflik
batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar memahami konsekuensi perubahan pada
remaja. Sementara itu, perawat dapat dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana
peran perawat dan sebagai perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa
memberikan bimbingan atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja
tersebut dalam masalah yang dihadapinya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13