Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PERUBAHAN PADA ANAK REMAJA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK : III (TIGA)

ANGGOTA

VICTORIA CLARITA ACD 117 001

MARDINA ACD 117 007

ROKHIM ARIFIN ACD 117 011

DEVITHA TRESYA ACD 117 020

VENESYA SIAGIAN ACD 117 026

DOSEN PENGAMPU : Drs. Kamid Asngdi,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Prinsip Keprasahajaan
Hidup dalam Pramuka" ini. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Palangka Raya, 07 april 2018

Tim Penyusun

2
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................................2
Daftar Isi ..................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................4
C. Tujuan ..........................................................................................................................4

Bab II Pembahasan ..................................................................................................................5


A. Perubahan hubungan sosial pada remaja ................................................................5
B. Perubahan hubungan sosial pada remaja ................................................................5
C. Perubahan Pandangan Dunia Luar .............................................................................10

Bab III Penutup .......................................................................................................................11


A. Kesimpulan .................................................................................................................11
B. Saran ...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-
kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya
merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara
pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19
tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan
bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang
masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku
remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok
(teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan
fase remaja akhir berdasarkan pendapat Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini
terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase.
Fase Praremaja, periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens
sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry,
2005). Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan
hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan
kerjasama.
Fase Remaja Awal (early adolescence), merupakan fase yang lanjutan dari
praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak
Fase Remaja Akhir, merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang
sudah terpolakan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perubahan hubungan sosial pada anak remaja ?
2. Bagaimana perubahan pandangan luar pada anak remaja ?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.


1. Mengetahui perubahan hubungan sosial pada anak remaja
2. Mengetahui perubahan pandangan luar anak remaja

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan hubungan sosial pada remaja


Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia dianggap
bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat
cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja juga sering diharapkan
bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Pada masa remaja, seseorang
cenderung untuk meng-gabungkan diri dalam 'kelompok teman sebaya'. Kelompok so-
sial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi remaja. Pengaruh kelompok ini
bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh
keluarga.
Menurut Y. Singgih D. Gunarsa & Singgih D. Gunarsa, kelompok remaja
bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih
cara mereka bersikap, bertingkahlaku dan melakukan hubungan sosial. Namun
kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat
sehingga kelakuan mereka menjadi "overacting' dan energi mereka disalurkan ke tujuan
yang bersifat merusak.
B. Perubahan hubungan sosial pada remaja
Sementara itu, Mohammad Ali dan M. Asrori (dalam Yulia Rahmi,
2005:13) mengemukakan ada empat karakteristik yang menonjol dari perkembangan
sosial remaja, yaitu:
1. Berkembangnya kesadaran akan kesunyiaan dan dorongan pergaulan. Hal ini
sering kali menyebabkan remaja memiliki solidaritas yang tinggi dan kuat dengan
kelompok teman sebaya, sehingga remaja perlu diberikan perhatian intensif
dengan cara melakukan interaksi dan komunikasi secara terbuka serta hangat.
2. Adanya upaya memilih nilai-nilai sosial, sehingga menyebabkan remaja selalu
mencari nilai-nilai yang dijadikan sebagai pegangan. Dengan demikian orang tua
harus menunjukkan konsisten dalam memegang dan menerapkan nilai-nilai dalam
kehidupan.
3. Meningkatnya ketertarikan pada lawan jenis. Hal ini menyebabkan remaja pada
usianya berusaha memiliki teman dekat dengan lawan jenis. Untuk itu remaja
perlu diajak berkomunikasi secara santai dan terbuka untuk membicarakan hal-
hal yang berhubungan dengan lawan jenis.

5
4. Mulai tampak kecendrungan untuk memilih karir tertentu, walaupun remaja
berada pada taraf pencarian karir. Dengan demikian remaja perlu diberi wawasan
karir yang disertai dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing jenis karir.
2. Kekhasan Tingkah Laku Sosial Remaja
Masa remaja adalah saat untuk mencoba melakukan peranan sosial yang
baru yang menuntut cara-cara bertingkah laku sosial tertentu. Beberapa kekhasan
tingkah laku remaja, yaitu:
1. Ketertarikan terhadap lawan jenis
Perubahan hubungan sosial yang paling menonjol pada periode remaja adalah
ketertarikan terhadap lawan jenis. Elida Prayitno (2006: 85) merumuskan:
Ketertarikan terhadap lawan jenis dapat dilihat dari kesukaan dan kegembiraan
remaja dalam kelompok yang heterogen yaitu wanita dan pria, sebelumnya
mereka mereka menyukai anggota kelompok yang homogen, yaitu wanita sama
wanita dan pria sama pria.
Muhammad Al-Mighwar (2006: 130) berpendapat, “Teman-teman sejenis tidak
diminati remaja sebagai akibat semakin besarnya minat pada lawan jenis”. Jadi,
mereka sering menyukai lawan jenis sebagai teman, walaupun beberapa teman
sejenis masih tetap diakrabinya. Remaja bangga kalau menjadi popular diantara
teman sebaya terutama bagi lawan jenis. Remaja populer memiliki banyak teman
dan penggemar diantara teman sebaya, terutama lawan jenis. Remaja
beranggapan bahwa ketenaran berarti memiliki banyak teman, tetapi dengan
bertambah umurnya, jenis-jenis teman lebih penting daripada kuantitasnya.
Beberapa kriteria yang harus dimiliki remaja agar menjadi populer, diantaranya
adalah: penampilan fisik yang menarik (pria dengan bentuk tubuh gagah, dan
wanita dengan wajah yang menawan dan tubuh yang seimbang), sikap yang
tenang, namun periang, dan penuh perhatian (Hurlock dalam Elida Prayitno,
2006: 85).
Dalam memilih teman, para remaja tidak lagi seperti masa kanak-kanak yang
memilih teman-teman atas dasar kemudahan dan kegemaran pada aktivitas yang
sama, baik di sekolah maupun di lingkungan tetangga. Remaja menghendaki
teman yang memiliki minat dan nilai yang sama, dapat mengerti, membuatnya
merasa aman, dipercaya, membahas masalah-masalah yang tidak dapat
diceritakan pada guru atau orang tuanya (Muhammad Al-Mighwar, 2006: 130).
1. Kemandirian bertingkah laku sosial

6
Remaja ingin memiliki tingkah laku sosial yang mandiri artinya memilih dan
menentukan sendiri dengan siapa dia akan berteman. Remaja tidak ingin orang
tua turut campur dalam menentukan hubungan sosial mereka, khususnya dengan
teman sebaya. Karena remaja membutuhkan kemandirian dalam bersosialisasi
maka diharapkan mereka dapat mengambil keputusan yang benar tentang tingkah
laku untuk menghadapi orang-orang dewasa yang baru dikenal dalam situasi yang
baru, dan semua itu memerlukan proses belajar.
2. Kesenangan berkelompok
Remaja sangat senang hidup berkelompok, hidup dalam kelompok teman sebaya
merupakan kebutuhan pada masa remaja. Hurlock (dalam Elida Prayitno, 2006)
mengemukakan bahwa terjadi perubahan bentuk kelompok sesuai dengan
peningkatan perkembangan mereka, yaitu:
a. Kelompok teman dekat
Kelompok ini mucul pada masa remaja awal atau pubertas. Kelompok terdiri
dari dua atau tiga orang teman dekat dengan jenis kelamin yang sama. Dalam
kelompok terjadi saling membantu pemecahan masalah, berbagi rasa namun
tidak jarang terjadi pertengkaran dan dengan mudah mereka akan rukun
kembali.
b. Kelompok kecil
Anggota kelompok terdiri dari teman dekat yang jumlahnya lebih besar dari
kelompok sebelumya dan jenis kelamin yang berbeda wanita dan pria. Fungsi
kelompok adalah tempat berbagi rasa saling menyokong dan belajar bergaul
dengan lawan jenis. Sokongan kelompok sangat penting dalam rangka
mencapai kemandirian dari keterikatan terhadap orang tua.
c. Kelompok besar
Kelompok besar jumlah anggotanya lebih banyak karena terdiri dari kelompok
teman dekat, dan angggota kelompok kecil. Kelompok ini terbentuk sejalan
dengan peningkata aktivitas remaja, seperti kegiatan rekreasi, kesenian,
olahraga, pesta ulang tahun dan syukuran karena kesuksesan.
d. Kelompok terorganisasi
Kelompok ini merupakan kelompok pemuda yang diorganisir oleh orang
dewasa yang bertujuan membina remaja. Kegiatannya diarahkan kepada hal-
hal yang bermanfaat bagi perkembangan remaja sendiri maupun masyarakat,
misalnya organisasi pemuda untuk meningkatkan keterampilan anggotanya

7
sehingga memiliki kesiapan kerja. Kegiatan kelompok remaja juga dapat
diarahkan kepada kegiatan yang menyejahterakan masyarakat, seperti gotong-
royong pengadaan air bersih, wc umum, pembuatan jembatan sederhana dan
sebagainya.
e. Kelompok geng
Kelompok remaja yang terkenal karena kesamaan latar belakang (misalnya
ditolak atau tidak puas dalam kelompok remaja), menggabungkan diri
membentuk kelompok yang disebut geng. Kegiatan geng cenderung merusak
dan mengganggu kehidupan masyarakat, bahkan mencuri, merampok, dan
membunuh.
3. Faktor yang mempengaruhi perubahan hubungan sosial
1. Faktor Keluarga
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku
sosial anak adalah faktor keutuhan keluarga, sikap dan kebiasaan orang tua, dan
status anak dalam keluarga.
Sehingga jika hubungan antara anak dan orang tua terjalin baik maka individu
akan bisa lebih mudah untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan
lingkungannya Jadi dapat disimpulkan jika seorang individu mendapatkan hal itu
semua di dalam keluarga maka individu dapat dengan mudah bisa membina
hubungan sosial dengan baik terhadap siapa pun.
2. Pengaruh sekolah
Kehadiran di sekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses
sosialisasinya dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat
menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Para guru dan teman-teman
sekelas membentuk suatu sistem yang kemudian menjadi semacam lingkungan
norma bagi dirinya. Selama tidak ada pertentangan, selama itu pula anak tidak
akan mengalami kesulitan dalam meyesuaikan dirinya. Namun, jika salah satu
kelompok lebih kuat dari lainnya, anak akan menyesuaikan dirinya dengan
kelompok dimana dirinya dapat diterima dengan baik.
Mengemukakan ada empat tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh
anak selama membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut:
a. Anak dituntut agar tidak merugikan orang lain serta menghargai dan
menghormati hak orang lain.

8
b. Anak dididik untuk menaati peraturan-peraturan dan meyesuaikan diri denagn
norma-norma kelompok.
c. Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial
berdasarkan asas saling member dan menerima.
d. Anak dituntut untuk memahami orang lain.
3. Pengaruh teman sebaya
Remaja akan berusaha agar bisa diterima dengan baik oleh teman-temannya. Oleh
karena itu jika remaja bisa diterima dengan baik oleh teman-temannya maka
suatu kebanggaan tersendiri bagi remaja tersebut. Karena dengan diterimanya
remaja dalam kehidupan teman sebayanya maka bisa membantu remaja dalam
mengembangkan potensi dirinya dan bisa saling membantu antar sesama. Seperti
yang dikemukakan oleh Campbel (dalam Elida Prayitno, 2006: 94), yaitu:
Kelompok teman sebaya memungkinkan remaja belajar keterampilan sosial,
mengembangkan minat yang sama dan saling membantu dalam mengatasi
kesulitan dalam rangka pencapaian kemandirian. Teman sebaya dijadikan tempat
memperoleh sokongan dan tempat melepaskan ketergantungan diri tehadap orang
tua. Begitu pentingnya teman sebaya bagi perkembangan sosial remaja, maka
apabila terjadi penolakan dari kelompok teman sebaya dapat menghambat
kemandirian dalam hubungan sosial. Penolakan sosial dapat menghancurkan
kehidupan remaja yang sedang mencari identitas diri.
4. Kematangan
Menurut Endang Fatimah (2006: 92), “Proses sosialisasi memerlukan
kematangan fisik dan psikis”. Untuk memberi dan menerima pandangan atau
pendapat orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional. Selain itu,
kematangan mental dan kemampuan berbahasa ikut pula menentukan
keberhasilan seseorang dalam berhubungan sosial.
5. Status sosial ekonomi
Kehidupan sosial dipengaruhi pula oleh kondisi atau status sosial ekonomi
keluarga. Anak akan menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya. Hal itu
mengakibatkan anak akan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang
tidak tepat. Kondisi yang demikian juga dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak
menjadi terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain, anak-anak dari keluarga kaya
akan membentuk kelompok elit dengan nilai dan norma sendiri.
6. Kapasitas mental: emosi dan intelegensi

9
Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti
kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri
terhadap kehidupan di masyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi
berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. Remaja yang memiliki emosi
positif akan lebih mudah untuk menjalin hubungan dengan teman sebayanya baik
yang sejenis ataupun beda jenis. Ini dikarenakan remaja yang memiliki emosi
positif selalu gembira, bahagia, sayang,cinta dan berani (Elida Prayitno, 2006:
68). Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan
modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan mudah dicapai oleh remaja
yang berkemampuan intelektual tinggi.

C. Perubahan Pandangan Dunia Luar


Perubahan – perubahan tidak saja terjadi dalam diri anak remaja. Pandangan dunia
luar pun telah berubah dan hal dapat pula menyebabkan konflik-konflik.
Konflik-konflik ini bisa terjadi karena :
- Sikap dunia luar terhadap anak remaja tidak konsisten.
Kadang dianggap sudah dewasa, sering masih dianggap anak kecil sehingga
menimbulkan kejengkelan pada diri remaja.
- Dunia luar memandang perkemangan anak-anak dengan penuh ambivalensi.
- Dunia luar masih mempunyai nilai-nilai yang berbeda untuk anak laki-laki dan
perempuan.
- Pemuda pada masa sekarang sering merasakan suatu kekosongan dan ingin
melakukan apa saja untuk mengisi kekosongan tersebut.
- Dalam kondisi yang lain yang sangan kejam, untuk mengisi kekosongan daripada
para pemuda adalah usaha untuk melibatkan mereka dalam penggunaan obat bius,
minuman beralkohol, narkoba, dan sabu-sabu.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip keprasahajaan pramuka harus diterapkan dikehidupan sehari-hari


yaitu hidup dengan sikap kesederhanan hidup, mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar, dan mampu menghadapi segala macam keadaan hidup. Selain itu
pramuka juga memiliki prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang diterapkan
dalam kegiatan pramuka untuk membina generasi muda melalui pendidepramukaan.

B. Saran

Saran yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah menerapkan prinsip
keprasahajaan pramuka dalam kehidupan sehari-hari.
1.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bimo Walgito. 2002. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi.


Elida Prayitno. 2006. Buku Ajar Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.
Enung Fatimah. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia.
Hubungan Sosial Remaja. http//www.sayyammaskurblog.com.4makalah-hubungan-sosial-
remaja.html. (online) diakses pada tanggal 1 Juni 2011.
Makalah dan Pengertian Hubungan Sosial. http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-
hubungansosial.html. (online) diakses pada tanggal 1 Juni 2011.
Mudjiran, dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Press.
Pengertian Remaja, Definisi Remaja. http://www.blogremaja.pengertian-remaja-definisi-
remaja.html. (online) diakses pada tanggal 28 Mei 2011.
Pengertian Remaja Menurut Para Ahli Belajar Psikologi. http://www.aryablog.pengertian remaja
menurut para ahli _ belajar psikologi.html. (online) diakses pada tanggal 28 Mei 2011.
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarlito W. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Yulia Rahmi. 2005. Hubungan Sosial Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling UNP. Skripsi. Tidak
dipublikasikan. Padang : UNP.

12

Anda mungkin juga menyukai