Anda di halaman 1dari 11

2.

1 Pengertian Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar
alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam
tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam
seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

2.2 Penggolongan Sumber Daya Alam

A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :

 Sumber Daya Alam Hayati / Biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
makhluk hidup. contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
 Sumber Daya Alam Non Hayati / Abiotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
benda mati. contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain

B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :

 sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable yaitu sumber daya alam yang
dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan. contoh : air, tumbuh-
tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
 sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable ialah sumber daya
alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja
atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah. contoh : minyak bumi, batubara,
timah, gas alam.
 Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited. contoh : sinar matahari,
arus air laut, udara, dan lain lain.

C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya:

 Sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yang dapat
digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan
menjadi lebih tinggi. contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-
lain
 Sumber daya alam penghasil energy adalah sumber daya alam yang dapat
menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka
bumi. misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi,
gas bumi, dan lain sebagainya.

2.3 Dasar Pengelolaan SDA


• Prinsip-prinsip ekologi
• Inventarisasi sumber daya alam yang kontinu
• Perkiraan terhadap kebutuhan pada masa-masayang akan datang

Tiga hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan pengelolaan SDA


1. Inventarisasi sumber daya alam: Dalam hal ini memerlukan/menghendaki:
 evaluasi secara kontinu status SDA,
 alat dan teknologi untuk menggunakan dan memlihara SDA serta kebutuhan jangka
pendek/jangka panjang
2. Perencanaan pengembangan, meliputi;
 Program dasar untuk alokasi dan penggunaan SDA
 Memelihara keseimbangan ekologi
 Mengembangkan perumahan, industri dan pertanian untuk kebutuhan sekarang dan
masa datang
3. Jadwal Pengembangan

2.4 Pengelolaan Sumber Daya Alam

Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dapat dilakukan dengan
konservasi. Konservasi berarti pengurangan atau peniadaan penggunaan karena lebih
mengutamakan bentuk penggunaan lain dalam hal sumberdaya alam itu memiliki penggunaan
yang bermacam-macam.
Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan
dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara seimbang. Konservasi
dapat dilakukan dengan kegiatan:
ü Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
ü Pemanfaatan secara lestari sumberdaya hayati dan ekosistemnya
ü Perlindungan terhadap sistem penyangga kehidupan
Konservasi Energi.
Usaha yang dilakukan adalah
mengusahakan terwujudnya bendabenda/ alat-alat yang dapat/berfungsi “mengikat” sumber
energi alam, terutama
energi matahari. Misalnya mengubah energi matahari menjadi energi listrik
Konservasi tanah; bertujuan untuk
mencegah perusakan tanah dan
pengurasan materi organik yang
disebabkan oleh:
Eropsi karena angin
Eropsi karena air
Penanaman terus menerus dengan
tanaman yang sama
Konservasi Air
• Kuantitas air
Mengurangi kehilangan air di tempat
penyimpanan dan dalam pengangkutan
Meningkatkan jumlah air melalui usaha
menghilangkan garam dari air laut
Mengadakan pengurangan air buangan
dengan cara memperhitungkan secara
cermat kebutuhan dan penyediaannya
• Kualitas air
Mengontrol penggunaan air dan zat-zat kimia
 Pemakaian dan pengambilan kembali air dan
zat kimia
 Pengolahan air buangan dengan cara fisio-kimia
dan biologi. Pengolahan secara fisik dengan
penyaringan dan pengendapan. Pengolahan
cara kimia dengan cara menambahkan zat kimia
yang dapat mentralisir air buangan. Pengolahan
cara biologi yaitu proses absorbsi zat-zat
pencemar oleh tumbuhan (misal enceng
gondok).
Konservasi Mineral
• Ditinjau dari manfaatnya untuk kehidupan manusia, ada
5 cara
 Meningkatkan teknik eksplorasi, sehingga simpanan
mineral yang tersedia dapat ditemukan
 Memperbesar efisiensi pertambangan dan pengolahan
sehingga memperkecil sisa
 Mengadakan efisiensi dalam eksplorasi
 Memperkecil kerusakan yang berhubungan dengan SDA
lain
 Memperpanjang umur dan meningkatkan penggunaan
kembali mineral-mineral yang sudah ditambang
• Ditinjau dari manfaatnya untuk keperluan
hidup manusia. Usaha ini berkaitan
dengan usaha konservasi tanah,
mengingat bahwa mineral yang
dibutuhkan berasal dari tanah.
Berikut merupakan contoh konsep lestari dalam pengelolaan Sumber Daya Alam,
diantaranya:

1. Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Bidang Pertanian


Mekanisme pertanian tanpa perhitungan yang tepat dapat menurunkan kesuburan sifat fisik
tanah. Hal ini bisa terjadi karena terjadi kerusakan pada lapisan bagian atas tanah
(baca: jenis-jenis tanah)yang mengandung humus dan dapat menyebabkan terjadinya erosi
tanah yang disebabkan oleh air. Usaha untuk memperoleh hasil pertanian yang berlimpah
dengan sebuan revolusi hijau. Langkah ini ditempuh insustri pertanian yaitu dengan adanya
perubahan dari petani kecil dengan lahan sempit menjadi petani industri dengan lahan luas.
Aktivitas ini membantu petani kecil yang kehilangan tanah garapan dan pekerjaan.

2. Penggunaan Pupuk Alami atau Pupuk Organik

Penggunaan pupuk organik dalam pertanian merupakan suatu pilihan yang sangat tepat
karena dapat menjaga kelestarian tanah. Kandungan mineral dan zat-zat di dalam produk
pupuk organik sangat cocok untuk menjaga kelestarian tanah. Kandungan mineral serta zat-
zat tersebut tidak mengandung bahan kimiawi, sehingga sangat ramah lingkungan. Kesuburan
tanah yang diberi pupuk organik tidak mudah hilang. Bebeda dengan pupuk kimia, tidak
semua zat dapat diuraikan oleh mikroorganisme di dalam tanah, sehingga dalam jangka
waktu yang lama akan mengendap dan akan menyebabkan pencemaran tanah.

3. Penggunaan pestisida seperlunya

Penggunaan pestisida dalam industri pertanian merupakan hal yang mutlak dilakukan untuk
mencegah serangan hama yang dapat merusak tanaman. Namun, untuk mendukung
kelestarian sumber daya alam, pestisida yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan agar
residu yang dihasilkan tidak begitu banyak dan mengendap dan merusak tanah dan
menyebabkannya tidak lagi subur (baca: tanah subur dan tidak subur).

4. Pengelolaan tanah datar, lahan miring, dan perbukitan

Upaya pelestarian tanah dapat kita lakukan dengan menggalakkan kegiatan menanam pohon
atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang sudah gundul. Untuk daerah
perbukitan atau pegunungan dengan tanah yang miring posisinya perlu dibangun terasering
atau sengkedan untuk menghambat laju aliran air hujan sehingga dapat mencegah tanah
longsor.

5. Pengelolaan udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan karena setiap organisme bernafas memerlukan
udara. Upaya yang dapat dilakukan untuk membuat udara tetap layak dihirup adalah:

 Menggalakan penanaman pohon dan tanaman hias di lingkungan sekitar. Tanaman dapat
menyerap gas-gas yang berbahaya bagi manusia dan mampu memproduksi oksigen melalui
proses fotosintesis. Tumbuhan juga mengeluarkan uap air sehingga kelembaban udara tetap
terjaga.
 Mengupayakan pengurangan emisi atau gas sisa pembakaran. Asap kendaraan bermotor dan
cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan
industri dan menjadi penyebab pencemaran udara. Salah satu pencegahannya adalah
menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan serta pemasangan filter pada
cerobong asap.
 Mengurangi dan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di
atmosfer (baca: fungsi atmosfer). Gas Freon yang digunakan untuk pendingin AC atau kulkas
serta yang digunakan dalam kosmetik merupakan salah satu senyawa yang dapat merusak
lapisan ozon.

6. Pengelolaan hutan

Ekspoitasi hutan yang berlangsung secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan penanaman
kembali menyebabkan kawasan ekosistem hutan menjadi rusak. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kelestarian hutan adalah:

 Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul


 Melarang pembabatan hutan
 Menerapkan sistem tebang pilih
 Menerapkan sistem tebang tanam dalam kegiatan penebangan hutan
 Menerapkan saksi berat bagi mereka yang melanggar pengelolaan hutan

7. Pengelolaan laut dan pantai

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang sangat luas dan banyak menyimpan
kekayaan alam yang melimpah. Kerusakan ekosistem air laut dan ekosistem pantai, lebih
banyak disebabkan oleh tangan manusia. Pengerukan pasir pantai, pengrusakan
ekositem hutan mangrove dan pengrusakan terumbu karang di laut merupakan kegiatan-
kegiatan manusia yang mengancam kelestarian ekosistem laut dan ekosistem pantai. Adapun
upaya untuk melestarikan laut dan pantai, dapat dilakukan dengan cara:

 Melakukan reklamasi pantai dengan cara menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar
pantai
 Melarang pengambilan batu karang yang berada di sekitar pantai dan laut
 Melarang penggunaan bahan peledak dan racun kimia untuk menangkap ikan

8. Pengelolaan flora dan fauna

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan
alam sekitar. Terputusnya salah satu rantai makanan dari sitem tersebut akan mengakibatkan
gangguan dalam sebuah ekosistem dan juga mengancam kehidupan seluruh komponen rantai
makanan. Oleh sebab itu kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak harus
diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelestarian flora dan fauna diantaranya adalah:

 Mendirikan cagar alam. Cagar alam merupakan kawasan hutan untuk melindungi ekosistem
yang ada mulai dari tanah, tumbuhan, hewan serta tempat-tempat bersejarah lainnya. Contoh:
cagar alam Pananjung di Pangandaran, cagar alam Rafflesia di Bengkulu, dan lai-lain
(baca: cagar alam di Indonesia beserta flora dan fauna yang dilindungi)
 Mendirikan suaka marga satwa. Suaka margasatwa merupakan suatu kawasan hutan yang
dikhususkan untuk melindungi hewan-hewan di habitat aslinya dan tidak untuk diburu.
Contoh: suaka margasatwa Way Kambas di Lampung, suaka margasatwa Gunung Leuseur di
Aceh, dan banyak lagi (baca: pengertian cagar alam dan suaka margasatwa).
 Selain mendirikan cagar alam dan margasatwa perlunya penindakan tegas terhadap para
perburuan liar dan perusakan cagar alam karena hal tersebut diatur dalam undang-undang.
2.5 Konsep pengelolaan sumber daya alam secara umum, diorientasikan pada hubungan yang
saling terkait dan seimbang antara kebutuhan hidup manusia dan sumber daya alam, sehingga
kelestarian kualitas lingkungan, kelestarian hasil dan pemanfaatan sumber daya alam, tetap
terjamin.
Beberapa konsep atau prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya alam
hayati :
1. Prinsip daya toleransi
Sumber daya alam hayati yang terdapat di alam sangat banyak jenisnya. Setiap jenis di batasi
oleh daya toleransi terhadap faktor lingkungannya, baik secara geografis, maupun ekologis.
Apabila faktor lingkungan yang ekstrim belum terlampaui di harapkan sumber daya alam
hayati dapat di perbaharui atau memperbaharui diri. Namun dapat terjadi berbagai faktor
lingkungan yang di lakukan manusia melampaui daya toleransi sumber daya alam,
mengakibatkan produksi menurun, bahkan mungkin akan punah. Selanjutnya sangat penting
melakukan monitor terhadap faktor lingkungan, agar pengelolaan sumber daya alam hayati
terkendali dalam baik.

2. Prinsip in optimum
Sumber daya alam hayati dengan berbagai jenis yang ada menunjukkan tidak ada satu jenis
sumber daya alam hayati manapun yang dapat berkembang dalam suatu lingkungan yang
optimum bagi semua faktor lingkungan yag mempengaruhinya. Manusia cenderung
mengubah lingkungan hidup suatu sumber daya alam hayati kea rah optimasi suatu faktor
lingkungan tertentu guna memenuhi kebutuhan jangka pendek, tanpa mempertimbangkan
akibat buruk jangka panjang.
Sumber daya alam hayati yag terdapat dalam suatu lingkungan hidup tertentu dimana
manusia hidup, tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan mereka. Dengan demikian, mereka
mengambil berbagai sumber daya alam hayati dari lingkungan lainnya, yang berpengaruh
pada penyebaran berbagai materi, termasuk sampah.

3. Prinsip faktor pengontrol


Sumber daya alam hayati dapat membedakan pengaruh berbagai faktor lingkungan, tetapiu
seringkali terdapat suatu faktor di lingkungan tertentu yang memiliki daya pengontrol. Faktor
pengontrol ini bekerja, baik melalui ukurannya yang terlalu sedikit, maupun terlalu banyak,
memberikan kesan dapat menentukan dinamika populasi dari suatu jenis sumber daya alam
hayati. Pencemaran udara, penggunaan pupuk, dan pestisida, dapat menjadi faktor pengontrol
terhadap populasi tanaman pertanian. Pengaruh faktor pengontrol dapat menyebabkan
ancaman perusakan lingkungan (ekokatasroli) pada lingkungan hidup manusia.

4. Prinsip ketanpabalikan
Pada umumnya sumber daya alam hayati dapat memperbaharui diri, tetapi beberapa sumber
daya alam hayati tidak dapat memperbaharui diri karena proses fisis dan
biologis pada suatu ekosistem yang sudah tidak dapat berlangsung, yang mengakibatkan
kerusakan atau punahnya sumber daya alam itu.

5. Prinsip pembudidayaan
Mausia telah membudidayakan sumber daya alam hayati untuk jangka pendek dan jangka
panjang, yang terus menerus dijaga dan dipelihara. Membudidayakan sumber daya alam
hayati, selain memberikan manfaat, juga menuntut tanggung jawab manusia. Melalui
peradaban, baik itu sengaja, maupun tidak sengaja, manusia membudidayakan dirinya dengan
cara mempersiapkan dan menyediakan bentuk dan alat perlindungan terhadap lingkungan.

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


Pengertian daerah aliran sungai menurut Muhjidin Mawardi adalah kesatuan ruang
(hamparan ruang) yang terdiri atas unsur biotik (tanah, air, udara), biotik (vegetasi, binatang
dan organisme hidup lainnya termasuk manusia) saling berinteraksi satu dengan lainnya,
sehingga merupakan satu kesatuan ekosistem yang dibatasi oleh punggung-punggung
gunung/bukit dimana semua air mengalir ke satu sistem outlet (sungai, danau atau laut).
Pengertian lainnya dari DAS adalah merupakan daerah yang dibatasi punggung-punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung-
gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Novitasari et.al,
1).

2.2 Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan
pemerintah untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di
dalam suatu DAS.
Kerangka pemikiran pengelolaan DAS melibatkan 3 (tiga) dimensi pendekatan analisis
seperti dikemukakan oleh Hufschmidt (1986), yaitu sebagai berikut :
1. Pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan
pelaksanaan yang terpisah tetapi terkait;
2. Pengelolaan DAS sebagai sistem perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi
program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang relevan dan terkait;
3. Pengelolaan DAS sebagai aktivitas berjenjang dan bersifat sekuensial yang masing-masing
berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik.

Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan DAS :


a) Terdapat keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam;
b) Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan mencakup berbagai kegiatan yang tidak selalu
saling mendukung;
c) Meliputi daerah hulu, tengah, dan hilir yang mempunyai keterkaitan biofisik dalam bentuk
daur hidrologi.

TUJUAN PENGELOLAAN DAS


Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah :
(1) Pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga
tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional dan bahkan global;
(2) Terselenggaranya koordinasi, keterpaduan, keserasian dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi DAS;
(3) Terkendalinya hubungan timbal balik sumberdaya alam dan lingkungan DAS dengan
kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Secara garis besar ada 3 (tiga) sasaran utama yang ingin dicapai dalam pengelolaan DAS
yaitu sebagai berikut :
1. Rehabilitasi lahan terlantar atau lahan yang masih produktif tetapi digarap dengan cara
yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip konservasi tanah dan air;
2. Perlindungan terhadap lahan-lahan yang umumnya sensitif terhadap terjadinya erosi dan
atau tanah longsor atau lahan-lahan yang diperkirakan memerlukan tindakan rehabilitasi
dikemudian hari;
3. Peningkatan atau pengembangan sumberdaya terutama sumber daya air.

Sedangkan tujuan dari pengelolaan DAS tersebut adalah sebagai berikut :


a) Terjaminya pemanfaatan sumberdaya alam skala DAS secara berkelanjutan;
b) Tercapainya keseimbangan ekologis sebagai sistem penyangga kehidupan;
c) Terjaminnya kuantitas dan kualitas air sepanjang tahun;
d) Pengendalian banjir dan aliran permukaan;
e) Pengendalian erosi tanah dan proses degradasi lahan lainnya.

Komponen-Komponen Dalam Pengelolaan DAS

 Pengelolaan dan konservasi lahan pertanian


 Pembuatan dan pemeliharaan saluran air, bangunan terjunan air dan sebagainya.
 Peningkatan penutupan lahan melalui penerapan teknik agroforestri, hutan rakyat,
hortikultura buah-buahan, penanaman hijauan pakan ternak dan perikanan darat.
 Pemeliharaan tebing sungai
 Pengembangan infrastruktur yang sesuai, misalnya pembangunan sarana irigasi.

Dalam mengelola sumberdaya lahan suatu DAS perlu diketahui apa yang menjadi masalah
utama DAS. Masalah DAS pada dasarnya dapat dibagi menjadi:

a. Kuantitas (jumlah) air



o Banjir dan kekeringan
o Menurunnya tinggi muka air tanah
o Tingginya fluktuasi debit puncak dengan debit dasar.

b. Kualitas air


o Tingginya erosi dan sedimentasi di sungai
o Tercemarnya air sungai dan air tanah oleh bahan beracun dan berbahaya
o Tercemarnya air sungai dan air danau oleh hara seperti N dan P (eutrofikasi)

Masalah ini perlu dipahami sebelum dilakukan tindakan pengelolaan DAS. Sebagai contoh,
apabila masalah utama DAS adalah kurangnya debit air sungai untuk menggerakkan turbin
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), maka penanaman pohon secara intensif tidak akan
mampu meningkatkan hasil air. Seperti telah diterangkan terdahulu, pohon-pohonan
mengkonsumsi air lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pertanian semusim dan tajuk
pohon-pohonan mengintersepsi sebagian air hujan dan menguapkannya kembali ke udara
sebelum mencapai permukaan tanah.

Apabila masalah utama suatu DAS adalah kerawanan terhadap banjir maka teknik yang dapat
ditempuh adalah dengan mengusahakan agar air lebih banyak meresap ke dalam tanah di hulu
dan di bagian tengah DAS. Usaha ini dapat ditempuh dengan menanam pohon dan/atau
dengan tindakan konservasi sipil teknis seperti pembuatan sumur resapan, rorak dan
sebagainya.

Apabila yang menjadi masalah DAS adalah tingginya sedimentasi di sungai maka pilihan
teknik konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki fungsi filter dari DAS.

Peningkatan fungsi filter dapat ditempuh dengan penanaman rumput, belukar, dan pohon
pohonan atau dengan membuat bangunan jebakan sedimen (sediment trap). Apabila
menggunakan metode vegetatif, maka penempatan tanaman di dalam suatu DAS menjadi
penting. Penanaman tanaman permanen pada luasan sekitar 10% saja dari luas DAS,
mungkin sudah sangat efektif dalam mengurangi sedimentasi ke sungai asalkan tanaman
tersebut ditanam pada tempat yang benar-benar menjadi masalah, misalnya pada zone
riparian (zone penyangga di kiri kanan sungai).

Apabila suatu DAS dihutankan kembali maka pengaruhnya terhadap tata air DAS akan
memakan waktu puluhan tahun. Pencegahan penebangan hutan jauh lebih penting dari pada
membiarkan penebangan hutan dan menanami kembali lahan gundul dengan pohonpohonan.

Lagipula apabila penanaman pohon dipilih sebagai metode pengatur tata air DAS,
penanamannya harus mencakup sebagian besar wilayah DAS tersebut. Jika hanya 20- 30%
dari wilayah DAS ditanami, pengaruhnya terhadap tata air mungkin tidak nyata.
Penyebaran tanaman kayu-kayuan secara merata dalam suatu DAS tidak terlalu memberikan
arti dalam menurunkan sedimentasi. Tabel 4.1 memberikan ringkasan masalah DAS dan
alternatif teknologi yang dapat dipilih untuk mengatasinya.

Teknologi Pengelolaan DAS

Permasalahan pokok yang mungkin dijumpai di dalam DAS adalah erosi dan degradasi lahan,
kekeringan dan banjir, penurunan kualitas air sungai, dan pendangkalan sungai, danau atau
waduk. Pemilihan teknologi untuk pengelolaan DAS tergantung pada sifat DAS yang
mencakup tanah, iklim, sungai, bukit dan masyarakat yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu
tidak ada resep umum yang bisa diberikan dalam memecahkan permasalahan DAS.

Pertimbangan pemilihan teknologi itu adalah tercapainya sasaran konservasi lahan dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ada di dalamnya. Berikut ini disampaikan
prinsip-prinsip tindakan yang harus dilaksanakan dalam pengelolaan DAS sehingga
masyarakat dapat memilih teknologi yang sesuai:

 Penggunaan lahan harus disesuaikan dengan sifat dan kemampuan lahan


bersangkutan. Tanah yang berlereng curam, misalnya lebih curam dari 40%, tidak
aman bila digunakan secara intensif untuk tanaman semusim. Penuntun praktis
kriteria kesesuaian lahan diberikan di dalam buku Djaenuddin et al. (2003). Di dalam
buku tersebut diuraikan tanaman apa yang cocok ditanam pada lahan tertentu.
 Memaksimalkan penutupan tanah dengan menggunakan tanaman penutup, karena
dengan banyaknya tajuk dan seresah tanaman, akan semakin terlindung permukaan
tanah dari terpaan air hujan dan makin terbentuk jaringan penyaring erosi.
 Mempertahankan sebanyak mungkin air hujan pada tempat di mana air tersebut jatuh,
sehingga mengurangi aliran permukaan.
 Mengalirkan kelebihan air permukaan dengan kecepatan yang aman ke kolam-kolam
penampung untuk digunakan kemudian.
 Menghindari terbentuknya parit (gully) dan menghambatnya (menyumbat) dengan
sumbat parit (gully plug) pada interval yang sesuai untuk mengendalikan erosi dan
pengisian kembali air tanah
 Memaksimalkan produktivitas lahan per satuan luas, per satuan waktu, dan per satuan
volume air.
 Meningkatkan intensitas pertanaman dengan tanaman sela dan menata pola pergiliran
tanaman.
 Menstabilkan sumber penghasilan dan mengurangi resiko kegagalan selama
terjadinya penyimpangan iklim (terlalu sedikit atau terlalu banyak hujan).
 Meningkatkan/memperbaiki infrastruktur yang dapat membantu kelancaran distribusi,
pemasaran, dan penyimpanan hasil pertanian.
 Untuk daerah beriklim kering, kegiatan terutama ditujukan untuk meningkatkan
penyimpanan air tanah melalui peningkatan kapasitas infiltrasi dan simpanan air di
permukaan tanah melalui pembuatan sumur, rorak atau embung penampung air.
 Sisa tanaman perlu dikembalikan ke permukaan tanah baik secara langsung misalnya
dalam bentuk mulsa atau dalam bentuk kompos.
 Tindakan konservasi tanah harus disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi
setempat (misalnya status pemilikan tanah, tenaga kerja, penghasilan rumah tangga).
Tindakan konservasi yang mudah diterima petani adalah tindakan yang memberi
keuntungan jangka pendek dalam bentuk peningkatan hasil panen dan peningkatan
pendapatan, terutama untuk petani yang status penguasaan lahannya tidak tetap.
 Kegiatan konservasi yang akan diterapkan seharusnya dipilih oleh petani dengan
fasilitasi penyuluh. Petani paling berhak mengambil keputusan untuk kegiatan yang
akan dilakukan pada lahan mereka.
 Jangan melakukan tindakan konservasi kalau belum dimengerti apa masalah yang
akan dipecahkan dan apa manfaat tindakan tersebut.

Permasalahan pokok yang dijumpai dalam DAS adalah:

 degradasi lahan (erosi)


 penurunan kualitas air
 kekeringan dan banjir
 pendangkalan sungai, danau atau (perubahan debit sungai) waduk oleh sedimen

Anda mungkin juga menyukai