Anda di halaman 1dari 22

Pelestarian lingkungan hidup

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Foto bumi biru. Environmentalisme merupakan kekhawatiran dampak perilaku manusia terhadap
kelestarian bumi dan sistem alam.
Environmentalisme adalah filosofi, ideologi[1][2][3] dan gerakan sosial yang luas mengenai
masalah konservasi lingkungan dan peningkatan kesehatan lingkungan. Environmentalisme
mendukung pelestarian, restorasi dan / atau perbaikan lingkungan alam, dan dapat disebut
sebagai sebuah gerakan untuk mengendalikan pencemaran atau melindungi keanekaragaman
tumbuhan dan satwa.[4] Untuk alasan ini, konsep-konsep seperti etika lahan, etika lingkungan,
keanekaragaman hayati, ekologi dan hipotesis biophilia hipotesis merupakan hal yang dominan.
Pada inti nya, environmentalisme adalah upaya untuk menyeimbangkan hubungan antara
manusia dan berbagai sistem alam di mana manusia bergantung sedemikian rupa sehingga semua
komponen mendapat perlakuan yang sesuai untuk kelestariannya. Lingkungan hidup dan
masalah lingkungan sering diwakili oleh warna hijau,[5]
Pada prakteknya, environmentalism berkaitan erat dengan ekologi, sebab ekologi menyediakan
informasi tentang bagaimana kerusakan lingkungan mempengaruhi mahluk hidup dan bagaimana
cara memperbaikinya.
Salah satu contoh pertama adalah orang-orang Bishnois di Rajasthan, India, yang rela mati demi
mencegah penebangan pohon-pohon di desa mereka atas perintah raja.

Beberapa tokoh modern adalah John Muir dan Henry David Thoreau. Thoreau tertarik akan
hubungan antara manusia dan lingkungan hidup dan mempelajari hal ini dengan cara hidup dekat
dengan alam dengan gaya hidup sederhana.

A. Peraturan Pelestarian Lingkungan Hidup


Upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah
mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan pengaturan dan pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 mengenai Analisis Dampak Lingkungan,
PP No. 19 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Danau atau Perusakan
Laut, dan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
Adapun inti dari peraturan-peraturan tersebut adalah bagaimana manusia dapat
mengelola dan memanfaatkan sumber daya lingkungan secara arif dan bijaksana tanpa
harus merusaknya. Apabila ada penduduk baik secara individu maupun kelompok
melanggar aturan tersebut maka sudah sepantasnya dikenai sanksi yang setimpal tanpa
memandang status. Di lain pihak, masyarakat hendaknya mendukung programprogram pemerintah yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan.

B. Pelestarian di Lingkungan Darat

Beberapa contoh bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup pada
wilayah daratan, antara lain sebagai berikut.
1. Reboisasi, yaitu berupa penanaman kembali tanaman terutama pada daerahdaerah perbukitan yang telah gundul.
2. Rehabilitasi lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah yang
kritis dan tidak produktif.
3. Pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan
karakteristik dan peruntukan lahan.
4. Menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa hijau
dengan cara ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga dapat
menyerap air dengan kuantitas yang banyak yang pada akhirnya dapat mencegah
banjir, serta menjadi persediaan air tanah.
5. Pembuatan sengkedan (terasering) atau lorak mati bagi daerahdaerah pertanian
yang memiliki kemiringan lahan curam yang rentan terhadap erosi.
6. Rotasi tanaman baik secara tumpangsari maupun tumpanggilir, agar unsurunsur hara dan kandungan organik tanah tidak selamanya dikonsumsi oleh satu
jenis tanaman.
7. Penanaman dan pemeliharaan hutan kota. Hal ini dimaksudkan supaya kota
tidak terlalu panas dan terkesan lebih indah. Mengingat pentingnya hutan di
daerah perkotaan, hutan kota sering dinamakan paru-paru kota.

C. Pelestarian di Lingkungan Perairan


Adapun upaya pelestarian lingkungan perairan antara lain melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1. Larangan pembuangan limbah rumah tangga agar tidak langsung ke sungai.
2. Penyediaan tempat sampah, terutama di daerah pantai yang dijadikan lokasi
wisata.
3. Menghindari terjadinya kebocoran tangki-tangki pengangkut bahan bakar
minyak pada wilayah laut.

4. Memberlakukan Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) terutama untuk kegiatan


industri yang memerlukan air.
5. Netralisasi limbah industri sebelum dibuang ke sungai. Dengan demikian, setiap
pabrik atau industri wajib memiliki unit pengolah limbah yang dikenal dengan
istilah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
6. Mengontrol kadar polusi udara dan memberi informasi jika kadar polusi
melebihi ambang batas, yang dikenal dengan emisi gas buang.
7. Penegakan hukum bagi pelaku tindakan pengelolaan sumber daya perikanan
yang menggunakan alat tangkap ikan pukat harimau atau sejenisnya yang
bersifat merugikan.
8. Pencagaran habitat-habitat laut yang memiliki nilai sumber daya yang tinggi,
seperti yang telah diberlakukan pada Taman Laut Bunaken dan Taman Laut
Kepulauan Seribu.

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP


Kerusakan lingkungan hidup terjadi sebagai ulah akibat tangan-tangan manusia yang tidak
bertanggung jawab dalam memanfaatkan sumber daya yang terkandung di alam. Jika proses
perusakan unsur-unsur lingkungan hidup tersebut terus menerus dibiarkan berlangsung, kualitas
lingkungan hidup akan semakin parah. Oleh karena itu, manusia sebagai aktor yang paling
berperan dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup perlu melakukan upaya
yang dapat mengembalikan keseimbangan lingkungan agar kehidupan umat manusia dan
makhluk hidup lainnya dapat ber kelanjutan.
Upaya pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang
berkaitan dengan pengaturan dan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu Undang- Undang Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut kemudian
dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 mengenai Analisis
Dampak Lingkungan, PP No. 19 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran Danau atau
Perusakan Laut, dan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, serta Undang Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Adapun inti dari peraturan-peraturan tersebut adalah bagaimana manusia dapat mengelola dan
memanfaatkan sumber daya lingkungan secara arif dan bijaksana tanpa harus merusaknya.
Apabila ada penduduk baik secara individu maupun kelompok melanggar aturan tersebut maka
sudah sepantasnya dikenai sanksi yang setimpal tanpa memandang status. Di lain pihak,

masyarakat hendaknya mendukung program-program pemerintah yang berkaitan dengan upaya


pelestarian lingkungan.
Beberapa contoh bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup pada wilayah
daratan, antara lain sebagai berikut:
1. Reboisasi, yaitu berupa penanaman kembali tanaman terutama pada daerah-daerah perbukitan
yang telah gundul.
2. Rehabilitasi lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah yang kritis dan tidak
produktif.
3. Pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan karakteristik dan
peruntukan lahan.
4. Menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa hijau dengan cara
ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga dapat menyerap air dengan kuantitas yang
banyak yang pada akhirnya dapat mencegah banjir, serta menjadi persediaan air tanah.
5. Pembuatan sengkedan (terasering) atau lorak mati bagi daerahdaerah pertanian yang memiliki
kemiringan lahan curam yang rentan terhadap erosi.
6. Rotasi tanaman baik secara tumpangsari maupun tumpang gilir, agar unsur-unsur hara dan
kandungan organik tanah tidak selamanya dikonsumsi oleh satu jenis tanaman.
7. Penanaman dan pemeliharaan hutan kota. Hal ini dimaksudkan supaya kota tidak terlalu panas
dan terkesan lebih indah. Mengingat pentingnya hutan di daerah perkotaan, hutan kota sering
dinamakan paru-paru kota.
Adapun upaya pelestarian lingkungan perairan antara lain melalui upaya-upaya sebagai berikut :
1. Larangan pembuangan limbah rumah tangga agar tidak langsung ke sungai.
2. Penyediaan tempat sampah, terutama di daerah pantai yang dijadikan lokasi wisata.
3. Menghindari terjadinya kebocoran tangki-tangki pengangkut bahan bakar minyak pada
wilayah laut.
4. Memberlakukan Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) terutama untuk kegiatan industri yang
memerlukan air.
5. Netralisasi limbah industri sebelum dibuang ke sungai. Dengan demikian, setiap pabrik atau
industri wajib memiliki unit pengolah limbah yang dikenal dengan istilah Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL).
6. Mengontrol kadar polusi udara dan memberi informasi jika kadar polusi melebihi ambang
batas, yang dikenal dengan emisi gas buang.
7. Penegakan hukum bagi pelaku tindakan pengelolaan sumber daya perikanan yang
menggunakan alat tangkap ikan pukat harimau atau sejenisnya yang bersifat merugikan.
8. Pencagaran habitat-habitat laut yang memiliki nilai sumber daya yang tinggi, seperti yang
telah diberlakukan pada Taman Laut Bunaken dan Taman Laut Kepulauan Seribu.
Diposkan oleh Geografi

Ekosistem
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ekosistem padang rumput adalah contoh ekosistem terestrial

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.[1] Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
memengaruhi.[1]
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur
biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme.[1] Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada.[1]
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem.[2] Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya
organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.[2] Pengertian ini
didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya mikroorganisme, bersama-sama
dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi
cocok untuk kehidupan".[2] Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer
dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet lain dalam tata surya.[2]
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat
ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran
yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan hukum toleransi.[3]
Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang
sempit terhadap makanannya, yaitu bambu.[1] Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem
dengan kondisi apapun asalkan dalam ekosistem tersebut terdapat bambu sebagai sumber
makanannya.[1] Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia dapat memperlebar kisaran

toleransinya karena kemampuannya untuk berpikir, mengembangkan teknologi dan


memanipulasi alam.[2]

Daftar isi

1 Komponen pembentuk
o

1.1 Abiotik

1.2 Biotik

1.2.1 Heterotrof / Konsumen

1.2.2 Pengurai / dekomposer

2 Ketergantungan
o

2.1 Antar komponen biotik

2.2 Antar komponen biotik dan abiotik

3 Tipe-tipe Ekosistem
o

3.1 Akuatik (air)

3.2 Terestrial (darat)

3.3 Buatan

4 Lihat Pula

5 Referensi

Komponen pembentuk
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
Abiotik

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium
atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.[4] Sebagian besar
komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.[2] Komponen abiotik dapat berupa
bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu[2]:
1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan
energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.

2. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun


beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
3. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi
dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses
fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air,
fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di
gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga
hewan dan tumbuhan tertekan.
5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH,
dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada
kandungan sumber makanannya di tanah.
6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area.
Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim
dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.
Biotik

Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme).
Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen
abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
Heterotrof / Konsumen

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang
disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya .[4] Komponen heterotrof disebut juga
konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil.[4] Yang
tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.[4]
Pengurai / dekomposer

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme mati.[4] Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang
dimakan berukuran lebih besar.[1] Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen.[4] Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur.[4] Ada pula pengurai yang disebut
detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu
kayu.[4] Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu[2]:
1. aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan

2. anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima


elektron /oksidan
3. fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai
penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur [4]. Misalnya,
pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai
komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton
yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk
komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut
dalam air.[4]

Ketergantungan

Rantai makanan

Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik
dan abiotik[2].
Antar komponen biotik

Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui[2]:


1. Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses
makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai
makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama
yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi
pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat
selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan
yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer
merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap
pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian
energi akan hilang.[2]

2. Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling


berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi
jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup
tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Antar komponen biotik dan abiotik

Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti[2]:
1. siklus karbon
2. siklus air
3. siklus nitrogen
4. siklus sulfur

Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat.[2] Ulah
manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklik menjadi nonsiklik, manusia cenderung
mengganggu keseimbangan lingkungan.[2]

Tipe-tipe Ekosistem
Secara umum ada tiga tipe ekosistem, yaitu ekositem air, ekosisten darat, dan ekosistem buatan.[5]
Akuatik (air)

Ekosistem sungai

Ekosistem air tawar.

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang,
dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[5] Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji.[5] Hampir semua filum hewan terdapat dalam air
tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.[5]

Ekosistem air laut.

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai
55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar.[5] Di daerah
tropik, suhu laut sekitar 25 C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat
batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah yang
disebut daerah termoklin.[5]

Ekosistem estuari.

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.[5] Estuari sering dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Ekosistem estuari memiliki
produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi[1]. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari
antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.[5] Komunitas hewannya antara lain
berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.[5]

Ekosistem pantai.

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan
Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin.[5] Tumbuhan yang
hidup di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.[5]

Ekosistem sungai.

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah.[5] Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan
memberikan oksigen pada air[5]. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.[5]
Ekosistem sungai dihuni oleh hewan seperti ikan kucing, gurame, kura-kura, ular, buaya, dan
lumba-lumba.[5]

Ekosistem terumbu karang.

Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai.[1] Efisiensi ekosistem ini sangat tinggi.[1]
Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.[4]
Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang.[4]
Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan ikan
karnivora.[4] Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir putih.[1]

Ekosistem laut dalam.

Kedalamannya lebih dari 6.000 m.[4] Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat
mengeluarkan cahaya.[4] Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.[4]

Ekosistem lamun.

Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di
lingkungan laut[6]. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.[6] Seperti
halnya rumput di darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berbiak.[6] Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan
rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan biji. Mereka juga mempunyai akar dan
sistem internal untuk mengangkut gas dan zat-zat hara.[6] Sebagai sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.[6]
Terestrial (darat)

Ekosistem hutan hujan tropis memiliki produktivitas tinggi.

Ekosistem taiga merupakan hutan pinus dengan ciri iklim musim dingin yang
panjang.

Ekosistem tundra didominasi oleh vegetasi perdu.

Penentuan zona dalam ekosistem terestrial ditentukan oleh temperatur dan curah hujan.[2]
Ekosistem terestrial dapat dikontrol oleh iklim dan gangguan.[2] Iklim sangat penting untuk
menentukan mengapa suatu ekosistem terestrial berada pada suatu tempat tertentu.[2] Pola
ekosistem dapat berubah akibat gangguan seperti petir, kebakaran, atau aktivitas manusia.[2]

Hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik.[5] Ciri-cirinya adalah curah hujan 200225 cm per tahun.[5] Spesies pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang
lainnya tergantung letak geografisnya.[5] Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang
pohon tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi).[5] Dalam hutan basah terjadi
perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme.[5] Daerah tudung
cukup mendapat sinar matahari, variasi suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar
25 C.[5] Dalam hutan hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek
sebagai epifit.[5] Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung
hantu.[5]

Sabana.

Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 60 inci per tahun, tetapi
temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.[6] Sabana yang terluas di dunia terdapat di
Afrika; namun di Australia juga terdapat sabana yang luas.[6] Hewan yang hidup di sabana antara
lain serangga dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.[1]

Padang rumput.

Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik.[4] Ciri-ciri
padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun, hujan turun tidak teratur,
porositas (peresapan air) tinggi, dan drainase (aliran air) cepat.[4] Tumbuhan yang ada terdiri atas
tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan.[4] Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan
ular.[4]

Gurun.

Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.[6] Ciri-ciri ekosistem
gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun).[6] Perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat besar.[6] Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil[6]. Selain itu,
di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak
berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.[6] Hewan
yang hidup di gurun antara lain rodentia, semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa
hewan nokturnal lain.[6]

Hutan gugur.

Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki empat musim, ciri-cirinya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun.[4] Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat.[4]
Hewan yang terdapat di hutam gugur antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk,
dan rakun (sebangsa luwak).[4]

Taiga

Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, ciri-cirinya
adalah suhu di musim dingin rendah.[5] Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu
spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya.[5] Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali,
sedangkan hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang
bermigrasi ke selatan pada musim gugur.[5]

Tundra

Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi.[5] Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari.[5] Contoh
tumbuhan yang dominan adalah sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan
rumput alang-alang.[5] Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang
dingin.[5]

Karst (batu gamping /gua).

Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.[6] Kawasan karst di
Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu, tanahnya kurang subur untuk
pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang
rendah, gaya permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro.[6] Ekosistem karst
mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang tidak dijumpai di ekosistem
lain.[6]
Buatan

Sawah merupakan salah satu contoh ekosistem buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.[5]
Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan
didominasi pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.[1] Contoh ekosistem
buatan adalah[5]:

bendungan

hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus

agroekosistem berupa sawah tadah hujan

sawah irigasi

perkebunan sawit

ekosistem pemukiman seperti kota dan desa

ekosistem ruang angkasa.[1]

Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak.[2] Kebutuhan
materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti
polusi dan panas.[2]
Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri
kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar.[1] Semua ekosistem dan kehidupan selalu
bergantung pada bumi.[1]

Komponen Pembentuk Ekosistem


Komponen pembentuk ekosistem antara lain :

Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup merupakan komponen fisik dan kimia yang
medium atau substrat sebagai tempat berlangsungnya kehidupan atau
lingkungan tempat hidup. Sebagian besar dari komponen abiotik memiliki
beragam variasi dalam ruang dan waktu. Komponen abiotik berupa bahan
organik, senyawa anorganik, serta faktor yang memengaruhi distribusi
organisme, antara lain:

1. Suhu
Proses biologi dipengaruhi juga oleh suhu. Mamalia dan unggas akan
membutuhkan energi untuk dapat meregulasi temperatur dalam
tubuh.
2. Air
Ketersediaan air juga dapat memengaruhi distribusi organisme.
Organisme yang terdapat pada gurun beradaptasi terhadap
ketersediaan air yang ada di gurun tersebut.
3. Garam
Konsentrasi garam juga memengaruhi kesetimbangan air dalam
organisme dengan melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial
mampu untuk dapat beradaptasi di dalam lingkungan dengan
kandungan garam yang tinggi.
4. Cahaya matahari
Intensitas serta kualitas cahaya matahari dapat memengaruhi proses
fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga yang terjadi pada
lingkungan air, fotosintesis terjadi pada sekitar permukaan yang dapat
dijangkau oleh cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya matahari
yang sangat besar dapat membuat peningkatan suhu, hal ini dapat
mengakibatkan hewan dan tumbuhan tertekan.

5. Tanah dan batu


Karakteristik tanah yang meliputi antara lain struktur fisik,, komposisi
mineral, dan pH membatasi penyebaran organisme yang berdasarkan
kandungan sumber makanan di tanah.
6. Iklim
Iklim adalah kondisi cuaca dalam suatu daerah atau area serta dalam
jangka waktu lama. Iklim makro meliputi iklim global, lokal, dan
regional. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni
oleh beberapa komunitas tertentu.

Biotik
Biotik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu organisme.
Komponen biotik merupakan suatu komponen yang menyusun ekosistem
selain komponen abiotik. Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup
sendiri dibedakan menjadi 2, yaitu heterotrof atau konsumen dan
dekomposer atau pengurai :
1. Heterotrof / konsumen
Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan dari
bahan-bahan organik yang telah disediakan oleh organisme lain
sebagai sumber makanannya. Komponen heterotrof disebut konsumen
makro atau fagotrof karena makanan yang dimakan berukuran kecil.
Yang tergolong golongan heterotrof adalah manusia, hewan, mikroba,
dan jamur.
2. Pengurai / dekomposer
Pengurai atau dekomposer merupakan organisme yang menguraikan
bahan-bahan organik yang berasal dari organisme yang telah mati.
Pengurai disebut konsumen makro atau sapotrof. Hal ini karena
makanan yang telah dikonsumsi memiliki ukuran yang lebih besar.
Organisme pengurai menyerap sebagian hasil dari penguraian tersebut
dan melepaskan bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan
kembali oleh produsen. Yang tergolong golongan pengurai atau
dekomposer adalah bakteri dan jamur. Tipe dekomposisi ada tiga,
yaitu:
1. Aerobik : oksigen sebagai penerima elektron atau oksidan

2. Anaerobik : oksigen tidak terlibat dan bahan organik sebagai


penerima elektron atau oksidan

3. Fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang sudah


teroksidasi juga sebagai penerima elektron. Komponen tersebut
berada di suatu tempat serta berinteraksi membentuk kesatuan
ekosistem yang teratur.

Tipe-Tipe Ekosistem

Akuatik (air)
o

Ekosistem air tawar


Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain memiliki variasi suhu yang tidak
menyolok, penetrasi cahaya yang kurang, serta terpengaruh oleh iklim
dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak pada ekosistem air
tawar adalah jenis ganggang, sedangkan tumbuhan yang lainnya
adalah tumbuhan biji.

Ekosistem air laut


Habitat laut ditandai oleh salinitas atau kadar garam yang tinggi
dengan ion CI- dapat mencapai 55% terutama pada daerah laut tropik,
hal ini karena disana memiliki suhu yang tinggi dan penguapan yang
sangat besar. Pada daerah tropik, suhu laut dapat berkisar 25 C.
Terjadinya perbedaan suhu bagian atas dengan bagian bawah tinggi

dan terdapat batas antara lapisan tersebut yang disebut dengan


termoklin.
o

Ekosistem estuari
Estuari atau muara merupakan tempat bersatunya sungai dengan air
laut. Estuari sering dipagari dengan lempengan lumpur intertidal yang
cukup luas. Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang sangat
tinggi serta memiliki banyak nutrisi. Komunitas tumbuhan yang dapat
hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, fitoplankton, dan
ganggang. Komunitas hewannya seperti cacing, ikan, kerang, dan
kepiting.

Ekosistem pantai
Dinamakan ekosistem pantai karena yang paling banyak tumbuh pada
gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae memiliki
kemampuan untuk dapat tahan terhadap hempasan gelombang dan
angin.

Ekosistem sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir pada satu arah. Air
sungai dingin serta jernih dan memiliki sedikit kandungan sedimen.
Aliran air dan gelombang secara konstan dapat memberikan oksigen
pada air. Ekosistem sungai dihuni oleh beberapa hewan seperti
gurame, kura-kura, dan sebagainya.

Ekosistem terumbu karang


Ekosistem terumbu karang terdiri dari coral yang berada dekat pantai.
Efisiensi ekosistem terumbu karang sangat tinggi. Hewan-hewan yang
hidup pada karang memakan organisme mikroskopis serta sisa organik
lain. Kehadiran terumbu karang yang berada di dekat pantai membuat
pantai dapat memiliki pasir putih.

Ekosistem laut dalam


Ekosistem laut dalam memiliki kedalaman yang dapat mencapai lebih
dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut serta ikan laut yang mampu
untuk dapat mengeluarkan cahaya.

Ekosistem lamun

Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuhan yang


dapat berbunga di lingkungan laut. Tumbuhan tersebut dapat hidup
pada perairan pantai dangkal. Lamun atau seagrass mempunyai tunas
berdaun yang tegak serta tangkai-tangkai yang merayap untuk
berbiak. Sebagai sumber daya hayati, tumbuhan lamun banyak
dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan.

Terestrial (darat)
Penentuan zona yang terjadi pada ekosistem terestrial ditentukan dengan
temperatur dan curah hujan. Ekosistem terestrial atau ekosistem darat dapat
dikontrol oleh iklim dan gangguan. Iklim sangat berperan penting untuk
menentukan mengapa pada suatu ekosistem terestrial berada pada tempat
tertentu. Pola ekosistem tersebut dapat berubah akibat berbagai gangguan
misal seperti petir, kebakaran, penebanganan pohon, dan sebagainya.
o

Hutan hujan tropis


Hutan hujan tropis terdapat pada daerah tropik dan subtropik. Hutan
hujan tropis memiliki ciri-ciri curah hujan 200-225 cm per tahun.
Spesies pepohonan relatif cukup banyak dan jenisnya berbeda
tergantung letak geografisnya. Dalam hutan hujan tropis terdapat
tumbuhan khas, yaitu liana atau rotan dan anggrek sebagai epifit.
Hewannya antara lain, burung, kera, badak, harimau, dan burung
hantu.

Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat pada wilayah yang memiliki curah
hujan 40 60 inci per tahun, tetapi temperatur serta kelembaban
masih tergantung terhadap musim. Hewan yang hidup di sabana
antara lain serangga serta mamalia seperti zebra, hyena, dan singa.

Padang rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik
ke subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah memiliki curah hujan
sekitar 25-30 cm per tahun, hujan turun secara tidak teratur, porositas
atau peresapan air yang tinggi, dan drainase aliran air yang cepat.
Tumbuhan yang terdapat pada padang rumput terdiri atas tumbuhan
terna dan rumput. Hewannya antara lain: bison, serigala, anjing liar,
zebra, gajah, jerapah, serangga, dan sebagainya.

Gurun

Gurun terdapat pada daerah tropik yang berbatasan dengan padang


rumput. Ekosistem gurun memiliki ciri-ciri gersang dan curah hujan
rendah sekitar 25 cm/tahun. Perbedaan suhu yang terjadi antara siang
dan malam sangat besar. Dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun
seperti kaktus atau tak berdaun dan memiliki akar yang cukup panjang
serta mempunyai jaringan yang dapat menyimpan air. Hewan yang
hidup di gurun seperti ular, kalajengking, dan beberapa hewan
nokturnal lainnya.
o

Hutan gugur
Hutan gugur terdapat pada daerah beriklim sedang yang memiliki 4
musim dan memiliki ciri-ciri curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis
pohon dalam ekosistem hutan gugur sedikit dan tidak terlalu rapat.
Hewan yang terdapat di ekosistem hutan gugur antara lain rusa,
rubah, beruang, dan rakun.

Taiga
Taiga terdapat dibelahan bumi sebelah utara dan pegunungan daerah
tropik. Taiga memiliki ciri-ciri suhu di musim dingin yang rendah. Hutan
taiga seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Hewan yang hidup di taiga
antara lain moose, beruang hitam, dan burung-burung yang bermigrasi
ke selatan pada saat musim gugur.

Tundra
Tundra terdapat pada belahan bumi sebelah utara dalam lingkaran
kutub utara serta terdapat di puncak gunung tinggi. Pertumbuhan
tanaman di daerah tundra hanya sekitar 60 hari. Contoh tumbuhan
pada ekosistem tundra yang dominan adalah sphagnum, liken,
tumbuhan perdu, dan rumput alang-alang.

Karst (batu gamping /gua)


Karst berawal dari nama kawasan batu gamping yang terdapat pada
wilayah Yugoslavia. Karst memiliki ciri-ciri tanahnya kurang subur
untuk pertanian, mudah longsor, sensitif terhadapt erosi.

Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan sendiri oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan. Contoh ekosistem buatan adalah:

Bendungan

Hutan tanaman produksi seperti jati serta pinus

Agroekosistem yang berupa sawah tadah hujan

Sawah irigasi

Perkebunan sawit

Read more: http://woocara.blogspot.com/2015/02/pengertian-ekosistem-komponendan-tipe.html#ixzz3bKBmvLpd

Anda mungkin juga menyukai