Anda di halaman 1dari 31

ENDOKRINOLOGI HEWAN

OLEH :
LUH GDE SRI SURYA HERYANI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan artikel yang berjudul “Endokrinologi Hewan” yang merupakan
salah satu bahan untuk melengkapi pustaka mata kuliah Anatomi Veteriner. Penulis berharap
tulisan ini dapat menambah wawasan tentang endokrinologi terutama yang berkaitan dengan
hewan, sehingga mampu menjadi bahan referensi bagi mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa penyelesaian tulisan ini jauh dari sempurna, maka saran-saran
sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Denpasar, Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENGERTIAN ENDOKRINOLOGI 1
KLASIFIKASI HORMON 5
STRUKTUR SISTEM ENDOKRIN 5
FUNGSI SISTEM ENDOKRIN 6
ORGAN-ORGAN ENDOKRIN 6
SISTEM HORMON PADA HEWAN 19
DAFTAR PUSTAKA 28
ENDOKRINOLOGI

1. Pengertian Endokrin

Endokrin berasal dari bahasa Yunani “endon” (dalam) dan “krino” (berpisah). Jadi

endokrin menyatakan organ tanpa saluran (pembuluh) yang sekresinya (hormon) diserap secara

langsung ke aliran darah daripada dimasukkan ke sistem pembuluh sebelum ke peredaran darah.

Namun, tidak semua organ tanpa pembuluh memiliki karakter endokrin seperti sumsum tulang,

tonsil, limpa, dan limfenodus. Organ-organ ini tidak tersusun atas sel sekretori yang

menghasilkan hormon (endokrin). Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh

kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Hormon berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi,

tingkah laku, keseimbangan dan metabolisme. Hormon masuk ke dalam peredaran darah menuju

organ target. Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar

dan lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel. Hormon terdiri dari 2

jenis berdasarkan struktur kimiawinya yaitu hormon yang terbuat dari peptida (hormon peptida)

dan hormon yang terbuat dari kolesterol (hormon steroid). Perbedaan saraf dan hormon adalah

saraf bekerja cepat dan pengaruhnya cepat hilang. Sedangkan hormon bekerja lambat dan

pengaruhnya lama.

Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam

mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara

kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.


1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi

kimia.

2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada

sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja

endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar

antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu

singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali

sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu

hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia

perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak

hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut

bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu, merupakan suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran

pelepasan (ductless) untuk mengeluarkan hasil sekresi/ penggetahannya ke luar dari tubuh

kelenjar. Sekret/getah yang diproduksi oleh kelenjar yang demikian ini disebut hormon. Karena

tidak memiliki saluran pelepasan maka hormon ini langsung merembes ke peredaran darah,

lymphe atau cairan tubuh dari organ sampai ke organ target/sasaran. dalam hal ini hanya jaringan

tertentu saja yang mampu memberikan tanggapan/respons terhadap hormon-honnon yang

tertentu pula. Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan

mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau

gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh kapiler.
Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh

darah. Sekresinya disebut : hormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas

dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target

(responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.

Beberapa glandula endokrin berada sebagai organ terpisah, dan yang lainnya terkandung

di dalam suatu organ. Organ yang memiliki dua fungsi ini dapat diklasifikasika menjadi kelenjar

eksokrin dan endokrin. Satu bagian jaringan parenkim dalam kelenjar tersebut menghasilkan

hormon, dan jaringan parenkim lainnya menghasilkan sekresi (eksokrin) yang dialirkan melewati

sebuah duktus (saluran) atau struktur ekskresi tertentu.

Istilah “hormon” (dari bahasa Yunani, untuk membangunkan atau menjadi bergerak)

mewakili hasil sekresi dari jaringan glandular endokrin. Hormon dapat dinyatakan sebagai

substansi integrator kimia organik, dibentuk oleh jaringan glandular endokrin yang ada dalam

satu organ atau bagian dari tubuh, dan ditransfer dalam beberapa jarak melalui darah, limfe, atau

nervus ke organ lain atau bagian tubuh lain untuk dirangsang atau dihambat.

Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai

penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut

memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.

Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh

karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar

berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin

sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh).

Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik

vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem

endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa

sel tunggal atau berupa organ multisel.

Secara pragmatis, organ endokrin dapat dibedakan menjadi tiga tipe. Tipe pertama disusun atas

beberapa organ yang membentuk endokrin secara utama seperti hipofise, epifise (pineal), dan

tiroid, paratiroid, glandula adrenal (supra renal). Tipe kedua, tersusun atas organ-organ yang

menggabungkan fungsi endokrin dengan fungsi lainnya tetapi sangat berhubungan, sebagai

contoh pankreas, testes, ovarium, dan plasenta. Tipe ke tiga, tersusun atas organ-organ dengan

fungsi utama yang cukup berbeda, tetapi organ tersebut termasuk komponen endokrin yang tidak

menyolok, seperti ginjal, hati, timus, jantung, dan traktus digastivus.

2. Klasifikasi Hormon

a. Hormon perkembangan/Growth hormone adalah hormon yang memegang peranan di

dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad

b. Hormon metabolisme mengatur proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh

bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin

c. Hormon tropik – dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni

kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan

proses spermatogenesis (LH)


d. Hormon pengatur metabolisme air dan mineral – kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid

untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.

3. Struktur Sistem Endokrin

Struktur sistem endokrin terdiri dari :

a. Kelenjar eksokrin yang melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh,

seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal.

b. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara,

dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya

langsung ke dalam darah

4. Fungsi Sistem Endokrin

Sistem endokrin mempunyai beberapa fungsi yaitu :

a. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang

b. Menstimulasi urutan perkembangan

c. Mengkoordinasi sistem reproduktif

d. Memelihara lingkungan internal optimal

5. Organ-Organ Endokrin
Semua hewan vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, termasuk manusia)

memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan hormon yang mirip dengan pengendalian

pembangunan, pertumbuhan, reproduksi dan tanggapan lainnya. Berikut adalah beberapa

kelenjar endokrin utama.

5.1. Hipotalamus

Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin. Hipotalamus

melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa; beberapa diantaranya memicu

pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa.

5.2 Hipofise

Hipofise berasal dari bahasa Yunani yaitu hypo dan phyein yang artinya tumbuh di bawah atau

glandula pituitari (Latin, pituita: lendir) terkadang dilukiskan sebagai glandula endokrin master

(utama) karena organ ini menghasilkan hormon tertentu yang secara langsung mempengaruhi

aktivitas glandula endokrin lain. Hipofise merupakan relay antara mekanisme saraf dan humoral

yang secara bersama mengontrol fungsi tertentu.

Hipofise berbentuk elip dengan ukuran sekitar 1 x 0,75 x 0,5 cm pada anjing ukuran

medium dan berwarna gelap. Hipofise tergantung di bawah hipotalamus oleh tangkai pendek dan

rapuh (infundibulum), dan menempati fossa hipofise sellae tursica (cekungan pada tulang

basisphenoid) yang berada pada lantai cavum cranii (tepatnya fossa cranialis medius). Hipofise

dibungkus oleh duramater kecuali tempat perlekatan infundibulum pada diencephalon

(hypotalamus). Suatu lipatan dura mater yang menyerupai lempengan memanjang mengitari

infundibulum.
Secara umum, hipofise disuplai oleh arteri carotis internus dan atreri cerebralis. Aliran

vena biasanya ke sinus cavernosus dan sinus intercavernosus sekitarnya. Hipofise mendapatkan

saraf dari pleksus carotis dan dari nuklei yang berada di hipotalamus. Serabut saraf dari nuklei

tersebut menguncup membentuk traktus hipotalamus-hipofise yang berjalan ke infundibulum dan

menuju neurohipofise.

Secara embriologi, hipofise berasal dari ektoderm yang melapisi cavitas stomodeum, dan

ektoderm neural yang mengalami evaginasi ke ventral dari lantai diencephalon. Karenanya,

glandula ini tersusun oleh dua tipe jaringan berbeda dan bertanggung jawab atas penampakan

kasar dua lobus pada hipofise.

Secara garis besar, hipofise dibagi dua lobus yaitu adenohipofise (lobus anterior) dan

neurohipofise (lobus posterior). Pars distal glandula tersusun sebagian besar oleh adenohipofise.

Neurohipofise disambungkan ke hipotalamus melalui tangkai neural (pars infundibulum). Pars

distalis memanjang ke atas beberapa jarak membentuk lapisan sel epithel tipis sekitar

infundibulum yang disebut pars infundibularis adenohypophysis. Pars distalis dipisahkan dari

neurohipofise oleh celah intraglanduler (kantong Rathke). Dinding caudal celah dikenal sebagai

pars intermedia adenohypophysis.

Pars distalis hipofise menghasilkan hormon somatotrofin (STH/GH), gonadotrfin (FSH dan

LH/ICSH), tirotrofin (TSH), adrenokortikotrofin (ACTH), dan prolaktin.

Pars intermedia pada hewan rendah seperti amfibia memproduksi melanocyte stimulating

hormone (MSH). Hormon ini menimbulkan penebaran pigmen hitam dalam melanosit epidermis.

Dua hormon berbeda diproduksi oleh bagian neurohipofise yaitu hormon antidiuretis

(ADH)/vasopressin/Pitressin dan oksitosin/Pitosin (suatu hormon untuk milk let-down).


Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa, beberapa diantaranya

memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam

darah:

1. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak.

2. Sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat

3. Medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan

langsung dari sistem saraf parasimpatis.

5.3. Epifise (Glandula Pineal)

Epifise berukuran kecil, agak gelap, tumbuh ke luar dari bagian dorsal otak di ujung

belakang atap ventrikel III sebelum coliculli rostralis. Pada spesies tertentu epifise dikaitkan

dengan pembentukan kantong ke luar (recces epiphyse) dari pia-ependima yang mengatapi

ventrikel III. Epifise tersembunyi di antara cerebrum dan cerebellum pada otak utuh.

Epifise diketahui menghasilkan melatonin, suatu hormon yang berkaitan dengan

serotonin yang memiliki efek antigonadotrofik. Melatonin disintesis dari serotonin melalui aksi

katalitik enzim hidroindol-O-metil transferase (HIOMT). Gelap merangsang sistesis dan

pelepasan melatonin dari glandula pineal, sementara cahaya akan menekan aksi katalitik enzim

HIOMT yang selanjutnya menekan sintesis dan pelepasannya. Epifise berfungsi sebagai

biological clock yang mengatur variasi tahunan (musiman) dan harian aktivitas gonad. Melatonin

diperkirakan bekerja pada hipotalamus dengan mengontrol sintesis dan pelepasan gonadotrophic

hormone-releasing factors.
5.4. Glandula Tiroid

Glandula ini diberi nama “tiroid” oleh Thomas Wharton pada tahun 1656, berdasarkan

bentuknya. Tiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu thyreos yang berarti perisai memanjang, dan

eidos yang berarti bentuk. Glandula tiroid ditemukan pada semu vertebrata. Hormon produksinya

berfungsi sebagai pengatur laju metabolisme.

Secara embriologi, epitel kelenjar tiroid berasal dari entoderm yang melapisi lantai usus depan

(foregut) pada posisi gelembung pharyngeus pasangan pertama. Perkembangan awal glandula

tiroid berupa kantong (diverticulum thyroideus) yang tumbuh ke ventral dari bagian tengah usus

depan, tetapi masih tetap terikat melalui leher sempit (duktus tiroglosus). Perkembangan

selanjutnya, duktus tersebut menjadi tangkai solid atau bahkan pecah menyisakan takikan di

belakang lidah (foramen cecum). Tiroid sendiri menjadi massa yang solid dan berlobus dua yaitu

kiri dan kanan pada saat fase perkembangan awal, tatkala terbebas dari tangkai yang atropi.

Jaringan tiroid ektopik tidaklah tidak biasa dan mungkin berkembang di suatu lokasi di

sepanjang penurunan dari akar lidah sampai posisi normal tiroid. Terkadang jaringan tiroid aktif

ditemukan pada mediastinum dengan batas terbelakang difragma.

Secara filogenetik, tiroid merupakan struktur anatomi tua yang kemudian muncul di bawah

pengaruh pars distalis hipofise. Sekarang telah disepakati bahwa pars distalis mengontrol tiroid

melalui hormon tirotrofin (TSH).

Glandula tiroid dewasa dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang dilekatkan ke organ sekitarnya

secara longgar. Parenkim tiroid umumnya berwarna merah bata dan teksturnya agak bergranul
karena beberapa bungkusan folikel yang dikandungnya. Pada beberapa hewan seperti sapi,

penampakan tiroid utuh tidak teratur, tetapi pada hewan lain seperti anjing permukaannya sedikit

halus. Jaringan tiroid sedikit kenyal dan padat menyebabkannya dapat dipalpasi di belakang

laring pada hewan besar. Pada anjing sehat, tiroid tidak terpalpasi.

Ukuran glandula tiroid bervariasi bergantung pada kandungan iodium pada makanan.Saat

kandungan iodium rendah, pembesaran glandula tiroid (goiter) dapat terjadi. Di Beberapa

belahan dunia, penambahan iodium pada garam merupakan keharusan sebagai usaha preventif

terhadap defisiensi iodium.

Pembentukan hormon tiroid (tiroksin) diawali dari penjeratan ion inorganik iodida yang ada

dalam darah oleh sel epitel folikel tiroid. Iodida dalam sel epitel selanjutnya dioksidasi oleh satu

atau dua enzim menjadi iodium bebas. Iodium bebas dalam sel epitel dikonversi menjadi iodium

berikatan dengan protein. Asam amino tirosin diiodinasi di dalam sel epitel folikel. Tirosin dalam

folikel diubah menjadi monoiodotirosin atau diiodotirosin. Dua molekul diiodotirosin dapat

bergabung dengan kehilangan satu rantai samping membentuk sebuah molekul tetraiodotironin

(tiroksin). Monoiodo- dan diiodo- dapat berkonjugasi membentuk triiodotironin atau deiodinasi

tetraiodotironin juga dapat membentuk triiodotironin. Dalam beberapa kasus, senyawa-senyawa

yang diiodinasi tersebut disimpan di dalam folikel sebagai makromolekul iodotiroglobulin.

Pelepasan hormon tiroid dari glandula terjadi melalui pemotongan enzimatik terhadap molekul

tiroglobulin menjadi molekul yang dapat larut seperti tiroksin. Tiroksin dapat menyusup dari sel

folikel ke dalam sirkulasi darah.


Porsi kecil parenkim tiroid diisi oleh sel “C” atau sel parafolikuler. Sel ini berasal dari badan

ultimobrachial yang diturunkan dari kelompok epitel kantong faringeal keempat yang disusupi

oleh sel neural crest. Sel “C” menghasilkan kalsitonin yang bersifat antagonis dengan

parathormon pada beberapa spesies.

5.5. Glandula Paratiroid

Paratiroid berasal dari bahasa Yunani yaitu para yang berarti di samping, posisi relatif

terhadap tiroid. Biasanya ditemukan 4 glandula paratiroid dengan lokasi dekat atau di dalam

glandula tiroid.

Secara embriologi, glandula paratiroid berkembang dari diverticulum dorsal kantong branchial

ketiga dan keempat. Setiap diverticulum menebal oleh massa sel yang berasal dari entoderm dan

berdiferensiasi menjadi dua pasang glandula yang terpisah dari mukosa faring. Glandula tersebut

dikenali sebagai sepasang glandula paratiroid III/eksternal/cranial (berasal dari kantong faringeal

ketiga); dan yang lain sepasang paratiroid IV/internal/caudal (berasal dari kantong faringeal

keempat).

Pada anjing, kucing, dan ruminansia kecil, glandula paratiroid masuk atau terbungkus di dalam

substansi glandula tiroid. Kondisi ini sering lepas dari pengamatan saat seksi/nekropsi rutin.

Sekali terlihat, glandula paratiroid dapat dibedakan dari glandula tiroid dengan melihat warna

yaitu berwarna pucat, kontras dengan tiroid yang berwarna merah. Pada sapi dan kuda, paratiroid

ditemukan dekat glandula tiroid.


Glandula paratiroid III berpindah ke bawah leher karena pengembangan timus dan

berhenti pada berbagai posisi, umumnya dekat bifurkasio karotis, tetapi pada kuda agak ke

belakang (mendekati apertura thoracalis cranialis). Glandula paratiroid III juga susah dikenali

karena menyerupai limfenodus, namun demikian, glandula ini lebih pucat dan permukaannya

agak bergranul (tidak halus). Pada anjing, glandula ini terletak di depan glandula tiroid, dan pada

kucing terletak di belakangnya.

Glandula paratiroid menghasilkan parathormon. Hormon ini berperan pada metabolisme

kalsium.

5.6. Glandula Adrenal

Glandula adrenal terdapat sepasang. Terletak pada atap cavum abdomen dekat

sambungan thorac-lumbal. Glandula menempati daerah retroperitonium dan biasanya

craniomedial ginjal (lebih di medial pada kuda). Glandula lebih dekat berhubungan dengan

pembuluh darah di abdomen dimana aorta di kiri, dan vena cava caudal di kanan dibandingkan

dengan ginjal (sesuai nama suprarenal).

Glandula adrenal terfiksir baik, padat, dan mudah patah jika dibengkokkan. Bentuk

glandula adrenal memanjang dan sering asimetri. Ukuran glandula adrenal bervariasi. Ukuran

pada hewan liar relatif lebih besar daripada hewan domestik; hewan muda lebih besar daripada

hewan dewasa; betina bunting dan menyusui lebih besar daripada hewan tidak aktif reproduksi.

Secara embriologi, glandula adrenal mempunyai dua asal. Korteks adrenal berasal dari

lapisan mesoderm, dan medulla berasal dari sel kromofin ektoderm. Korteks berkembang sangat
awal pada embrio. Diawali dari pemunculan perbanyakan lokal sel dari mesoderm splanchnik di

kedua sisi basis mesentorium dorsal dekat kutub depan mesonefros. Sel-sel tersebut

berakumulasi pada mesenkim di bawahnya dan perlahan tersusun dalam bentuk batangan.

Perkembanan selanjutnya, sel tersebut membentuk korteks adrenal primordium. Belakangan

dalam perkembangan, sel imigran menyusupi korteks primordium dan berdiferensasi menjadi

medulla.

Sel kromofin medulla adrenal berasal dari neural crest pada saat ganglion simpatis

berkembang. Sel-sel ini berdiferensiasi menjadi sel kelenjar medulla adrenal yang dapat

menghasilkan sekret (epinefrin dan noreprinefrin).

Kapsul glandula adrenal tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur. Trabekula melekat

ke kapsul dan jarang masuk korteks menuju medulla. Jaringan interstitiel korteks dan medulla

tersusun atas jaringan ikat reticulo-areolaris. Korteks adrenal dibagi menjadi tiga zona yaitu zona

glomerolusa (menghasilkan hormon mineralokortikoid aldosteron), zona fasciculata

(menghasilkan hormon glukokortikoid: kortikosteron dan hidrokortikosteron/kortison), dan zona

reticularis (menghasilkan hormon androgen).

Glandula adrenal secara umum disupali oleh ramus kecil dari beberapa arteri besar di

sekitarnya (seperti aorta; arteri renalis, lumbalis, phrenicoabdomenalis, dan mesentrica cranialis).

Setelah perfusi glandula, darah balik dikumpulkan dalam vena centralis dan darinya keluar vena

melalui hilus dan bergabung dengan vena cava atau vena lain yang lebih besar. Bendel saraf

sangat susah ditemukan pada korteks. Meskipun dekian, serabut saraf halus dalam korteks

menyebabkan jaringan di bawah kontrol hipotalamus. Bendel-bendel saraf lebih mudah


ditemukan pada medulla. Saraf-saraf tersebut lebih banyak merupakan saraf preganglion

simpatis.

5. 7. Jaringan Pulau Pankreas

Pankreas merupakan organ berfungsi ganda pada hewan. Sebagian besar porsi organ

menghasilkan eksokrin yang berkaitan dengan pencernaan, sedangkan grup-grup sel yang

letaknya menyebar (pulau pankreas Langerhans) menghasilkan endokrin berupa insulin dan

glokagon.

Secara embriologi, jaringan pulau berawal dari pucuk sistem duktus yang berkembang pada

pankreas. Pulau pertama kali muncul dari duktus pankreas sebagai pucuk tunggal. Belakangan

dalam perkembangan, pulau-pulau tumbuh menjadi massa kompleks berbentuk speris, ovoid,

atau tidak teratur dengan diameter sekitar 40-200 mikron. Jumlah pulau yang lebih banyak

ditemukan pada ekor pankreas daripada yang ditemukan pada kepalanya. Pulau umumnya

ditemukan dalam lobulus pankreas, beberapa dalam jaringan ikat interlobularis, dan beberapa

melekat pada tubulus eksokrin pankreas.

Secara mikroskopik, pankreas dibungkus oleh kapsul tipis yang mengandung jaringan ikat

areolaris dan retikularis. Kelompok serabut retikularis membnetuk septa/pemisah tipis dan tidak

komplit (trabekula) dengan asinus. Serabut reticularis halus membentuk jaringan interstitiel yang

memisahkan sel atau grup sel.

Parenkim pulau pankreas tersusun atas beberapa jenis sel. Sel alpha ( “A” ) menyusun sekitar

20% dan menyebar di seluruh pulau. Sel ni menghasilkan hormon hiperglikemik glikogenolitik
(glukagon) dengan fungsi berlawanan dengan insulin. Sel beta (“B”) menyusun sekitar 75% dari

total sel pulau. Sel B menghasilkan hormon insulin. Sel delta (“D”) ditemukan pada primata dan

anjing. Pada anjing, sel D menyusun sekitar 5%. Sitoplasma sel D mengandung granul halus. Sel

“F” ditemukan pada anjing. Sel F mempunyai inti berlubus dan granul sekresi yang anguler.

Darah yang menyuplai jaringa pulau berlimpah. Kapiler membentuk sebuah jaringan di

permukaan masing-masing pulau dan megalir ke arah pusatnya.

5.8. Testes

Testes bertanggung jawab atas fungsi reproduksi pada jantan dewasa. Tugas ini dilakukan

oleh dua meknisme berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, sekresi internal testes beranggung

jawab untuk perkembangan ciri-ciri seksual sekunder (pembeda jantan dewasa kelamin),

menyiapkan dan mempertahankan fisiologi organ genital accessorius (glandula vesicula

seminalis, prostat, dan bulbourethralis). Kedua, tubuli seminiferi bertanggung jawab untuk

aktivitas morfologi dan genetik yang menghasilkan spermatozoa. Fungsi endokrin testes di

bawah pengaruh hormon gonadotrofin yang diproduksi oleh pituitari.

Gonad berkembang dalam hubungan yang sangat dekat dengan sistem urinasi. Gonad muncul

sebagai penebalan seperti rigi (rigi gonad) pada pemukaan ventral bagian tengah mesonefros.

Rigi ini mengandung mesoderm yang dilapisi oleh lapisan tunggal sel mesotelium (peritoneum).

Lapisan mesotelium melapisi mesonefros dan organ lain termasuk cavum abdomen.

Perkembangan selanjutnya, mesotelium yang membungkus gonad mengalami modifikasi yakni

menebal dan beberapa selnya berdiferensiasi menjadi sel germinal primordial.


Jika gonad berkembang menjadi testes, sel-sel epithel germinal migrasi ke bawah mesenkim dan

membentuk massa sel yang selanjutnya berdiferensiasi menjadi tubuli seminiferi. Jaringan

mesenkim interstitial antara tubuli berdiferensiasi menjadi sel khusus yang mampu menghasilkan

hormon seks jantan (androgen/testosteron).

Jika gonad berkembang menjadi ovarium, sel germinal primordial yang berasal dari lapisan

epithel germinal yang membungkus ovari, migrasi ke bawah mesenkim dan disana, melalui

proses pertumbuhan dan maturasi, berkembang menjadi folikel primer, sekunder, dan terakhir

folikel vesikularis yang mengandung ova.

5. 9. OVARIUM

Ovarium yang berada di bawah kontrol hormon gonadotrofin dari hipofise bertanggung jawab

terhadap siklus birahi pada hewan betina. Pertama, ovarium betanggung jawab terhadap

pertumbuhan dan maturasi ovum. Kedua, ovarium juga berfungsi sebagai glandula endokrin

yang menghasilkan hormon seks betina (estrogen). Ketiga, estrogen merangsang dan

mempertahankan sifat seksual sekunder. Keempat, ovarium mampu mengembangkan korpus

luteum yang menghasilkan progesteron. Selanjutnya, korpus luteum menghasilkan hormon lain

yaitu relaksin yang berperan dalam proses partus. Perkembangan secara embriologi telah

diterangkan bersama testes. Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan

sel telur, ovarium juga menghasilkan hormon.

Ada dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.

1. Estrogen
Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen ialah menimbulkan dan

mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin sekunder

adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya.

Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara pada wanita dan kulit menjadi bertambah

halus.

2. Progesteron

Pembentukannya dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat

menerima telur yang sudah dibuahi. Plasenta membentuk estrogen dan progesteron selama

kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan LH. Dengan demikian, kedua hormon ini

dapat mempertahankan kehamilan.

5. 10. MUKOSA INTESTINUM

Antrum mukosa lambung menghasilkan hormon gastrin ke dalam sirkulasi darah. Gastrin

merangsang fundus labung untuk menghasilkan lebih banyak getah lambung (gastric joice).

Asam lemak yang masuk ke duodenum merangsang sel mukosa untuk menyekresi hormon

enterogastron. Hormon ini berfungsi menurunkan motilitas lambung dan memberi kesempatan

untuk pencernaan lemak dalam usus.

Bolus makanan masuk ke duodenum, merangsang pelepasan hormon polipeptida

(sekretin) oleh mukosa doudenum. Sekretin merangsang pankreas untuk memproduksi getah

(cairan) yang kaya bikarbonat untuk menetralisir asam dari lambung. Hormon lain yaitu
pankreozimin juga dihasilkan oleh mukosa usus halus yang berfungsi merangsang pelepasan

sekretin.

Hormon pankreozimin juga merangsang pankreas untuk melepaskan enzim-enzimnya ke asinus.

Hormon kolesistokinin dihasilkan saat lemak atau asam masuk usus halus. Kolesistokinin

meningkatkan toksisitas lapisan otot kantung empedu sehingga menimbulkan otot spinter duktus

koledokus terbuka. Peristaltik duodenum merangsang pengosongan kantung empedu karena

setiap gelombang peristaltik akan menghambat spinter Oddi, yang membiarkan tekanan dalam

kantong empedu untuk mendorong empedu ke duodenum.

6. SISTEM HORMON PADA HEWAN

a. Sistem Endokrin pada Amphibia

Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut hormon.

Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang bersifat

mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-macam jaringan dan

berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.

• Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian anterior

kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh

terutama pada panjang tulang. Juga merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin.

• Bagian tengah glandula .pituitaria menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai

peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit.


• Bagian posterior glandula Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan

air.

• Hormon tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu

sebelum metamorphose menjadi katak.

• Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur meteabolisme

zat gula.

b. Sistem Endokrin pada Aves

• Kelenjar endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak didasar otak

pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena jugularis dekat

cabang arteri subclavia dan arteri carotis.

• Glandulae pancreaticus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis atau

glandula andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae sexualis menghasilkan

hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder terutama terletak pada warna bulu.

c. Sel-sel neurosekresi terdapat pada terutama hewan rendah kecuali hewan bersel satu.

Pada Coelenterata dan annelida tidak terdaopat kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi

mengatur pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing pipih dan nematoda hanya

mempunyai mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah

Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.

1. Crustacea
Terdapat kelenjar sinus pada insekta ada korpus kardiakum.kedua kelenjar tersebut sama dengan

neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang) pada vertebrata. Jadi pada dasarnya hewan rendah

maupun vertebrata terdapat suatu hubungan antara sistem syaraf dengan kelenjar endokrin.

Hipotisis pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin

2. Coelenterata

Pada Coelenterata selurah sistem syaraf bekerja sebagai sistem neurosekresi. Misalnya pada

ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral dengan serabut radialnya mempunyai sel-sel neurosekresi.

Neurohormon belum diketahui strukturnya tapi mempunyai fungsi penting misalnya untuk

proses melepaskan gamet. Platyhelminthes Pada cacing pipih sel-sel neurosekresi terdapat pada

ganglion otak. Fungsinya belum diketahui tapi diduga belum mempunyai peranan dalam proses

regenerasi.

3. Annelida

Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion

suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro hormon pada cacing tanah banyak diselidiki peran

neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:

• Tumbuh dan regenerasi

• Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi

• Pemotongan ganda dan perkembangan seksual

• Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)

• Penyembuhan luka
4. Mollusca

Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak molluska. Pada molluska terdapat pula kelenjar

endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik pada Octopus. Pada

sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada ovotestis dipercepat. Jika

ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang

produksi telur. Dari contoh diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel

neurosekresi yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon dari tentakel

merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus

proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi pertumbuhan

ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar optik-gonade pada octopus sama

seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.

5. Crustacea (udang-udangan)

Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan sangat kompleks dan sangat erat hubungannya

dengan sistem saraf dan ganglionnya. Diantaranya hormon yang penting adalah:

a. Beberapa Neurohormon Tangkai Mata

Terdapat beberapa neurohormon yang berasal dari ganglia optik yang letaknya pada tangkai

mata:

• Hormon Pigmen Retina

• Kromatorotrofin
• Hormon Hiperglikemik

• Hormon Inhibitor Ovarium

• Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)

b. Organ Y

c. Kelenjar Androgen Pada Jantan

d. Ovarium

6. Insecta

Hampir semua hormon dihasilkan sel neurosekresi dari ganglion otak dan ganglia lainnya yang

dapat ditemukan pada protoserebrum, tritoserebrum, ganglion suboesofagus dan ganglia ventral.

Hewan ini diketahui juga menghasilkan sejumlah hormon yaitu :

1. Juvenil hormone(JH), merangsang perubahan serangga dari bentuk ulat ke larva. Hormon

ini tidak dihasilkan ketika serangga mencapai bentuk dewasanya.

2. Ecdysone, merangsang perubahan atau pergantian kulit serangga. Hormon ini bekerja

antagonis dengan JH.

3. Octopamine, menaikkan kadar penggunaan glukosa oleh otot.

Adipokinetic Hormone, mempercepat perubahan lemak menjadi energi.


4. Bovine Somatotropin(BST),meningkatkan produksi susu pada ternak.

Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut:

1. Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora

kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan

neurohormon.

2. Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora

kardiaka.

3. Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson

yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.

Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan

rangka luar (kulit luar).

d. Sistem Endokrin Pada Vertebrata

1. Kelenjar Pituitari

Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari

itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini

dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim.

a. Hipofisis anterior:

• Hormon Somatotropin (untuk pembelahan sel,pertumbuhan)

• Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)


• Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)

• Hormon Laktogenik(sekresi ASI)

• Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan

spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel

interstitial membentuk hormon testosteron)

b. Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)

c. Hipofisis posterior

• Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)

• Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal).

Organ Endokrin Tepi

Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitari. Saat ini telah

diketahui bahwa jantung juga menghasilkan hormon yaitu atrial naturetic peptide (ANP).

Hampir semua aktivas tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut meliputi proses

pengenceran, peredaran darah (yang melibatkan jantung dan pembuluh darah), pengeluaran,

osmoregulasi, termoregulasi dan reproduksi. Dalam mengatur aktivitas tubuh, sistem endokrin

biasanya bekerjasama dengan sistem saraf.


Keseimbangan kadar kalsium dalam darah manusia dapat dicapai melalui kerja sama antar

hormon paratiroid dan kalsitonin. Keseimbangan kadar kalsium yang normal sangat penting

karena akan memengaruhi kemampuan saraf otak untuk menerima rangsang, pembekuan darah,

permeabilitas membran sel, serta fungsi normal enzim tertentu. Peningkatan kadar kalsium darah

akibat kerja hormon paratiroid.

Sama seperti kadar kalsium, kadar dalam darah juga dikendalikan oleh hormon, terutama insulin

dan glukagon. Peningkatan kadar gula dalam darah juga disebabkan oleh adanya hormon

epineprin dan glukokortikoid. Hormon lain juga memengaruhi kadar gula dalam darah yaitu

hormon pertumbuhan (growth hormon, GH), hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid.

GH menyebabakan peningkatan kadar gula darah, sedangkan TSH dan hormon tiroid memiliki

pengaruh yang bersifat kompleks (dapat menurunkan dan meningkatkan kadar gula darah).

2. Kelenjar Pineal

Terdapat pada permukaan atas talamus diantara hemisfer serebrum. Kelenjar ini mensekresi

melatonin. Melatonin dan serotonin telah diidentifikasi pada pineal burung dan amfibi. Enzim

yang responsibel untuk pembentukan hormon ini adalah Hydroxyndol-o-methyl transferase.

3. Feromon pada Hewan

Feromon adalah zat kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk

hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses

reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar keluar tubuh dan hanya memengaruhi

dan dikenali oleh individu lain yang sejenis (satu spesies).


a. Feromon pada Kupu-Kupu

Ketika kupu-kupu jantan atau betina memgepakkan sayapnya, saat itulah feromon tersebar di

udara dan mengundang lawan jenisnya untuk mendekat secara seksual. Feromon seks memiliki

sifat yang spesifik untuk aktivitas biologis dimana jantan atau betina dari spesies yang lain tidak

akan merespon terhadap feromon yang dikeluarkan jantan atau betina dari spesies yang berbeda.

b. Feromon pada Rayap

Untuk dapat mendeteksi jalur yang di jelajahinya, individu rayap yang berada di depan

mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar

stenum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), yang dapat dideteksi oleh rayap

yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi feromon ini sangat erat hubungannya dengan bau

makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya.

Disamping feromon penanada jejak , para pakar etologi (perilaku) rayap juga menganggap

bahwa pengaturan koloni berada di bawah kendali feromon dasar (primer pheromone).

c. Feromon pada Ngengat

Ngengat gipsi betina dapat memengaruhi ngengat jantan beberapa kilometer jauhnya dengan

memproduksi feromon yang disebut “disparlur”. Karena ngengat jantan mmampu mengindra

beberapa ratus molekul dari betina yang mengeluarkan isyarat dalam hanya satu mililiter udara,

disparlur tersebut efektif saat disebarkan di wilayah yang saat besar sekalipun.

d. Feromon pada Semut dan Lebah Madu

Semut menggunakan feromon sebagai penjejak untuk menunjukkan jalan menuju sumber

makanan. Bila lebah madu menyengat, ia tak hanya meninggalkan sengat pada kulit korbannya,
tetapi juga meninggalakan zat kimia yang memanggil lebah madu lain untuk menyerang.

Demikian pula, semut pekerja dari berbagai spesies mensekresi feromon sebagai zat tanda

bahaya, yang digunakan ketika terancam musuh. Feromon disebar di udara dan mengumpulkan

pekerja lain. Bila semut-semut ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehingga

isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya


DAFTAR PUSTAKA

Dyce K.M., Sack W.O., and Wensing C.J.G. 1996. Textbook of Veterinary Anatomy. 2 nd ed. W.B. Saunders
Company. Phiadelphia

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.

http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin, 24 Januari 2017.

http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,

diakses : 24 Januari 2017.

http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/ ,

diakses: 22 Januari 2017.

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/ ,

diakses : 22 Januari2017.

Peter Popesko. 1975. Atlas of Topographical Anatomy of The Domestic Animals. 1975. Vol 1. Ed ke 2.
W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Robert Getty. 1975. Sisson and Grossman’s The Anatomy of the Domestic Animals. Vol. 1 dan 2. Ed. Ke 5.
W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai