Anda di halaman 1dari 40

PEMERIKSAAN

ANTEMORTEM DAN
POSTMORTEM
Disampaikan pada 25 Februari 2020
PROSES PEMOTONGAN TERNAK :
 Hewan diistirahatkan pada kandang penampungan yang layak
terlebih dahulu selama minimal 12 jam sebelum dipotong 
dilakukan antemortem
 Pada saat diistirahatkan hewan dapat dipuasakan, namun masih tetap
diberi minum yang mencukupi
 Menggunakan sarana gang way untuk membawa ternak ke ruang
pemotongan
 Pemotongan hewan dapat dilakukan dengan melakukan pemingsanan
terlebih dahulu atau tidak: captive bolt, dsb
 Jika hewan tidak dipingsankan terlebih dahulu, tata cara merobohkan
hewan harus sesedikit mungkin menyebabkan hewan kesakitan/stress
 Penyembelihan harus menggunakan pisau yang tajam dan dilakukan
secepat mungkin dan tepat memotong tenggorokan, kerongkongan,
pembuluh nadi leher, dan pembuluh balik besar pada leher.
Pisau (panjang mata pisau min. 7 inch = 18 cm),
Pengasah pisau
ANTEMORTEM ?
Pemeriksaan kesehatan dan kelayakan
hewan sebelum disembelih dalam waktu
24 jam  jika melibihi waktu tersebut,
maka dilakukan pemeriksaan antemortem
ulang
Tujuan Antemortem (Direktorat
Kesmavet, 2005)

1. Mencegah pemotongan hewan yang secara nyata


menunjukkan gejala klinis penyakit hewan menular dan
zoonosis atau tanda-tanda yang menyimpang
2. Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk
keperluan pemeriksaan postmortem dan penelurusan
penyakit di daerah asal ternak
3. Mencegah kontaminasi dari hewan atau bagian-bagian
hewan yang menderita penyakit kepada petugas, peralatan
RPH, dan lingkungan
4. Menentukan status hewan dapat dipotong, ditunda atau
tidak boleh dipotong
5. Mencegah pemotongan ternak betina bertanduk produktif.
Cara Pemeriksaan
Posisi hewan berdiri &
bergerak 
memudahkan
pemeriksaan gerakan
hewan
Yang diperiksa: jenis
kelamin, umur hewan,
keadaan abnormal &
tanda-tanda penyakit
(patognomonis), sikap &
tingkah laku hewan,
serta kebersihan hewan
Periksa suhu, nadi & pernafasan hewan
Hewan Suhu Nadi Nafas
(oC) Puls/mnt kali/mnt
Domba 38.5-40.0 70-80 12-15

Kambing 38.5-40.5 70-80 12-15

Sapi 37.5-39.5 40-60 12-16


Periksa umur ternak
Jumlah gigi permanen ternak
Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak
2 buah (1 pasang), maka perkiraan umur ternak sapi
tersebut adalah 1-1,5 tahun
Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak
4 buah (2 pasang), maka perkiraan umur ternak sapi
tersebut adalah 2-2,5 tahun
Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak
6 buah (3 pasang), maka perkiraan umur ternak sapi
tersebut adalah 3-3,5 tahun
Jika sapi memiliki jamlah gigi permanen sebanyak
8 buah (4 pasang), maka perkiraan umur ternak sapi
tersebut adalah 4 tahun atau lebih.
Periksa umur ternak
Lingkar cincin pada tanduk
Ternak sapi yang memiliki satu lingkar tanduk
setara dengan umur 1 tahun

Tinggal menambahkan umur sapi pertama kali


bunting. Jika perkiraan umur bunting sapi
pertama kali pada umur 2-2,5 tahun, maka jika
ada satu lingkar tanduk, umurnya diperkirakan
3-3,5 tahun. Begitu seterusnya, tinggal
menghitung berapa banyak jumlah lingkar
tanduk pada sapi tersebut.
INSPEKSI (pengamatan)
a) Sikap dan kondisi (status gizi/BCS, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, dll)
b) Ternak saat berdiri atau bergerak yang dilihat dari segala arah.
c) Ternak keadaan bergerak  ternak dibangunkan dan diperhatikan
waktu bergerak
d) Jika menemukan ternak lumpuh atau patah kaki, bergerak kaku
dll  dipindahkan ke kandang khusus untuk mendapat
pemeriksaan yang lebih teliti
e) Lubang-lubang kumlah (mulut, telinga, hidung, anus)
f) Kelenjar getah bening (limfoglandula superficialis)  bengk atau
tidak
g) Kotoran pada mata, keluar cairan pada mata, (lacrimasi), dan
keluar leleran pada hidung
h) Kemungkinan adanya ternak bunting dengan eksplorasi rektal
CIRI-CIRI KLINIS
HEWAN SEHAT VS HEWAN SAKIT
Keputusan pemeriksaan
antemortem
- Diijinkan untuk disembelih tanpa
syarat
- Diijinkan untuk disembelih dengan
syarat
- Ditunda untuk disembelih
- Ditolak untuk disembelih
Keputusan pemeriksaan
antemortem (Direktorat Kesmavet,
2005)
Keputusan pemeriksaan
antemortem (Direktorat Kesmavet,
2005)
POSTMORTEM ?
Pemeriksaan kesehatan karkas,
daging dan organ setelah hewan
disembelih
Organ Dalam yang Sering Diperiksa

Paru-paru

Limpa
Hati

jantung
Ginjal

Saluran
cerna
Kepala
Inspeksiseluruh permukaan kepala, mata,
bagian mulut, hidung, dan lidah
Perhatikan: adanya lepuh-lepuh, abses
Lidah diturunkan: inspeksi dan palpasi
Kelainan yang dapat ditemukan:
stomatitis, aktinobasilosis, aktinomikosis,
nekrosis, penyakit mulut dan kuku (PMK)
Paru
 Organ paru digantung bersama dengan: esofagus, trakea,
paru, jantung, diafragma (sebagian)
Inspeksi dan palpasi seluruh permukaan paru
Inspeksi trakea, insisi jika perlu untuk melihat bagian
dalam
Perhatikan adanya busa
Jantung
§ Inspeksi dan palpasi seluruh permukaan
jantung
§ Inspeksi dan palpasi perikardium
(selaput jantung)  perhatikan adanya
perubahan warna, peradangan
§ Sayat perikardium, kemudian sayat
ventrikel kiri dan kanan  inspeksi
bagian dalam jantung dan otot jantung
Hati
Inspeksi dan palpasi
seluruh permukaan
hati
Jika perlu, insisi
Limpa dan Ginjal
 Limpa

◦ Inspeksi dan palpasi


seluruh permukaan
(amati pembesaran)
◦ Jika perlu insisi
 Ginjal

◦ Inspeksi dan jika


perlu insisi
Perhatikan juga pemeriksaan pada KARKAS !!!

 Inspeksi dan palpasi seluruh permukaan karkas:


otot, tulang, pleura, peritoneum,
diafragmaKelainan: kondisi, perdarahan, perubahan
warna, kebersihan, bau, abses
Jika diperlukan incisi pada limfoglandula !!!
Keputusan postmortem: Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 413/Kpts/Tn.310/7/1992
◦ Dapat diedarkan untuk konsumsi: daging yang sehat dan
aman dikonsumsi manusia 
 Daging dari hewan potong yang tidak menderita suatu penyakit,
 Daging dari hewan potong yang menderita penyakit arthritis,
hernia, fraktura, abses, epithelimia, actinomycosis,
actinibacillosis dan mastitis serta penyakit lain yang bersifat
lokal setelah bagian-bagian yang tidak layak untuk konsumsi
manusia harus diafkir.
◦ Dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat sebelum
peredaran  daging yang merupakan bagian dari hewan
potong yang menderita penyakit tertentu harus
dikenakan perlakuan tertentu, misalnya Trichinellosis
ringan harus dimasak dulu sebelum diedarkan.
Keputusan postmortem: Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 413/Kpts/Tn.310/7/1992
◦ Dapat diedarkan untuk konsumsi dengan syarat selama
peredaran  daging yang warna, konsistensi dan baunya
tidak normal, septichaemia, cachexia, hydrops dan oedema,
yang penjualannya dilakukan di rumah pemotongan hewan
atau tempat pemotongan hewan atau tempat penjualan lain
yang ditunjuk dan di bawah pengawasan petugas pemeriksa
yang berwenang setelah bagian-bagian yang tidak layak
dikonsumsi manusia harus diafkir.
◦ Dilarang diedarkan dan dikonsumsi  daging yang
berbahaya bagi konsumsi manusia karena berasal dari hewan
potong yang mengandung penyakit, misalnya ingus jahat
(malleus), anemia contagiosa equorum, rabies, pleuo
pnemonia contagiosa bovum, morbus maculosa equorum,
rinderpest, dan sebagainya.
Tanda jika telah diperiksa postmortem di
suatu RPH :
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai