PEMERIKSAAN ANTEMORTEM PADA RUMINANSIA Yusinta Nurhanifah TUJUAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM
Memastikan ternak sehat secara fisiologis, normal
sehingga daging dapat didembelih sesuai prosedur.
Menjamin daging yang diperoleh berasal dari ternak yang
bebas penyakit, aman dan tidak beresiko bagi kesehatan konsumen Pemeriksaan antemortem dimulai dengan mencari data (Recording) dari peternakan asal yakni: 1. Status dan situasi penyakit hewan yang pernah dideritanya, dengan memeriksa kartu ternak 2. Evaluasi penggunaan obat-obatan, apabila ternak sapi baru divaksin anthrax, maka penyembelihan ternak harus ditunda potong paling kurang waktu 42 hari. 3. Status pemberian pakan dan minum (apakah hijauan pernah disemprot pestisida sebelumnya, konsentrat mengandung meat bone meal/MBM, lingkungan limbah pembuangan akhir, air limbah industri, pakan yang mengandung growth promoter/pemacu pertumbuhan, dll). 4. Gejala klinis ketika terjadi di tempat asal. 5. Konformasi fisik (kurus, gemuk, sedang), dan konfirmasi larangan undangundang terhadap pemotongan sapi betina produktif. 6. Kebersihan kulit dan bulu. 7. Pemeriksaan umum selaput lendir mata, hidung dan adakah kebengkakan pada pipi, rahang. 8. Pergerakan ternak secara bebas diamati termasuk perilakunya ketika tiba. 9. Lubang-lubang yang ada yaitu telinga, hidung, anus (kumlah) dan ambing Ternak sebelum diperiksa harus Pengumpulan informasi dilakukan diistirahatkan dan diletakkan dalam untuk evaluasi sebagai catatan pada kandang yang mudah ternak bergerak. pemeriksaan antemortem untuk Pemeriksaan antemortem harus dilakukan menentukan rekomendasi penilaian terkait kelayakan ternak disembelih dalam waktu 24 jam sebelum dipotong dan atau disembelih bersyarat. tidak boleh ditunda. Apabila tertunda wajib mengikuti prosedur pemeriksaan pada hari berikutnya. Catatan penanganan penyakit harus dilaporkan • Bagi ternak yang patah tulang atau dan dicatat pada kartu antemortem. Informasi tidak mampu berdiri dapat lain yang harus ada di kartu antemortem dilakukan pemotongan darurat. meliputi: • Bagi ternak-ternak yang 1. Nama pemilik 2. Jumlah ternak dalam angkutan, keranjang menunjukkan gejala klinis penyakit harus dibawah pengawasan, atau saat tiba; pemeriksaan dan penilaian dokter 3. Spesies dan jenis kelamin; hewan terhadap kelayakan untuk 4. Tanggal dan waktu pemeriksaan dipotong. antemortem; 5. Gejala klinis dan perubahan temperatur • Terhadap ternak yang tersangka tubuh yang terkait; atau baru saja diobati harus 6. Alasan mengapa ternak harus diperiksa dipisahkan dari ternak yang sehat ulang/khusus atau tunda potong; 7. Tanda tangan pemeriksa. PEMERIKSAAN ANTEMORTEM PADA UNGGAS Yusinta Nurhanifah TUJUAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM PADA UNGGAS
• Untuk menentukan kondisi umum ayam
• Menentukan penyakit yang ditemui yang perlu diambil keputusan untuk dilakukan pemisahan, penundaan potong atau dipotong. FAKTOR PERTIMBANGAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM 1. Umur. Pada umumnya ternak unggas pemotongan dilakukan diawal umur (6-8 minggu) sedang daging ruminansia pada umumnya pada umur tertentu atau umur tua. 2. Genetik. Pada ternak unggas lebih seragam berasal dari ayam neneknya, dibandingkan ternak ruminansia lebih variasi. 3. Gizi dan pengelolaan kesehatan. Pada unggas sangat dipengaruhi pemberian pakan, status vaksinasi, pengobatan termasuk pemakaian obat pemacu pertumbuhan dalam pakan dan dilakukan pemeriksaan dari sejak lingkungan penetasan hingga dibawa ke RPA PERBEDAAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM PADA UNGGAS DAN RUMINANSIA PEMERIKSAAN ANTEMORTEM Pemeriksaan antemortem pada unggas dengan cara mengamati secara kelompok atau individual yaitu untuk mengetahui adanya penyakit dengan mengamati adanya: 1. Pembengkakan pada kepala atau mata 2. Edema pada sayap 3. Adanya bersin 4. Kotoran tidak berwarna 5. Luka-luka pada kulit 6. Kelemahan 7. Tortikolis atau gerakan memutar leher 8. Pembesaran sendi atau tulang, dan 9. Radang kulit (dermatitis). DOKUMENTASI PEMERIKSAAN ANTEMORTEM Hasil pemeriksaan antemortem harus dilakukan pencatatan secara individual bagi ternak besar dan cara berkelompok bagi ternak unggas. Informasi yang harus tercatat dalam dokumen pemeriksaan antemortem sekurang-kurangnya menginformasikan halhal sebagai berikut:
a. Nomor register Rumah Potong hewan g. Berat ternak
atau Nomor Kontrol Veteriner h. Catatan hasil pemeriksaan klinis b. Identitas ternak atau kartu ternak antemortem c. Jenis ternak (spesies, bangsa) i. Tanggal pemeriksaan dan tanda- d. Jenis kelamin tangan petugas/dokter hewan e. Kondisi ternak saat tiba dan pemeriksa j menjelang dipotong j. Saran pemeriksaan lebih lanjut f. Termperatur dan pernafasan dan/atau kepada dokter hewan pemeriksa gerak rumen postmortem KEPUTUSAN HASIL PEMERIKSAAN (SK KEMENTAN NO. 413 THN 1992) 1. Hewan diijinkan 3. Hewan ditunda dipotong tanpa dipotong jika hewan syarat jika hasil mengalami kelelahan, pemeriksaannya menunjukan SEHAT atau pemeriksaan belum yakin.
2. Hewan diijinkan 4. Hewan ditolak
dipotong dengan syarat dipotong jika hewan dengan kondisi Oedema, hernia, fraktur, Diperuntukkan pada abcess, mastitis atau hewan yang hasil penyakit lain yg tidak pemeriksaannya positif menular (zoonosis) mengarah pada penyakit zoonosis.