Anda di halaman 1dari 81

Pemeriksaan Antemortem dan

Postmortem Penyembelihan Hewan


Potong

Oleh:
Bambang Sumiarto
Departemen Kesmavet FKH-UGM
2021
PROSES PRODUK
TERNAK TRANSFORMASI EDIBLE
(RPH) (ASUH)
MAKSUD PEMERIKSAAN DAGING

(Herenda et al., 2000)

⚫ MEMASTIKAN HEWAN YANG SEHAT DAN


FISIOLOGIS NORMAL SAJA YANG DISEMBELIH
UNTUK KEPERLUAN KONSUMSI MANUSIA.
⚫ HEWAN YANG SAKIT/TIDAK NORMAL DIPISAHKAN
DAN DIPERLAKUKAN DENGAN SEMESTINYA
⚫ MEMASTIKAN DAGING BERASAL DARI HEWAN
YANG BEBAS PENYAKIT, UTUH, DAN TIDAK
MERUGIKAN KESEHATAN MANUSIA.
PEMERIKSAAN ANTEMORTEM
TUJUAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM

(Herenda et al., 2000)


⚫ memeriksa (screening) semua hewan yang akan
disembelih
⚫ memastikan hewan diistirahatkan dan semua
informasi klinis yang membantu suatu diagnosis
dapat diperoleh dengan benar
⚫ mengurangi terjadinya kontaminasi pada area
penyembelihan, dengan memisahkan hewan yang
kotor dan memusnahkan hewan yang berpenyakit
tertentu sesuai peraturan yang ada.
⚫ memastikan hewan yang terluka, atau hewan
menderita kesakitan, dapat dipotong darurat, dan
memastikan hewan diperlakukan manusiawi.
⚫ mengidentifikasi penyakit-penyakit yang harus
dilaporkan guna menghindari kontaminasi pada
area penyembelihan
⚫ mengidentifikasi hewan sakit dan hewan yang
diberi perlakuan antibiotik, agen kemoterapetik,
insektisida, dan pestisida.
⚫ meminta dan memastikan alat transportasi hewan
potong dibersihkan dan didesinfeksi.
⚫ Hewan harus diperiksa pada kedua sisi
tubuhnya, pada saat istirahat maupun pada saat
bergerak
⚫ Pemeriksaan antemortem hanya berlaku 24 jam
sebelum penyembelihan, dan harus diulang
apabila waktu penyembelihan ditunda lebih dari
24 jam
⚫ Hewan yang menunjukkan gejala sakit harus
diperiksa oleh dokter hewan. Hewan tersebut
diperlakukan sebagai “suspect” dan dipisahkan
dari hewan yang sehat lainnya
SYARAT DAN TATA CARA PENYEMBELIHAN
HEWAN POTONG
(SK Mentan No. 413/Kpts/TN.310/7/1992)
• Disertai surat pemilikan
• Disertai bukti restribusi
• Diistirahatkan paling sedikit 12 jam sebelum penyembelihan
• Dilakukan pemeriksaan ante-mortem paling lama 24 jam
• Penyembelihan dilakukan di RPH
• Penyembelihan dilakukan di bawah petugas yang berwenang
• Tidak bunting
• Menurut tata cara Islam
MEMBANTU PEMERIKSAAN ANTEMORTEM

⚫ Surat Kepemilikan menunjukkan asal


Ternak
⚫ Asal Ternak menunjukkan daerah
endemik dan epidemik penyakit
hewan menular dan zoonotik.
⚫ Pemeriksaan antemortem harus dilakukan
dengan pencahayaan cukup dan hewan dapat
diamati secara kolektif maupun individual, pada
saat istirahat maupun bergerak
⚫ Tingkah laku hewan, status nutrisi, kebersihan,
tanda-tanda penyakit, dan abnormalitas diamati.
(SK Mentan No. 413/Kpts/TN.310/7/1992)
Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan:
⚫ Mengamati dengan seksama:
– Sikap hewan potong saat berdiri dan bergerak
dilihat dari segala arah
– Lubang kumlah, selaput lendir mulut, mata, dan
cermin hidung
– Kulit, kelenjar getah bening submaxilaris,
parotidea, prescapularis, dan inguinalis
– Ada atau tidak adanya tanda-tanda hewan
potong telah disuntik hormon
– Suhu badan
⚫ Pengujian laboratorik (jika sangat diperlukan)
Abnormalitas yang diperiksa
⚫ Abnormalitas respirasi
⚫ Abnormalitas tingkah laku
⚫ Abnormalitas gaya berjalan
⚫ Abnormalitas postur
⚫ Abnormalitas struktur dan konformasi
⚫ Abnormalitas leleran atau protrusi dari lubang
kumlah
⚫ Abnormalitas warna
⚫ Abnormalitas bau
Abnormalitas respirasi:
⚫ Frekuensi respirasi
⚫ Apabila pola pernapasannya berbeda dari
normal, hewan harus dipisahkan dan
dianggap “suspect”
Abnormalitas tingkah laku:
⚫ Berjalan dalam lingkaran atau
menunjukkan gaya berjalan serta postur
yang abnormal
⚫ Menekan kepalanya ke dinding
⚫ Menyerang berbagai obyek dan bertingkah
agresif
⚫ Menunjukkan expresi mata yang lesu dan
cemas
Abnormalitas gaya berjalan:
⚫ Abnormalitas berhubungan dengan rasa
sakit pada kaki, dada atau abdomen,
atau indikasi adanya penyakit saraf
Abnormalitas postur:
⚫ Abnormalitas postur nampak sebagai abdomen
yang terlipat, atau hewan berdiri dengan kepala
terjulur dan kaki meregang
⚫ Hewan dapat pula rebah dengan kepala menjulur
di samping badannya
⚫ Ketika hewan tidak dapat berdiri, disebut sebagai
‘downer’
⚫ Hewan yang ‘downer’ harus diperlakukan dengan
hati-hati untuk menghindari penderitaan yang
lebih lanjut
Abnormalitas struktur (konformasi):

⚫ Pembengkakan (abses) yang umumnya terlihat pada


babi
⚫ Persendian yang membesar
⚫ Pembengkakan umbilicus (hernia)
⚫ Ambing yang membesar dan sensitif, mengindikasikan
mastitis
⚫ Rahang yang membesar (‘lumpy jaw’)
⚫ Abdomen yang kembung (bloat)
Abnormalitas leleran atau protrusi dari
lubang kumlah:
⚫ Leleran dari lubang hidung, saliva yang
berlebihan dari mulut
⚫ Protrusi dari vulva dan usus
⚫ Protrusi dari rektum (prolaps rektum) atau uterus
⚫ Protrusi dari vagina (prolaps uterus)
⚫ Pertumbuhan pada mata dan diare berdarah
Abnormalitas bau:
⚫ Sulit dideteksi pada pemeriksaan
antemortem rutin
⚫ Bau abses, bau obat, bau busuk, atau
bau aseton pada ketosis
PEMERIKSAAN SECARA KEADAAN UMUM:
KEADAAN
1. Gizi
- Normal: Gemuk berlemak
- Kekurusan
* Kekurusan normal
* Kekurusan patologik

2. Sikap, jalan, dan pandangan


Sikap bebas tdk dipaksakan, jalan terkoordinasi,
pandangan baik, gerak telinga lincah, dan memperhatikan
lingkungan

3. Kulit
- Hewan sehat, kulit supel, lepas, mudah dilipat dan digeser,
lipatan-lipatan cepat hilang
- Licin, mengkilat, dan tidak pucat
4. Organ pencernaan
- Nafsu makan baik
- Tidak muntah-muntah
- Defekasi normal
- Perut tidak kembung

5. Organ pernafasan
- Pernafasan teratur dan perlahan
- Sapi 10 – 30/menit, Pedet 10 – 15/menit,
domba/kambing 10 – 20/menit,
kuda 8 – 12, babi 10 - 20/menit

6. Peredaran darah (normal)


- Pulsus Sapi 60 – 70/menit, Pedet 100/menit
- Db - Kb 60 -90/menit, Kuda 28 – 40 menit, dan Babi 60 –
90/menit
7. Selaput lendir
- Hewan sehat: merah muda cerah
- Mukosa vagina selama estrus lebih merah
- Mukosa vagina eksudasi karena vaginitis atau metritis
- Mukosa hidung dan mata pucat, perdarahan, anemia

8. Ambing
- Normal
- Bengkak

9. Suhu badan (normal)


- Sapi 38 – 39,5 oC, Pedet 39,5 – 40 oC,
- Kuda 37 - 38 oC,
- Babi 38,5 – 39,5oC
- Db - Kb 38 – 39,5 oC,
SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
No. 413/ Kpts/ TN.310/ 7/ 1992
TENTANG
PEMOTONGAN HEWAN POTONG DAN PENANGAN
DAGING SERTA HASIL IKUTANNYA
Pasal 6
(1) Dari hasil pemeriksaan antemortem sebagaimana dimaksud Pasal 5
ayat (2) huruf a petugas pemeriksa yang berwenang memutuskan dan
memberi tanda pada hewan potong yang bersangkutan bahwa hewan
potong tersebut:
a. diijinkan untuk disembelih tanpa syarat;
b. diijinkan untuk disembelih dngn syarat;
c. ditunda untuk disembelih;
d. ditolak untuk disembelih.
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b
hanya berlaku selama 24 jam sejak waktu pemeriksaan;
(3) Hewan potong dinayatakan diijinkan untuk disembelih tanpa syarat
apabila pemeriksaan antemortem ternyata bahwa hewan potong
tersebut sehat;
Pasal 6
(4) Hewan potong dinyatakan diijinkan untuk disembelih dengan syarat,
apabila dalam pemeriksaan antemortem ternyata bahwa hewan potong
tersebut menderita dan menunjukkan gejala penyakit:
a. coryza gangraenosa bovum; g. hernia; m. mastitis; s. tuberculosis.
b. haemorhagic septicemia; h. fraktura; n. septichemia;
c. piroplasmosis; i. abces; o. cachexia;
d. surra; j. epithelimia; p. hydrops;
e. influensa equorum; k. actinomycosis; q. oedema;
f. arthritis; l. actinobacillosis; r. brucellosis;
PEMERIKSAAN POSTMORTEM
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
(pemeriksaan didasarkan penemuan patologik pada lgl,
organ, dan karkas)

Prinsip pemeriksaan:
⚫ Mengetahui abnormalitas yang terjadi
⚫ Dilakukan siang hari atau keadaan seperti siang
⚫ Pemeriksa yakin tidak ada organ yang
disembunyikan
⚫ Pemeriksaan dilakukan dengan melihat, meraba,
dan kalau perlu menyayat
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:

⚫ Semua keadaan yang mencurigakan


harus dibelah
⚫ Kelenjar limfe dan organ yang disayat
harus dibersihkan
⚫ Bagian kepala dan viscera dipisahkan
untuk menghindari kontaminasi
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
1. Karkas
⚫ Warna: merah ungu
(mioglobin) → merah terang
(oksimioglobin) → merah tua
(metmioglobin)
⚫ Konsistensi: 0,5 jam lunak →
>0,5 jam kenyal (8-10 jam)
(rigormortis) --> post rigor
(lunak)
⚫ Bau: triasilglicerol,
phospholipid, cholesterol
Pemotongan Hewan
(menghindari kontak daging seminimal mungkin)
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:

⚫ Lgl. Praescapularis atau lgl.


cervicales superficialis
⚫ Lgl. Axillaris
⚫ Lgl. Poplitea
⚫ Lgl. Supramamaria (♀)
= lgl. Inguinalis (♂)
⚫ Lgl. femoralis
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
Karkas:
⚫ Warna, bau, konsistensi
⚫ Otot mengkilat, agak taransparan,
cukup padat, elastis, tekan membalik
⚫ Karkas gemuk atau kurus
⚫ Periksa lgl. prescapularis, lgl. inguinalis
profunda/supramammaria, lgl. axillaris,
lgl. poplitea
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
⚫ Abnormal
a. Atrofi
- Otot menjadi kecil, pucat, kuning-kemerahan,
konsistensi lembek, hidrop subkutan
- karena penyakit metabolisme kronis, ketuaan
- sumsum tulang lembek/selai
- kekurusan hebat dan hidrop → afkir
b. Perdarahan
- otot bercak merah tua dan basah
- infiltrasi darah melebar atau hematoma
- bagian terkena afkhir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
c. Degenerasi
- karena racun atau infeksi
- otot merah pucat s/d kuning pucat seperti
direbus
- sangat rapuh, bidang sayatan basah
- bagian kelainan afkir
d. Nekrosis
- dekubitus bersifat lokal, basah atau kering
- kedaan gawat afkir seluruhnya,
- keadaan ringan, bagian terkena afkir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
2. Kepala
⚫ Kepala digantung dengan mulut diatas, ujung
lidah dikeluarkan diantara kedua lubang rahang
bawah
⚫ Dilihat dan teliti dari luar mukosa mulut dan
rongga kerongkongan
⚫ Kanan kiri dipotong dilepaskan lidah ditarik
ditarik hingga tulang lidah patah
⚫ Lidah disayat-lepaskan dilihat, diraba, dan dipijit
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
2. Kepala
⚫ Pharynx dipotong melintang shg lgl.
Retropharyngealis terpotong
⚫ Maseter dipotong menjadi 2 atau 3 lapisan
⚫ Pisau diteruskan membelah lgl. Sub-maxillaris
dan subparotidealis
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
2. Kepala
⚫ Lihat bisul-bisul, lepuh-lepuh, dan abses.
Kelainan yang dapat ditemukan: stomatitis,
aktinobasilosis, aktinomikosis,
⚫ Nekrosis, penyakit mulut dan kuku (PMK)
⚫ Maseter sapi cysticercus enermis atau
bovis dan cysticercosis cellulose pada babi
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
3. Paru-paru
⚫ Paru-paru diraba, dipotong melintang,
potong lgl. mediastinalis
⚫ Trachea dibelah dan dilihat menurut
panjangnya
⚫ Tubercle pada paru-paru, lgl.
Bronchialis, dan lgl. Mediastinalis
⚫ Kotoran atau darah pada bronchus
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
3. Paru-paru
⚫ Cacing strongyloid dan hemorrhagi pada bronchus
babi
⚫ Malleus pada kuda
⚫ Atelektasis
- paru tidak ada hawanya, eksudat dan bengkak
- volume paru kecil, merah kebiruan, kompak,
sayatan licin dan kering
- sayatan di air tenggelam
- paru-paru di afkir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
3. Paru-paru
⚫ Emfisema:
- Isi hawa pulmo bertambah (gelembung)
- alveoli kadang-kadang pecah
- disebabkan penyumbatan makanan, lendir,
atau cacing
a. emfisema alveoler,
- seluruh/sebagian pulmo membesar, pucat -
dalam alveol terdapat hawa,
- pada sayatan bersuara keras
- dasar sayatan abu-abu putih s/d kering
b. Emfisema interstitial
- Septa interlobuler terdapat hawa berderet
- dyspnoe berat
- alveoli dan bronchiali sobek
- paru-paru diafkhir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
3. Paru-paru
⚫ Hiperemia:
- terjadi radang karena kelemahan jantung
- paru kurang dikempiskan, warna gelap, terdapat petechie
- dataran sayatan merah tua, licin, lembab
- paru diafkhir

⚫ Pneumonia
- selalu dimulai bronchitis
- radang pada lobus-lobusnya (lobus apeks, tengah, muka,
utama)
a. Bronchopneumonia catarrhalis
- penyebaran lobuler
- radang serosa-selluler dan eksudatif
- konsistensi padat seperti karet
- warna abu-abu s/d merah gelap
- sayatan licin, mengkilat, dan lembab
- eksudat keruh, merah abu-abu
- potongan paru tenggelam
- paru diafkhir
b. Pneumonia suppurativa
- terdapat eksudat purulen
- lobus keruh, abu-abu, lunak
- lgl. tidak berubah
- abses dengan nanah
- afkhir
c. TBC paru-paru
- disebari tuberkel tembus cahaya
- afkhir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
4. Jantung
⚫ Pembungkus dibuka
⚫ Jantung sehat mengkilat
⚫ Serambi dan bilik kanan/kiri dibelah
⚫ Cysticercosis inermis pada klep jantung
dan pericardium
⚫ Petechiae dan degenerasi pd daging
jantung
⚫ Pericharditis traumatik, karena benda asing
⚫ TBC, bagian terkena afkhir
⚫ AE, otot jantung lemah, terdapat lokus2
otot jantung bercak-bercak dengan garis-
garis batasnya jelas (tiger heart)
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
5. Diagphragma
⚫ Sehat mengkilat
⚫ Cysticercosis inermis
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM
6. Hati
⚫ Dilihat dan diraba, lgl hepatika
diiris, hati dipotong melintang
⚫ Distomum, degenerasi melemak
→ warna kuning
⚫ Fasioliasis
- penebalan kapur pipa
empedu
- keras, warna kuning-putih
- gumpalan coklat kotor,
berlendir, berbutir
- hati afkir
Distomatosis
- bungkul dengan cacing Fasiola
- terisi cairan coklat, jaringan ikat
mengandung kapur
- afkhir sebagian atau seluruh
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM
6. Hati
⚫ Hepatitis purulen
- radang dan nanah
- penyebab strep. dan staphylococcus
- warna kuning sampai hijau, jelas terbatas
- hati diafkhir, pengotoran organ dibuang jangan
dicuci
- pisau, lantai, tangan cuci dan desinfeksi
⚫ Hepatitis interstitialis chronica (chirosis)
- jaringan ikat, mengecil, pinggir bulat,
berbutir halus- kasar, permukaan kasar
- konsistensi keras, warna kuning,
hijau-kuning s/d cokelat-karat
- hati afkhir
⚫ Cirrhosis hepatis hypertropica
- hati membesar, konsistensi keras, sayatan
abu-abu coklat, perdarahan
- hati afkir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
7. Perut dan usus
⚫ Lihat bagian-bagian, usus dibuka
⚫ lgl. Mesenterica dibelah, sering
berwarna kehijau-hijauan
⚫ Perubahan haemorrhagi, radang,
actinomycosis, tbc
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
8. Limpa
⚫ Normal oval memanjang, gepeng, biru
keabuan, konsistensi lunak
⚫ Diraba, dibelah menurut panjangnya, limpa
sehat agak keras tepinya tajam
⚫ Bengkak 2 – 3 x, berdarah,
⚫ TBC tuberkel-tuberkel besar dengan
pengkejuan, warna abu-abu s/d kuning,
⚫ Malleus warna kuning (afkir)
⚫ Anthrax warna hitam seperti tir (afkir)
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POSTMORTEM:
9. Pleura-peritonium
⚫ Sehat halus dan mengkilat
⚫ Rongga dada terisi beberapa ml cairan
kuning terang
⚫ Abnormal, rongga banyak transudat atau
curahan darah
⚫ Radang
- petechiae dan hemoragik → Anthrax,
penyakit darah
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
10. Ginjal
⚫ Ginjal sehat bentuk oval, gepeng, warna
coklat, terdiri 16 –24 renkuli, mengkilat,
kulit tipis mudah dikupas, konsistensi
elastis
⚫ Dibuka dari bagian bulat hingga hilus
⚫ Perubahan: radang, batu ginjal, cacing,
tbc, degenerasi, atropi, hipertropi
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
⚫ Nefrosis
- degenerasi tanpa radang
- sedikit membesar, korteks melebar,
keruh, pucat, konsistensi lembek
- ginjal diafkir
⚫ Hemorrhagiae renum
- perdarahan jelas, pembengkak limfe
- ginjal diafkir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
⚫ Nefritis
- bersifat hematogenik, urogenik, jarang ketuaan
- penyebab toksik atau infektif
- prenchim ginjal membesar, lembek, warna
abu-abu, sayatan basah
a. Nefritis hemoragik
- banyak sekali perdarahan kecil atau besar
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
b. Nefritis interstitial
- pembentukan lokus-lokus dgn perluasan difus
- timbul bercak/bungkul pada korteks menonjol
keluar
c. Nefritis purulen (afkir)
- bersifat hematogenik (streptococcus,
staphylococcus, bakteri piogenik)
- pembentukan lokus kuning, nanah, menonjol,
dengan zona merah
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
⚫ Nefritis parenchim kronis (afkir)
- intoksikasi → ginjal dan hati afkir
- ginjal sangat membesar
- kapsul mudah lepas, permukaan licin, sering
berbutir halus
- timbul jaringan ikat hebat mengkerut
⚫ TBC ginjal (afkir)
- korteks atropi berisi tuberkel
- jaringan ikat dan masa keju
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
11. Kandung kemih
⚫ Perdarahan → trauma, hemorrhagica,
urin merah-hitam
⚫ Edema → kandung kemih menebal,
bengkak, mukosa berlendir kemerahan
⚫ Sistisis → bengkak dan kemerahan,
sampai eksudat purulen
⚫ Afkir
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
⚫ Perdarahan
- trauma (partus, batu kandung kemih)
- hemoragik (anemia, leukemia, keracunan,
infeksi anthrax)
- merah s/d merah hitam → piroplasmosis
⚫ Sistisis purulen (afkhir)
- bengkak sekali, merah (ptechia)
- tertutup eksudat nanah
PROSEDUR
PEMERIKSAAN POST-MORTEM:
12. Uterus-vagina
⚫ Dilihat dan diraba sehat tidak ada embrio
⚫ Selaput lendir kemerahan
⚫ Abnormal
- Radang akut → eksudat merah dan bau
- dinding uterus tebal dan edema
- radang kronis → nanah dan bau
- TBC → bungkul-bungkul
CAP DAGING
CAP DAGING:

⚫ Tinta cap tidak boleh beracun


⚫ Tinggal lama dan mudah dikenal
⚫ Resep tinta
R/ Anilin atau methylviolet 25 gr
Gliserin atau air gula 250 ml
Alkohol 95% 50 ml
Aquadest 675 ml
Herkeuring = Pemeriksaan Ulang Daging

⚫ Higiene daging
⚫ Pelimpahan wewenang
⚫ Ada 2 cap daging
⚫ Dilakukan di RPH

Anda mungkin juga menyukai