Sumber: Principles of Meat Science 4th Ed. (2001) dan Lawrie’s Meat Science 7th Ed. (2017)
Schematic diagram showing the general structure of skeletal muscles. From Listrat,
A., Lebret, B., Louveau, I., Astruc, T., Bonnet, M., Lefaucheur, L., Bugeon, J., 2016. How muscle
structure and composition influence meat and flesh quality. Scientific World Journal.
http://doi.org/
10.1155/2016/3182746.
Dr. drh. Doddi Yudhabuntara
Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan UGM
TA 2020/2021
DR. DRH. DODDI YUDHABUNTARA
Tujuan pembelajaran
Menjelaskan perubahan fisik dan kimiawi yang
terjadi selama perubahan otot menjadi daging
Mengidentifikasi faktor2 antemortem dan
postmortem yang mempengaruhi perubahan otot
menjadi daging
Efek faktor2 tersebut pada kualitas daging
Variasi kualitas daging disebabkan sebagian besar oleh perubahan yang terjadi
setelah penyembelihan
ATPase
ATP + H O ADP + P + H+ + energi + panas
2 i
Enzim kreatin kinase (CK) mengkatalisis transfer reversible fosfat anorganik (Pi) dari
dari PCr menjadi adenosin difosfat (ADP), untuk menghasilkan ATP dan kreatin.
Sementara waktu kondisi istirahat, reaksi tsb cenderung membentuk PCr, maka
selama ada kebutuhan tinggi ATP, PCr terdegradasi dan energi yang dibebaskan
dipakai untuk menghasilkan ATP dari ADP.
Karena cadangan PCr otot juga terbatas ( ~ 25 umol/g jaringan otot), maka PCr
hanya dapat menyediakan ATP seluler postmortem selama waktu yang singkat.
Gambar . Working model of the factor controlling the extent of postmortem metabolism
(Sumber: Lawrie’s Meat Science. Eight Edition, 2017)
DR. DRH. DODDI YUDHABUNTARA
Pemahaman mengenai faktor2 yang menentukan pH
ultimat merupakan kunci untuk memperkecil variasi
dalam kualitas daging.
Mobilisasi glikogen secara anaerobik selama
metabolism postmortem, akan memicu penurunan pH
--- fungsi kandungan glikogen pada saat
penyembelihan (= pH otot hendaknya terus menurun
selama masih ada glikogen dalam otot). Tetapi,
ternyata tidak seperti itu kenyataannya.
Pada spesies terentu, glikolisis postmortem biasanya
berhenti sewaktu ada glikogen sisa (residual glycogen)
dalam otot.
Hubungan antara kandungan glikogen dengan pH
ultimat adalah kurvilinier, dan bukan linier
DR. DRH. DODDI YUDHABUNTARA
pH ultimat berkurang sewaktu glikogen bertambah hingga
mencapai puncaknya.
Henckel et al (2002) menemukan bahwa tingkat
penurunan pH ditentukan oleh kandungan glikogen,
asalkan level glikogen menurun dan berada di antara 0 - 53
umol/g otot. Penambahan level glikogen selanjutnya di
atas 53 umol/g tidak terkait dengan penurunan pH lebih
lanjut.
Van Leck et al. (2001) menyatakan bahwa perbedaan
kadar glikogen otot hanya menentukan 40% variasi dalam
pH ultimat.
Tekstur
Sifat tekstur daging segar terkait dengan: struktur,
konsistensi, dan kenampakan permukaan irisan.
Terbukti pada daging PSE dan DFD, tekstur bervariasi
terkait engan penurunan pH postmortem dan ikatan air.
Daging PSE sangat lunak dan basah, dengan tekstur kasar
dan adanya separasi otot.