Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN KESEHATAN TERNAK SEBELUM DIPOTONG

1. Pendahuluan

Daging yang beredar di masyarakat hendaknya daging yang sehat dan berkualitas baik. Untuk pengadaan
daging yang sehat dan berkualitas, diperlukan serangkaiaan pemeriksaan dan pengawasan, mulai dari
penyediaan ternak potong yang sehat melalui pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih
(pemeriksaan ante-mortem), tukang potong yang memiliki syarat kesehatan dan memiliki pengetahuan
tentang prinsip-prinsip dasar pemotongan ternak, keterampilan melakukan proses pemotongan ternak,
dan pemeriksaan setelah hewan dipotong (pemeriksaan post-mortem), penyediaan alat transportasi
daging dan jeroan yang memenuhi syarat kebersihan dan memadai, dan tersedianya kios daging yang
memenuhi syarat kesehatan dan kebersihan untuk pendistribusian daging dan jeroan kepada konsumen.

2. Pengertian, Maksud dan Tujuan Pemeriksaan Ante-mortem

Pemeriksaan kesehatan ante-mortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan dan unggas potong sebelum
disembelih. Maksud pemeriksaan ante-mortem adalah agar ternak yang akan disembelih hanyalah ternak
sehat, normal dan memenuhi syarat, sebaliknya, ternak yang sakit sebaiknya tidak dipotong. Tujuan
pemeriksaan ante-mortem agar daging dan jeroan yang akan dikonsumsi masyarakat adalah daging yang
benar-benar sehat dan berkualitas (Suardana dan Swacita, 2009). Khusus untuk pemotongan ternak sapi,
selain kondisinya harus sehat dan normal, juga harus memenuhi syarat tertentu. Dipenuhinya syarat disini
dimaksudkan agar ternak sapi yang akan dipotong agar tidak melanggar peraturan yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Peraturan yang mengatur tentang pemotongan ternak antara lain : 1). Staatblad No.614
tahun 1936 tentang pemotongan ternak besar betina bertanduk. Inti dari peraturan pemerintah ini adalah
ternak besar betina bertanduk, yaitu sapi dan kerbau betina dilarang untuk dipotong, kecuali sudah diafkir
karena alasan : 1). Sudah berumur di atas 8 tahun (tua), 2). Warna bulunya menyimpang, 3). Mengalami
kecelakaan (patah tulang), 4). Mengalami majir (mandul), 5). Sudah beranak lebih dari 5 kali, 6).
Eksteriurnya jelek. Peraturan lainnya adalah Instruksi Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian
Nomor 18/1979 dan Nomor 05/Ins/Um/3/1979 tentang Pelarangan pemotongan ternak sapi/kerbau
betina bunting dan atau sapi/kerbau betina bibit, dan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkai I Bali
tanggal 1 Oktober 1980 tentang Pelarangan dan pencegahan pemotongan ternak sapi/kerbau betina
bunting dan atau sapi/kerbau betina bibit (Arka dkk., 1983).

Menurut Direktorat Kesmavet (2005), tujuan dari pemeriksaaan antemortem adalah :

1. Mencegah pemotongan hewan yang secara nyata menunjukkan gejala klinis penyakit hewan menular
dan zoonosis atau tanda-tanda yang menyimpang,

2. Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk keperluan pemeriksaan post-mortem dan


penelurusan penyakit di daerah asal ternak,

3. Mencegah kontaminasi dari hewan atau bagian-bagian hewan yang menderita penyakit kepada
petugas, peralatan RPH, dan lingkungan,

4. Menentukan status hewan dapat dipotong, ditunda atau tidak boleh dipotong,

5. Mencegah pemotongan ternak betina bertanduk produktif.


3. Pelaksana, Tempat, dan Peralatan

Pelaksana pemeriksaan ante-mortem adalah 1). dokter hewan berwenang yang ditunjuk, dan 2).
Paramedis yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.

Pemeriksaan ante-mortem, dilakukan di kandang penampungan hewan siap potong. Syarat kandang
penampungan adalah bersih, kering, terang (intensitas cahaya minimum 540 luks), serta terhindar dari
panas matahari dan hujan. Peralatan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ante-mortem adalah 1). Jas
laboratorium yang bersih, 2) sepatu boot, dan 3) stempel/cap huruf “S”. Untuk dapat melakukan
pemeriksaan kesehatan ternak ante-mortem maka diperlukan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang harus
dimiliki selain kandang tempat pengumpulan ternak, adalah kandang jepit (fiksasi). Kandang untuk
pengumpulan ternak harus terang agar pemeriksa dapat bergerak dengan leluasa di antara ternak untuk
mengadakan pengamatan dengan seksama terhadap ternak dalam keadaan diam/beristirahat atau dalam
keadaan bergerak. Kandang jepit dimaksudkan untuk tempat pemeriksaan kesehatan seekor ternak
dengan lebih seksama, misalnya untuk eksplorasi rektal yang bertujuan untuk diagnosis kebuntingan,
mengukur suhu tubuh, pemasangan identifikasi ternak yang meragukan kesehatannya, dan untuk
memperkirakan umur ternak betina yang akan dipotong.
4. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Ante-Mortem

Adapun prosedur pemeriksaan kesehatan ante-mortem adalah sebagai berikut :

• Pemeriksaan kesehatan ante-mortem dilakukan maksimal 24 jam sebelum ternak dipotong, jika
melebihi waktu tersebut, maka dilakukan pemeriksaan ante-mortem ulang.
• Hewan harus diistirahatkan minimal 12 jam sebelum dipotong. Ada kalanya sapi mengalami
kelelahan atau stres setelah menempuh perjalanan dari peternak atau pasar hewan menuju RPH.
Untuk memulihkan kadar glikogen ternak dan juga menghilangkan ternak dari stres agar daging yang
diperolehnya nanti berkualitas, maka ternak wajib diistirahatkan.
• Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati gejala klinis dan patognomonik.
a. Pengamatan (inspeksi) dengan cermat dan seksama terhadap sikap dan kondisi (status gizi, sistem
pernafasan, sistem pencernaan dan lain-lain), hewan potong saat berdiri atau bergerak yang dilihat
dari segala arah, Amati ternak tersebut dalam keadaan bergerak. Ternak dibangunkan dan
diperhatikan waktu bergerak. Ternak lumpuh atau patah kaki, bergerak kaku dll, dipindahkan ke
kandang khusus untuk mendapat pemeriksaan yang lebih teliti.
b. Pengamatan dengan cermat dan seksama terhadap lubang-lubang kumlah (mulut), telinga, hidung,
anus), serta kelenjar getah bening (limfoglandula superficialis) pada ternak, apakah ada
pembengkakan atau tidak. Demikian pula catat kalau ada kotoran pada mata, keluar cairan pada
mata, (lacrimasi) dan keluar leleran pada hidung.
c. Pengamatan kemungkinan adanya sapi bunting dengan eksplorasi rektal.
5. Cara Pemeriksaan Ternak Sapi dan Ciri Ternak Sapi Sehat

Cara Pemeriksaan Ternak Sapi

• Posisi hewan sebaiknya berdiri agar memudahkan dalam pemeriksaan gerakan hewan
• Yang diperiksa : jenis kelamin, umur hewan, keadaan abnormal dan tanda-tanda penyakit
(patognomonis), sikap dan tingkah laku hewan, serta kebersihan hewan
 Pemeriksaan dilakukan tanpa menimbulkan stress pada hewan;
 Penggunaan alat tidak menyakiti hewan

Ciri Ternak Sapi Sehat

• Kepala tegak dan sigap;


• Mata yang bening, hidung yang basah dan tidak mengeluarkan air liur berlebihan;
• Tidak menampakkan masalah dalam bergerak;
• Bernafas normal dan tidak bersuara;
• Berinteraksi dan beraktifitas dengan lingkungannya;
• Tidak bersuara atau berteriak, menggiling gigi, kejang atau melengkungkan punggung;
• Tidak adanya tanda-tanda stres panas maupun dingin.
• Tidak adanya tanda-tanda kesakitan, abses, luka, memar, patah.
• Gusi yang merah muda dan sehat dan mukosa yang sehat pula;
• Kotoran berkonsistensi normal dan tidak berdarah;
• Warna kencing berwarna kuning-jerami;

6. Cara Memperkirakan Umur Ternak

Cara memperkirakan umur ternak dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu berdasarkan jumlah gigi
permanen dan jumlah lingkar atau cincin pada tanduk ternak betina.

1. Berdasarkan jumlah gigi permanen.


1-1.5 tahun

1-1.5 tahun 2-2.5 tahun

3-3.5 tahun 4 tahun atau lebih

Gambar. Jumlah Gigi Permanen pada Sapi


Berdasarkan jumlah gigi permanen, perkiraan umur sapi sebagai berikut :
• Jika sapi memiliki jumlah gigi permanen sebanyak 2 buah (1 pasang), maka perkiraan umur ternak
sapi tersebut adalah 1-1,5 tahun
• Jika sapi memiliki jumlah gigi permanen sebanyak 4 buah (2 pasang), maka perkiraan umur ternak
sapi tersebut adalah 2-2,5 tahun
• Jika sapi memiliki jumlah gigi permanen sebanyak 6 buah (3 pasang), maka perkiraan umur ternak
sapi tersebut adalah 3-3,5 tahun
• Jika sapi memiliki jumlah gigi permanen sebanyak 8 buah (4 pasang), maka perkiraan umur ternak
sapi tersebut adalah 4 tahun atau lebih.
Untuk menghitung jumlah umur sapi lebih dari 4 tahun, maka dapat dilihat dari struktur gigi sapi
tersebut. Apakah sudah mulai ada perubahan pada gigi tersebut, misalnya mulai aus dan lain
sebagainya. Biasanya umur sapi di atas 4 tahun sudah mulai beranak, untuk memperkirakan umur
sapi bisa dikombinasikan dengan adanya lingkar tanduk pada sapi.
2. Berdasarkan Jumlah Lingkar (Cincin) pada Tanduk

Setiap ternak sapi yang sudah beranak akan menunjukkan adanya legokan (cincin) pada tanduknya.
Hal ini disebabkan pada ternak yang beranak memerlukan banyak kalsium, yang jika kebutuhannya
tidak mencukupi dari pakan yang diberikan, maka ternak tersebut akan mengambil cadangan
kalsiumnya sendiri untuk pertumbuhan fetus dan produksi susunya dari tulang dan tanduknya

sendiri. Hal ini mengakibatkan tanduk pada sapi yang pernah beranak akan berlegok (seperti cincin).
Legokan yang terjadi pada tanduk tidak selalu simetris pada tanduk kiri dan kanan. Hal ini
tergantung dari seberapa banyak kekurangan kalsium yang dialami sapi tersebut saat bunting. Jika
kekurangan kalsium saat bunting sangat banyak, maka legokan yang terjadi pada tanduk bisa
simetris bahkan ternak sapi tersebut bisa ambruk, sebaliknya jika kekurangan kalsium sangat sedikit,
maka cukup salah satu tanduknya akan berlegok. Untuk menghitung berapa umur bisa yang
memiliki cincin pada tanduknya, maka kita harus memperkirakan kapan sapi tersebut dewasa
kelamin, kemudian kapan bunting pertama kali, setelah itu berapa lama sapi bunting dan menyusui.

Semua itu bisa dihitung berdasarkan pengetahuan reproduksi dari sapi. Khusus pada sapi bali, sapi
mulai dewasa kelamin paling cepat umur 1,5 tahun. Namun, biasanya sapi mulai dikawinkan dan
bunting pertama kali umur 2-2,5 tahun, tergantung pengetahuan pemiliknya dalam mengenali
tanda-tanda estrus pada sapinya. Umur kebuntingan pada sapi selama 9 bulan, dan lama menyusui
sekitar 3 bulan. Jadi, jika dibulatkan untuk sapi yang memiliki satu lingkar tanduk setara dengan
umur 1 tahun. Tinggal menambahkan umur sapi pertama kali bunting. Jika perkiraan umur bunting
sapi pertama kali pada umur 2-2,5 tahun, maka jika ada satu lingkar tanduk, umurnya diperkirakan
3-3,5 tahun. Begitu seterusnya, tinggal menghitung berapa banyak jumlah lingkar tanduk pada sapi
tersebut.

Gambar. Lingkar Cincin Tanduk pada Sapi Betina

Perkiraan umur sapi berdasarkan kombinasi gigi permanen dengan lingkar tanduk
• Misalnya : Jumlah gigi permanen pada sapi tersebut sebanyak 3 pasang, dan ditemukan ada 1 lingkar
tanduk, berapa perkiraan umur sapi tersebut?.

• Gigi permanen sebanyak 3 pasang menunjukkan umur sapi tersebut antara 3-3,5 tahun, sedangkan
bila ada 1 lingkar tanduk, itu menunjukkan sapi tersebut pernah beranak 1x, maka perkiraan umurnya
adalah bunting pertama kali umur 2-2,5 tahun, ditambah lama kebuntingan dan menyusui selama 1
tahun, maka perkiraan umur sapi tersebut adalah 3-3,5 tahun.

Jadi, klop umurnya dengan mengkombinasi jumlah gigi permanen dengan jumlah lingkar tanduk

7. Beberapa Gejala

1. Penyakit Anthrax

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthraxis yang memiliki 3 bentuk gejala sebagai
berikut:

1. Perakut : dengan menunjukkan gejala klinis berupa ganggan syaraf dan diikuti dengan kematian.

2. Akut dan Subakut : dengan gejala klinis demam, penghentian pengunyahan, depresi, kesulitas
bernafas, iinkoordinasi, konvulsi (kejang-kejang) dan kematian. Juga ada keluar darah dari lubang-
lubang kumlah (anus, mulut, mata).

3. Kronis : dengan gejala klinis edema pada daerah pharynx dan lingual, keluar cairan berbusa dari
mulut hewan.

2. Penyakit Brucellosis

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Brucella abortus, yang memiliki gejala khusus berupa
keguguran atau kelahiran janin yang prematur.

3. Penyakit Salmonellosis

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella spp. dengan gejala klinis berupa demam tinggi,
adanya bintik darah dalam feses, diare profus,penurunan suhu tubuh yang drastis mencapai normal
atau sub-normal.

4. Penyakit Baliziekte

Penyakit ini disebabkan oleh kondisi sapi yang hatinya mengalami keracunan lamtana camara yang
dimanifestikan dengan sifat sensitif terhadap sinar matahari (Fotosensitive), denga gejala klinis khas
berupa adanya keropeng pada beberapa bagian kulit.

5. Penyakit Fascioliasis (Distomatosis).

Penyakit ini disebabkan oleh cacing fasciola gigantica, yang sering tidak menunjukkan gejala klinis
yang jelas.

8. Keputusan akhir dari pemeriksaan ante-mortem

Konklusi akhir dari pemeriksaan kesehatan ante-mortem dapat dibedakan menjadi tiga.
• Kelompok pertama adalah ternak yang dapat dipotong regular, yaitu kelompok ternak yang sehat,
normal, dan memenuhi syarat (tidak melanggar peraturan pemotongan)

• Kelompok kedua yaitu ternak yang ditolak untuk dipotong, yaitu kelompok ternak yang menderita
penyakit, abnormal, dan melanggar peraturan pemotongan. Contoh ternak untuk kelompok ini adalah
ternak sakit, ternak cacat, ternak betina produktif, bibit, ternak bunting, dan pedet yang umurnya terlalu
muda.

• Kelompok ketiga adalah kelompok ternak yang menderita kelainan lokal seperti patah kaki/fraktur,
luka, memar, abses, neoplasma/tumor, dan kondisi ternak tersebut meragukan. Ternak kelompok ketiga
ini dipisahkan dari pemotongan regular selesai dilakukan. Pertimbangan kondisi ante-mortem dikaitkan
dengan penemuan post-mortem untuk memberikan kesimpulan akhir terhadap disposisi daging dan
organ-organ tubuhnya.

Menurut Direktorat Kesmavet (2005), keputusan pemeriksaan ante mortem dilakelompokkan menjadi
hewan boleh dipotong, ditunda, atau tidak boleh dipotong. Terhadap hewan yang boleh dipotong
segera diberikan stempel/cap“S” di daerah pinggul.

Tabel 2. Keputusan akhir hasil pemeriksaan ante-mortem

Hasil pemeriksaan Keputusan


• Hewan normal/sehat Diijinkan untuk
• Hewan dengan kelainan terlokasi, seperti dipotong
tumor pada mata, pneumonia, dll
• Hewan lumpuh/ambruk karena kecelakaan, Harus segera
tetapi tidak menunjukkan gejala penyakit dipotong

• Hewan menderita atau menunjukkan gejala Dipotong dengan pengawasan dokter hewan
sakit
• Hewan penderita gejala sakit yang belum Ditunda pemotongannya
dapat ditemukan penyakitnya (menunggu
hasil laboratorium)
• Hewan penderita menunjukkan gejala Dilarang dipotong
penyakit akut, seperti anthrax, tetanus,
malleus, dll
Sumber : Direktorat kesmavet (2005)

Perkecualian pemotongan ternak betina menurut Staatsblad No.614 dapat dilakukan apabila ternak
tersebut :

1. Memiliki sifat ras yang tidak sesuai atau menyimpang, memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga
dikhawatirkan menjadi cacat, ternak tersebut majir (mandul) atau dikhawatirkan akan majir
sehingga tidak bisa bereproduksi (beranak),
2. Memiliki warna bulu menyimpang (dikhawatirkan menderita penyakit tertentu),
3. Telah beranak minimal 5 kali (karena sudah dianggap tidak produktif lagi),
4. Memiliki eksteriur jelek (tidak baik jika dipakai bibit atau rugi jika akan digemukkan).
Selain itu, ternak sapi betina juga dapat dipotong terpaksa (Noodslach) jika :

1. Ternak dalam keadaan mengamuk dan membahayakan keamanan orang dan barang,
2. Ditimpa kecelakaan yang berat (biaya pengobatannya terlalu mahal),
3. Terserang penyakit akut dan berdasarkan peraturan pencengahan dan pemberantasan penyakit
menular.

Dalam kasus ini hasil produk ternak betina yang dipotong terpaksa masih dapat diedarkan ke
masyarakat konsumen apabila masih memenuhi syarat-syarat higiene produk asal hewan.

Anda mungkin juga menyukai