disusun oleh :
Nama : Yusrinabilla
NIM : 17/414521/KH/09408
Kelompok : 10
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui tipe-tipe rumah potong hewan
2. Mengetahui prosedur penyembelihan di rumah potong hewan
3. Mengetahui cara pemeriksaan antermortem dan post mortem
4. Mengetahui tujuan pemeriksaan daging
II. PENGERTIAN
● Rumah Potong Hewan (menurut SNI:6159, 1999)
Rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan disain dan konstruksi
khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan
sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat.
(BSN, 1999)
III. STANDAR RUMAH POTONG HEWAN MENURUT (SNI:6159, 1999)
● Tipe-tipe rumah potong hewan berdasarkan pengelolaan
Berdasarkan Permentan No. 13 Tahun 2010, jenis RPH berdasarkan
pengelolaannya dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Jenis I : RPH dan/atau milik pemerintah daerah yang dikelola oleh pemerintah
daerah dan sebagai jasa pelayanan umum;
b. Jenis II : RPH dan/atau UPD milik swasta yang dikelola sendiri atau
dikerjasamakan dengan swasta lain;
c. Jenis III : RPH dan/atau UPD milik pemerintah daerah yang dikelola bersama
antara pemerintah daerah dan swasta.
● Tipe-tipe rumah potong hewan berdasarkan fasilitas
Tipe rumah potong hewan berdasarkan fasilitas dibagi menjadi 4 yaitu :
- Tipe A : Memiliki laboratorium yang lengkap, tenaga milik pemerintah,
digunakan untuk penyediaan daging eksport
- Tipe B : Memiliki laboratorium, tenaga milik RPH itu sendiri, dan digunkan
untuk menyediakan daging antar propinsi
- Tipe C : Belum memiliki laboratorium pemeriksaan daging, tenaga milik RPH,
dan menyediakan daging untuk antar kabupaten
- Tipe D : Belum memiliki laboratorium dan menyediakan daging untuk daerah
setempat
(Rosyidi, 2017)
1
b. Kelas B : RPH sebagai penyediaan daging antar provinsi tingkat I, dimana
peredarannya hanya antar provinsi satu daerah, biasanya RPH kelas ini memotong
25 ekor sapi/ternak besar.
c. Kelas C : RPH ini sebagai penyediaan daging antar kabupaten/kota daerah tingkat
II didalam satu provinsi tingkat I. biasanya RPH tipe ini memotong antara 5 sampai
15 ekor sapi/ternak besar, yang hasilnya diedarkan dalam wilayah antar kabupaten.
d. Kelas D : RPH ini sebagai penyediaan daging kebutuhan dalam kota/wilayah
tingkat II, dimana hasil potongan dari RPH ini hanya boleh beredar pada daerah
tersebut.
(Rosyidi, 2017)
Pemeriksaan Antemortem
Pemeriksaan ante-mortem adalah pemeriksaan kesehatan hewan
dan unggas potong sebelum disembelih. Maksud pemeriksaan ante-
mortem adalah agar ternak yang akan disembelih hanyalah ternak sehat,
normal dan memenuhi syarat, sebaliknya, ternak yang sakit sebaiknya
tidak dipotong. (Rosyidi, 2017)
Pemeriksaan Postmortem
Menurut Peraturan Menteri Pertanian no. 13 tahun 2010,
pemeriksaan ini dilakukan sesaat setelah hewan selesai disembelih,
pemeriksaan ini harus dilakukan pada siang hari. Pemeriksaan bertujuan
mengetahui kondisi kesehatan hewan, apakah layak untuk dikonsumsi
atau tidak. Sebelum melakukan pemeriksaan, petugas harus memastikan
semua organ lengkap tidak ada yang disembunyikan. Perhatikan semua
perubahan yang ada, konsistensi, bau, warna.
(Prastowo, 2014)
3
Pemeriksaan Postmortem
Organ yang diperiksa adalah :
- Limpa, normalnya apabila disayat akan berwarna merah segar, lentur, dan
memiliki tepi yang tajam
- Hati, normalnya berwarna merah tua, mengkilat, tepinya tajam serta tidak
ditemukan cacing
- Jantung, normalnya ujung terkesan lancip, bagian luar mulus tanpa ada
pendarahan
- Paru-paru, normalnya berwarna pink pucat, tidak ada benjolan, serta pada
uji apung paru-paru mengapung
- Ginjal, normalnya berwarna mengkilat serta memiliki pembungkus tipis
- Limfoglandula juga diperiksa dengan cara diraba
- Lambung dan usus bagian luar dan dalam tampak mulus
1. Ketika terjadi pemotongan terhadap ternak ruminansia betina yang produktif dengan
sengaja tanpa alasan yang dibolehkan oleh peraturan perundangan, maka sanksi apa
yang dapat diberi kepada si pelaku? (Menurut UU no.18 tahun 2009)
Jawab :
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2009, sanksi yang diberikan ketika terjadi
pemotongan terhadap ternak ruminansia betina yang produktif ialah dikenai denda.
Besarnya denda yang dikenakan yaitu :
a. Jika menyembelih ternak ruminansia kecil betina produktif paling sedikit
sebesar Rp1.000.00000 (satu juta rupiah) dan paling banyak sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)
b. Jika menyembelih ternak ruminansia besar betina produktif paling sedikit
Rp5.000.000,00 ( lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah)
2. Setelah proses parting dilakukan, di setiap RPH biasanya dilakukan pemberian cap
pada daging hewan. Apakah fungsi dari cap? Seperti apa kriteria cap daging yang
baik dan apa saja komposisi dari cap tersebut?
Jawab:
Menurut literatur Rosyidi (2017), cap pada karkas dilakukan di 8 bagian
khususnya di kelenjar getah bening mulai dari kaki bagian depan sampai punggung
hingga kaki bagian belakang dan harus memberi informasi minimal: 1) nomor
kontrol veteriner, 2) kode bagi dokter hewan yang memeriksa untuk penelusuran
identitas, 3) wilaya tempat pemotongan, dan 4) logo RPH. Hal ini dimaksudkan
untuk:
1. Pengamanan produk ternak
2. Jaminan kesehatan konsumen
3. Layak dikonsumsi manusia
Menurut Rosyidi (2017), cap atau stempel yang digunakan harus menggunakan
tinta jenis “food grade” atau minimal formulasi tinta yang digunakan mengandung:
- Alcohol absolut 50 cc
- Glierin 250 cc
- Kristal violet 50 cc
- Akuades 1000 cc
5
Ketiga sapi tersebut langsung dibawa menuju ke RPH Mancasan dan tiba di
RPH pukul 17.00 WIB. Setelah sapi diistirahatkan dan pemeriksaan dokumen
administratif selesai dilanjutkan dengan pemeriksaan antemortem oleh Dokter Hewan
yang berwenang. Kemudian……
6
VI. LAMPIRAN (Lembar Kerja)
2. Bagian apa saja yang diperiksa saat pemeriksaan ante mortem di RPH Lumajang? Apakah
sudah memenuhi standar?
3. Apakah proses penyembelihan sapi di RPH Lumajang sudah memenuhi standar? Coba
jelaskan secara singkat dan jelas!
- Limpa: diraba dan disayat → fresh, lentur, tepinya tipis dan ketika
disayat warnanya merah segar
- Hati : diraba dan disayat → warna merah tua, mengkilat, tepi tajam.
- Paru-paru: diraba dan disayat → warna pink pucat dan tidak ada
benjolan
- Ginjal : pengamatan dan sayatan → mengkilat dan pembungkus ginjal
cukup tipis sehingga mudah dibuka.
- Limfoglandula poplitea, lgl. Axillaris lgl. lumbalis : dilihat, diraba
dan disayat → normal dan tidak ada pembengkakkan
- Kepala : lidah dikeluarkan dan dipotong jadi 2 bagian. Lalu m.masster
dipotong jadi 2 atau 3 lapisan untuk melihat ada atau tidaknya
cysticercus.
5. Dari pertanyaan sebelumnya, keputusan apa yang dapat diambil dari pemeriksaan post
mortem tersebut?