Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM KESMAVET

HIGIENE MAKANAN (KHU 4074)


ACARA I : PEMERIKSAAN DAGING DI LABORATORIUM

disusun oleh :

Nama : Yusrinabilla

NIM : 17/414521/KH/09408

Kel/Gel : 10/1

Asisten : Adrini Alesyah Saputri Pattiasina, S.K.H.

DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
PEMERIKSAAN DAGING DI LABORATORIUM

I. JUDUL PRAKTIKUM
“Pemeriksaan Daging di Laboratorium”
II. TUJUAN PRAKTIUM
1. Memahami daging menurut SNI 2008 dan karakteristik normal daging (warna,
pH, tekstur, dll)
2. Memahami perbedaan karakteristik daging masing-masing hewan
3. Memahami macam pigmen pada daging
4. Memahami mekanisme perubahan otot menjadi daging dan proses pembusukan
daging
5. Memahami daging DFD dan PSE beserta cirinya
6. Memahami proses pembusukan daging
7. Memahami daging ayam bangkai dan cirinya

III. TINJAUAN PUSTAKA


1. Pengertian Daging (SNI 3932:2008)
- Daging adalah bagian otot skeletal dari karkas sapi yang aman, layak dan
lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging segar, daging segar
dingin, atau daging beku.
- Daging segar : daging yang belum diolah dan atau tidak ditambahkan dengan
bahan apapun.
- Daging segar dingin : daging yang mengalami proses pendinginan setelah
penyembelihan sehingga temperatur bagian dalam daging antara 0 °C dan 4
°C.
- Daging beku : daging segar yang sudah mengalami proses pembekuan di
dalam blast freezer dengan temperatur internal minimum -18 °C.
(SNI, 2008)
2. Proses Pembusukan Daging
Kebusukan pada daging ditandai dengan bau busuk, pembentukan lendir,
perubahan tekstur, terbentuknya pigmen (perubahan warna), dan perubahan rasa.
Perubahan warna disebabkan oleh pigmen asing dari Pseudomonas. Bau busuk
dibentuk terutama oleh bakteri anaerob melalui dekomposisi protein dan asam
amino yang akan menghasilkan indole, metilamin, dan H2S. (Lawrie 2003)
Semakin lama penyimpanan pada suhu ruang akan semakin banyak basa yang
dihasilkan akibat semakin meningkatnya aktivitas mikroorganisme yang pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya pembusukan. Proses pembusukan akan diikuti
dengan peningkatan pH, dan keadaan ini akan diikuti pula dengan peningkatan
pertumbuhan bakteri. Pada proses ini terjadi perubahan glikogen menjadi asam
laktat dan berlangsung terus sampai glikogen di dalam jaringan daging habis.
Dengan habisnya glikogen akan diikuti proses netralisasi oleh senyawa alkali dari
hasil metabolisme mikroba, sehingga akan diikuti dengan peningkatan pH.
(Suradi, 2012)
3. Karakteristik Daging Normal
3.1 Warna
Penilaian dilakukan pada daging dingin dengan temperature bagian
dalam karkas antara 00 dan 70C dengan melakukan sayatan pada otot
punggung dan otot daging kelapa lalu warna sayatan dibandingan dengan
warna standar. Nilai skor warna ditentukan berdasarkan skor warna standar
yang paling sesuai dengan warna daging. Standar warna daging terdiri atas
sembilan skor mulai dari warna merah muda hingga merah tua. (SNI, 2008)

Gambar 1. Standar Warna Daging (SNI, 2008)


3.2 Bau
Aroma pada daging sapi dipengaruhi olehb jenis pakan yang diperikan.
Aroma yang tidak normal biasanya akan segera tercium sesudah hewan
dipotong. Sedangkan hewan dalam masa pengobatan akan menghasilkan
daging yang berbau obat-obatan (Gunawan, 2013). Daging yang berkualitas
baik memiliki aroma yang sedap. (Fikar dan Ruhyadi, 2010)
3.3 pH
Nilai pH daging tidak akan pernah mencapai nilai dibawah 5,3. Hal ini
disebabkan oleh enzim-enzim yang terlibat dalam glikolisis anaerob tidak
aktif bekerja. Standar pH daging hewan yang sehat dan cukup istirahat yang
baru dipotong adalah 7-7,2. Daging dapat mengalami penurunan pH dengan
cepat hingga mencapai 5,4-5,5 selama beberarapa jam setelah pemotongan.
(Aberle dkk, 2001)
3.4 Konsistensi
Daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal atau padat jika
ditekan dengan jari. Daging yang berkualitas baik akan lebih empuk dan
kenyal dibandingkan dengan daging yang berkualitas buruk.
(Fikar dan Ruhyadi, 2010)
3.5 Ciri-ciri Daging Bangkai
1. Kulit bercak-bercak merah, berdarah pada bagian kepala dan leher
2. Bagian dalam karkas berwarna kemerahan
3. Berbau anyir
4. Serabut otot berwarna kemerah-merahan
5. Pembuluh darah di leher penuh dengan darah
6. Bekas luka di leher regangannya kecil dan rata
(Rahayu dkk, 2011)

IV. MATERI DAN METODE


1. Uji Eber
Materi :
1. Tabung reaksi : untuk mencampurkan atau mereaksikan bahan-bahan uji
2. Sumbat karet : untuk menutup tabung reaksi
3. Besi penggantung : untuk menggantung sampel daging
4. Reagen eber (HCL pekat : Etanol 96% : Dietil Eter = 1:3:1) : sebagai reagen
untuk menentukan ada tidaknya NH3 yang keluar dari daging
5. Daging sapi : sampel untuk uji

Metode :
Sepotong daging ditaruh di ujung besi penggantung dengan sumbat karet 
reagen Eber sebanyak 5 ml dituang pada tabung reaksi besi penggantung
dengan sumbat dan daging dimasukkan daging tidak boleh menyentuh reagen
dan dinding tabung tunggu hingga ada embun/tidak gas NH3 yang keluar dari
daging akan berikatan dengan uap HCl dan membentuk embun NH4Cl.
Hasil dan Interpretasi :
(+) : Ada pembusukan, terdapat embun pada dinding tabung reaksi. Gas NH 3 dari
potongan daging busuk berikatan dengan uap HCL akan membentuk embun
NH4Cl.
(-) : Tidak ada pembusukan, tidak terdapat embun. Penyebabnya adalah tidak ada
aktivitas bakteri penghasil NH3 atau aktivitas bakteri pada daging busuk belum
sempurna.

2. Uji H2S
Materi :
1. Kertas saring : untuk menyaring larutan
2. Cawan petri : sebagai tempat pengujian uji
3. Pb asetat 10% : sebagai reagen dalam uji H2S, sebagai indicator ada
tidaknya H2S yang dihasilkan daging
4. Daging sapi : sampel yang akan diuji
Metode :
Daging dipotong dadu  disimpan di cawan petri  kertas saring diletakkan
pada cawan petri  larutan Pb Asetat 10% diteteskan pada kertas saring
secukupnya  cawan petri ditutup dan tunggu 10 menit. Bila terdapat gas H2S
bebas, maka akan berikatan dengan Pb asetat menjadi PbS yang akan ditandai
dengan timbulnya bercak coklat/hitam pada kertas saring.

Hasil dan Interpretasi :


(+) : Ada pembusukan, timbul bercak coklat/hitam pada kertas saring dan
perubahan warna jelas.
(-) : Tidak ada pembusukan, perubahan warna tidak jelas namun belum tentu
tidak adanya pembusukan daging.

3. Uji Postma
Materi :
1. Cawan petri : tempat perlakuan uji
2. Alu dan mortar : untuk menghaluskan daging
3. Penangas air 500C : pemanas
4. MgO 100mg : untuk mempercepat ekstrak daging melepaskan NH3
5. Daging 2 gr : sampel yang akan diuji
6. Aquadest 20 ml : larutan membuat ekstrak daging
7. Kertas lakmus merah : indicator pH
Metode :
Sebanyak 2 gr daging sapi dihancurkan dalam 20 ml air dengan alu dan mortar
untuk membuat ekstrak  10 ml ekstrak daging 10% diambil dan dimasukkan ke
cawan petri  kertas lakmus merah ditempel pada bagian dalam dan luar tutup
cawan petri  100 mg MgO ditambahkan ke cawan petri dan dihomogenkan 
cawan petri dimasukkan ke waterbath 500C selama 5 menit  waterbath ditutup.
Ekstrak daging dan MgO yang dipanaskan akan membebaskan NH 3 dari ikatan
dan bereaksi dengan kertas lakmus di dalam petri, sedangkan lakmus diluar
sebagai control.
Hasil dan Interpretasi :
(+) : Ada pembusukan, kertas lakmus menjadi biru muda
(-) : Tidak ada pembusukan, kertas lakmus tidak berubah warna.
Dubius : Kertas lakmus Sebagian besar berubah warna.

4. Uji Deteksi Boraks


Materi :
1. Tabung reaksi : tempat sampel pengujian
2. Pipet : mengambil larutan/cairan
3. Kertas kunyit : indicator adanya boraks
4. Alu mortar : menghaluskan bakso
5. Saringan : untuk menyaring ekstrak bakso
6. 0,7 ml HCL pekat : memisahkan senyawa boraks dan bahan-bahan organik
di dalam ekstrak bakso
7. 50 ml Aquadest : larutan untuk membuat ekstrak bakso
8. 25 gr Bakso : sampel yang akan diuji
Metode :
25 gr sampel bakso+50 ml aquadest dihaluskan  ekstrak bakso disaring 
ekstrak diambil 1 ml  ditambahkan 0,7 ml HCl  dihomogenkan dengan vortex
mixer  kertas kunyit dimasukkan ke ekstrak bakso yg sudah divortex  amati
perubahannya
Hasil dan Interpretasi :
(+) : kertas kunyit berubah menjadi oranye
(-) : kertas kunyit tidak berubah warna

5. Uji Deteksi Ayam Bangkai


Materi :
1. Tabung reaksi : tempat pengujian sampel
2. Alu + mortar : untuk menghaluskan daging
3. Pipet : untuk mengambil larutan
4. Saringan : untuk menyaring ekstrak
5. Reagen Durante : sebagai reagen uji untuk menandakan ada atau
tidaknya H2S yang dikelurkan daging
6. Daging ayam : sampel yang akan diuji
7. Aquadest : untuk membuat ekstrak daging
Metode : daging ayam 5gr + aquadest 5ml dihaluskan dengan alu mortar 
ekstrakb disaring  ekstrak daging diambil sebanyak 2ml kemudian tuang di
tabung reaksi  reagen Durante diteteskan ke tabung reaksi sebanyak 2 tetes 
homogenisasi dan amati perubahan
Hasil dan Interpretasi :
(+) : larutan berwarna hijau, daging bangkai
(-) : larutan berwarna biru, daging bukan bangkai

V. PEMBAHASAN (Buat berdasarkan lembar kerja)


Pada praktikum yang dilakukan secara daring tanggal 22 September 2020,
dijelaskan melalui video mengenai uji organoleptic daging dengan mencium aroma,
melihat warna dan periksa tekstur.
Menurut literatur Indrati dan Gardjito (2013), ciri-ciri daging sapi ialah
warnanya merah segar, seratnya halus, lemaknya berwarna kuning dan dagingnya
kenyal dan elastis. Lalu terdapat pula perbedaan antara daging sapi dan daging hewan
lainnya, seperti daging babi, kambing, kerbau dan ayam. Menurut Murdiati dan
Amaliah (2013), daging babi berwarna merah pucat dengan serat halus, lemaknya
berwarna putih jernih dan teksturnya lunak dan daging babi hutan teksturnya lebih
keras, warna lebih gelap dan baunya khas, lalu daging kambing berwarna merah
muda, berserat lembut dan halus, lemaknya keras dan kenyal serta berbau khas
kambing, sedangkan daging ayam berwarna putih dengan lemak putih kekuningan
dan teksturnya elastis. Lalu menurut Yuliarti (2010), ciri-ciri daging kerbau berwarna
merah tua, seratnya kasar, lemaknya keras dan berwarna kuning.
Kemudian, untuk ciri-ciri daging segar menurut literatur Fikar dan Ruhyadi
(2010) ialah aromanya khas hewan, warna daging merah cerah, lalu teksturnya
berserat halus, elastis, kenyal atau padat, marbling dan kandungan air sedikit,
sedangkan ciri-ciri daging busuk menurut Hadi dkk (2011) ialah beraroma tidak
sedap, warna daging merah kehitaman, tekstur daging lembek, berlendir, kandungan
air banyak.
Pada video praktikum juga ditayangkan mengenai berbagai macam uji awal
pembusukan daging pada sampel A, B dan C seperti uji eber, uji H 2S, dan uji postma.
Hasil yang didapatkan ialah pada uji eber, sampel A dan C menunjukan hasil terdapat
embun di dinding tabung reaksi sedangkan pada sampel B tidak terdapat embun di
dinding tabung reaksi. Hal ini berarti sampel A dan C menunjukan ada pembusukan
pada sampel daging sedangkan sampel B tidak ada pembusukan. Menurut Dangur dkk
(2020) daging yang mengalami pembusukan akan mengeluarkan gas NH 3 akibat
adanya aktivitas biokimia mikroorganisme dalam daging, kemudian gas NH 3 akan
berikatan dengan HCl membentuk NH4Cl sehingga menghasilkan embun pada
dinding tabung reaksi.
Pada uji postma, hasil yang didapatkan ialah tidak adanya perubahan warna
kertas lakmus pada sampel A, B dan C. Hal ini berarti ketiga sampel tidak
menunjukan adanya awal pembusukan. Menurut Marsidah dkk (2017), prinsip dasar
uji postma adalah mendeteksi pelepasan NH3 akibat denaturasi daging dengan
menggunakan indicator kertas lakmus. Daging yang mengalami pembusukan akan
mengeluarkan gas NH3, sehingga NH3 bebas akan berikatan dengan reagen MgO
menghasilkan NH3OH. NH3OH merupakan basa lemah yang akan meningkatkan pH
pada kertas lakmus dan mereaksikan perubahan warna kertas lakmus.
Pada uji H2S, hasil yang didapatkan ialah pada sampel A terdapat bercak
kecoklatan pada kertas saring sedangkan pada sampel B dan C tidak terdapat bercak
kecoklatan pada kertas saring. Hal ini berarti pada sampel A ada pembusukan
sedangkan sampel B dan C tidak menunjukan adanya pembusukan, karena menurut
Prasetya dkk (2019), H2S yang dibebaskan oleh bakteri yang menginvasi pada daging
busuk akan berikatan dengan Pb asetat menjadi Pb sulfit (PbSO 3) akan menghasilkan
bintik-bintik berwarna coklat pada kertas saring yang diteteskan Pb asetat.
Selanjutnya, proses perubahan otot sampai menjadi daging menurut Susanto
(2014) ialah setelah ternak dipotong terjadi kontraksi dan pengerasan otot yang
disebut rigormortis. Setelah 24 jam pertama postmortem terjadi perubahan structural
dan biokimia pada otot diubah menjadi daging. Setelah exanguination, terjadi
glikolisis tanpa oksigen dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil dari glikolisis
anaerob. Hal ini menyebabkan penumpukan asam laktat dan terjadi penurunan pH.
Menurut literatur Suradi (2012) aktivitas mikroba selama penyimpanan
mengakibatkan terjadinya dekomposisi senyawa kimia yang dikandung daging,
dimana protein akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan apabila
proses ini berlanjut terus akan menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti
indol, skatol, amin-amin, H2S, merkaptan. Proses pembusukan diikuti dengan
peningkatan pH dan meningkatnya pertumbuhan bakteri dan terjadi proses perubahan
glikogen menjadi asam laktat dan berlangsung terus sampai glikogen di dalam
jaringan habis. Dengan habisnya glikogen akan ada proses netralisasi oleh senyawa
alkali dari hasil metabolism mikroba, sehingga peningkatan pH akan terjadi.
Kemudian dilakukan juga uji lain yaitu uji deteksi boraks dan uji deteksi ayam
bangkai. Pada uji deteksi boraks, didapatkan hasil sampel bakso yang diperiksa positif
mengandung boraks karena kertas kunyit berubah warna menjadi oranye. Hal ini
terjadi karena menurut Astuti dan Nugroho (2017), kertas kunyit yang terbuat dari
rimpang kunyit terdapat kandungan minyak atsiri kurkumin yang merupakan indikator
dari natrium tetraboraks atau asam boraks yang memberikan warna merah oranye dan
diubah menjadi hijau gelap oleh penambahan ammonia, tetapi menjadi merah oranye
kembali bila ditambahkan asam. HCl pada uji boraks dalam bakso berfungsi
memisahkan senyawa boraks dan bahan-bahan organik di dalam ekstrak daging.
Uji deteksi ayam bangkai menunjukan hasil daging tersebut bukan bangkai
karena larutan ekstrak daging yang dicampur dengan reagen durante tetap berwarna
biru. Hal ini terjadi karena menurut Ulfa dkk (2019), malachite green pada larutan
durante berkompetisi dengan hemoglobin untuk meningkatkan oksigen. Jika saat
disembelih pengeluaran darah tidak sempurna akan dijumpai banyak Hb dalam
daging, maka Hb akan berikatan dengan oksigen dari H 2O sehingga malachite green
tidak dioksidasi sehingga berwarna hijau. Sebaliknya jika pengeluaran darah
sempurna tidak ada Hb, maka oksigen akan mengoksidasi malachite green menjadi
warna biru, Pengeluaran darah yang tidak sempurna mengakibatkan daging cepat
membusuk.
VI. KESIMPULAN
1. Daging yang normal memiliki karakteristik warnanya merah cerah, aroma khas
daging, konsistensi kenyal hingga padat, dan memiliki pH sekitar 7-7,2.
2. Perbedaan warna daging:
- Daging sapi: warna merah cerah, serat halus, kondisi padat dan berbau khas
sapi
- Daging kambing: warna merah muda, berserat lembut dan halus, aroma khas
yang lebih kuat
- Daging kerbau: warna merah tua, serat kasar dan lemak berwarna kuning
- Daging babi: merah muda, serat halus, lemak jernih lunak
- Daging ayam: warna merah muda keputihan, dan bertekstur kenyal.
3. Pigmen pada daging:
- Oksimioglobin: merah cerah
- Mioglobin: merah ungu
- Nitrosomioglobin : merah
- Metmioglobin: coklat  pembusukan
- Nitrosohemokromogen : pink
4. Proses perubahan otot menjadi daging diawali dengan terjadinya rigormortis
setelah ternak disembelih. Selama konversi otot menjadi daging terjadi proses
kekakuan otot. Setelah 24 jam pertarna postrnortem terjadi perubahan structural
dan biokimia pada otot diubah menjadi daging. Setelah exanguination, glikolisis
tanpa oksigen dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil dari glikolisis
anaerobic. Hal ini menyebabkan penumpukan asam laktat dan penurunan pH.
Aktivitas mikroba pada daging selama penyimpanan mengakibatkan terjadinya
dekomposisi senyawa kimia yang dikandung daging, khususnya protein akan
dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan apabila proses ini berlanjut
terus akan menghasilkan senyawa yang berbau busuk, seperti indol, skatol,
merkaptan, amin-amin dan H2S.
5. DFD (Dark Firm and Dry)  Daging yang berwarna gelap, bertekstur keras,
kering, memiliki pH tinggi dan daya mengikat air tinggi.
Ciri-ciri :
- Pola penurunan pH lambat dan tidak lengkap
- Nilai pH menurun sedikit sekali pada jam-jam pertama setelah
pemotongan dan tetap relatif tinggi
- Mencapai pH akhir sekitar 6,5-6,8 atau nilai pH akhir dicapai di atas 6,2 
7,2 - >6,2
PSE (Pale Soft and Exudative)  Daging yang berwarna pucat (pale), lembek
(soft), dan basah (exudative). 
Ciri-ciri :
- Pola penurunan pH cepat
- Nilai pH menurun relatif cepat sampai sekitar 5,4-5,5 pada jam-jam
pertama setelah pemotongan
- Mencapai pH akhir 5,3-5,6  7,2 - <5,5
6. Proses pembusukan diikuti dengan peningkatan pH dan peningkatan pertumbuhan
bakteri. Pada proses ini terjadi perubahan glikogen menjadi asam laktat dan
berlangsung terus sampai glikogen di dalam jaringan daging habis. Dengan
habisnya glikogen akan ada proses netralisasi oleh senyawa alkali dari hasil
metabolism mikroba, sehingga peningkatan pH akan terjadi.
7. Daging ayam bangkai memiliki ciri-ciri berwarna merah kehitaman, beraroma
tidak sedap, tekstur daging lembek, berlendir, kandungan air banyak.
8. Daging sampel A = , daging sampel B =, daging sampel C
Uji awal kebusukan
1. Uji eber  NH3 berikatan dg hcl pekat berikatan dg nh4cl. Nh4cl berada di dinding
tabung.
Reagen eber:
- Hcl pekat: mengikat nh3
- diethil eter dan etanol 96%: pelarut
2. Uji postma  MgO membantu pelepasan nh3 pd ekstrak daging. Nh3 berikatan dg
h2o menghasilkan nh4oh (basa lemah) jd ngubah warna kertas lakmus merah jadi
warna biru. Ekstrak daging : air= 1:10
3. Uji h2s  Ketika daging memproduksi h2s, h2s berikatan dg pb asetat 10% 
menghasilkan PbS (pb sulfida) + asam asetat.
3 uji positif = daging bener2 busuk
2 uji positif = daging masih tahap awal pembusukan
1 uji positif = ragu2 busuk atau ngga ya
4. Uji boraks  kertas kunyit mengandung minyak atsiri curcumin berikatan dg natrium
tetraboraks  dlm keadaan asam mengubah jd warna merah oranye, dlm keadaaan
basa  merubah hijau gelap
Yg menyebabkan suasana asam krn adanya penambahan hcl pekat
Indicator (+) :
Penambahan Asam (HCL) : warna merah oranye
Penambahan basa (ammonia) : hijau gelap
Uji daging di ekstrak boraks = 1:2
5. Uji daging bangkai  malachite green berkompetisi sama Hb utk mengikat oksigen.
Sulfmioglobin berikatan dg malachite
Dalam reagen durante ada malachite green. Daging bangkai ga sempurna keluar darahnya 
hb kumpul. Malachite green kompetisi hb buat ikat oksigen. Malachite green ikatan ama
oksigen. H2s mengikat myoboglibin jd sulfmioglobin. Sulfmyoglobin berikatan dg malachite
green yg udah berikatan sama o2 jdnya warna ijo.
Ekstrak daging = 1:1
VII. Lampiran
DEPARTEMEN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DAGING

I. Uji Organoleptik Daging (pembahasan bandingkan dengan literatur)


No. Karakteristik Daging segar Daging Busuk
1. Aroma Aroma khas hewan Aroma busuk dan
menyengat
2. Warna Merah cerah Merah gelap
3. Tekstur Elastis, serat halus, Lembek, kadar air
marbling, kadar air banyak
sedikit

II. Pemeriksaan Laboratorium Awal Pembusukan Daging

No. Nama Sampel Uji Eber Uji Postma Uji H2S


4. A (+) terdapat (-) tidak terjadi (+) terdapat
embun pada perubahan bercak
dinding tabung warna pada kecoklatan pada
reaksi kertas lakmus kertas saring
(tetap
berwarna
merah)
5. B (-) tidak (-) tidak terjadi (-) tidak
terdapat perubahan terdapat bercak
embun pada warna pada kecoklatan pada
dinding tabung kertas lakmus kertas saring
reaksi (tetap
berwarna
merah)
6. C (+) terdapat (-) tidak terjadi (-) tidak
embun pada perubahan terdapat bercak
dinding tabung warna pada kecoklatan pada
reaksi kertas lakmus kertas saring
(tetap
berwarna
merah)

III. Pemeriksaan Uji Lain

No. Jenis Uji Interpretasi Keterangan


1. Uji Deteksi Boraks (+) Kertas Kertas kunyit
kunyit berubah berubah menjadi
menjadi warna warna oranye
oranye menandakan bakso
mengandung
boraks
2. Uji Deteksi Ayam Bangkai (-) Hasil Larutan ekstrak
campuran daging yang
ekstrak daging dicampur dengan
ayam dan reagen durante tetap
durante berwarna biru,
berwarna biru berarti daging
ayam yang diuji
bukan daging ayam
bangkai

Anda mungkin juga menyukai