Anda di halaman 1dari 8

Fungsi dan Peranan Lembaga Pendidikan

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan
berbagai lingkungan sekitarnya.

1. Lembaga Pendidikan Keluarga

Sebagai transmisi pertama dan utama dalam pendidikan, keluarga memiliki tugas utama dalam
peletakan dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Dikatakan pertama karena
keluarga adalah tempat dimana anak pertama kali mendapat pendidikan. Sedangkan dikatakan utama
karena hampir semua pendidikan awal yang diterima anak adalah dalam keluarga. Karena itu, keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati. Tugas keluarga adalah
meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.

a. Fungsi dan Peranan Pendidikan Keluarga

1. Pengalaman Pertama Masa Kanak-Kanak

Pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan berikutnya, khususnya dalam
perkembangan pribadinya. Kehidupan keluarga sangat penting, sebab pengalaman masa kanak-kanak
akan memberi warna pada perkembangan selanjutnya.

2. Menjamin Kehidupan Emosional Anak

3 hal yang menjadi pokok dalam pembentukan emosional anak, adalah :

1. Pemberian perhatian yang tinggi terhadap anak, misalnya dengan menuruti


kemauannya, mengontrol kelakuannya, dan memberikan rasa perhatian yang lebih.

2. Pencurahan rasa cinta dan kasih sayang, yaitu dengan berucap lemah
lembut, berbuat yang menyenangkan dan selalu berusaha menyelipkan nilai pendidikan pada semua
tingkah laku kita.

3. Memberikan contoh kebiasaan hidup yang bermanfaat bagi anak, yang


diharapkan akan menumbuhkan sikap kemandirian anak dalam melaksanakan aktifitasnya sehari-hari.

3. Menanamkan Dasar Pendidikan Moral

Seperti pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Anak akan selalu berusaha menirukan dan
mencontoh perbuatan orang tuanya. Karenanya, orang tua harus mampu menjadi suri tauladan yang
baik. Misalnya dengan dengan mengajarkan tutur kata dan perilaku yang baik bagi anak-anaknya.

4. Memberikan Dasar Pendidikan Sosial


Keluarga merupakan satu tempat awal bagi anak dalam mengenal nilai-nilai sosial. Di dalam keluarga,
akan terjadi contoh kecil pendidikan sosial bagi anak. Misalnya memberikan pertolongan bagi anggota
keluarga yang lain, menjaga kebersihan dan keindahan dalam lingkungan sekitar.

5. Peletakkan Dasar-dasar Keagamaan

Masa kanak-kanak adalah masa paling baik dalam usaha menanamkan nilai dasar keagamaan.
Kehidupan keluarga yang penuh dengan suasana keagamaan akan memberikan pengaruh besar kepada
anak. Kebiasaan orang tua mengucapkan salam ketika akan masuk rumah merupakan contoh langkah
bijaksana dalam upaya penanaman dasar religius anak.

2. Lembaga Pendidikan Sekolah

Akibat terbatasnya kemampuan orang tua dalam mendidik anaknya, maka dipercayakanlah tugas
mengajar itu kepada orang dewasa lain yang lebih ahli dalam lembaga pendidikan formal. Sekolah
menjadi produsen penghasil individu yang berkemampuan secara intelektual dan skill.

a. Fungsi dan Peranan Sekolah

1. Fungsi Lembaga Sekolah

a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan anak didik

b. Spesialisasi dalam bidang pendidikan dan pengajaran

c. Efisiensi. Pendidikan dilakukan dalam program yang tertentu dan sistematis, juga jumlah anak didik
dalam jumlah besar akan memberikan efisiensi bagi pendidikan anak dan juga bagi orang tua.

d. Sosialisasi, yaitu proses perkembangan individu menjadi makhluk sosial yang mampu beradaptasi
dengan masyarakat.

e. Konservasi dan transmisi kultural, yaitu pemeliharaan warisan budaya. Dapat dilakukan dengan
pencarian dan penyampaian budaya pada anak didik selaku generasi muda.

f. Transisi dari rumah ke masyarakat. Sekolah menjadi tempat anak untuk melatih berdiri sendiri dan
tanggung jawab anak sebagai persiapan untuk terjun ke masyarakat.

2. Peranan Lembaga Sekolah

a. Tempat anak didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru dan dengan karyawan.

b. Tempat anak didik belajar mentaati peraturan sekolah.

3. Tanggung Jawab Sekolah


1. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut
ketentuan yang berlaku.

2. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan.

3. Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksana pendidikan
yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan jabatannya.

c. Lembaga Pendidikan Masyarakat

Masyarakat sebagai lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan pribadi seseorang.
Masyarakat mempunyai peranan penting dalam upaya ikut serta menyelenggarakan pendidikan, karena
membantu pengadaan sarana dan prasarana dan menyediakan lapangan kerja. Partisipasi masyarakat
membantu pemerintah dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dalam masyarakat
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah

2. Peserta umumnya mereka yang tidak bersekolah atau drop out

3. Tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek

4. Peserta tidak perlu homogen

5. Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis

6. Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus

7. Keterampilan kerja sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap kebutuhan

C. Bentuk-Bentuk Lembaga Pendidikan

1. Lembaga pendidikan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah
anak-anak mendapatkan bimbingan dan paling banyak memperoleh pendidikan

2. Lembaga pendidikan sekolah

Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur, sisitematis,
bertingkat dan dengan mengikuti syaraf yang jelas.

3. Lembaga pendidikan di masyarakat


Masyarakat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata kehidupan sosial dengan
tata nilai dan tata budaya sendiri.

Pendidikan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pendidikan diselenggarakan diluar sekolah

b. Peserta didik perlu homogen

c. Ada waktu belajar dan metode normal, serta evaluasi yang sisitematis

d. Isi pendidikan bersifat prakti dan khusus

A. Landasan Hukum Pendidikan

Landasan adalah titik tolak yang mendasari suatu hal, hukum adalah aturan baku yang patut ditaati, dan
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia

Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata
hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh
pemerintah ini, bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula.
Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.

B. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945

Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal – pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan
Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan.
Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal
ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada
Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur
dengan Undang – Undang.

C. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional

Tidak semua pasal akan dibahas dalam makalah ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama
yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan
pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut :
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada
kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang
selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek

Pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan
Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga
kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang
mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan,
penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laporan, dan teknisi sumber
belajar.”

Dari bahasan diatas untuk lebih jelasnya bahwa undang-undang tentang pendidikan nasional sebagai
berikut: Pasal 1 Ayat 2, Ayat 5, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15, Pasal 20, Pasal 24, Pasal 28,
Pasal 29, Pasal 36 Ayat 1, Pasal 39, Pasal 45, dan Pasal 58.

Pasal 1 Ayat 2 menerangkan, “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 45 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia.”
Sedangkan Pasal 1 Ayat 5 berbunyi, “Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.”

Pasal 5 bermakna, “Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu, baik bagi mereka yang berlainan fisik, di daerah terpencil, maupun yang
cerdas sekalipun.”

Pasal 6 menjelaskan, “Memberdayakan semua komponen masyarakat berarti pendidikan


diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerja sama saling
melengkapi dan memperkuat.”

Pasal 12, “Peserta didik mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan agama yang sesuai dengan
agama yang dianutnya yang diajarkan oleh pendidik yang seagama.”

Pasal 13, “Jalur pendidikan formal merupakan ppendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara
berjenjang dan bersinambungan, sedang jalur pendidikan nonformal dan informal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan.”

Pasal 15, “Jalur pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan professional.”

Pasal 20, “Sekolah tinggi, institut, dan universitas menyelenggarakan pendidikan akademik atau
professional.”

Pasal 24, “Tentang kebebasan akademik, kebebasan mimbar akadmik, dan otonomi keilmuan.”
Pasal 28, “Pendidikan anak usia dini dapat terjadi pada jalur formal, nonformal, dan informal.”

Pasal 29, “Meningkatkan kinerja pegawai dan calon pegawai negri yang diselenggarakan oleh
departemen atau nondepartemen pemerintah.”

Pasal 36 Ayat 1, “Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidian
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Pasal 39, “Tentang kewajiban tenaga kerja.”

Pasal 45, “Pengadaan dan pendayagunan sumber daya pendidikan yang harus dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga peserta didik.”

Pasal 58, “Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik.”

D. Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.

Ada beberapa hal yang diuraikan dalam Undang-Undan Guru dan Dosen. Tercantum dalam Pasal 8, Pasal
10, Pasal 11, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 24, Pasal 40, Pasal 42, Pasal 46, Pasal 48, dan Pasal 49.

Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”

Pasal 10, “Potensi guru mencakup pedagogik, kepribadian, social, dan professional.”

Pasal 11, “Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pangadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.”

Pasal 15, “Guru yang berkualitas diberi imbalan berupa gaji pokok, beserta tunjangan yang melekat pada
gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus bagi yang bertugas di daerah khusus,
dan maslahat tambahan.”

Pasal 19, “Yang dimaksud maslahat tambahan berupa kesejahteraan seperti tunjangan pendidikan,
asuransi pendidikan beasiswa, layanan kesehatan, dan penghargaan-penghargaan tertentu.”

Pasal 24, “Menentukan tentang pengangkatan guru.”

Pasal 40, “Guru juga diberi cuti seperti pegawai biasa dan tugas belajar.”

Pasal 42, “Tentang organisasi profesi guru.”

Pasal 46, “Dosen minimal lulusan magister untuk mengajar di program diploma dan sarjana dan lulusan
program doktor untuk mengajar di pascasarjana.”

Pasal 48, “Persyaratan untuk menduduki jabatan guru besar harus memiliki ijazah doktor.”

Undang-undang sistem pendidikan nasional


Sebagai bahasan kajian, berikut disajikan pengaturan tentang guru dalam undang-undang sisdiknas
(sistem prndidikan nasional) 2003 (UU RI nomor 20 tahun 2003). Pengaturan tersebut dituangkan dalam
bab XI tentang pendidikan dan ketenagaa pendidikan ; pasal 39 sampai dengan 44, sebagai berikut:

Pasal 39

(1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,


pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

(2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pasal 40

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh:

a.penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai;

b.penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c.pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;

d.perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan

e.kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.

(2) Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

b.mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Pasal 41

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja secara lintas daerah.

(2) Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan
tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
(4) Ketentuan mengenai pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 42

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.

(3) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 43

(1) Promosi dan penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan.

(2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi.

(3) Ketentuan mengenai promosi, penghargaan, dan sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 44

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(2) Penyelenggara pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan mengembangkan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakannya.

(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membantu pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan pada satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Pendidikan menurut Undang-Undang 1945

Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di Indonesia. Pasal – pasal yang
bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan
Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan.
Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal
ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajar Pasal 32 pada
Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia yang diatur
dengan Undang – Undang.

Anda mungkin juga menyukai