Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia


dengan makhluk hidup lainnya. hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instiknya,
sedangkan manusia belajar bearti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna
menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tua dan
manakala anak-anak ini sudah dewasa dan bekeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya,
begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan
dosen.

Landasan kependidikan merupakan salah satu buku berbahasa indonesia yang


dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Buku ini berusaha memuat
materi pendidikan yang relatif lengkap sesuai dengan konsep dan praktek kehidupan,
sehingga bisa digunakan oleh para pendidik sehari-hari.

Landasan hukum pendidikan diantaranya adalah menurut UUD 1945, UU RI. No. 2
tahun 1989 tentang pendidikan nasional, dan beberapa tentang pendidikan dan GBHN tahun
1993. Landasan hukum yang membahas perundang-undangan di indonesia memberikan
konsep, pendidikan harus bersumber pada akar kebudayaan nasional.

Inovasi pendidikan harus bersumber pada penelitian-penelitian pendidikan di


indonesia sehingga sesuai dengan akar budaya nasional dan bukan mengadopsi konsep
pendidikan asing serta tanggung jawab keluarga, masayarakat, dan pemerintahan diwujudkan
secara nyata.

Perilaku mendidik yang perlu dikembangkan dikembangkan antara lain adalah


sebagai mitra peserta didik, disiplin permisif, berdialog dan pikiran kritis, melakukan
dialektika budaya lama dengan budaya modern.

1
B. Permasalahan

Sehubungan dengan apa yang telah penulis ungkapkan di dalam latar belakang diatas,
maka melalui book report ini penulis ingin membahas beberapa permasalahan yang erat
hubungannya dengan pendidikan.

1. Bagaimana landasan hukum dalam pendidikan?


2. Bagaimana landasan sosial budaya pada pendidikan?
3. Bagaimana profesionalisasi dalam pendidikan?

C. Identitas buku

Untuk menjawab permasalahan diatas, maka penulis menggunakan buku landasan


kepemimpinan stimulus ilmu pendidikan bercorak indonesia. Yang mana identitas buku
adalah sebagai berikut:

1. judul buku : landasan kependidikan stimulus ilmu pendidikan bercorak indonesia


2. pengarang : prof. Dr. Made pidarta
3. penerbit : Rineka cipta
4. tempat terbit : Jakarta
5. tahun terbit : 2013
6. jumlah halaman :xvi, 321hlm.
7. Tebal buku :20,5 cm.
D. Tujuan penulisan

Book report yang disusun ini diharapkan menjawab semua permasalahan yang
dikemukakan pada bagian pendahuluan yang kemudian menjadikannya sebagai sesuatu yang
dapat diperkaya ilmu pengetahuan penulis dan pembaca dalam langkah-langkah yang
ditempuh oleh seorang yang berpendidikan.

Disamping itu, tujuan penulis dalam book report ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian tengah semester ganjil tahun akademik 2018/2019dalam mata kuliah profesi keguruan
yang dibimbing oleh bapak Prof. Dr.h. Syafruddin Nurdin M. Pd dan ibuk melda delvia, s.
Pdi. M. Pd.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. LANDASAN HUKUM DALAM PENDIDIKAN

A. pengertian landasan hukum

kata landasan hukum berarti melandasi atau mendasari ataubtitik tolak. Landasan
hukum seorang guru boleh mengajar misalnya, adalah surat keputusan tentang
pengangkatannya sebagai guru. Yang melandasi atau mendasari ia menjadi guru ialah surat
keputusan itu beserta hak-haknya. Surat keputusan itu merupakan titik tolak untuk ia bisa
melaksanakan pekerjaan guru. Begitu pula halnya mengapa anak-anak sekarang diwajibkan
belajar paling sedikit sampai dengan tingkat SLTP, Adalah dilandasi atau didasari atau
bertitik tolak dari oeraturan pemerintah tentang pendidikan dasar dan ketentuan tentang wajib
belajar.

Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat berpijak atau titik
tolak dalam melaksnanakan kegiatan-kegiatan tertentu, dalam hal ini kegitan pendidikan.
tetapi tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh aturan-aturan baku ini. Cukup banyak
kegiatan pendidikan yang dilandasi oleh aturan lain, seperti aturan kurikulum, aturan cara
mengajar, cara membuat persiapan, supervisi, dan sebagainya. Apalagi bila dikaitkan dengan
kiat mengajar atau seni mendidik, sangat banyak kegiatan pendidikan yang dikembangkan
sendiri oleh para pendidik.

Kegiatan pendidik yang dilandasi oleh hukum, antara lain adalah calon siswa SD
tidak harus lulus TK, masyarakat harus membantu pembiayaan pendidikan, pendidikan
menengah mempersikan para siswa untuk masuk keperguruan tinggi dan menjadi anggota
masyarakat yang baik, ada kerja sama yang baik antara sekolah dengan masyarakat dalam
membina pendidikan, dan sebagainya.

B. Pendidikan Menurut Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang dasar 1945 adalah merupakan hukum tertinggi di indonesia. Semua


peraturan perundang-undangan yang lain harus tunduk atau tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang dasar. Pasal-pasal yang berkaitan dengan pendidikan dalam UUD 1945 hanya
dua pasang, yaitu pasal 31 dan 32. Yang satu menceritakantentang pendidikan dan yang satu
menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 ayat 1 berbunyi tiap-tiap warga negara berhak

3
mendapat pengajaran. Ayat 2 berbunyi setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat ini berkaitan dengan wajib belajar 9 tahun di SD
dan SMP yang sedang dilaksanakan. Agar wajib belajar ini berjalan lancar, maka biayanya
harus ditanggung oleh negara.

Ayat 3 pasal ini berbunyi pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu


sistem pendidikan nasional, ayat ini mengharuskan pemerintah mengadakan suatu sistem
pendidikan nasional. Kalau karena satu hal seorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa
mendapatkan kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut hak itu kepda pemerintah.
Atas dasar inilah pemerintah menciptakan sekolah-sekolah khusus yang bisa melayani
kebutuhan masyarakat terpencil, masyarakat yang penduduknya sedikit, dan masyarakat yang
penduduknya yang tersebut berjauhan satu dengan yang lain. Sekolah-sekolah yang di
maksud antara lain ialah SD kecil, SD pamong, SMP terbuka, dan sistem belajar jarak jauh.

C. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang ini mengatur tentang pendidikan, pada umumnya, artinya segala


sesuatu bertalian dengan pendidikan, mulai dari pra sekolah sampai dengan pendidikan tinggi
ditentukan dalam undang-undang.

Teori pendidikan dan praktek pendidikan di indonesia belum sepenuhnya memenuhi


harapan undang-undang pendidikan. Oleh sebab itu, kondisi seperti ini merupakan tantangan
bagi para pendidik kita, terutama bagi mereka yang sudah ahli, untuk berupaya dengan sekuat
tenaga dan pikiran menciptakan teori-teori yang berakar pada kebudayaan bangsa. Mungkin
prosesnya tidak bisa begitu cepat, namun kalau dilakukan dengan penuh kesungguhan, di
rencanakan dengan teliti, dan dilaksanakan secara sistematis, sangat mungkin akan
membuahkan hasil yang di inginkan.

Masyarakat mempunyai kewajiban membiayai pendidikan, mereka juga mempunyai


kewajiban memikirkan, memberikan masukan dan membantu menyelenggaraan pendidikan
jalur sekolah. Tugas dan kewajiban pendidik dan pengelolah pendidikan yang berasal
darimasyarakat umum, baik pendidikan yang ada di masyarakat maupun di sekolah perlu
mendapat penegasan dan informasi lebih rinci. Dengan cara ini diharapkan perhatian,
pengetahuan dan komitmen mereka lebih meningkat dalam menyelenggarakan pendidikan.
Para pendidik dan masyarakat umum perlu bersikap dan bertindak positif menyukseskan.

4
program tersebut antara lain dengan cara lain :

1. Memberi dorongan kepada peserta didik dan warga belajar untuk belajar terus. Tidak
cukup tamat SD saja dengan alasan yang masuk akal.
2. Mengurangi beban kerja anak-anak manakalah mereka harus membantu meringankan
beban ekonomi orang tuanya.
3. Membantu menyiapkan lingkungan belajar dan alat-alat belajar di rumah untuk
merangsang kemauan belajar anak-anak.
4. Membantu membiayai pendidikan.
5. Mengizinkan anak pindah sekolah bila ternyata sekolah semula sudah tidak dapat
menampung.
6. Bila di perlukan, membantu menyiapkan gedung untuk belajar
7. Bersedia menjadi nara sumber untuk keterampilan tertentu, yang banyak di butuhkan
pada pendidikan dasar pada tingkat akhir.
8. Mengizinkan peserta didik magang di perusahaan dan perdagangan.
9. Responsif terhadap kegiatan sekolah, terutama yang di laksanakan di masyarakat.
10. Bersedia menjadi orang tua atau orang tua asuh bagi anak-anak yang sudah tidak
memiliki orang tua, atau orang tuanya tidak mampu membiayai anak-anaknya.

Tamatan pendidikan akademik inilah yang diberi gelar sarjana, Magister atau doktor.
Gelar sarjana dan magister ditulis dibalakang nama, sedangkan gelar doktor ditulis didepan
nama yang berhak. Sementara itu lulusan pendidikan profesional hanya diberi sebutan
profesional. Sebab maka profesional berbeda dengan makna akademik. Bila istilah akademik
berkaitan dengan sikap, berfikir, dan perilaku ilmiah, maka istilah profesional berkaitan
dengan pelayanan terhadap klien atau orang yang membutuhkan secara benar.

Pendidikan profesional menakankan pada apliaksi teori-teori yang telah ada. Yang
dipelajari dalam pendidikan ini adalah teori-teori atau konsep-konsep yang ada sebagai
temuan dari para akademis dan cara-cara penerapannya di lapangan secara efektif an efisien.
Para mahasiswa tidak begitu penting mempelajari bagaimana terjadi nya suatu teori,
mengetes kebenaran suatu teori, atau mereplikasikannya agar cocok dengan keadaan wilayah
tertentu.

5
Pasal yang bertalian dengan kurikulum yang perlu diberi penjelasan adalah pasal 36 ayat
1 yang berbunyi sebagai berikut: pengembangan kurikulum perlu dengan mengacu pada
standart nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengembangan
ini harus memperhatikan (ayat 3) peningkatan iman dan taqwa (agama), peningkatan akhlak
mulia, peningkatan potensi, kecerdasan dan minat, keragaman potensi daerah, tuntutan
pembangunan daerah dan nasional serta nilai-nilai kebudayaan nasional.

D. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Pasal 8 berbunyi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi


pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Sementara pasal 10 menyatakan kompetensi guru mencakup pedagogik,
kepribadian, sosial dan profesiona. Yang menarik disini adalah pertanyaan yang menekan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Sertifikasi diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan


tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintahan (pasal 11). Ini
berarti sertifikasi tidak boleh dikeluarkan oleh badan-badan atau lembaga-lembaga lain.
Ketentuan yang bernaksud kualifikasi guru.

E. Implikasi Konsep Pendidikan


1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dengan akademi dengan
pendidikan profesional. Pendidikan akademik menyiapkan para ahli agar mampu
mengembangkan ilmu atau teknik atau seni di bidangnya masing-masing melalui
aktualisasi dari secara utuh. Jumlah perserta didikannya tidak perlu ditentukan
sesuai dengan kebutuhan, sebab diharapkan lulusannya bisa berdiri sendiri berdiri
berkat keahliannya. Sementara itu pendidikan profesi bertujuan menyiapkan
peserta didik agar ahli dalam menerapkan teori tertentu. Jumlah mereka dibatasi
sesui dengan kebutuhan, dan setelah lulus mereka wajib dipekerjakan di tempat
tertentu.
2. Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli dalam menerapkan
suatu teori, tetapi juga mempelajari cara membina para tenaga pembantu,
mengusahakan alat-alat bekerja, menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang
kondusif, sistem penilaian, dan membiasakan diri agar memiliki komitmen untuk
berupaya selalu memuaskan orang-orang yang berkepentingan.

6
3. Sebagai konsekuensi dari beragam bakat dan kemampuan para siswa serta
dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang banyak, maka perlu diciptakan
berbagai ragam sekolah kejuruan. Ragam sekolah ini bisa mengacu kepada
kebutuhan tenaga kerja menengah, dan bisa juga mengacu kepada ragam bakat
dan kemampuan para siswa.

II. LANDASAN SOSIAL BUDAYA

A. Landasan sosial budaya dalam pendidikan

Seorang anak dapat juga mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau
mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun dibawah sadar.
Seorang anak bisa saja mengidentifikasi gurunya. Untuk memudahkan terjadinya sosialisasi
dalm pendidikan, maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya sendiri, agar
faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada diri anak-anak.

B. Kebudayaan dan pendidikan

Kebudayaan menurut taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup


pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat ( imran manan, 1980).
Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui hasan (1983). Ia mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi
terhadap sesama manusia.

Kebudayaan akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan


perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Pendidikan dan
kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan
juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.

C. Masyarakat dan Sekolah

Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada
umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap.
Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain. Dalam hal ini lembaga
pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara realtif sempurna, walaupun
cita-cita tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan para personalia sekolah masih
memerlukan perjuangan keras untuik mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum
pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu
dipelajari dan diperjuangkan di sekolah.

7
Mamfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan peranan mereka
sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun dengan hak
mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga masyarakat bisa belajar
tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan
tertentu, dan sikap semakin mantap sebagai warga negara.

Khusus bagi para siswa dan para remaja, mamfaat penduidikan atau lembaga
pendidikan adalah lebih bersifat sebagai wahana persiapan untuk menjadi individu dan warga
negara yang baik. Mereka ini mempunyai kesemputan secara khusus belajar dan melatih diri
di sekolah atau perguruan tinggi.

D. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan

Sebagian besar masyarakat indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya


pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak muda
mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang tua
menolak menyekolahkan anaknya dengan dalih untuk membantu mencari nafkah, bagi
masyarakat yang tidak lagi berada di bawah garis kemiskinan rata-rata amat berusaha untuk
menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin. Kalau tidak dapat di sekolah atau
perguruan tinggi negeri, mereka siap menyekolahkan putra-putrinya disekolah atau perguruan
tinggi swasta.

Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap seperti diatas, asumsi mereka adalah
makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat makin dapat pekerjaan Serta makin besar
gaji yang diterima. Namun kenyataan menunjukkan tidak persis seperti itu. Lulusan SI
misalnya, banyak sekali yang belum bekerja. Hal ini disebabkan karena pemakaian tenaga
kerja tidak percaya begitu saja ijazah, mereka lebih percaya kepada kemampuan,
keterampilan, dan kepribadian para pencari kerja. Bila pencari kerja tidak memiliki syarat-
syarat ini tentu mereka akan ditolak. Rupanya tidak semua pergutuan tinggi mampu membuat
lulusan agar memiliki kriteria yang dipersyaratkan oleh pemakain tenaga kerja, lebih-lebih
bila mahasiswa yang bakal lulus tidak mempunyai kemampuan yang memadai alias sekedar
lulus.

E. Implikasi konsep Pendidikan

Konsep pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya,


keduanya saling menunjang. Sekolah sehatusnya menjadi agen pembangunan di
masyarakat.
2. Komite sekolah dan dewan pendidikan perlu diintensifkan.
3. Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4. Dinamika kelompok dimamfaatkanuntuk belajar.
5. Kebudayaan menyangkut selutuh cara hidup dan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan ana.
Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.

8
6. Akibat kebudayaan masa kini ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan,
yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.
7. Untuk itu perlu kebudayaan ditertibkan.
8. Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan, yang tidak
lulus akrediatsi digabungkan, seleksi masuk diketatkan. Dengan cara ini sekolah-
sekolah kejuruan akan lebih diminati.
9. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat
setempat.
10. Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok,
melakukan survey di masyarakat, ikut memecahkan masalah masayarakat, dan
diberi kesempatan berkreasi atau menemukan ide-ide baru.
11. Ujian negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan
memberi ujian bersifat komprehensif untuk mendukung perkembangan manusia
seutuhnya.

III. PROFESIONALISASI PENDIDIKAN

A. Profesi Pendidik

Guru dan dosen adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan
profesional. Namun, walaupun mereka secara formal pejabat profesional, banyak kalangan
yang tidak meyakini ke profesionalan mereka terutama guru-guru.

Ciri-ciri dari profesi:

1. Pilihan terhadap jabatan itu disadari oleh motivasi yang kuat dan merupakan
panggilan hidup orang yang bersangkutan.
2. Telah memiliki ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus, yang bersifat dinamis
dan terus berkembang.
3. Ilmu, pengetahuan, dan keterampilan khusus tersebut diatas diperoleh melalui studi
dalam jangka waktu lama di perguruan tinggi.
4. Punya otonomi dalam bertindak ketika melayani klien.
5. Mengabdi kepada masyarakat atau berorientasi kepada layanan sosial, bukan untuk
mendapatkan keuntungan finansial.
6. Tidak mengadvertensikan keahlian untuk mendapatkan klien.
7. Menjadi anggota organisasi profesi.
8. Organisasi profesi tersebut menentukan persyaratan penerimaan para anggot,
membina profesi anggota, mengawasi perilaku anggota, membri sanksi, dan
memperjuangkan kesejahteraan anggota.
9. Memiliki kode etik profesi.
10. Punya kekuatan dan status yang tinggi sebagai eksper yang diakui oleh masyarakat.
11. Berhak mendapat imbalan yang layak.

9
B. Kode Etik Pendidik

Kode etik pendidik adalah salah satu bagian dari profesi pendidik. Artinya setiap
pendidik yang profesional akan melaksanakan etika jabatannya sebagai pendidik.

ISPI dalam temu karya pendidikan III dan rokarnas di bandung tahun 1991
mengemukakan kode etik sarjana pendidikan indonesia sebagai berikut:

1. Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, setia dan jujur berdasarkan pancasiladan
UUD 1945.
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat peserta didik.
3. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan , teknologi, dan seni untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4. Selalu menjalankan tugas dengan berpegang teguh kepada kebudayaan nasional
dan ilmu pendidikan, dan
5. Selalu melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kode etik pendidik ini dapat pula diambil dari peraturan kenaikan jabatan akademik
ke jenjang guru besar IKIP surabaya tahun 1994 Bab I pasal I tentang kelayakan integritas
kepribadian sebagai berikut: (1) mengutamakan tugas pokok dan atau tugas negara lainnya,
(2) memelihara keharmonisan pergaulan dan kelancaran komunikasi, (3) menjaga nama baik
dan memiliki loyalitas kepada lembaga pendidikan, (4) menghargai berbagai sikap, pendapat,
dan pandangan, (5) memiliki sifat kepemimpinan, (6) menjadi teladan dalam berprilaku, (7)
membela kebenaran secara jujur dan objektif, dan (8) menjunjung tinggi norma-norma
kemasyarakatan.

Kode etik pendidikan ini berkaitan erat dengan unsur-unsur yang dinilai dalam
menentukan DP3 menurut PP republik indonesia Nomor 10 Tahun 1979. Unsur-unsur yang
dimaksud adalah (1) kesetiaan kepada pancasila dan UUD 194, negara, serta bangsa, (2)
berprestasi dalam bekerja, (3) bertanggung jawab dalam bekerja, (4) taat kepada peraturan
perundang –undangan dan kedinasan, (5) jujur dalam melaksanakan tugas, (6) bisa
melakukan kerja sama dengan baik, (7) memiliki prakarsa yang positif untuk memajukan
pekerjaan dan hasil kerja, dan (8) memiliki sifat kepemimpinan.

Buku pedoman IKIP surabaya tahun 1994 mencantumkan kode etik guru indonesia
seperti berikut: (1) berbakti dalam membimbing peserta didik, (2) memiliki kejujuran
profesional dalam melaksnakan kurikulum sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta
didik, (3) mengadakan komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik, (4)
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mengadakan hubungan dengan orang tua
siswa, (5) memelihara hubungan dan masyarakat untuk kepentingan pendidikan, (6) secara
individual atau berkelompok mengembangkan profesi, (7) menciptakan dan memelihara
hubungan baik antar pendidik, (8) secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi profesi, dan (9) melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

10
Mengenai kewajiban lebih mengutamakan tugas pokok dari pada tugas sampingan
cukup sulit dinilai, kecuali bila diadakan pengamatan khusus untuk itu. Hampir semua
pendidik dewasa ini melaksanakan tugas sampingan, tetapi mana yang mereka utamakan
apakah tugas pokok atau tugas sampingan memang sulit diketahui. Hal ini mereka lakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka merasa tidak cukup hidup dari gaji saja.

Pada umumnya para pendidik bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya,


dalam tingkat tertentu mereka jujur dan berprestasi. Tetapi belum banyak diantara mereka
yang akuntabel dalam bekerja. Belum banyak pendidik memberi rasa puas kepada pihak-
pihak yang berkepentingan tentang proses dan hasil kerja. Hal ini bisa dikembangkan selama
masih ada itikad baik untuk memeliki etos kerja dan kecintaan terhadap prestasi tinggi.

C. Pengembangan dan Organisasi Profesi

Pengembangan profesi pendidikan bertalian dengan organisasi profesi pendidik.


Sebab pengembangan profesi itu, disamping dilakukan oleh para pendidik secara individual,
secara konsep dibantu, diawasi, dan dikoordinasikan oleh organisasi profesinya. Namun
fungsi organisasi profesi seperti ini dalam bidang pendidikan masih belum tampak. Karena
itu kebanyakan pendidik mengembangkan profesinya sendiri-sendiri.

Sebagian besar kebudayaan dikembangkan lewat dunia pendidikan oleh para


pendidik, pendidikan bersama peserta didik, dan kadang-kadang oleh para pendidik itu
sendiri. Pengembangan budaya ini dapat dilakukan secara sengaja lewat penelitian-penelitian
dapat juga proses belajar mengajar.

Disamping bertanggung jawab terhadap diri sendiri , juga disebabkan pendidikan itu
sendiri yang paling tahu tentang kemajuan, kemunduran, dan letak-latak kelemahan
profesinya. Dalam mengembangkan profesi oleh diri sendiri, adakalanya pendidik dibantu
oleh supervisor, baik supervisor dari dalam atau ketua lembaga, maupun supervisor dari luar.

Kewajiban organisasi profesi pendidikan hampir semuanya baru dalam tingkat konsep
saja. Untuk mengatasi kesenjangan antara konsep dan praktik organisasi profesi itu perlu
dipirkan jalan keluarnya. Manap sumatri (1996) misalnya mengusulkan ISPI berinisiatif
untuk menjadi pelopor atau mesin penggeraknya.

11
D. Penyelenggaraan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari profesionalisasi pendidikan.


Sebab yang menjadi penyelenggaraan pendidikan adalah para pendidik juga.yang dimaksud
dengan penyelenggaraan adalah mereka yang menduduki jabatan struktural seperti, kepala
sekolah, ketua jurusan, dekan, dan rektor. Pertalian antara penyelenggaraan pendidikan
adalah ibarat hubungan antara kusir dengan kuda atau antara orang tua dengan anak-anak.

Manajemen pendidikan seharusnya tidak sama dengan manjemen pemerintah, apalagi


manajemen bisnis yang mementingkan keuntungan uang. Manajemen pendidikan adalah
menangani individu-induvidu peserta didik yang hidup dianmis dan unik yang sedang
berkembang dan tumbuh. Bantuan dan kesempatan berkembang kearah positif inilah yang
harus dicapai oleh manajemen pendidikan. Manajemen ini membutuhkan banya variasi,
kreasi, dan kiat yang hanya bisa diperoleh melalui pendidikan formal dan sejumlah
pengalaman di lapangan. Sebab manajemen ini bermuara pada keberhasilan proses
pendidikan.

12
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah ditemukan pada bab sebelumnya, maka dalam
book report tentang landasan kependidikan stimulus ilmu pendidikan bercorak indonesia,
maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pendidikan merupakan sistem yang terbuka, sebab tidak mungkin pendidikan dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik bila mengisolasi diri dengan lingkungannya.
Itulah sebabnya pemerintah menegaskan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab
pemerintah atau sekolah, orang tua dan masyarakat. Sehingga apa yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat juga berpengaruh pada pendidikan.
2. Sebagian besar masyarakat indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya
pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan. Dimana-mana tampak anak
muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus
orang tua menolak menyekolahkan anaknya dengan dalih untuk membantu mencari
nafkah.
3. bagi masyarakat yang tidak lagi berada di bawah garis kemiskinan rata-rata amat
berusaha untuk menyekolahkan anak-anak mereka setinggi mungkin. Kalau tidak
dapat di sekolah atau perguruan tinggi negeri, mereka siap menyekolahkan putra-
putrinya disekolah atau perguruan tinggi swasta.

B. Saran

Demikian penulisan book report ini, telah diketahui bahwa dalam landasan
kependidikan stimulus ilmu pendidikan bercorak indonesia terdapat berbagai landasan. Oleh
karena itu penulis menyarankan kepada setiap orang terutama mahasiswa sebagai instan
akademis yang akan menyelesaikan tugas akhir untuk tidak melainkan kegiatan pendidikan.

13
14

Anda mungkin juga menyukai