Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan sebagai Ilmu

BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode
berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberi penjelasan ataupun melakukan penerapan.

Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta didik. Ilmu
pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer umumnya ilmu
pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan harapan peserta didik
mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan kebudayaan yang ada di dunia.
Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek utama dalam proses pendidikan adalah
ilmu pengetahuan.

Kenapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari pendidikan.
Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak kecil dididik
oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan, itulah yang dinamakan
pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut ilmu karena kalau
menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang melamar pekerjaan,
sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harus ditraining. Training inilah
yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yang dilakukan selama training itulah yang
disebut ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan sebagai Ilmu

A. Pendidikan sebagai Ilmu


Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Dapat
dikatakan bahwa, dimana ada kehidupan manusia, disitu ada pendidikan (Driyarkara,
1980:32). Pendidikan sebagai gejala yang universal adalah suatu keharusan bagi manusia,
karena disamping pendidikan sebagai gejala universal sekaligus menjadi upaya untuk
memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan perkembangan kebudayaan manusia, timbullah
tuntutan adanya pendidikan yang terselenggara lebih lebih baik, teratur dan atas didasarkan
atas pemikiran yang matang. Manusia ingin lebih bertanggung jawab pada cara ia mendidik
generasi penerus agar lebih berhasil dalam menjalani hidupnya dalam pergaulan dengan
sesame dan hubunganya dengan Tuhan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia (Soedomo 1990:30), selalu dipegang oleh
kalangan pendidikan. Dengan pernyataan lain kalangan pendidikan mencermati pendidikan,
disamping sebagai gejala, juga sebagai upaya. Pada gilirannya, pandangan bahwa pendidikan
sebagi gejala sekaligus upaya ini melahirkan teori-teori pendidikan (theories of education).
George F. Kneller (1971:231), member arti tentang teori pendidikan. Kata teori menurutnya
mempunyai 2 makna sentral:
1. Menunjuk suatu hipotesis / serangkaian hipotesis yang telah diverifikasi dengan observasi /
eksperimen.
2. Pemikiran sistematik / serangkaian pemikiran-pemikiran yang koheren, teori dalam artian
ini, pendidikan telah menghasilkan teori yang banyak sekali.
Ernest E. Bayles, mengatakan teori pendidikan adalah berkenaan tidak hanya dengan apa
yang ada, bahkan banyak juga dengan apa yang harus ada. Sebagai teori yang dikembangkan
secara sadar dalam kaitannya dengan pendidikan, maka teori pendidikan mempnuyai
keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan teori penjelas yang seolah memadang teori
pendidikan sebagi gejala/fenomena/fakta. Teori pendidikan dikategorikan sebagai teori
praktis (practical theory) karena berkaitan antara kegiatan teori dan kegiatan pendidikan. P.
H. Hirst tetap berpendapat bahwa fungsi utama dari teori pendidikan adalah untuk
membimbing praktek pendidikan. (More, 1974: 5-8). Teori pendidikan memiliki aspek
prespektif (normatif)
Teori-teori pendidikan diharapkan merupakan unsure-unsur bangunan pengetahuan (a body
of knowledge) ilmu pendidikan (Soedomo, 1990: 3 1-33).

Ilmu Pendidikan?
Pandangan sejumlah ahli mengenai ilmu pendidikan:
• M.J. Langeveld (1995), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu pendidikan) adalah suatu
ilmu yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki objek
itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya bertindak.
• S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan/ paedagogiek adalah teori pendidikan,
perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
• Carter V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan yag
sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif dan objek dan proses belajar, menggunakan
instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan
pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.
• Imam Bernadib (1987: 7), ilmu pendidikan/ paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan
masalah-masalah umum pendidikan, secara meyeluruh dan abstrak, paedagodiek, selain
bercorak teoritis, juga bersifat praktis. Untuk yang teoritis diutamakan hal-hal yang bersifat
normative, ialah menunjuk standart nilai tertentu; sedangkan yang praktis menunjukkan
bagaimana pendidikan itu harus dilaksanakan.
• Driyarkara (1980: 66-67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah tentang realitas yang
kita sebut pendidikan. Kritis berati bahwa orang tidak menerima saja apa yang
ditangkap/muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus
mempunyai dasar yang kuat. Orang bersikap kritis, ingin mengerti betul-betul (tidak hanya
membeo), ingin mengalami dengan seluk-beluknya dan dasar-dasarnya.
Metodis berarti bahwa dalam proses berfikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara
tertentu. Sistematis beratrti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu ide
yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran dan pendapat tidak tanpa hubungan
namun merupakan kesatuan.
Secara historis Johann Friederick sering disebut sebagai bapak ilmu pendidikan modern dan
bapak psikologi modern (Gruber, 1973: 142). Berangsur-angsur ilmu pendidikan berkembang
sampai tumbuh menjadi ilmu yang berdiri sendiri mengkaji hakikat, persoalan, bentuk dan
syarat sari pendidikan. Tetapi yang betul-betul berdiri sendiri ilmu pendidikan terjadi pada
akhir abad ke-19 (-1985) sampai spertiga permulaan abad ke-20 (-+1993) oleh gerakan
Autonomi paedagogiek yang berlangsung di Eropa dan Amerika.
Ilmu pendidikan dalam bentuknya yang lebih sistematik termasuk ilmu yang sangat muda.
Ilmu pendidikan lahir dan berkembang jauh lebih belakang dari praktik upaya pendidikan.
dapat dikatakan ilmu pendidikan masih membentuk dirinya/ dalam keadaan sedang
berkembang. Selain itu, ilmu pendidikan harus berpacu dengan masalah-masalah praktis
mendesak yang memang tidak dapat diabaikan.

1. Persyaratan Pendidikan sebagai Ilmu


Struktur ilmu pendidikan yang masih dalam keadaan berkembang, dalam menghadapi
tantangan zaman tidak perlu menjadikan kita ragu akan eksistensinya sebagai ilmu. Seberapa
jauh ilmu pendidikan telah memadai ditinjau dari ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh suatu
ilmu yang utuh? Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan
sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk menentukan hakikat
dan prinsip-prinsip yang dipelajari. Suatu kawasan studi dapat menampilkan diri sebagai
suatu disiplin ilmu, bila memenuhi setidaknya 3 syarat:
-memiliki objek studi(material dan formal)
-memiliki sitematika
-memiliki metode
Yang menjadi objek material pendidikan adalah perilaku manusia. Perilaku manusia dapat
dilihat dari segi pendidikan dan segi-segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis dan
antropologis. Seperti yang diketahui, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku
manusia. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kelompok.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagai makhluk biososial,
yaitu makhluk yang berbudaya. Dari segi lain dan peilaku manusia yaitu sebagai insan
politik, insan ekonomi, insan hokum/ insane sejarah.
Jadi yang membedakan ilmu dan ilmu lain adalah objeknya.
Objek formal pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan semua fenomena yang
ada hubungannya dengan pendidikan dalam prespektif yang luas dan integratif. Semua
fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang
melekat pada manusia, melainkan juga upaya memanusiakan manusia agar menjadi benar-
benar manusia (insan). Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan dan
pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.
Syarat kedua bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki sistematika. Secara teoritik sistematika ilmu
pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 segi tinjauan, yaitu:
-melihat pendidikan sebagi gejala mausiawi
-dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar
-dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sebagai upaya sadar dengan
mengantisipasi perkembangan sosio-budaya di masa depan.
Sistematika yang pertama, pendidikan sebagai gejala, dapat dianalisis dari proses atau situasi
pendidikan, yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang secara saling berinteraksi
dalam suatu rangkaian kesuluruhan kebulatan kesatuan dalam mencapai tujuan. Komponen-
komponen pendidikan yaitu:
-tujuan pendidikan
-peserta didik
-pendidik
-isi pendidikan
-metode pendidikan
-alat pendidikan
-lingkungan pendidikan
Sistematika yang kedua, pendidikan sebagai upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan manusia (peserta didik). Sistematika yang keduaini menurut Noeng
Muhadjir (1987: 19-37) bertolak dan fungsi pendidikan, yaitu:
-menumbuhkan kreativitas peserta didik (pendidikan kreativitas);
-menjaga lestarinya nilai-nilai insan
-menyiapkan tenaga kerja produktif
Sistematika ketiga melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi sekaligus sebagai upaya
sadar mengantisipasi konteks perkembangan sosio-budaya di masa depan. Mochtar Buchori
(1994: 81-86) ilmu pendidikan memiliki 3 dimensi: dimensi lingkungan pendidikan, dimensi
jenis-jenis persoalan pendidikan, dimensi waktu dan ruang.
Syarat ketiga bagi disiplin ilmu, yaitu memiliki metode. Dalam arti kata, metode
(Yunani:methodos) adalah cara/ jalan. Sehubungan upaya ilmiah, maka dapat memahami dan
mengembangkan ilmu yang bersangkutan.

Metode-metode yang digunakan untuk ilmu pendidikan:


1) Metode Normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan yang ingin dicapai
oleh pendidikan.
2) Metode Eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang kondisi dan kekuatan apa
yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3) Metode Teknologis mempunyai fungsi untuk mengungkapkan bagaimana melakukannya
dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan.
4) Metode Deskriptif-Fenomenologis, metode ini mencoba menguraikan kenyataan-
kenyataan pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang hakiki.
5) Metode Hermeneutis, metode ini untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan
historis untuk menjelaskan makna dan struktur dari kegiatan pendidikan.
6) Metode Analisis Kritis (Filosofis), menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan,
konsep dan teori yang ada atau digunakan dalam pendidikan.

2. Sifat-sifat Ilmu Pendidikan


Pendidikan sebagai ilmu (ilmu pendidikan) bersifat empiris, rohaniah, historis, teoritis dan
praktis (Soetjipto Wirowidjojo, 1986: 8-9; 30-31, Sutani Imam Bernadib, 1984: 15-19). Ilmu
pendidikan bersifat empiris, karena obejknya dijumpai dalam dunia pengalaman. Ilmu
pendidikan bersifat rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan menusia tidak
membiarkan pada keadaan alamnya, namun memandangnya sebagai makhluk susila dan
ingin membawanya kearah manusia susila berbudaya.
Ilmu pendididikan bersifat normative, karena berdasar atas pemilihan antara yag baik dan
yang tidak baik untuk eserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Sesuatu
yang normative baik itu mempunyai 3 ragam, yaitu:
a. Berupa nilai hidup yang memang dapat diterima sebagai nilai hidup yang baik.
b. Berupa perkembangan atau pertumbuhan peserta didik yang bila diuji denga hakikat
perkembangan atau pertumbuhan memang baik.
c. Berupa suatu alat untuk mencapai tujuan.
Ilmu pendidikan bersifat historis, karena memberikan uraian teoritis tentang system-sistem
pendidikan sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang
berpengaruh pada jaman-jaman tertentu. Ilmu pendidikan bersifat teoritis , karena memberikn
pemikiran yang tersusun secara teratur dan logis (sistematis) tentang masalah dan ketentuan
pendidikan. ilmu pendidikan bersifat praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah
dan ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik. Ilmu ini
menempatkan diri didalam fenomena/ situasi pendidikan dan mengarahkan diri pada
perwujudan dari ide-ide yang dibentuk dan kesimpulan-kesimpulan yang diambil.

3. Pengembangan Pendidikan
Secara hierarkhis ilmu pendidikan memiliki dasar yang sekaligus juga sebagai sumbernya ,
yakni filsafat pendidikan. Brubacher (1962: 18) filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan
dipandang sebagai “complementary disciplines”. Namun dalam pengembangan ilmu
pendidikan disamping berdasar dan bersumber dari filsafat pendidikan, juga dapat diperkaya
dengan mengkaji fondasi pendidikan. Fondasi-fondasi pendidikan adalah studi tentang fakta-
fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian kebijakan dan praktik pendidikan
yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip inia adalah dasar untuk dibangunnya rumah
pendidikan. Jika dasar itu adalah subtansial, sandarac dan struktur itu kemungkinan akan
kuat, dan sebaliknya (Standart W. Reitman, 1977: 10).
Menurut Van Cleve Morris, fondasi-fondasi pendidikan dapat dikelompokkan menjadi 2
bentuk umum: (1) fondasi-fondasi historis dan filosofis tentang pendidikan dan (2) fondasi-
fondasi sosiologis dan psikologis tentang pendidikan (Morris, 1963: 10). Studi-studi pada
fondasi-fondasi sosiologis dan psikologis tentang pemdidikan meneliti proses edukatif
sebagai suatu usaha taktik dalam membentuk tingkah laku individu dan kelompok. Dalam
semua bidang fondasi itu ada suatu hubungan implicit antara suatu ide dan penerapannya
yang dapat terjadi dalam suatu situasi kehidupan yang nyata. Kita mempelajari untuk
membawanya lebih berarti bagi kehidupan.
Suatu pemahan tentang fondasi-fondasi pendidikan akan membantu seorang pendidik (guru)
prospektif untuk berfikir secara lebih jernih tentang mana yang esensial tentang pekerjaan
yang ia akan terlibat sebagai seorang guru. Dalam perkembangan sekarang ini fondasi-
fondasi pendidikan selain melipti 4 fondasi diatas , Reitman menambahkan pendidikan
komparatif, dan yang sekarang yang sedang dikembangkan meliputi: antropologi pendidikan,
politik pendidikan, ekonomi pendidikan dan estetika pendidikan (Reitman, 1977: 12).
Sejalan dengan pendapat diatas, Frank H. Blackington & Robert S. Patterson (1868)
mengusulkan diagram struktur fondasi-fondasi pendidikan interaksi dan komponen-
komponennya sebagai berikut (Beckner & Dumas, 1970: 4)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya dilakukan melalui
tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya, pendidikan erat hubunganya
dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah ilmu.
Pendidikan yang berlangsung beberapa puluh tahun menunjukkan perkembangannya sebagai
ilmu yang semakin mantap, baik dalam artian isi maupun metode. Maka, perkembangan isi
cabang ilmu pendidikan ini selain mengenai perbangdingan sistem pendidikan, tetapi juga
meliputi kaitan atau peranan pendidikan terhadap perkembangan aspek- aspek kehidupan lai
yang meliputi ekonomi, sosial dan politik.
Ilmu pendidikan di Indonesia saat ini, praktis hanya memperhatikan dan menganalisis
persoalan- persoalan pendidikan formal di sekolah. Perhatian ilmu pendidikan terhadap
masalah- masalah non-formal relatif kecil. Pertumbuhan pendidikan tidak hanya ditentukan
oleh pengalaman- pengalaman pendidikan formal, tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan
non-formal dan informal.
Ilmu pengetahuan menurut sistematikanya dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Ilmu-ilmu murni adalah ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari pengalaman.
Contohnya matematika.
2) Ilmu terapan adalah ilmu yang dikaji berdasarkan pengalaman (empiris), penelitian,
pengkajian dan penyimpulan yang disusun secara teoritis dan dilaksanakan secara praktis.
ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdasarkan pengalaman(empiris), pendidikan, rohani,
normatif, memiliki obyek yang jelas, dapat diuji kebenarannya dan disusun secara teoritis dan
dilaksanakan secara praktis.
B. DAFTAR PUSTAKA
Siswoyo Dwi, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Yahya. “makalah ilmu pendidikan” 27 September 2015.
http://hamkamodern.blogspot.co.id/2009/11/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai