Disusun oleh :
Kelompok 4 (Kelas B)
i
KATA PENGANTAR
(Penyusun)
ii
DAFTAR ISI
iii
3.1 Kesimpulan ……………………………………………….................. 31
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
karakteristik lingkungan keluarga tersebut. Karakteristik lingkungan keluarga dapat
dipahami dengan mempelajari konsep tentang pengertian dan jenis-jenis keluarga,
peranan dan fungsi yang perlu dimainkan oleh masing-masing anggota keluarga
terutama peranan dan fungsi yang terkait dengan kegiatan pendidikan yang
berlangsung didalamnya, pendidikan yang terjadi dalam lingkungan keluarga
berlangsung alamiah dan wajar, tidak ada aturan yang mengikat, karena itu disebut
pendidikan informal.
Setiap anak dilahirkan kedunia ini dalam keadaan fitrah atau suci, artinya
manusia lahir membawa fitrah beragama dan potensi berbuat baik. Fitrah inilah
yang membedakan antara manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Fitrah dan potensi
yang sudah ada semenjak dilahirkan itu tidak akan berkembang secara optimal
tanpa adanya pemeliharaan dan bimbingan khusus. Bimbingan untuk
pengembangan fitrah dan potensi yang masih berupa bibit atau benih itu dapat
melalui proses pendidikan. Seorang anak harus dipandu dan diarahkan agar mereka
tidak menyimpang dari fitrah dan potensinya yang sudah mereka bawa semenjak
lahir dengan memberikan pendidikan.
Kegiatan dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan
saling mendukung untuk hasil yang maksimal dalam membentuk kepribadian
seorang anak yang baik. Lingkungan pertama yang punya peran begitu besar
tentunya lingkungan keluarga, disinilah anak dilahirkan, dirawat dan dibesarkan.
Disinilah proses pendidikan berawal, orang tua adalah guru pertama dan utama bagi
anak, dan tentunya peranan orang tua amatlah penting dalam proses pendidikan
keluarga. Orang tua adalah guru agama, bahasa dan sosial pertama bagi anak,
mengapa demikian? Dikarenakan orang tua adalah orang yang pertama kali
mengajarkan anak berbahasa dengan mengajari anak mengucapkan kata ayah, ibu,
nenek, kakek dan anggota keluarga lainnya. Orang tua adalah orang yang pertama
mengajarkan anak bersosial dengan lingkungan sekitarnya.
Orang tua, khususnya seorang ibu yang biasanya punya banyak waktu
bersama anak dirumah, bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, jika
seorang ibu mampu mengarahkan, membimbing dan mengembangkan kemampuan
dan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun pertama kelahiran anak dimana
6
anak belum disentuh oleh lingkungan lain, dalam artian anak masih suci.
Pada masa-masa kanak-kanak, anak hanya berinteraksi dengan anggota
keluarga, ini adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk membentuk karakter
seorang anak. Orang tualah yang mengarahkan kehidupan anak dengan kebiasaan
yang dilakukan sehari-hari dirumah yang merupakan teladan bagi anak. Seperti
membimbing dan mengarahkan agar seorang anak mengetahui mana hal yang baik
dan mana yang tidak baik. Disadari atau tidak oleh orang tua, gerak-gerik dan
tingkah laku mereka sehari-hari yang setiap waktu bahkan setiap saat dilihat,
dirasakan dan di dengar oleh anak adalah proses belajar bagi mereka.
Jika pembelajaran yang sering diterima anak baik, sebuah keluarga yang
harmonis, hubungan yang hangat dan penuh kasih sayang serta dukungan, secara
otomatis unsur-unsur kebaikan itu akan tertransfer kedalam diri anak, dan tentu bisa
dipastikan anak tersebut akan mempraktikannya di kehidupannya, disaat itu bisa
dikatakan orang tua telah berhasil menjadi seorang guru yang baik bagi anaknya.
Namun jika pembelajaran yang sering diterima anak tidak baik, seperti kekerasan
dalam rumah tangga, perhatian dan kasih sayang serta dukungan yang kurang
karena orang tua sibuk dengan urusan masing-masing, ucapan-ucapan yang tidak
baik yang tidak sadar dilontarkan orang tua kepada anaknya, disaat itu orang tua
telah gagal menjadi guru pertama dan utama bagi anak, karena pada akhirnya anak
tersebut tidak mendapatkan pembelajaran yang baik dari lingkungan keluarganya
dan terkadang dalam kasus seperti ini anak memiliki mental yang kurang kuat
dalam menghadapi kehidupannya.
Proses kehidupan dalam sebuah keluarga adalah proses belajar pertama bagi
anak sebelum mereka hidup dalam lingkungan yang lebih luas yaitu sekolah dan
sosial masyarakat. Oleh karena itu, seharusnya setiap orang tua harus mampu
memanfaatkan masa-masa ini untuk mengembangkan potensi dan kemampuan
anak untuk membentuk pribadi yang sempurna. Setiap oarng tua selalu mengatakan
dan berharap punya anak yang baik kepribadiannya. Jadi untuk mewujudkan
keinginan dan harapan itu, jadilah orang tua sekaligus guru bagi anak dirumah,
dengan menyajikan pembelajaran-pembelajaran yang mereka butuhkan bagi
kehidupan mereka kedepannya yaitu suasana yang tenang tanpa pertengkaran dan
kekerasan, kasih sayang dan perhatian serta dukungan yang cukup dari keluarga,
7
terutama sosok seorang ibu dan ayah (jadilah ayah dan ibu ideal bagi anak-anak
anda).
Selanjutnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga
masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa
pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Seperti kita ketahui bahwa
keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama yang harus anak dapatkan. Orang
tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai
lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan.
Sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan
keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar
kehidupan anak adalah di dalam keluarga, ketika seorang anak senang maupun
sedih tentunya akan kembali kepada lingkungan keluarganya, sehingga pendidikan
yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga. Menurut Hasbullah
(1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu pendidikan, bahwa keluarga
sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi dalam
perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di rumah serta fungsi keluarga
atau orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB fungsi
utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar
dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang sejahtera.
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan di
lingkungan keluarga menjadi hal penting dalam mendukung tumbuh kembang anak
serta menumbuhkan karakter positif pada anak. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga memberikan
Apresiasi Pendidikan Keluarga kepada orang tua atau keluarga hebat yang dinilai
telah menerapkan pendidikan keluarga dengan baik dan menjadi orang tua yang
terlibat aktif dalam pendidikan karakter anak.
Menurut pakar pendidikan, William Bennett, keluarga merupakan tempat
yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan,
8
pendidikan, dan kesejahteraan. Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan
kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-
kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk
memperbaiki kegagalan-kegagalannya.
Tujuan pendidikan anak dalam keluarga menurut Hoghughi (2004)
menyebutkan bahwa pendidikan mencakup beragam aktifitas yang bertujuan agar
anak dapat berkembang secara optimal dan dapat bertahan hidup dengan baik.
Prinsip pendidikan menurut Hoghughi tidak menekankan pada siapa (pelaku)
namun lebih menekankan pada tujuan dari perkembangan dan pendidikan anak.
Oleh karenanya tujuan Pendidikan meliputi pendidikan fisik, pendidikan emosi dan
pendidikan sosial.
1.) Pendidikan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat
bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya.
2.) Pendidikan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami
kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-
temannya, takut, atau mengalami tekanan mental. Pendidikan emosi ini mencakup
pendidikan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa
dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk
mengetahui resikonya. Pendidikan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai
kemampuan yang stabil dan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
3.) Sementara itu, pendidikan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing
dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak
pada masa-masa selanjutnya.
Dilihat dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem
nasional), dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup
bersama (sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan
kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih,
hubungan antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta
pengakuan akan kewibawaan.
Begitu besarnya pengaruh peranan keluarga sebagai lingkungan pendidikan
anak yang paling utama dalam pendidikan untuk memajukan pendidikan, terlebih
lagi apabila terjalinnya komunikasi yang baik antara lingkungan keluarga, sekolah,
9
dan masyarakat untuk membentuk anak didik yang berpendidikan baik dari sikap,
perilaku, dan agamanya. Ketiga hubungan ini menjadikannya sebagai sumber
pelajaran yang baik bagi perkembangan pendidikan yang terus berkembang.
10
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan adalah semua makhluk yang yang berada dalam alam (dunia)
ini, yang hidup (biotik) maupun yang tidak hidup (abiotik) yang mempengaruhi
perilaku, pertumbuhan dan perkembanagn proses kehidupan manusia, termasuk
kegiatan pendidikan. Lingkungan hidup manusia dapat dibedakan menjadi
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam adalah segala sesuatu
atau benda diluar manusia yang berada di alam dunia ini, seperti batu, rumah,
tumbuh-tumbuhan, hewan, iklim, siang dan malam, dan sebagainya. Lingkungan
sosial adalah semua manusia atau orang lain yang berinteraksi dengan diri kita baik
langsung maupun tidak langsung yang salinh mempengaruhi antara manusia yang
satu dengan yang lainnya. Dalam interaksinya itu manusia mempengaruhi
lingkungan dan sebaliknya manusia pun dipengaruhi lingkungan sekitarnya, bisa
disebut juga dengan interaksi sosial. Agar terjadi keseimbangan dan keselarasan
dalam interaksinya dengan lingkungan manusia perlu melakukan penyesuaian
(adaptasi). Oleh karena itu, manusia perlu memelihara lingkungan baik yang
bersifat fisik maupun sosial, tidak melakukan perusakan lingkungan, agar
lingkungan tersebut dapat bermanfaat sebesar-besarnya kesejahteraan manusia.
Bertolak dari pandangan pendidikan sebagai sistem tersebut, maka keberhasilan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh salah satu komponen yang ada didalamnya,
tetapi ditentukan oleh seluruh komponen dari sistem pendidikan tersebut yang
masing-masing mempunyai peranan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Salah
satu komponen penting yang turut yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan
adalah situasi dan kondisi tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan tersebut.
Karena pendidikan merupakan interaksi antar manusia, maka yang dimaksud
dengan lingkungan pendidikan adalah suatu tempat dimana memungkinkan
terjadinya suatu interaksi manusia dalam proses pendidikan dan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
11
Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No.20 Tahun 2003, menjelasakan bahwa
yang dimaksud sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sistem pendidikan nasional dibangun dan dikembangkan melalui satuan
pendidikan. Satuan pendidikan merupakan kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan (pasal 1 ayat 10) Pasal dan ayat berikut dibawah
merupakan penjelasan dari pasal 1 ayat 10 antara lain pasal 1 ayat 11 berbunyi
“pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”.
12
alamiah dan wajar, tidak ada aturan yang mengikat karena itu disebut lingkungan
pendidikan informal. Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah adalah
pendidikan yang dirancang sedemikian rupa secara terencana, dilaksanakan dengan
berbagai aturan yang ketat, berjenjang, seleksi peserta didiknya ketat,seleksi
pendidik (guru) juga ketat, dan kegiatannya berlangsung secara berkesinambungan,
sehingga disebut lingkungan pendidikan formal. Pendidikan yang berlangsung di
masyarakat diprogramkam dalam aturan – aturan yang fleksibel dan lebih longgar
dibandingkan dengan pendidikan sekolah, tidak selalu disyaratkan berjenjang dan
berkesinambungan, sehingga disebut lingkungan pendidikan nonformal. Dalam
Undang-undang No.20 Tahun 2003 bahwa ketiga jalur pendidikan tersebut
berfungsi sebagai wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan pendidikan.
Secara Etimologis, kata keluarga berasal dari dua kata yaitu kawula dan
warga. Kawula berarti hamba dan warga berarti anggota, jadi pengertian keluarga
adalah suatu kesatuan (unit) dimana anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada
kepentingan dan tujuan unit tersebut.
Horton dan Hunt yang dikutip oleh Tisna Amidaja (Sadulloh, 2007:173)
mendefinisikan keluarga adalah “suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang
yang sama, suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau
perkawinan, pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak, dan satu orang anak
dengan beberapa anak”. F.J Brown dalam M.I Soelaeman (Sadulloh, 2007:174)
pengertian keluarga ditinjau dari sudut pandang sosiologis. “Dalam arti sempit
keluarga merupakan orangtua dan anak –anaknya. Dalam arti luas keluarga meliputi
semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan”. Menurut Undang-Undang
No.10 Tahun 1992, yaitu “keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya”.
13
untuk saling menyempurnakan diri, terkandung juga kedudukan dan fungsi sebagai
orang tua. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu keluarga dapat dikatakan keluarga
lengkap apabila keluarga tersebut terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
14
pendidikan keluarga dan lingkungan”. Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1991 :
”Pendidikan non formal yang sangat mendasar sifatnya adalah pendidikan keluarga.
Meskipun pendidikan keluarga sangat penting bahkan meletakkan dasar-dasar
kesiapan hidup sebagai anggota masyarakat pengaturannya merupakan wewenang
keluarga bersangkutan.”.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis
(1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
15
Dalam arti mereka menjadi manusia yang matang dan dapat bertanggung jawab
juga dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakatnya.
16
oleh setiap anggota keluarga sebagai bentuk kasih sayang. Kasih sayang dan
kehangatan yang diberikan orang tua kalau terlalu berlebihan dapat memanjakan
anak, sedangkan kalau terlalu kurang akan gersang atau kekeringan atau bisa
membuat anak menjadi merasa jauh dari orang tuanya. (Sadulloh, dkk. 2007:177).
17
-) Rasa aman dan santai yang ditimbulkan rekreasi mempermudah
munculnya kesenangan lahir batin, muncul saling mengerti, memperkokoh
kerukunan dan solidaritas serta saling memperhatikan kepentingan masing-masing.
-) Rasa nyaman dan betah dalam keluarga menimbulkan rasa sayang dan
rasa memiliki kepada keluarga, serta keinginan untuk memeliharanya secara
bersama-sama, kerjasama, dan tanggung jawab.
18
keputusan, amat tergantung kepada jasa pelayanan orang lain, dan kehidupan yang
terdiferensiasi serta terspesialisasi yang makin jelas dan tajam. Dalam masyarakat
modern orang tua harus membagi otoritas dengan orang lain, terutama guru dan
dengan anak mereka sendiri yang memperoleh pengetahuan baru dari luar keluarga.
Hubungan orangtua pun berubah dari hubungan orang tua dengan anak yang
bersifat otoritatif menjadi hubungan yang bersifat kolegial. (Sadulloh, dkk.
2007:180).
19
Menurut Hasbullah (1997), dalam tulisannya tentang dasar-dasar ilmu
pendidikan, “bahwa keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki beberapa
fungsi yaitu fungsi dalam perkembangan kepribadian anak dan mendidik anak di
rumah serta fungsi keluarga/orang tua dalam mendukung pendidikan di sekolah”.
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB fungsi
utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan
mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar
dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan
kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga yang sejahtera.
20
Untuk membentuk karakter anak diperlukan syarat-syarat mendasar bagi
terbentuknya kepribadian yang baik. Menurut megawangi ada 3 kebutuhan dasar
anak yang harus dipenuhi, yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik
dan mental. Maternal bonding (kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan
dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam
pembentukan dasar kepercayaan kepad orang lain (anak). Kelekatan ini membuat
anak merasa diperhatikan dan menumbuhkan rasa aman sehingga menumbuhkan
rasa percaya.
Menurut Bowlby, normal bagi seorang bayi untuk mencari kontak dengan
hanya 1 orang (biasanya ibu) pada tahap-tahap awal masa bayi. Kekacauan emosi
anak yang terjadi karena tidak adanya rasa aman ini diduga oleh para ahli gizi
berkaitan dengan masalah kesulitan makan pada anak. Tentu saja hal ini tidak
kondusif bagi pertumbuhan anak yang optimal. Kebutuhan akan stimulasi fisik dan
mental juga merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter anak. Tentu
saja ini membutuhkan perhatian yang besar dari orang tua dan reaksi timbal balik
antara ibu dan anaknya.
Menurut pakar pendidikan anak, seorang ibu yang sangat perhatian (yang
diukur dari seringnya ibu melihat mata anaknya, mengelus, menggendong, dan
berbicara kepada anaknya) terhadapanaknya yang berusia dibawah 6 bulan akan
mempengaruhi sikap bayinya sehingga menjadi anak yang gembira, antusias
mengeksplorasi lingkungannya, dan menjadikannya anak yang kreatif.
21
Sedangkan Menurut Popov dan kawan-kawan (1997), orang tua dapat
berperan sebagai :
Ibu dalam keluarga merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan
anaknya, dari ibunya anak mengenal keamanan lahir batin. Ibu mengenalkan
kepada anak dunia yang sangat membahagiakan, yaitu dunia kasih sayang yang
amat tulus, dunia aman serta damai. Dari seorang ibu diharapkan ia menghadapi
anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga dikatakan bahwa “ibu berperan
sebagai lambang kasih sayang”. (Sadulloh, dkk. 2007:183).
22
Menurut Ngalim Purwanto (Sadulloh, 2007:183) sesuai dengan fungsi serta
tanggung jawabnya bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya, yaitu : 1)
sumber dan pember kasih sayang, 2) pengasuh dan pemelihara, 3) tempat
mencurahkan isi hati, 4) pengatur dalam kehidupan berumah tangga, 5)
pembimbing hubungan pribadi, 6) pendidik dalam segi-segi emosional.
Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima
pendidikan dari nenek kakeknya. Umumnya nenek dan kakek itu merupakan
sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayang yang berlebihan terhadap
cucunya, tetapi biasanya mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucunya itu.
Tidak jarang dalam satu keluarga yang tinggal bersama nenek kakeknya mengalami
suatu perselisihan antara orang tua dengan neneknya tersebut dalam hal
menentukan dalam cara mendidik anak atau cucunya tersebut. Memang ada
kecenderungan bahwa pihak nenek merasa terpanggil untuk ikut campur dalam
merawat dan membesarkan cucunya sesuai dengan pola dan pengalamannya, serta
tingkat keikut campurannya itu bermacam-macam dari yang sekedarnya sampai
dengan sebagai penentu segala-galanya yang berhubungan dengan cucunya.
23
4.) Peranan Anggota Keluarga yang Lain
24
Lingkungan pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang
merapakan faktor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan
keluarga ini sangat penting diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa di
dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-
dasar kehidupan beragama, dalam hal ini tentu terjadi dalam keluarga. Anak-anak
seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk menjalankan
ibadah, mendengarkan khutbah atau ceramah keagamaan, kegiatan seperti ini besar
sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak.
25
2.) Tanggung Jawab Keluarga
-) Tanggung jawab sosial adalah bagian dari keluarga yang pada gilirannya
akan menjadi tanggung jawab masyarakat, bangsa dan Negara.
26
keluarga member makanan bergizi kepada anak balita agar otaknya tumbuh dengan
sempurna. Begitu pula konsep di atas membuat para orang tua memperlakukan
anak-anak kecil itu dengan baik, penuh kasih saying agar anak itu menjadi orang
yang berguna kelak.
Namun informasi yang diterima oleh orang tua berat sebelah. Informasi
tentang pentingnya memberikan makanan bergizi kepada balita lebih banyak
diterima dibandingkan dengan informasi tentang pentingnya memperlakukan anak-
anak dengan baik. Buktinya kini semakin banyak anak sehat dan cerdas, tetapi
masih banyak sekali anak-anak nakal yang membuat berbagai kerusuhan.
Kenakalan ini sebagian besar disebabkan oleh perlakuan lingkungan yang tidak
benar, antara lain terlalu keras atau disiplin kaku, kurang diperhatikan, kurang kasih
sayang, terlalu diberi kebebasan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam
rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan.
Meskipun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang
yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam
transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan.
Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini tidak ringan sama sekali.
Bahkan bisa dikatakan, bahwa tanpa keluarga nilai-nilai pengetahuan yang
didapatkan di bangku meja formal tidak akan ada artinya sama sekali. Sekilas
27
memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya, namun jika
direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat peran yang
disandang keluarga.
Dari paparan di aatas kita bisa mengerti betapa penting peran keluarga
dalam rangka mengemban misi-misi pendidikan tidak bisa diabaikan. Di dalam
keluarga tercermin jalinan kasih dan cinta dalam mana ikatan emosional, darah dan
kekerabatan sangat mendominasi. Dengan demikian, keluarga merupakan pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya. Sebagian orang secara tidak sadar
mengatakan bahwa sebenarnya peran keluarga adalah sekunder, alias hanya
menjadi pelengkap saja. Sebab pengetahuan formal sudah mereka dapatkan di
bangku sekolahan. Logika ini tidak saja keliru secara etis, tapi juga patut
dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap keluarga. Yang logis, keluarga
justru merupakan institusi pendidikan pertama dan utama, kemudian baru
dilengkapi dengan nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan dari bangku sekolahan
ataupun masyarakat.
28
2.10 Pentingnya Pendidikan Keluarga dan Strategi dalam Pendidikan
Keluarga
29
Strategi lain dalam mengembangkan pendidikan dalam keluarga adalah
dengan konsep tumbuh kembang anak yang pertumbuhan fisik dan otak serta
perkembangan motorik, mental, sosio-emosional dan perkembangan moral
spiritual. Ada 3 konsep penting yang mencakup aktivitas yakni pola asuh, pola asah
dan pola asih. Strategi yang dapat digunakan oleh orang untuk mengembangkan
moral dan keterampilannya, yaitu :
Begitu banyak strategi yang dapat digunakan setiap orang tua dalam
mengembangkan pendidikan bagi anak di dalam keluarga, dengan pendidikan yang
baik di dalam keluarga, maka anak bisa menjadi sosok yang baik pula bagi
lingkungan di luar keluarga.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
31
timbul akibat lelah, rasa aman dan santai, rasa nyaman dan betah dalam
keluarga, serta saling menghormati.
8. Fungsi biologis
Namun dengan berubahnya kehidupan masyarakat masa kini dari
masyarakat yang tradisional ke modern membuat perubahan pada pola kehidupan
keluarga. Jika sebelumnya dalam keluarga tradisional orang tua memegang otoritas
penuh atas anak – anak mereka, kono dalam keluarga modern orang tua harus
membagi otoritas dengan orang lain, terutama guru dan dengan anak mereka sendiri
yang memperoleh pengetahuan baru dari luar keluarga sehingga lebih demokratis
dan struktur yang kurang stabil. Dengan gambaran seperti diatas, maka pendidikan
yang mulanya tanggung jawab keluarga sepenuhnya ,sekarang diambil alih oleh
sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Dengan adanya perubahan fungsi
keluarga seperti penjelasan diatas, diperlukan effort lebih dari keluarga terutama
ayah dan ibu untuk mendidik anaknya terlebih dahulu sebelum lingkungan di luar
keluarga mendidik anak mereka.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga
masyarakat dan pemerintah. Sehingga orang tua tidak boleh menganggap bahwa
pendidikan anak hanyalah tanggung jawab sekolah. Namun lingkungan keluarga
tetap merupakan lingkungan yang pertama dan utama dimana anak berinteraksi
sebagai lembaga pendidikan yan tertua. Para sosiolog pun meyakini bahwa keluarga
memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa sehingga jika
keluarga-keluarga yang merupakan fondasi masyarakat ini lemah, maka masyarakat
pun akan lemah. Oleh karena itu, para sosiolog meyakini bahwa berbagai masalah
masyarakat seperti kejahatan seksual, kekerasan yang merajalela, serta segala
macam kebobrokan di masyarakat merupakan akibat dari lemahnya institusi
keluarga.
32
Tiap anggota dalam suatu keluarga memiliki peranan tersendiri dalam
pendidikan anak di dalam lingkungan keluarga, seperti peranan ibu, peranan ayah,
peranan nenek dan kakek, dan peranan anggota keluarga yang lain.
3.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Jailani M. Syahran. 2014. Teori Pendidikan Keluarga dan Tanggung Jawab Orang
Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam. 8(2): 1-4.
Rahman Yusri Wen, Murniati AR, dan Djailani AR. 2015. Analisis Kebijakan
Pendidikan Keluarga Dalam Memantapkan Perilaku Moral Anak di Kabupaten
Aceh Tengah. Jurnal Administrasi Pendidikan. 3(2).
34
Sadiman, Arief S. dkk. 2010. Media Pendidikan : Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatanya. Jakarta : Rajawali Pers.
35