Anda di halaman 1dari 32

TERJEMAHAN

ROAD MAP FOR ARTS


EDUCATION
[Klik untuk mengunduh file aslinya]

Pengalihbahasaan dokumen panduan ini ialah tugas evaluatif Pertemuan Pertama Mata Kuliah
Pendidikan Seni pada mahasiswa Angkatan 2019 Semester IV Prodi PGSD Kampus V UNM
Parepare, yang diampuh oleh Jalaluddin Rumi. Hasil alih-bahasa tekstual ini kemudian
merupakan gabungan dua tugas terpilih dari 100 tugas mahasiswa, yaitu tugas dari Winni
Jayanti (C19B) dan Muh. Reski H (C19F); yang mana akan dilanjutkan ke proses penerjemahan
kontekstual oleh pengampuh. Kami bertiga juga telah bersepakat supaya hasil terjemahan
nantinya dapat dibaca secara umum untuk kepentingan studi terkait dalam ranah akademik,
khususnya.
PETA PANDUAN FORMULASI PENDIDIKAN SENI
Penumbuhkembangan Daya Kreatif untuk Abad ke-21

DAFTAR ISI
I. Latar Belakang [klik ke hlm. 2]

II. Tujuan Pendidikan Seni [klik ke hlm. 4]


1. Menegakkan Hak Asasi Manusia ke dalam Pendidikan dan Partisipasi
Kultural [klik ke hlm. 4]
2. Mengembangkan Kemampuan Individual [klik ke hlm. 5]
3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan [klik ke hlm. 7]
4. Mengenalkan Pengungkapan Keanekaragaman Budaya [klik ke hlm. 8]

III. Konsep-Konsep terkait Pendidikan Seni [klik ke hlm. 10]


1. Bidang Disiplin Kesenian [klik ke hlm. 10]
2. Pendekatan Pendidikan Seni [klik ke hlm. 10]
3. Dimensi Pendidikan Seni [klik ke hlm. 11]

IV. Strategi Mendasar akan Keefektifan Pendidikan Seni [klik ke hlm. 13]
1. Jenjang Pendidikan Guru dan Seniman [klik ke hlm. 13]
2. Kemitraan [klik ke hlm. 16]

V. Penelitian pada Pendidikan Seni, dan Berbagi Pengetahuan [klik ke hlm. 19]

VI. Simpulan [klik ke hlm. 22]

VII. Rekomendasi [klik ke hlm. 23]


1. Rekomendasi bagi Pendidik, Orang Tua, dan Kepala Sekolah serta Pelatihan
Institusi [klik ke hlm. 26]
2. Rekomendasi bagi Kementerian dan Pembuat Kebijakan [klik ke hlm. 27]
3. Rekomendasi bagi UNESCO dan Lembaga Antar-Pemerintahan dan Non-
Pemerintahan lainnya [klik ke hlm. 30]

LAMPIRAN: STUDI KASUS [klik ke hlm. 34]


Latar Belakang
Berdasarkan musyawarah selama dan setelah Konferensi Pendidikan Seni Sedunia, yang terselenggara
dari 6 sampai 9 Maret 2006 di Lisbon, Portugal, “Road Map for Arts Education (Peta Panduan Formulasi
Pendidikan Seni)” ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran Pendidikan Seni dalam membahas
kebutuhan akan kreativitas dan kesadaran budaya di Abad ke-21, dan menekankan pada strategi-strategi
yang dibutuhkan untuk memperkenalkan atau menggalakkan formulasi Pendidikan Seni dalam
lingkungan pembelajaran.

1
Dokumen ini dirancang untuk mendorong pemahaman umum di antara semua pihak-pihak
penting dalam Arts Education (Pendidikan-Kesenian) dan peranan mendasarnya dalam memperbarui
kualitas pendidikan. Dokumen ini berupaya untuk mendefinisikan konsep-konsep dan mengidentifikasi
praktek-praktek bagus dalam bidang disiplin Arts Education. Berkaitan dengan aspek praktisnya,
dokumen ini disajikan sebagai referensi berkembang yang menguraikan perubahan-perubahan dan
langkah-langkah konkret yang dibutuhkan untuk memperkenalkan atau menggalakkan formulasi Arts
Education dalam sistem pendidikan (formal dan non-formal) serta membangun kerangka solid untuk
keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan mendatang dalam bidang disiplin ini. Panduan ini olehnya itu
bertujuan untuk mengkomunikasikan visi dan membangun kesepakatan demi kepentingan formulasi Arts
Education guna penumbuhkembangan kesadaran kreatif dan kultural masyarakat, mendorong perenungan
dan tindakan kolaboratif; dan menggalang kebutuhan finansial dan sumber daya manusia untuk
memastikan integrasi yang lebih lengkap dari formulasi Pendidikan Seni dalam sistem-sistem pendidikan
dan sekolah-sekolah.
Terdapat banyak perdebatan mengenai berbagai kemungkinan tujuan Arts Education. Perdebatan
ini menggiring pada pertanyaan seperti: “Apakah Arts Education mengajarkan proses apresiasi semata
ataukah mesti dilihat dalam artian untuk meningkatkan proses pembelajaran di berbagai mata pelajaran
lain?”; “haruskah seni diajarkan sebagai sebuah bidang disiplin dalam ranah kajiannya sendiri atau untuk
berbagai bidang pengetahuan, keterampilan dan nilai yang berasal darinya (atau keduanya)?”; “Apakah
Arts Education diperuntukkan bagi segelintir yang berbakat dalam bidang disiplin tertentu ataukah Arts
Education diperuntukkan bagi semua?”. Perihal sedemikian tetap menjadi isu utama dalam membentuk
pendekatan untuk para praktisi seni, guru, anak-didik dan pembuat kebijakan terkait. Panduan ini
mencoba sebuah respons komprehensif atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menekankan bahwa
perkembangan kreatif dan kultural semestinya menjadi fungsi utama pendidikan.

2
Tujuan Arts Education
1. Menegakkan Hak Asasi Manusia ke dalam Pendidikan dan Partisipasi Kultural
Deklarasi dan konvensi internasional bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi setiap anak dan
orang dewasa terhadap hak atas pendidikan dan kesempatan yang akan menjamin perkembangan yang
sepenuhnya dan harmonis serta partisipasinya dalam kebudayaan dan kehidupan yang berkesenian. Dasar
pemikiran untuk menjadikan Arts Education sebagai sesuatu yang penting dan, memang, bagian wajib
dari program pendidikan di setiap negara, muncul dari hak-hak sedemikian.
Kebudayaan dan kesenian adalah komponen mendasar dari pendidikan komprehensif yang
mengarah ke perkembangan penuh setiap individu. Untuk itu, Arts Education ialah hak asasi manusia
yang universal, bagi semua pelajar, termasuk mereka yang seringkali dikecualikan dari pendidikan,
semisal imigran, kelompok minoritas budaya, dan mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Pernyataan-
pernyataan ini tercermin dalam pernyataan tentang hak asasi manusia dan hak-hak anak.
Deklarasi Sedunia tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 22
‘Setiap orang, sebagai anggota masyarakat … berhak atas realisasi hak-hak ekonomi, sosial dan kultural
yang diperlukan untuk martabatnya dan kebebasan pribadinya.’
Pasal 26
‘Pendidikan seharusnya ditujukan untuk perkembangan kepribadian manusia secara utuh dan penguatan
rasa hormat terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Pendidikan harusnya mendukung
pemahaman, toleransi dan pertemanan antar semua negara, kelompok ras atau agama, dan seharusnya
melanjutkan kegiatan-kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mempertahankan perdamaian.’
Pasal 27
‘Setiap orang berhak untuk berpartisipasi dalam kehidupan komunitas kebudayaan, untuk menikmati
kesenian dan untuk membagikan kemajuan ilmiah dan manfaatnya.’

3
Konvensi tentang Hak-Hak Anak
Pasal 29
‘Pendidikan anak seharusnya diarahkan ke … (a) Perkembangan kepribadian anak, bakat dan mental serta
kemampuan fisik mereka untuk mencapai potensi sepenuhnya...’
Pasal 31
‘Partai dari tiap negara seharusnya menghormati dan mendorong hak-hak anak untuk berpartisipasi
sepenuhnya pada kehidupan berbudaya dan berseni dan seharusnya menggalakkan ketersediaan yang
sesuai dan peluang yang sama dalam kegiatan budaya, seni, rekreasi dan senggang.’
2. Mengembangkan Kemampuan Individual
Semua manusia mempunyai potensi kreatif. Kesenianlah kemudian menyediakan lingkungan dan praktik
di mana pelajar secara aktif terlibat dalam pengalaman, proses, dan perkembangan kreatif. Penelitian 1
menunjukkan bahwa dengan mengenalkan pelajar pada proses-proses berkesenian, sembari
menggabungkan elemen-elemen kebudayaan mereka ke pendidikan, menanamkan pada tiap individu akan
arti kreativitas dan prakarsa, daya imajinasi, kecerdasan emosional dan “kompas” moral, kapasitas
perenungan kritis, rasa kemandirian, dan kebebasan dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan dalam dan
melalui seni juga menstimulasi perkembangan kognitif dan mampu membuat pelajar mempelajari
bagaimana dan apa yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat modern di mana mereka tinggal.
Sebagaimana gambaran luas atas literatur pendidikan, dengan mengalami dan mengembangkan
apresiasi dan pengetahuan tentang kesenian memungkinkan perkembangan sudut pandang unik pada
skala luas dalam ranah pokok pelajaran; sebuah sudut pandang yang tak bisa ditemukan melalui jalan
pendidikan lainnya.
Agar anak-anak dan orang dewasa dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan yang
berkebudayaan dan berkesenian, mereka perlu belajar untuk memahami secara terus-menerus,
mengapresiasi dan mengalami ekspresi artistik yang mana beberapa orang–sering disebut seniman–
mengeksplorasi, dan berbagi wawasan dalam berbagai aspek tentang keberadaan dan keberdampingan
dalam kehidupan. Kesemuanya itulah merupakan tujuan untuk memberi semua orang peluang yang sama
dalam kegiatan kebudayaan dan kesenian, pendidikan yang berseni perlu menjadi bagian wajib dari
program pendidikan bagi semua. Pendidikan dalam dan melalui seni juga seharusnya sistematis dan
dihadirkan selama bertahun-tahun karena merupakan proses berjangka panjang.
Arts Education berkontribusi dalam pendidikan di mana mengintegrasikan kecakapan fisik,
inteligensi, dan kreatif serta memungkinkan lebih dinamis dan bermanfaatnya hubungan antara
pendidikan, kebudayaan dan kesenian.

1 For examples of research studies and evidence, refer to the reports from preparatory meetings for the World Conference on Arts Education; cf.
LEA International at http://www.unesco.org/culture/lea as well as Educating for Creativity: Bringing the Arts and Culture into Asian Education,
Report of the Asian Regional Symposia on Arts Education, UNESCO 2005.
4
Kemampuan ini utamanya penting dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada di
masyarakat abad ke-21. Semisal dalam kaitannya dengan perubahan sosial yang mempengaruhi struktur
keluarga, anak-anak sering tidak mendapat perhatian dari orang tua. Selain itu, kurangnya komunikasi
dan rasa kekeluargaan yang terbangun di keluarga mereka, anak-anak sering mengalami beragam msalah
emosional sosial. Terlebih lagi, penyebaran tradisi kultural dan praktek artistik dalam lingkungan
keluarga menjadi lebih sulit, terutama di wilayah perkotaan.
Saat ini, muncul perbedaan yang semakin besar antara proses kognitif dan rasa intuitif yang
mencerminkan fokus yang lebih besar dalam lingkungan pembelajaran tentang perkembangan
kemampuan kognitif, dan nilai lebih rendah yang ditempatkan pada proses emosional. Menurut Profesor
Antonio Damasio, penekanan tersebut pada perkembangan kemampuan kognitif, ke rusaknya ranah
emosional, merupakan faktor penyebab kemerosotan perilaku moral dalam masyarakat modern.
Pemroresan mendalami rasa emosional ialah bagian integral dalam proses pengambilan keputusan dan
berfungsi sebagai sebuah garis vektor dalam bertindak dan berpikir, meneguhkan perenungan dan
penilaian. Tanpa menyangkutpautkan perasaan, tindakan, gagasan atau keputusan apapun, hanya akan
didasarkan pada tujuan rasional semata. Kesan perilaku moral, yang merupakan landasan kokoh bagi
warga masyarakat, memerlukan penyertaan rasa intuitif. Professor Damasio menyarankan bahwa Arts
Education, dengan mendorong perkembangan perasaan intuitif, dapat membawa keseimbangan yang
lebih baik antara perkembangan kognitif dan rasa intuitif sehingga berkontribusi untuk mendukung kultur
perdamaian.
Masyarakat abad ke-21 semakin menuntut tenaga kerja yang kreatif, fleksibel, adaptif dan
inovatif, dan sistem pendidikan perlu berevolusi dalam kondisi geseran ini. Arts Education
memperlengkapi para pelajar dengan keterampilan sedemikian, memungkinkan mereka mengekspresikan
diri, mengevaluasi dunia di sekeliling mereka secara kritis, dan terlibat aktif dalam beragam aspek
kemanusiaan.
Arts Education juga memungkinkan berbagai bangsa untuk mengembangkan sumber daya
manusia yang diperlukan dalam mendayagunakan modal budaya mereka yang berharga.
Mendayagunakan sumber daya dan modal ini amat mendasar jika negara ingin mengembangkan industri
dan usaha yang kuat dan berkelanjutan secara kultural (kreatif). Industri-industri tersebut memiliki
potensi untuk berperan sebagai kunci utama dalam meningkatkan perkembangan sosio-ekonomi di
banyak negara kurang maju.
Selain itu, bagi banyak orang, industri kebudayaan (seperti penerbitan, musik, film dan industri
pertelevisian, serta media lainnya) dan institusi kebudayaan (seperti museum, aula musik, pusat
kebudayaan, galeri seni dan teater) berfungsi sebagai kunci gerbang guna mengakses kebudayaan dan
seni. Program Arts Education dapat membantu masyarakat dalam menemukan keanekaragaman ekspresi

5
budaya yang ditawarkan oleh industri dan institusi kebudayaan, dan meresponsnya secara kritis. Pada
gilirannya, industri kebudayaan menyuguhkan sumber daya bagi para pendidik yang berupaya untuk
menggabungkan kesenian ke dalam pendidikan.
3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Sesuai dengan Global Monitoring Reporting (Laporan Pemantauan Global) EFA (Pendidikan untk
Semua) pada 2006, dipublikasikan oleh UNESCO, sementara jumlah anak yang memiliki akses ke
pendidikan meningkat, kualitas pendidikan masih rendah di banyak negara di dunia. Menyediakan
pendidikan untuk semua itu penting, meski sama vitalnya pula akan kebutuhan para pelajar atas
pendidikan berkualitas bagus.2
“Pendidikan berkualitas” ialah model pendidikan yang berpusat pada pelajar dan dapat ditetapkan
dalam tiga prinsip: pendidikan yang relevan dengan pelajar namun juga mendorong nilai-nilai universal,
pendidikan yang adil dalam hal akses dan hasil serta jaminan pelibatan sosial dibanding pengucilan, dan
pendidikan yang mencerminkan dan membantu pemenuhan hak-hak individu. 3
Pendidikan berkualitas, olehnya itu, umumnya dapat dipahami sebagai pendidikan yang
menyediakan semua kemampuan lokal relevan setempat yang dibutuhkan para anak muda dan pelajar
lainnya agar dapat berguna di lingkungan masyarakatnya; cocok dengan kehidupan, aspirasi, dan minat
siswa, sebagaimana pula dengan keluarga dan lingkungan mereka, dan bersifat inklusi serta berbasis hak
asasi.
Sesuai dengan Dakar Framework for Action (Kerangka Kerja Aksi Dakar)4, banyak faktor yang
dibutuhkan sebagai prasyarat untuk pendidikan berkualitas. Belajar dalam dan melalui kesenian (Arts
Education dan Arts-in-Education) dapat meningkatkan setidaknya empat faktor tersebut: pembelajaran
aktif, kurikulum lokal relevan yang menunjukkan minat dan antusias pelajar; rasa hormat pada, dan
keterlibatan dengan, komunitas dan budaya lokal; dan guru yang terlatih serta memiliki motivasi.
4. Mengenalkan Pengungkapan Keanekaragaman Budaya
Kesenian merupakan manifestasi budaya sekaligus sarana komunikasi pengetahuan budaya. Setiap
budaya memiliki ekspresi artistik dan praktik kultural unik. Atas keanekaragaman kebudayaan dan
kreativitasnya, produk kesenian merepresentasikan bentuk-bentuk kontemporer dan tradisional dari
kreativitas manusia yang secara unik berperan pada kemuliaan, warisan, keindahan dan integritas
peradaban manusia.
Kesadaran dan pengetahuan tentang praktik budaya dan bentuk seni memperkuat jati diri dan
nilai pribadi dan kolektif, dan berperan dalam melindungi dan menggalakkan keberagaman budaya. Arts
Education menumbuhkan kesadaran budaya juga memajukan praktik kebudayaan, dan merupakan sarana
untuk mewariskan pengetahuan dan penghargaan atas kesenian dan kebudayaan dari satu generasi ke
generasi lainnya.

2 UNESCO, 2005, EFA Global Monitoring Report 2006, UNESCO, Paris, p. 58.
3 UNESCO, 2004, EFA Global Monitoring Report 2005, UNESCO, Paris, p. 30.
4 Dakar Framework for Action, 2000, http://www.unesco.org/education/efa/ed_for_all/framework.shtml
6
Di banyak negara, aspek budaya yang nyata dan tak nyata tengah hilang karena tidak dihargai di
dalam sistem pendidikan atau tidak disampaikan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, jelas bahwa
sistem pendidikan perlu memadukan dan menyebarkan pengetahuan dan ekspresi budaya. Hal ini dapat
dicapai melalui Arts Education, di dalam sistem pendidikan formal dan juga non-formal.
Beberapa Main Lines of Action (Jalur Utama Aksi) atas implementasi Universal Declaration on
Cultural Diversity (Deklarasi Sedunia tentang Keberagaman Budaya) UNESCO, yang disetujui
oleh Member States (Negara Anggota) pada 2001, menyoroti hal ini, termasuk:
Aksi Baris 6: Mendorong keberagaman bahasa —sembari menghormati bahasa ibu—dalam semua
level pendidikan, di mana pun itu, dan menumbuhkan pembelajaran dari beberapa bahasa sejak usia dini.
Aksi Baris 7: Menggalakkan dukungan melalui pendidikan akan kesadaran tentang nilai positif
dari keberagaman budaya dan meningkatkan di dalam rancangan kurikulum dan pendidikan keguruan.
Aksi Baris 8: Menggabungkan, jika sesuai, pedagogi tradisional ke dalam proses pendidikan
dengan tujuan untuk memelihara dan memanfaatkan sepenuhnya metode tepat yang kultural atas
pengomunikasian dan penyebaran pengetahuan.

Konsep-Konsep terkait Arts Education


1. Bidang Disiplin Kesenian
Semua orang dalam budaya apapun selalu, dan akan selalu, mencari jawaban dari pertanyaan yang
berhubungan dengan eksistensinya. Setiap budaya mengembangkan makna melalui wawasan yang
diperoleh melalui pencarian mengenai pemahaman yang dibagikan dan dikomunikasikan. Elemen dasar
dari komunikasi adalah kata, pergerakan, sentuhan, suara, ritma dan gambar. Dalam banyak budaya,
ekspresi yang menyampaikan wawasan dan membuka ruang untuk merefleksikan pikiran orang disebut
“seni”. Sepanjang sejarah yang telah diukir dengan beragam tipe dari pengekspresian seni. Sangat penting

7
untuk mengakui fakta bahwa meskipun istilah seperti “menari”, “musik”, “drama” dan “puisi” digunakan
di seluruh dunia, setiap budaya memiliki makna tersendiri untuk kata-kata tersebut.
Oleh karena itu, setiap bidang seni seharusnya dilihat sebagai pengelompokan pragmatis, yang
pernah berkembang dan tidak pernah terpisah dari yang lain. Daftar lengkapnya tidak dapat ditemukan
disini, tetapi daftar sementara bisa saja terdapat pertunjukan seni (menari, drama, musik, dan lainnya),
sastra dan puisi, kerajinan, desain, seni digital, dongeng, pusaka, seni visual dan film, media dan
fotografi.
Seni seharusnya diperkenalkan secara bertahap kepada pelajar melalui praktek dan pengalaman
artistik dan mempertahankan nilai yang bukan hanya hasil dari proses, tetapi proses itu sendiri. Selain itu,
karena banyak bentuk seni yang tidak terbatas pada satu pelajaran saja, aspek interdisiplin dari seni, dan
kesamaan antara mereka, harus diberi penekanan lebih.
2. Pendekatan Pendidikan Seni
Imajinasi, kreativitas dan inovasi hadir dalam diri setiap manusia dan dapat dipelihara dan diterapkan.
Terdapat kaitan yang kuat antara ketiga proses inti. Seperti yang ditekankan oleh Sir Ken Robinson,
imajinasi merupakan ciri khas dari kecerdasan manusia, kreativitas adalah penerapan dari imajinasi dan
inovasi melengkapi prosesnya dengan memanfaatkan keadaan penting saat penerapan sebuah ide.
Pendekatan apapun terhadap pendidikan seni harus menggunakan budaya dari daerah asal pelajar
sebagai titik permulaan. Membangun rasa percaya diri dan penghargaan terhadap budaya sendiri
merupakan titik awal yang baik untuk menjelajahi dan kemudian menghargai dan mengapresiasi budaya
lainnya. Inti dari ini adalah mengakui evolusi abadi dari budaya dan nilainya baik dalam konteks sejarah
maupun modern.
Konten dan struktur pendidikan seharusnya tidak hanya mencerminkan karakteristik dari setiap
bentuk seni tetapi juga menyediakan makna artistik untuk mempraktikkan komunikasi dan untuk
berinteraksi dalam beragam konteks budaya, sosial dan sejarah.
Dalam hal ini, ada 2 pendekatan utama untuk Pendidikan Seni (yang dapat dilaksanakan dalam
waktu yang bersamaan dan tidak perlu berbeda). Seni dapat (1) diajarkan sebagai mata pelajaran
individual, melalui pengajaran dari beragam mata pelajaran seni, sehingga mengembangkan keterampilan
artistik, sensitivitas, dan apresiasi siswa terhadap seni, (2) dilihat sebagai metode pengajaran dan
pembelajaran dimana dimensi artistik dan budaya dimasukkan dalam semua mata pelajaran suatu
kurikulum.
Pendekatan Seni dalam Pendidikan (AiE), memanfaatkan seni (dan praktek dan tradisi budaya
yang berkaitan dengan seni tersebut) sebagai sarana dalam mengajarkan kurikulum pelajaran umum dan
sebagai cara untuk memperdalam pemahaman dari pelajaran tersebut; misalnya, menggunakan warna,
bentuk dan objek yang berasal dari seni visual dan arsitektur untuk diajarkan dalam pelajaran seperti

8
fisika, biologi dan geometri; atau memperkenalkan drama atau musik sebagai metode untuk mengajarkan
bahasa. Berdasarkan teori dari “kecerdasan ganda”, pendekatan AiE bertujuan untuk memperpanjang
keuntungan Pendidikan Seni untuk semua siswa dan mata pelajaran. Pendekatan ini juga bertujuan untuk
mengkontekstualisasikan teori melalui penerapan praktik pembelajaran artistik. Agar efektif, pendekatan
interdisiplin ini memerlukan perubahan dalam metode pengajaran dan pelatihan guru.
3. Dimensi Pendidikan Seni
Pendidikan Seni terstruktur melalui 3 aliran pedagogis komplementer, yakni:
● Studi karya artistik
● Kontak langsung dengan karya seni (seperti konser, pameran, buku dan film)
● Ikut dalam praktek seni
Jadi, terdapat 3 dimensi Pendidikan Seni (1) siswa mendapatkan pengetahuan saat berinteraksi dengan
objek atau pekerja seni, dengan seniman dan dengan gurunya; (2) siswa mendapatkan pengetahuan
melalui praktek seninya sendiri; dan (3) siswa mendapatkan pengetahuan melalui penelitian dan studi
(dari bentuk seni, dan hubungan seni dengan sejarah).

9
Strategi Mendasar akan Keefektifan Pendidikan Seni
Pendidikan Seni yang berkualitas tinggi memerlukan guru profesional yang sangat terampil, serta guru
generalis. Hal ini juga diperkuat oleh kerjasama yang sukses antara hal ini dan seniman yang sangat
terampil.
Dalam kerangka kerja ini, setidaknya ada 2 tujuan utama yang harus ditangani, yaitu:
● Memberikan akses kepada para guru, seniman dan lainnya terhadap materi-materi dan pendidikan
yang mereka butuhkan untuk melakukan hal ini. Pembelajaran kreatif membutuhkan pengajaran
kreatif.
● Mendorong kerjasama kreatif pada semua level antara kementerian, sekolah dan guru dan
seniman, organisasi keilmuan dan komunitas.
Kerjasama yang sukses tergantung pada kepercayaan satu sama lain terhadap tujuan bersama
yang ingin dicapai, dan menghargai terhadap kompetensi satu sama lain. Dalam rangka memberikan dasar
untuk kolaborasi di masa depan antara pengajar dan seniman, kompetensi dengan pengajar dan seniman
dalam profesi mereka perlu mencakup wawasan terhadap bidang keahlian lainnya – termasuk minat
bersama dalam pedagogi.
Program pendidikan untuk guru dan seniman perlu direvisi untuk melengkapi guru dan seniman
dengan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk berbagi tanggung jawab dalam
memfasilitasi pelajaran, dan dapat mengambil keuntungan penuh dari hasil kerjasama lintas profesional.
Untuk mendukung kerjasama semacam itu memerlukan pengaturan spesifik yang mewakili tantangan
baru dalam masyarakat umum.
Jadi, terdapat 2 strategi utama yang penting untuk mencapai Pendidikan Seni yang efektif: berkaitan dan
pendidikan efektif dari guru dan seniman, dan pengembangan kerjasama antara pendidikan dan sistem
budaya dan pemeran.
1. Jenjang Pendidikan Guru dan Seniman
Hal ini berhubungan dengan pengalaman dan sudut pandang guru dari yang seringkali sangat berbeda
dari guru mata pelajaran umum, guru seni, dan seniman tentang proses pendidikan dan budaya dan

10
prakteknya. Pendidikan yang lebih efektif dari para pemeran di Pendidikan Seni, secara umum
didefinisikan karena sangat penting.
● Pendidikan Guru Mata Pelajaran Umum
Dalam keadaan terbaik, guru (serta administrasi sekolah) seharusnya sensitif terhadap nilai dan
kualitas seniman dan memiliki apresiasi untuk seni. Guru juga harus dilengkapi kemampuan
untuk memungkinkan mereka bekerjasama dengan seniman dalam lingkungan pendidikan. Hal ini
akan memungkinkan mereka mencapai potensi pribadi mereka sendiri serta menggunakan seni
dalam mengajar. Hal ini juga dapat memastikan bahwa mereka memiliki beberapa pengetahuan
tentang bagaimana cara menghasilkan atau menampilkan karya seni; kemampuan untuk
menganalisis, menafsirkan, dan mengevaluasi karya seni; dan pengapresiasian terhadap karya
seni dari periode dan budaya lain.
Dengan mempertimbangkan fakta bahwa seni dapat membantu mempelajari area-area yang
secara tradisional dianggap sebagai kurikulum umum, guru sekolah dasar, terutama, sering
menggunakan pendekatan AiE pada Pendidikan Seni. Misalnya, lagu dapat digunakan untuk
menghafal kata kunci dalam bahasa, penjelasan dalam ilmu pengetahuan dan studi sosial atau
beberapa konsep atau formula matematika. Mengintegrasi seni dalam pembelajaran lain,
khususnya di tingkat dasar mungkin salah satu cara untuk menghindari kurikulum yang
berlebihan yang mungkin beberapa sekolah alami. Bagaimanapun, integrasi ini mungkin tidak
efektif apabila tidak ada pembelajaran seni spesifik secara spesifik.
● Pendidikan untuk Guru Seni
Pengajaran seni harus lebih jauh dari sekedar mengajarkan keterampilan, praktek, dan bagian dari
pengetahuan. Untuk itu, selain kompetensi studio, program Pendidikan Seni seharusnya bergerak
menuju persiapan guru yang lebih luas. Guru seni seharusnya didorong untuk menambah
keterampilan seniman lain, termasuk mereka yang berasal dari pelajaran lainnya, sementara juga
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk bekerjasama dengan seniman dan guru dari
mata pelajaran lain dalam lingkungan pendidikan.
Program pendidikan guru seni yang diartikulasikan sepenuhnya dapat mendorong
perkembangan pengetahuan dan keterampilan dalam:
- Satu atau lebih pelajaran seni
- Interdisiplin ekspresi seni
- Metodologi dalam pengajaran seni
- Metodologi untuk pengajaran interdisiplin dalam atau melalui seni
- Desain kurikulum
- Penilaian dan evaluasi yang sesuai untuk pendidikan seni

11
- Pendidikan seni formal (berbasis sekolah)
- Pendidikan seni informal (berbasis komunitas)
Lebih lanjut, sekolah yang baik saja tidak akan pernah cukup baik. Seperti yang dibahas di
bawah, Pendidikan Seni dapat sering ditingkatkan oleh kemitraan dengan individu dan organisasi
masyarakat luas. Aktivitas seperti mengunjungi museum dan galeri seni atau menghadiri
pertunjukan langsung, program Artists in School (AIS), dan pendidikan lingkungan melalui
Pendidikan Seni, merupakan kesempatan pendidikan berharga untuk para guru dan siswa dalam
konteks pembelajaran.
Terdapat pula kebutuhan untuk fokus pada kegunaan teknologi baru dalam penciptaan seni,
musik elektronik dan media baru, serta pembelajaran online dalam kaitannya dengan persiapan
guru untuk Pendidikan Seni. Penggunaan teknologi baru telah memperluas peran Pendidikan Seni
dan menyediakan peran baru untuk guru seni pada abad ke-21. Teknologi baru ini dapat
menyediakan platform penting untuk kerjasama antara para guru seni dan antara guru seni,
seniman, ilmuwan dan pendidik lainnya.
Seni komputer, misalnya, telah diterima sebagai bentuk seni, sebagai bentuk produksi seni
yang sah, dan sebagai metode dalam pengajaran seni. Meskipun demikian, seni komputer tidak
secara luas diajarkan di sekolah. Hal ini karena saat guru seni rupa, misalnya, yang sangat
termotivasi untuk mengajarkan seni komputer di kelas mereka, mereka sering kekurangan
pengalaman, pelatihan pedagogis, dan sumber daya.
Para pengajar di tingkat sekolah menengah dapat memberikan tugas yang memerlukan
kerjasama antara pelajaran khusus lainnya. Misalnya, bidang bisnis dan teknologi mungkin
disertakan dalam aspek komersial seni, atau siswa mungkin diberikan proyek yang
menghubungkan seni dengan pelajaran sejarah dan sosial. Pendekatan ini memerlukan
pemahaman tentang nilai dari Pendidikan Seni pada bagian guru dari bidang mata pelajaran
lainnya.
Akhirnya, hal ini penting, setidaknya pada tingkat lokal dan mungkin nasional, untuk
membangun pedoman dan standar untuk persiapan guru seni dalam pendidikan pra-pelayanan.
Berbagai standar telah dikembangkan dan bisa berfungsi sebagai kerangka referensi untuk setiap
upaya negara dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program
Pendidikan Seni mereka sendiri (Lihat Studi Kasus di Annex)
● Pendidikan untuk Seniman
Seniman dari setiap pelajaran, serta kebudayaan profesional, seharusnya juga diberikan
keuntungan untuk meningkatkan kemampuan pedagogis mereka dan mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan baik untuk kerjasama dengan pendidik di sekolah dan pusat

12
pendidik dan, lebih langsung, untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan pelajar.
Kegiatan bersama dan proyek antara seniman dalam pelatihan dan guru dalam pelatihan bisa juga
membantu memastikan kolaborasi di masa depan (Lihat Studi Kasus di Annex).
Seperti halnya pengembangan kemitraan antara institusi kebudayaan dan pendidikan dan
perspektif, peningkatan pendidikan dari semua yang tergabung dalam Pendidikan Seni menjadi
lumpuh karena kurangnya sumber daya finansial dan khususnya di lingkungan non-perkotaan,
sumber kebudayaan seperti perpustakaan, teater dan museum.
2. Kemitraan
Meskipun kreativitas berada di tingkat paling tinggi pada kebanyakan dokumen kebijakan, muncul
kekurangan pengakuan fundamental terhadap pentingnya kualitas pendidikan sebagai sarana utama dalam
memfasilitasi kreativitas. Implementasi program Pendidikan Seni tidak mahal ataupun sulit untuk
diterapkan apabila filosofi dibalik itu terletak pada kemitraan.
Dengan dasar pemikiran ini, tanggungjawab bersama untuk Pendidikan Seni dalam kementerian
bertanggungjawab untuk kebudayaan dan/atau pendidikan dan antara beragam mekanisme yang
melindungi implementasi dan evaluasi program Pendidikan Seni yang dibutuhkan; jelas disadari setiap
wujud kontribusi terhadap proses. Penciptaan sinergi antara seni dan pendidikan dalam dukungan
terhadap pembelajaran kreatif dapat dicapai dengan baik melalui beberapa jenis kemitraan sebagai
berikut.
● Tingkat Kementerian atau Tingkat Kota Madya
Kemitraan mungkin ada diantara kesatuan terpisah dari Kementerian Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset dalam membentuk kebijakan gabungan
dan anggaran untuk proyek kelas yang berlangsung didalam atau diluar jam sekolah (kulikuler
dan ekstrakulikuler). Seni dan pendidikan juga mungkin disatukan pada tingkat kebijakan antara
Kementerian Kebudayaan dan Kebudayaan dan kota (yang sering disatukan untuk bertanggung
jawab baik untuk institusi pendidikan dan kebudayaan) untuk menghubungkan sistem pendidikan
dan dunia kebudayaan, melalui penerapan proyek kolaborasi antara lembaga budaya dan sekolah.
Kemitraan ini bertujuan untuk menempatkan seni dan budaya di pusat pendidikan daripada di
batas kurikulum (Lihat Studi Kasus di Annex).
● Tingkat Sekolah
Di seluruh dunia, kebanyakan kota, kota kecil dan desa memiliki semacam fasilitas budaya. Di
lingkungan saat ini telah diakui bahwa proses pembelajaran tidak lagi terbatas hanya untuk
sekolah. Kemungkinan baru pedagogis telah dihasilkan dari perkembangan kemitraan antara
institusi sekolah dan budaya. Di beberapa negara, terdapat kolaborasi yang telah terjalin lama
antara institusi tersebut; bagaimanapun, tingkat dan efektifitas dari kemitraan ini sangat beragam.

13
Dukungan dan komitmen berkelanjutan oleh kedua institusi kebudayaan dan sekolah sangat
penting untuk dipastikan kesuksesan kerjasamanya. Kedekatan kemitraan telah membawa
program inovatif, terutama dalam bentuk kunjungan institusi budaya. Kunjungan seperti itu
memberikan banyak informasi bagi siswa, pertemuan dan kesempatan artistik untuk dilihat dan
diserap dalam proses kesenian, dan juga menyediakan potensi besar untuk praktik pengajaran
terpadu. Pada pendidikan dasar–di mana anak-anak kecil menanggapi dengan aktif pembelajaran
visual-kerjasama aktif antara institusi dapat menyediakan kesempatan untuk metode pengajaran
yang diperkaya.
● Tingkat Guru
Kemitraan yang efektif juga bermanfaat untuk guru. Dengan mengundang seniman, dengan
pengalaman mereka dan keahlian dalam pergerakan, kata-kata, suara dan ritma, gambar, untuk
mengembangkan sebuah proyek, pada sebuah kemitraan dasar, di sekolah dan program
ekstrakurikuler, guru bisa memperoleh manfaat dari pengalaman baru yang dapat memperkaya
metode pengajaran mereka. Pada proyek sekolah mungkin terlibat kerjasama antara seniman,
guru dan sekolah, dan didesain agar cocok dengan usia peserta, metode pembelajaran dan durasi
kegiatan didalam kelas.
Dalam beberapa kasus, institusi budaya menyediakan sumber pendidikan online untuk guru,
guru seni, keluarga dan siswa (Lihat Studi Kasus di Annex).
Ada banyak tantangan untuk pengembangan kemitraan tersebut. Anggaran untuk apapun
yang berkaitan dengan Pendidikan Seni, jika mereka ada, dapat terpusat pada satu kementerian
atau departemen dengan sedikit kesempatan (atau kesediaan) untuk membagikannya kepada
orang lain. Birokrasi pemerintah, di semua tingkat, terkadang memiliki perspektif sempit dengan
sedikit motivasi untuk bekerjasama. Dan, tentu saja, ada perbedaan pada individu dan struktur
“budaya” antara bidang pendidikan dan budaya.

14
Penelitian Arts Education, dan Berbagi Pengetahuan
Membangun kapasitas kreatif dan kesadaran budaya pada abad ke 21 melalui Pendidikan Seni
memerlukan pengambilan keputusan yang valid. Bagi pengambil keputusan agar menerima dan
mendukung implementasi dari Pendidikan Seni dan Seni dalam Pendidikan, hal ini sangat penting untuk
memberikan bukti tentang keefektifannya.
Dapat dikatakan bahwa kreativitas yang digambarkan melalui seni adalah sumber daya paling
seimbang di dunia. Akan tetapi, riset menunjukkan bahwa sistem pendidikan tertentu dapat mengekang
kreatifitas sementara orang lain dapat mendukungnya. Asumsinya adalah Pendidikan Seni adalah salah
satu media terbaik dalam memelihara kreativitas (saat metode pengajaran dan pembelajaran
mendukungnya), tetapi mekanisme untuk ini tidak didokumentasikan dengan baik dan karena itu
argumennya tidak diterima dengan baik oleh pembuat kebijakan. Untuk itu, dibutuhkan penelitian lebih
lanjut untuk area ini.
Meskipun telah ada beberapa penelitian dalam Pendidikan Seni sebagai bidang pendidikan, dan
bukti yang mendukung manfaat dari penggabungan seni ke pendidikan yang ada, di banyak negara bukti
ini termasuk langka, belum valid dan sulit di akses.
Sementara ada banyak kasus keberhasilan dalam desain dan implementasi program pendidikan
seni, mereka sering gagal menyampaikan asumsi teoritis mereka atau gagal mendokumentasikan hasil
mereka secara baik. Oleh karena itu, ada beberapa studi kasus praktik terbaik yang dapat digunakan untuk
mendukung proses advokasi. Kurangnya informasi yang ada dianggap sebagai kemunduran besar dalam
peningkatan praktek, mempengaruhi pembuatan kebijakan, dan menggabungkan seni dalam sistem
pendidikan.
Seperti yang dibicarakan, dasar kegiatan pembelajaran dalam Pendidikan Seni termasuk
penciptaan karya seni, serta mencerminkan apresiasi, observasi, interpretasi, kritik dan falsafah tentang
seni kreatif. Karakteristik dasar dari pengajaran dan pembelajaran ini dalam Pendidikan Seni memiliki
implikasi penting dalam metode penelitian pada seni. Para peneliti dalam Pendidikan Seni harus melihat,
berpikir, dan mengamati baik dari sebuah perspektif kesenian dan pedagogis.
Penelitian semacam itu dapat dilakukan di tingkat global, nasional, dan institusi, atau dasar
kedisiplinan, dan seharusnya fokus pada area seperti:
● Deskripsi dasar dan jangkauan dari program Pendidikan Seni terkini.
● Hubungan antara Pendidikan Seni dan kreativitas
● Hubungan antara Pendidikan Seni dan kemampuan bersosial/kewarganegaraan
aktif/pemberdayaan.
● Evaluasi dari program dan metode Pendidikan Seni, khususnya nilai yang mereka tambahkan
dalam hal hasil sosial dan individual.

15
● Keragaman metode dalam penyampaian Pendidikan Seni.
● Efektivitas dari kebijakan Pendidikan Seni.
● Dasar dan pengaruh kemitraan antara pendidikan dan budaya dalam implementasi Pendidikan
Seni.
● Pengembangan dan penggunaan standar pendidikan guru.
● Penilaian terhadap Pendidikan Seni siswa (mengevaluasi praktek terbaik dalam teknik penilaian)
● Pengaruh industri budaya (seperti televisi dan film) pada anak-anak dan pelajar lainnya dalam hal
pendidikan mereka dalam seni, dan metode untuk memastikan bahwa industri budaya
menyediakan warga dengan jenis Pendidikan Seni yang bertanggung jawab.
Penerapan penelitian Pendidikan Seni seharusnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
● Membuat agenda penelitian seni dan mencari dana untuk mendukungnya.
● Mengatur seminar untuk penelitian Pendidikan Seni agar dapat mendukung upaya penelitian.
● Mengadakan survei tentang minat penelitian di kalangan pendidik seni.
● Mendukung kerjasama interdisiplin pada metodologi penelitian untuk Pendidikan Seni.
Akhirnya, dan lebih khusus, penelitian tentang Pendidikan Seni dapat diambil alih oleh
universitas dan institusi lain dengan berkolaborasi dengan clearinghouse (atau observatorium) yang
mengumpulkan, menganalisis, mengemas kembali dan menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang
Pendidikan Seni. Clearinghouse merupakan sumber data terpercaya untuk advokasi dan lobi. Sebuah
clearinghouse dapat mengumpulkan informasi tentang area menarik secara khusus (misalnya pertunjukan
pendidikan seni), atau dapat mengetahui ukuran geografis (misalnya, pendidikan seni di India).

16
Simpulan
Membangun kapasitas kreatif dan kesadaran budaya pada abad ke 21 memang merupakan tugas yang
sulit dan penting, tetapi satu hal yang tidak bisa dihindari. Semua kekuatan masyarakat harus terlibat
dalam usaha untuk memastikan bahwa generasi baru abad ini mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan dan, mungkin bahkan lebih penting lagi, nilai-nilai dan sikap, prinsip-prinsip etika dan
petunjuk moral untuk menjadi warga dunia yang bertanggung jawab dan menjamin masa depan yang
berkelanjutan.
Pendidikan universal, dengan kualitas yang baik, sangat penting. Bagaimanapun, pendidikan ini
hanya dapat berkualitas baik jika, melalui Pendidikan Seni, hal ini mendukung wawasan dan perspektif,
kreativitas dan inisiatif, dan refleksi kritis dan kapasitas pekerjaan yang sangat penting bagi kehidupan di
abad baru.
Diharapkan bahwa peta petunjuk ini dapat digunakan sebagai pola, seperangkat pedoman untuk
pengenalan dan pemberian dukungan terhadap Pendidikan Seni; untuk diadaptasi–diubah dan diperluas
seperlunya–untuk memenuhi konteks spesifik bangsa dan masyarakat di seluruh dunia.

Rekomendasi
Peserta Konferensi Dunia UNESCO untuk Pendidikan Seni, telah mengesahkan pernyataan yang
diuraikan pada konferensi persiapan regional dan internasional yang diadakan selama tahun 2005 di
Australia (September), Colombia (November), Lithuania (September), Korea (November) dan Trinidad
dan Tobago (Juni), dan rekomendasi tersebut yang diuraikan saat pertemuan diskusi kelompok negara-

17
negara Afrika dan Arab yang dilaksanakan pada Konferensi Dunia untuk Pendidikan Seni (Lisbon, 6
sampai 9 Maret 2006) menegaskan kembali pertimbangan-pertimbangan berikut:
● Memperhatikan bahwa pengembangan, melalui Pendidikan Seni, pada perasaan kesenian,
kreativitas dan kemampuan berpikir kritis dan refleksi yang melekat pada kondisi manusia adalah
hak dari setiap anak dan pemuda;
● Mempertimbangkan bahwa kesadaran yang tinggi harus dimiliki di kalangan anak-anak dan
pemuda pada lingkungan alami dan budaya mereka, dan akses bagi semua orang untuk barang,
layanan dan praktik budaya harus berada pada objek di sistem pendidikan dan budaya;
● Mengetahui peran Pendidikan Seni dalam mempersiapkan penonton dan sektor publik lain untuk
menghargai manifestasi kesenian;
● Memahami tantangan terhadap keanekaragaman budaya yang ditimbulkan oleh globalisasi dan
peningkatan yang diperlukan untuk imajinasi, kreativitas dan kolaborasi sebagai masyarakat
sosial menjadi berpengetahuan;
● Mengakui bahwa di tengah masyarakat, budaya tradisional telah dan sering menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari dan memegang kunci penting dalam transmisi budaya dan dalam
transformasi komunitas dan individual;
● Memperhatikan kebutuhan penting dari pemuda agar memiliki ruang untuk kegiatan kesenian,
seperti pusat komunitas budaya dan museum seni;
● Memperhatikan bahwa diantara banyaknya tantangan pada abad ke 21 yang paling penting adalah
meningkatkan kebutuhan kreativitas dan imajinasi dalam masyarakat multikultural – yang
Pendidikan Seni dapat diatasi secara efektif;
● Menyadari bahwa masyarakat dewasa ini perlu mengembangkan strategi pendidikan dan budaya
dan kebijakan yang mengirimkan dan mempertahankan nilai budaya dan kesenian dan identitas
untuk mendukung dan meningkatkan keanekaragaman budaya dan mengembangkan masyarakat
yang damai, makmur, dan berkelanjutan;
● Mempertimbangkan sifat multi-budaya dari sebagian besar negara di dunia, dimana pertemuan
budaya ditampilkan, menghasilkan kombinasi unik dari komunitas, nasionalitas dan bahasa;
bahwa kompleksitas budaya telah menghasilkan energi kreatif dan menghasilkan perspektif dan
praktik dalam pendidikan yang lebih spesifik bagi bangsa-bangsa; dan pusaka budaya yang kaya
ini, baik yang nyata maupun tidak, berada dalam ancaman dari sosial-budaya, ekonomi dan
perubahan lingkungan yang banyak dan kompleks;
● Mengakui nilai dan penerapan seni dalam proses pembelajaran dan perannya dalam membangun
keterampilan kognitif dan sosial, mendukung pemikiran inovatif dan kreativitas, dan mendorong
perilaku dan nilai yang mendasari toleransi dan perayaan keanekaragaman;

18
● Menyadari bahwa Pendidikan Seni membawa peningkatan dalam pembelajaran dan
pengembangan keterampilan melalui penekanannya pada struktur yang fleksibel (seperti waktu,
disiplin dan peran yang berkaitan), berkaitan dengan pelajar (berhubungan dengan kehidupan
anak dan lingkungan sosial dan budayanya), dan kerjasama antara sistem pengajaran formal
maupun non formal dan sumber daya;
● Mengenali konvergensi antara konsepsi seni tradisional dalam masyarakat dan lebih banyak
pemahaman bahwa pembelajaran melalui seni dapat menuntun untuk meningkatkan
perkembangan pembelajaran dan keterampilan;
● Memahami bahwa Pendidikan Seni, dengan menanamkan berbagai keterampilan dan
kemampuan lintas batas dan meningkatkan motivasi siswa dan berpartisipasi aktif dalam kelas,
dapat meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga berkontribusi untuk mencapai salah satu dari
enam tujuan Pendidikan untuk Semua (EFA) Konferensi Dakar Dunia tentang Pendidikan untuk
Semua (2000);
● Mempertimbangkan bahwa Pendidikan Seni memainkan peranan penting pada terapi anak-anak
disabilitas, dan dalam konteks pasca bencana dan pasca konflik;
● Mengakui bahwa Pendidikan Seni, seperti semua jenis pendidikan, haruslah bermutu tinggi agar
efektif;
● Dengan pertimbangan bahwa Pendidikan Seni, sebagai bentuk etika dan konstruksi sipil,
merupakan alatt dasar bagi integrasi sosial dan dapat membantu mengatasi isu-isu penting yang
dihadapi masyarakat, termasuk kejahatan dan kekerasan, buta huruf, ketidaksetaraan gender
(termasuk penghargaan dibawah pria), penganiayaan dan penelantaran anak, korupsi politik, dan
pengangguran.
● Mengamati perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) di semua area masyarakat
dan ekonomi, dan potensi yang dimiliki untuk Pendidikan Seni;
Bagaimanapun, sejumlah tantangan yang ada telah diketahui, yang ditegaskan kembali sebagai
berikut:
● Menyadari bahwa, di banyak negara, kebijakan pendidikan kurang menghargai Pendidikan Seni,
yang tercermin dalam isolasi dan devaluasi dalam bidang pengetahuan ini;
● Mengamati bahwa sistem budaya dan pendidikan dan kekhawatiran sering kali disosialisasikan,
dengan 2 agenda berbeda yang sering berpindah secara paralel atau bahkan berlawanan arah;
● Mengingat bahwa tidak ada cukup program pelatihan guru spesialis di bidan Pendidikan Seni dan
program pendidikan guru umum tidak memadai dalam mendukung peran seni dalam pelajaran
dan pembelajaran;

19
● Mengamati bahwa seniman dan partisipasi mereka dalam proses Pendidikan Seni tidak cukup
diakui;
● Menyadari bahwa ada suatu bidang pengalaman dalam Pendidikan Seni yang tidak diteliti
maupun tersistemasi; dan
● Mengakui bahwa dana untuk Pendidikan Seni tidak ada atau tidak cukup untuk menutupi
kebutuhan harian dan perkembangan;
Rekomendasi dibawah ini telah disusun berdasarkan persiapan konferensi di atas dan dari pertemuan
kelompok regional.
1. Rekomendasi bagi Pendidik, Orang Tua, Seniman, dan Kepala Sekolah serta
Pelatihan Institusi
Advokasi, Dukungan dan Pendidikan
● Meningkatkan kesadaran publik dan mendukung nilai dan dampak sosial dari Pendidikan Seni,
menciptakan permintaan terhadap Pendidikan Seni dan pendidik seni yang terampil;
● Menyediakan kepemimpinan, dukungan dan bantuan dalam pengajaran dan pembelajaran dalam
dan melalui seni;
● Mendukung partisipasi aktif dalam, dan akses untuk, seni untuk semua anak-anak, sebagai
komponen pendidikan;
● Mendorong penggunaan lokal, kontekstualisasi manusia dan sumber daya materi sebagai
penyedia dan kualitas kontek pendidikan;
● Menyediakan sumber daya dan materi pembelajaran untuk membantu pendidik untuk
mengembangkan, memanfaatkan dan membagikan pedagogi seni yang baru;
● Menyediakan bantuan untuk memungkinkan praktisi Pendidikan Seni memanfaatkan
pengembangan teknologi yang akan memungkinkan Pendidikan Seni untuk mencapai kelompok-
kelompok tertentu, dan memfasilitasi pembuatan produk pengetahuan dan berbagi pengetahuan;
● Mendukung pengembangan profesionalisme guru, seniman dan pekerja lain, agar dapat
berkembang secara profesional rasa penghargaan terhadap keanekaragaman budaya dan
memungkinkan mereka untuk mengembangkan potensi siswa untuk menciptakan, mengkritik dan
berinovasi;
● Mendorong dan mendukung perkembangan praktik seni melalui media digital;
● Tetapkan, jika tidak ada, pusat budaya dan ruang Pendidikan Seni serta fasilitas lainnya untuk
masa muda;

Kemitraan dan Kerjasama

20
● Mendorong kemitraan yang aktif dan berkelanjutan antara konteks pendidikan (formal dan non-
formal) dan masyarakat luas;
● Memfasilitasi peserta dalam konteks pembelajaran oleh praktisi seni lokal dan dimasukkannya
bentuk seni lokal dan teknik dalam proses pembelajaran agar memperkuat budaya dan identitas
lokal;
● Memfasilitasi kerja sama antara sekolah dan orang tua, organisasi masyarakat dan institusi, dan
memobilisasi sumber daya lokal dalam masyarakat untuk mengembangkan program Pendidikan
Seni, sehingga memungkinkan masyarakat berbagi nilai budaya dan bentuk seni lokal;
Implementasi, Evaluasi dan Berbagi Pengetahuan
● Implementasi dan evaluasi proyek kerjasama komunitas sekolah yang berbasiskan prinsip
kerjasama, integrasi dan relevansi;
● Mendorong dokumentasi efektif dan berbagi pengetahuan antar guru;
● Berbagi informasi dan bukti dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat,
media, LSM dan sektor swasta;
2. Rekomendasi bagi Kementerian Pemerintah dan Pembuat Kebijakan
Pengakuan
● Menyadari peranan Pendidikan Seni dalam mempersiapkan penonton dan sektor publik berbeda
untuk menghargai manifestasi kesenian;
● Mengakui pentingnya mengembangkan kebijakan Pendidikan Seni yang mengartikulasikan
hubungan antara masyarakat, pendidikan dan institusi sosial dan dunia kerja;
● Mengakui nilai kesuksesan praktek dan proyek Pendidikan Seni yang dikembangkan secara lokal
dan secara budaya. Mengakui bahwa proyek masa depan seharusnya meniru praktek
implementasi yang dilaksanakan sejauh ini;
● Memberikan prioritas untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan pengenalan lebih
dalam diantara kontribusi publik yang dibuat oleh Pendidikan Seni untuk individual dan
masyarakat;
Perkembangan Kebijakan
● Menerjemahkan pemahaman tentang pentingnya Pendidikan Seni ke dalam komitmen sumber
daya yang cukup untuk menerjemahkan prinsip ke dalam tindakan, sehingga menciptakan
kesadaran yang besar terhadap keuntungan seni dan kreativitas untuk semua dan mendukung
implementasi terhadap visi baru seni dan pembelajaran;
● Mendesain kebijakan untuk penelitian nasional dan regional di area Pendidikan Seni, spesifikasi
perincian budaya serta populasi yang rentan;

21
● Mendorong perkembangan strategi untuk implementasi dan pemantauan, untuk memastikan
kualitas Pendidikan Seni;
● Memberikan tempat permanen bagi Pendidikan Seni dalam kurikulum pendidikan, didanai
dengan tepat, dan dikelola oleh guru yang berkualitas dan memiliki keterampilan;
● Pertimbangan ketika membuat keputusan pendanaan dan program dan mengungkapkan penilaian
norma baru terhadap dampak Pendidikan Seni (karena hal itu dapat ditunjukkan bahwa
Pendidikan Seni dapat berkontribusi dalam peningkatan pertunjukan siswa di area seperti melek
huruf dan numeral, serta menyediakan keuntungan manusia dan masyarakat;
● Menjamin kelangsungan yang melampaui program pemerintah di negara pembuat kebijakan
Pendidikan Seni;
● Menerapkan kebijakan regional dalam hal Pendidikan Seni untuk semua negara di suatu wilayah
(misalnya Afrika Serikat);
● Menyertakan Pendidikan Seni dalam piagam kebudayaan yang diterima oleh semua negara
anggota;
Pendidikan, Implementasi dan Dukungan
● Membuat pendidikan profesional untuk seniman dan guru untuk meningkatkan kualitas
penyaluran Pendidikan Seni dan, dimana mereka tidak ada, mengatur departemen pendidikan seni
di universitas;
● Membuat pendidikan guru seni menjadi prioritas baru dalam sistem pendidikan, memungkinkan
mereka untuk berkontribusi lebih efektif dalam proses pembelajaran dan pengembangan budaya,
dan membuat sensivitas pada seni bagian dari pelatihan semua guru dan pendidikan aktor;
● Membuat guru dan seniman terlatih tersedia di institusi pendidikan dan pendidikan non-formal
sehingga memungkinkan dan mendorong pertumbuhan Pendidikan Seni;
● Penerapan seni melalui kurikulum sekolah serta pendidikan non-formal;
● Membuat Pendidikan Seni tersedia didalam dan diluar sekolah untuk semua individu, apapun
kemampuan, kebutuhan dan sosial, fisikal, mental atau situasi geografisnya;
● Membuat dan menyediakan di semua sekolah dan perpustakaan sumber materi yang diperlukan
untuk penyaluran seni secara efektif. Termasuk ruang, media, buku materi seni dan alatnya;
● Menyediakan Pendidikan Seni bagi penduduk pribumi dengan cara yang sesuai dengan metode
kebudayaan mereka tentang pengajaran dan pembelajaran, yang dapat diakses dengan bahasa
mereka sendiri, mengingat prinsip-prinsip yang terkandung dalam deklarasi UNESCO untuk
keanekaragaman budaya;
● Cara belajar dan sarana untuk menyusun program Pendidikan Seni berdasarkan nilai-nilai lokal
dan tradisi.

22
Kemitraan dan Kerjasama
● Mendukung kemitraan di antara semua kementerian dan organisasi pemerintahan untuk
mengembangkan kebijakan dan strategi Pendidikan Seni yang berkelanjutan;
● Mendorong pejabat pemerintahan di semua tingkat untuk bergabung dengan pendidik, seniman,
LSM, kelompok pe-loby, anggota komunitas bisnis, gerakan buruh dan anggota masyarakat sipil
untuk membuat rencana aksi dan pesan advokasi yang spesifik;
● Mendorong partisipasi aktif dalam pendidikan seni dan institusi budaya, media, industri, dan
anggota sektor swasta;
● Mengintegrasi kemitraan di antara sekolah, seniman dan institusi budaya ke dalam proses
pendidikan;
● Mendukung kerjasama sub-regional dan regional dalam bidang pendidikan seni, dalam
pandangan memperkuat integrasi regional;
Penelitian dan Berbagi Pengetahuan
● Mengembangkan sumber data lengkap tentang sumber daya manusia dan materi Pendidikan Seni
dan membuatnya tersedia di semua institusi pendidikan, termasuk melalui interrnet;
● Memastikan penyebaran informasi tentang Pendidikan Seni, implementasi dan ditindak lanjuti
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
● Mendorong hadirnya pengoleksi dan penemu karya seni yang memperkaya Pendidikan Seni;
● Mendokumentasikan budaya sosial masa kini;
3. Rekomendasi bagi UNESCO dan Lembaga Antar-Pemerintahan serta Non-
Pemerintahan Lainnya
Pembelaan dan Dukungan
● Mencerminkan kontribusi penting yang Pendidikan Seni dapat berikan pada semua bidang
masyarakat dan mengidentifikasi Pendidikan Seni sebagai strategi sektor utama;
● Menghubungkan Pendidikan Seni dengan sumber terpercaya dan bidang terkait seperti
Pendidikan Untuk Semua dan Pendidikan untuk Pengembangan Berkelanjutan;
● Menekankan kebutuhan untuk strategi bottom-up yang memberdayaan dan memvalidasi
praktikal, inisiatif;
● Mendukung pengetahuan sosio-kultural dan masalah lingkungan melalui program Pendidikan
Seni agar murid mengembangkan nilai mengenai lingkungannya, rasa memiliki dan komitmen
terhadap pembangunan berkelanjutan;
● Mendorong media komunikasi untuk mendukung objek Pendidikan Seni dan mendukung
sensitivitas kesenian dan nilai kesenian;
● Melanjutkan untuk memasukkan Pendidikan Seni dalam program Internasional;

23
● Membuat anggaran dana untuk membantu perkembangan Pendidikan Seni dan mendukung
penyertaannya dalam kurikulum sekolah;
● Mendukung pengembangan dan implementasi Pendidikan Seni di tingkat berbeda dan perbedaan
modalitas program pendidikan dari perspektif interdisiplin dan trans-disiplin, tujuannya adalah
untuk membuka saluran kesenian baru;
● Mendukung investasi yang menyediakan Pendidikan Seni dengan barang-barang budaya, sumber
materi dan pendanaan untuk:
o Membuat daerah khusus di sekolah dan area kebudayaan yang menawarkan berbagai bentuk
Pendidikan Seni;
o Menyediakan materi spesial, termasuk publikasi dalam bahasa ibu;
o Menjamin pengembangan Pendidikan Seni dan mendukung upah yang adil dan kondisi kerja
untuk pengajaran profesional yang mengembangkan pengetahuan;
● Secara aktif mendorong pemerintah dan lembaga lainnya untuk memfasilitasi kerjasama antara
kementerian, departemen, institusi budaya, LSM, dan seni profesional;
● Mengadakan konferensi Pendidikan Seni sebagai pengakuan kepentingan dalam memfasilitasi
pencerminan umum dan pengembangan berkelanjutan. Dalam hal ini, kementerian dan partisipasi
lainnya dalam Konferensi Dunia tentang Pendidikan Seni, mendukung penawaran Korea untuk
mengadakan Konferensi Dunia di Seoul.
Kemitraan dan Kerjasama
● Memfasilitasi koordinasi antara institusi budaya dan pendidikan di setiap negara agar mereka
dapat setuju dan menerapkan kebijaksanaan dan kegiatan untuk pengembangan Pendidikan Seni;
● Mendorong penjelasan tentang kemampuan dan mekanisme untuk mengartikulasi Pendidikan
Seni formal dan non-formal antara pendidikan dan institusi budaya;
● Menciptakan jaringan kerja antara negara anggota dan dalam pendidikan dan sistem budaya,
sehingga agar pengembangan Pendidikan Seni berhasil pada kegiatan dan persekutuan;
● Sehubungan dengan perjanjian kemitraan yang diadakan uni afrika dan UNESCO setelah the
Summit of African Heads of State and Government (Khartoum, Januari 2006):
1. Mendukung pengadopsian dan proklamasi oleh negara anggota UN pada Dekade untuk
Pendidikan Seni untuk Semua (2006-2016).
2. Pikirkan kembali tujuan-tujuan strategi pendidikan untuk semua sehingga mencakup seni.
3. Kolaborasi dengan Uni Afrika, memperkuat dukungan kepada institusi nasional bahwa upaya
untuk mendukung budaya dan seni di Afrika (misalnya CRAC di Togo, CHELTHO di Niger
…), kepada institusi Pendidikan Seni (publik atau swasta) serta inisiatif dari organisasi sipil
yang bertujuan untuk mengkonsolidasikan kemampuan kesenian.

24
4. Bersama dengan Uni Afrika dan organisasi sub-regional pemerintahan (CEDEAO, SADDEC,
CEMAC, dan lainnya), menyediakan dukungan untuk melaksanakan KOnferensi Regional
Afrika pada Pendidikan Seni.
Penelitian, Evaluasi dan Berbagi Pengetahuan
● Mendukung evaluasi berkelanjutan terhadap dampak emosional, sosial, budaya, kognitif dan
kreatif dari Pendidikan Seni;
● Mendukung sistem regional untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi tentang
Pendidikan Seni;
● Mendukung pertukaran pengetahuan dan jaringan melalui pendirian observatorium
(clearinghouses) Pendidikan Seni, dengan pimpinan UNESCO dan jaringan UNITWIN;
● Mendukung penelitian pada seni sehingga dapat menginformasikan pengembangan inisiatif di
masa depan dan memperluas lapangan;
● Mendirikan basis data riset internasional untuk memberikan bukti yang logis secara ilmiah
kepada individu dan masyarakat dan keterlibatan kreatif, termasuk, tetapi tidak terbatas pada
bidang-bidang seperti pengembangan integritas manusia, kohesi sosial, revolusi konflik,
kesehatan masyarakat dan penggunaan teknologi baru pada ekspresi kreatif di sekolah;
● Studi kasus komisi dan penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk lebih
terlibat dalam penelitian. Studi kasus seperti ini dapat mengarah pada pengembangan jaringan
internasional tentang metodologi penelitian dan membangun model penilaian yang lebih baik
untuk siswa, seniman, guru dan orang tua sebagai peserta aktif. Hal ini dapat membangun
kapasitas di masa depan dan penilaian seumur hidup;
● Mendorong penelitian dan penemuan kembali penggunaan seni tradisional dalam pembelajaran
dan kehidupan sehari-hari;
● Mencatat dan mengevaluasi penelitian bibliografi dan penelitian lain tentang Pendidikan Seni,
dengan melihat analisis, pengemasan ulang dan penyebaran;
● Menyusun pengalaman-pengalaman yang dapat berfungsi dalam menyiapkan indikator
berkualitas untuk Pendidikan Seni dan mendukung pertukaran pengalaman;
● Memfasilitasi persiapan dan implementasi pendidikan regional dan internasional dan proyek
penelitian;
● Meletakkan pada jaringan internasional untuk memfasilitasi kerjasama regional dan berbagi
praktik terbaik dalam pengimplementasian kebijakan Pendidikan Seni;
Pelatihan dan Dukungan untuk Guru, Sekolah dan Seniman
● Memfasilitasi pelatihan guru tentang teori dan praktek Pendidikan Seni;

25
● Mendukung dorongan internasional untuk pelatihan guru dan pengembangan kurikulum, untuk
memperluas cakupan dan meningkatkan kualitas Pendidikan Seni, terutama dalam tantangan
sumber daya negara;
● Mendorong partisipasi seniman di pendidikan tingkat dasar dan menengah, para pendukung
tradisi dan promotor budaya sehingga dapat memperkaya kreativitas dalam bentuk ekspresi
kesenian berbeda;
● Mendorong pembuatan program penelitian dan pelatihan seumur hidup untuk profesional
(seniman, guru, manajer, perencana, dan lainnya) yang berhubungan dengan Pendidikan Seni;
● Mendorong partisipasi dan organisasi guru seni, baik nasional maupun internasional, sehingga
mereka memperoleh representasi sosial dan profesionalisme yang besar;
● Mendorong kreasi teks Pendidikan Seni, materi, metodologi dan petunjuk pembelajaran-pengajar;
● Mendorong penggabungan teknologi baru informasi dan komunikasi pada program pelatihan
guru dan proses pendidikan formal dan non-formal, bertujuan untuk kreatifitas, ekspresi kesenian,
refleksi dan pemikiran kritis.

LAMPIRAN: STUDI KASUS


Strategi Mendasar untuk Keefektifan Pendidikan Seni
1. Pendidikan Guru dan Seniman
● Pendidikan untuk Guru Seni
Kemitraan Pendidikan Guru untuk Pendidikan Menengah di Papua Nugini
Menyanyi, menari, pantomim, patung, mendongeng dan melukis merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat pribumi di Papua Nugini (PNG). Kelahiran, kedewasaan, usia tua, kematian dan pasca-
kematian berkaitan dengan kegiatan dimana seni kendaraan penting menuju dunia yang realistis.
Karena nilai yang ada di hubungan ini, pengajaran dan pembelajaran seni, serta pengetahuan dan
keterampilan dalam seni, sangat penting untuk kegiatan di PNG.
Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan kemitraan antara pendidik guru dan seniman di
masyarakat untuk bekerja sama mendidik guru masa depan. Para siswa merupakan peserta pelatihan
guru seni dari Fakultas Seni Ekspresif di Universitas Goroka. Pimpinan seniman adalah George Sari
dari desa Okiufa, yang terletak di pinggiran Universitas. Dia diajarkan sejarah dan cerita tentang
sukunya, belajar bagaimana hidup di masyarakat dengan kakek dan ayahnya, dan menjadi terpesona
dengan tanah serta flora dan fauna sukunya. Dengan berbicara dan bekerja dengan George, siswa
memiliki keuntungan untuk belajar tentang masa lalunya dan membangun keterampilan dan
pengetahuan mereka yang terjadi seperti sihir karena sangat “mempesona”.

26
Kemitraan antara para siswa, George dan Fakultas Seni Ekspresif di Universitas Goroka
merupakan contoh praktek baik dalam pendidikan guru seni.
Seniman di Program Pendidikan Masyarakat, Kanada
Sebuah aliran khusus dari program sarjana di Universitas Queen’s di Kanada melibatkan seniman
dari berbagai ilmu seni, termasuk menulis kreatif, menari, musik, teater dan seni visual, dalam kursus
9 bulan yang memenuhi persyaratan untuk sertifikasi guru, sambil mempertahankan fokus kuat
terhadap seni dan kreativitas. Selain itu, untuk menunjukkan kekuatan dalam ilmu kesenian, pelamar
harus memiliki gelar sarjana untuk memenuhi syarat untuk masuk ke program.
Kursus ini diajarkan oleh para praktisi dalam tiap mata pelajaran kesenian dan pedagogis di
kurikulum, yang memiliki banyak pengalaman baik sebagai seniman maupun pendidik. Para calon
mencapai keterampilan dan pengetahuan dalam praktik pedagogis yang tepat untuk mengajar seni,
dan belajar bagaimana mendukung dan memelihara kemitraan dengan rekan profesional dan dengan
seni dan organisasi pendidikan. Mereka bekerja dengan peserta dari bentuk seni lain dengan
kolaboratif, proyek interdisiplin dan belajar bagaimana menerapkan pengetahuan dan keterampilan
mereka sebagai seniman dalam lingkungan pendidikan, termasuk sekolah, pusat seni masyarakat dan
program outreach yang dilaksanakan oleh organisasi profesional seni.
● Pendidikan bagi Seniman
Skema Guru Seniman di Britania Raya
Skema guru seniman adalah bagian dari perluasan penyediaan nasional untuk melanjutkan
pengembangan profesional dari guru seni dan desain. Duabelas pusat yang saat ini beroperasi di
Inggris, satu di Scotland dan dua di Wales. Masing-masing merupakan kerjasama antara galeri atau
museum besar dari seni kontemporer, sekolah seni rupa atau perguruan tinggi seni dan National
Society for Education in Art Design yang mengelola skema. Dewan Seni Inggris, Dewan Seni
Skotlandia dan Dewan Seni Wales menyediakan pendanaan inti.
Beragam program dari pusat ini memberikan kesempatan bagi guru kesenian yang berpartisipasi
untuk memperluas kesadaran mereka tentang kekayaan dan kompleksitas dari praktek seni rupa
kontemporer dan keanekaragaman dalam berpikir dan pengaruh yang mendukungnya. Guru kesenian
dapat mengevaluasi kembali, memperkuat kembali atau terlibat kembali dengan pemikiran mereka
sendiri dan pengembangan pribadi sebagai seniman dan menjadi bagian dari masyarakat profesional
yang kuat. Skema tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan standar pengajaran dan pembelajaran
seni dan desain di sekolah dan perguruan tinggi secara signifikan melalui pengembangan praktek
individual dari guru kesenian. Beragam kursus pengantar (diatas 5 hari praktek intensif dan
workshop dan seminar yang teoritis), program menengah dari workshop yang terkoordinasi, seminar

27
dan galeri atau kunjungan studio, dan kursus yang mengarah ke penghargaan gelar Master juga
tersedia.
Informasi lebih lanjut dapat ditemui di http://www.nsead.org/cpd/ats.aspx
2. Kemitraan
● Tingkat Kementerian dan Tingkat Kabupaten
Metode Kemitraan, Lithuania
Untuk membentuk ikatan yang kuat antara sektor budaya dan pendidikan di Lithuania, Menteri
Pendidikan dan Keilmuan telah memperkenalkan inisiatif tingkat nasional yang menawarkan
kegiatan ekstrakurikuler seni untuk anak-anak. Sebagian besar proyek dirumuskan pada tingkat
pemerintahan dan memiliki dukungan organisatoris dari kabupaten, LSM, dan pusat kesenian
nasional, kaum muda dan turis. Inisiatif ini bertujuan agar anak-anak tetap sibuk setelah jam sekolah,
merangsang kreativitas, dan ekspresi diri, mendukung anak-anak yang berbakat secara artistik, dan
mendukung kesadaran budaya dan pengetahuan tentang lingkungan dan masyarakat lokal.
Laboratorium Pengadaan Investigasi, Kolombia
Sebagai bagian dari “Rencana Nasional untuk Seni” dari Menteri Kebudayaan Kolombia,
Laboratorium Pengadaan Investigasi telah dibangun untuk mendukung pengembangan seni visual
dan mendorong kemitraan antara institusi budaya, akademik dan seniman. Beroperasi di tingkat
regional, mereka membangun ruang pertemuan untuk seniman dan guru untuk memudahkan
pertukaran praktek kesenian dan pedagogis berdasarkan pengembangan konfigurasi masa depan
dalam pelatihan seni dan Pendidikan Seni. Laboratorium juga merupakan sumber dalam menciptakan
perspektif antar daerah dari praktik kesenian dan pedagogis dan sirkulasi model pedagogis ke daerah
yang kurang berkembang.
Ransel Kebudayaan Norwegia
Sekitar 5 tahun yang lalu, pemerintah Norwegia memprakarsai sebuah rancangan yang disebut
“Ransel Kebudayaan”. Tujuan dari rancangan ini adalah semua siswa, dari kelas 1 sampai 10,
harusnya, secara teratur dan sebagai bagian terintegrasi dari kurikulum sekolah, pengalaman
pertemuan dengan seniman berkualitas dan ekspresi kesenian.
Melalui struktur nasional yang didirikan dengan kerjasama antara sekolah dan otoritas budaya
pada tingkat nasional serta regional dan tingkat lokal, kemitraan telah dibangun antara organisasi dan
institusi seni dan sistem sekolah. Setiap sekolah di negara sekarang ini termasuk dalam kunjungan
program tahunan dengan penampilan seniman dan kunjungan ke museum dan tempat budaya
lainnya. Rancangan ini juga mencakup lokakarya seni dan penampilan dimana siswa, dan terkadang
staf sekolah, bekerjasama dengan seniman profesional.

28
Kesan umumnya adalah rancangan ini diterima dengan baik oleh sekolah lokal meskipun ada
beberapa tantangan tentang mengembangkan kompetensi antara seniman dan guru yang akan
meningkatkan efek pendidikan dari rancangan dan menetapkan dasar pemahaman antara semua
pemeran yang terlibat dalam hal potensi rancangan.
● Tingkat Sekolah
Proyek Percontohan untuk Kemitraan Tingkat Sekolah di Republik Korea (2004-2006)
Inisiatif ini bertujuan membangun model kerjasama dan melembagakan jaringan yang perlu di
masyarakat untuk membangun landasan bagi perencanaan Pendidikan Seni jangka panjang di
sekolah. Dalam hal ini, Layanan Pendidikan Budaya dan Seni Korea (KACES) mendukung 64
proyek nasional di tahun 2005, yang bervariasi dalam modalitas kemitraan dengan kelompok
seniman lokal, praktisi, dan organisasi seni menggunakan pusat seni, museum, galeri, dan lainnya
sebagai ruang kelas untuk pendidikan seni.
Bekerjasama dengan inisiatif lain, “Seniman Sekolah”, didesain untuk melibatkan seniman
dalam pendidikan dengan memberi mereka pendidikan pra-pelayanan, inisiatif percontohan ini telah
memenuhi permintaan untuk Pendidikan Seni di sekolah dengan menjamin instruktur profesional di
bidang-bidang baru seperti drama, menari, film dan media. Hasilnya adalah pengiriman sekitar 1500
seniman menggantikan instruktur ke 3000 sekolah.

Bantuan Museum untuk Penerapan Pembelajaran melalui Pedagogis Seni, Sebuah Program yang
Disarankan oleh Museum Guggenheim (Amerika Serikat, Spanyol 2006)
Program pendidikan “Belajar Melalui Seni” didesain untuk memberikan bantuan untuk mata
pelajaran pada kurikulum sekolah dengan membawa seniman ke sekolah negeri untuk bekerjasama
dengan guru dan murid mereka. Program “belajar Melalui Seni” (LTA), anak-anak sekolah
dianjurkan untuk belajar di berbagai macam cara, dengan berbicara, menjelajahi, bertindak dan
berkreasi. Sebagai anak-anak, secara umum, terbuka dalam pembelajaran melalui kegiatan kesenian,
lokakarya yang benar-benar efektif dalam memperkuat bidang-bidang kurikulum dan pengembangan
keterampilan membaca, menulis dan bahasa. Dengan mengambil bagian dalam proses kreativitas,
mereka memperoleh keterampilan dalam merencanakan dan melaksanakan proyek, bekerjasama
dengan tim dan berpikir kritis. LTA adalah cara untuk menjangkau anak-anak yang mungkin akan
mengalami masalah dalam mengikuti metode pengajaran dan, yang lebih penting, umumnya
membantu meningkatkan harga diri anak-anak dan pertumbuhan pribadi.
Setiap program memiliki keunikan dan individualis, mempertimbangkan ketertarikan,
kelemahan dan kemampuan tiap kelas, dan dapat mencakup bidang atau tema apapun di kurikulum,
dari ilmu pengetahuan sampai matematika. Ketika guru telah mengidentifikasi sebuah mata pelajaran

29
di kurikulum yang membutuhkan dukungan ekstra, dan telah menjelaskan target yang perlu
ditetapkan dan keterampilan serta sikap yang ingin didorong dan dirangsang, seniman dan pendidik
museum membuat serangkaian lokakarya yang dibagi menjadi unit pengajaran. Lokakarya satu
setengah jam, mencakup apa saja dari fotografi, lukisan dan patung sampai video, seni dan musik
digital, diadakan di sekolah sekali seminggu selama 20 minggu.
Bersama dengan guru itu sendiri, seniman yang bekerja dengan program memiliki peran penting
dalam mendorong tugas yang anak-anak lakukan dan mendorong mereka untuk menerapkan pada
pelajaran di kurikulum sekolah sejenis pemikiran konseptual yang tepat untuk kreativitas kesenian.

● Tingkat Guru
Seni Pertunjukan Kincir Angin, Australia
Pertunjukan Seni Kincir Angin adalah inisiatif untuk mengembangkan kerjasama antara seniman,
guru, perusahaan dan institusi yang menugaskan pekerjaan baru, mendirikan kemitraan, rekan
perwakilan, tur dan penelitian.
Sejak dibuka pada tahun 2002, perusahaan ini telah memproduksi pertunjukan anak-anak pada
teater, opera, musik, tarian, balet dan wayang pada tingkat nasional dan internasional.
Yang mendukung kegiatan mereka adalah pengembang kognitif dan holistik anak-anak.
Akhirnya, mereka memprakarsai program strategi dalam kemitraan dengan sektor lembaga
universitas dan pendidikan, seperti pelatih profesional baik untuk pendidik maupun seniman,
lokakarya berbasis seni untuk penelitian keluarga dan pendidikan seni.
Salah satu proyek mereka, dalam kemitraannya dengan universitas, adalah “Suara Anak-Anak”,
proyek penelitian longitudinal yang menjelajahi dan mendokumentasikan dampak kinerja
pembelajaran anak-anak. Penelitian tersebut digunakan untuk menginformasikan pembuatan Seni
Pertunjukan Kincir Angin dan secara resmi mendokumentasikan dan menilai pendidikan seni dalam
konteks Australia.
Pohon Ek Warisan Budaya Finlandia
Di Finlandia, sangat umum bagi guru untuk mengundang seniman dalam lingkungan pembelajaran
atau mengatur kunjungan ke institusi atau acara kebudayaan. Hal yang tidak umuum adalah guru
bekerjasama dengan program on-line.
Salah satu contoh sukses yang dapat disebutkan dalam kerangka ini adalah “Oak of Finland
Plus”. Ini merupakan inisiatif bersama dari Dewan Nasional Barang Antik, Dewan Nasional
Pendidikan dan Menteri Lingkungan untuk pengembangan pendidikan warisan melalui kemitraan. Di
Finlandia, pendidikan warisan kebudayaan dianggap sebagai inti kurikulum terbaru. Dalam konteks

30
ini, proyek ini bertujuan untuk mengajarkan literasi budaya, memahami budaya global dan
mengembangkan metode untuk pendidikan warisan budaya melalui guru sekolah, museum, pusat
lingkungan regional, Dewan Nasional Pendidikan dan Dewan Nasional Barang Antik. Sekolah dan
museum pada awalnya diminta untuk bergabung dengan proyek ini melalui internet dan kemudian
menerapkan proyek ini dengan bantuan homepage program, jurnal dan CD-ROMS. Totalnya, 400
sekolah, 500 guru, 65 museum dan 15 organisasi di 70 kabupaten berpartisipasi dalam proyek.
Kreator Digital Muda
Inisiatif kemitraan on-line lainnya adalah proyek DigiArts UNESCO “Kreator Digital Muda” (YDC),
dibuat tahun 2004. YDC merupakan program internasional berbasis web yang didesain untuk
pemuda untuk membangun secara bertahap, melalui proses kerjasama dan alat kreatif digital,
pemahaman mendalam tentang nilai budaya satu sama lain dan berbagi perspektif tentang isu-isu
global saat itu. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan seni dan kreatifitas yang
inovatif sebagai alat ekspresif dan komunikatif, mendukung komunikasi budaya pada tingkat
internasional, membiasakan pemuda dengan literatur dan komunikasi visual dan memobilisasi
komunitas pemuda dengan pembelajaran online kreatif. Sekitar 15 sekolah atau pusat-pusat pemuda
diundang untuk mengikuti setiap sesi dari program melalui internet. Bersama dengan perangkat guru,
yang berisi fase-fase berbeda dari program on-line dan menuntun guru untuk menerapkannya,
moderator on-line internasional, ditetapkan oleh UNESCO, menyediakan bantuan pedagogis yang
dibutuhkan untuk menerapkan program online siswa. Empat program YDC telah dikembangkan
sekitar masalah air, perdamaian, kehidupan perkotaan dan HIV/AIDS. Totalnya, lebih dari 120
sekolah dan pusat pemuda dari berbagai latar belakang geo-kultural telah berpartisipasi di tahun
2005–6 sesi pelatihan.

31

Anda mungkin juga menyukai