Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berka rahmat dan
karunia-Nya saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Tri Matra” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Dan saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ardi Basri, S.T.,
M.Sc. yang telah memberikan tugas ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan makalah “Tri Matra” ini. Saya menyadari di dalam makalah ini jauh dari
kata sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata saya
mengharapkan makalah “Tri Matra” ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Ternate, 22 November 2017

Penulis

Page | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 3
A. Pengertian Trimatra............................................................................................ 3
B. Prinsip Dasar Seni Rupa (Timatra).................................................................... 3
C. Unsur-Unsur Pada Trimatra............................................................................... 5
D. Contoh-Contoh Karya Trimatra.........................................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................................ 9


A. Kesimpulan......................................................................................................... 9

Page | ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu melihat benda-benda di sekitar kita.
Tentunya itu bukanlah sesuatu yang berwujud gambar hanya dengan panjang atau lebar
saja, tetapi berupa suatu ruang maujud yang dalam, jadi trimatra. Apa yang kita lihat
adalah rangkaian kesatuan ruang yang kita huni. Menurut Wong 1977, dengan pandangan
yang hanya sekilas pemahaman kita tentang benda trimatra takkan pernah lengkap.
Pandangna dari sudut dan jarak tertentu dapat mengelabui mata, Benda yang nampak
bundar pada jarakyang agak jauh, jika didekatimungkian saja sebuah bola, kerucut,tabung,
atau raut lain yang alasnya bundar, untukmemahami trimatra kita harus melihatnya dari
beberapa sudut dan  jarak yang berbeda,kemudian hasil penglihatan itu dirakit dalam
pikiran untuk memperoleh pemahaman yang lengkap tentang kenyataan trimatra. Walhasil
dnia trimatra menjadi bermakna karena pikiran manusia.
Seperti merancang dwimatra merancang trimatra juga bertujuan mencapai
keserasian rupa, atau membangkitkan rupa tertentu yang mengasyikkan- tapi dalam dunia
trimatra. Merancang trimatra lebih rumpil dari merancang dwimatra karena berbagai sudut
pandangan harus dipertimbangkan dengan serempak. Pertalian ruang yang rumpil ini tidak
mudah digambarkan pada kertas. Dalam pada itu merancang trimatra lebih mudah dari
merancang dwimatra karena berurusan dengan bentuk dan  bahan yang nyata dalam ruang
yang sebenarnya. Karena itu segala masalah yang berhubungan dengan imba bentuk
trimatra yang maya pada kertas ( atau bidang papar lain ) dapat dihindarkan.
Untuk memulai berpikir trimatra,pertama-tama kita harus mengetahui tiga arah
utama. Seperti telah disebutkan, trimatra terdiri atas  pajang,lebar,dan tinggi. Untuk
mendapatkan ketiga matra sebuah benda kita harus mengukur benda itu kearah
tegak,lintang,dan bujur. Pada setiap arah dibuat bidang papar. Dengan demikian
terdapatlah bidang lintang,bidang jelar,dan bidang bujur. Dengan menggandakan bidang
tersebut, bidang lintang menjadi bidang muka dan pungkur, bidang jelar menjadi bidang
sutuh dan telapak, bidang bujur menjadi bidang lambung kiri dan kanan. Semuanya
bergabung membentuk kubus.
Rancang trimatra dapat dibayangkan lebih dulu dalam pikiran sebelum
diwujudkan. Rancang tersebut terdiri atas titik, garis,bidang, gempal, raut,ukuran, warna,
barik, kedudukan, arah,ruang, gaya berat,  bucu, sanding, dan sisi.

Page | 1
B. Tujuan
1. Menganilis unsur-unsur trimatra yang ada di sekitar kita sehingga lebih peka dalam
berkarya.
2. Mengembangkan dan melatih kepekaan estetika dalam arsitektur
3. Kita dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri agar dapat memaksimal diri kita
dalam berkarya
4. Menemukan jati diri kita sebagai calon arsitek
5. Menjadi seorang arsitek yang mampu menilai suatu hasil karya seni

Page | 2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trimatra
Nimana trimatra atau seringkali disebut nirmana tiga dimensi biasanya dibuat
sebagai aksen dalam tata ruang. Nirmana adalah pengorganisasian atau penyusunan
elemen-elemen visual seperti titik, garis, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan
yang harmonis. Nirmana dapat juga diartikan sebagai hasil angan-angan dalam bentuk
dwimatra, trimatra yang harus mempunyai nilai keindahan.
Pada nirmana tri matra biasa kita akan mempelajari bagaimana nirmana dibentuk
sesuai dengan tata rupa yang pastinya mempunyai kaidah dan prinsip seni rupa. Nirmana
trimatra mempunyai gempal atau ketebalan dan dimensi yang tidak dimiliki oleh nirmana
dwimatra
Pengertian sederhana Nirmana tiga dimensi atau trimatra adalah Apa yang ada
disekeliling kita bersifat tiga dimensi, tidak saja memiliki panjang,lebar tapi memiliki
pula ruang,massa, volume, raut, warna dan bentuk. Cara pandang 3 dimensi dilakukan
dari berbagai arah, yaitu tiga arah utama : tegak atas-bawah, lintang kiri-kanan dan sudut
depan belakang. (dyanrch)
Penyusunan merupakan suatu proses pengaturan atau disebut juga komposisi dari
bentuk-bentuk menjadi satu susunan yang baik. Ada beberapa aturan yang perlu
digunakan untuk menyusun bentuk-bentuk tersebut. Walaupun penerapan prinsip-prinsip
penyusunan tidak bersifat mutlak, namun karya seni yang tercipta harus layak disebut
karya yang baik. Perlu diketahui bahwa prinsip-prinsip ini bersifat subyektif terhadap
penciptanya.
Dalam ilmu desain grafis, selain prinsip-prinsip diatas ada beberapa prinsip utama
untuk tujuan komunikasi dari sebuah karya desain.
Ruang Kosong (White Space)Ruang kosong dimaksudkan agar karya tidak terlalu
padat dalam penempatannya pada sebuah bidang dan menjadikan sebuah obyek menjadi
dominan.
Kejelasan (Clarity)Kejelasan atau clarity mempengaruhi penafsiran penonton akan
sebuah karya. Bagaimana sebuah karya tersebut dapat mudah dimengerti dan tidak
menimbulkan ambigu/ makna ganda.
Kesederhanaan (Simplicity)Kesederhanaan menuntut penciptaan karya yang tidak
lebih dan tidak kurang. Kesederhanaan seing juga diartikan tepat dan tidak berlebihan.

Page | 3
Pencapaian kesederhanaan mendorong penikmat untuk menatap lama dan tidak merasa
jenuh.
Emphasis (Point of Interest)Emphasis atau disebut juga pusat perhatian, merupakan
pengembangan dominasi yang bertujuan untuk menonjolkan salah satu unsur sebagai
pusat perhatian sehingga mencapai nilai artistic.

B. Prinsip – Prinsip Dasar Seni Rupa (Trimatra)


1. Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting.
Tidak adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat
cerai-berai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang.
Prinsip ini sesungguhnya adalah prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa
unsur rupa mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah
tercapai.

2. Keseimbangan (Balance)
Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang
dan tidak membuat gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan
yang akan roboh, kita measa tidak nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan
adalah keadaan yang dialami oleh suatu benda jika semua dayan yang bekerja saling
meniadakan. Dalam bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat
dirasakan, yaitu suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada
yang saling membebani.

3. Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk
memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan –perbandingan
yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah
bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan
dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini
menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618,
sering juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di
benda-benda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap

Page | 4
proporsi yang diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat
kita lihat dalam perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.

4. Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk
–bentuk alam bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan
semut, gerak dedaunan, dan lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan
pengulangan dari bentuk –bentuk unsur rupa.

5. Dominasi (Domination)
Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam
karya seni dan deisan. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan
. Sifat unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsure sebagai penarik dan
pusat perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest,
Focal Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu utnuk
menarik perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.

C. Unsur-Unsur Pada Trimatra


a. Unsur Konsep
6. Titik
Menurut Wong 1977, titik sebagai konsep menunjukkan kedudukan dalam
ruang. Unsur ini tidak memiliki panjang,lebar, atau tebal, merupakan pangkal dan
ujung sepotong garis, tempat dua garis berpotongan, dan pertemuan beberapa garis
pada pojok bidang atau sudut gambar. Bisa diartikan titik merupakan suatu centre
of interest atau pusat perhatian dari sebuah keruangan. Menurut Sanyoto tahun
2005 titi rautnya bundar sederhana tanpa arah. Tetapi bisa saja bahwa raut titik
berbentuk segitiga, bujur sangkar, ellips, atau bahkan menyerupai pohon,
rumah,alat musik, atau yang lain,asal bentuk-bentuk tersebut hasil dari sentuhan
suatu alat.

7. Garis
Menurut Wong 1977 bila sebuah titik bergerak,jalan yang dilaluinya
membentuk garis. Garis sebagai konsep mempunyai panjang,tanpa lebar atau tebal,
mempunyai kedudukan dan arah. Garis merupakan sanding sebuah bidang, dan
tempat dua bidang bersambungan atau berpotongan.

Page | 5
Menurut Sanyoto 2005 dengan demikian dapat disimpulkan sebagai definisi
bahwa garis adalah :
a. Suatu hasil goresan,disebut garis nyata, atau kaligrafi  
b. Batas limit suatu benda, batas ruang, batas warna, bentuk massa, rangkaian
massa, dan lain-lain, disebut garis semu atau maya.
8. Bidang
Menurut Wong 1977, jalan yang dilaui oleh sepotong garis yang bergerak (ke
arah yang bukan arah dirinya) membentuk bidang. Bidang sebagai konsep
mempunyai panjang dan lebar, tanpa tebal, dibatasi oleh garis, dan menetukan
batas terluar sebuah gempal. Menurut Sanyoto 2005, bidang adalah suatu raut
pipih / gepeng, datarsejajar tafril, memiliki dimensi panjang dan lebar serta
menutup permukaan. Bentuk- bentuk yang pipih/gepeng seperti
triplek,kertas,karton,seng,papan tulis, dan semacamnya walaupun memiliki
ketebalan tetapi sangat tipis,tetap dianggap sebagai bidang.
Macam-macam bentuk bidang meliputi bidang geometri dan non
geometri.bidang geometri adalah bidang teratur yang dibuat secara matematika,
sedangkan bidang non geometri adalah bidang yang dibuat secara bebas

9. Gempal
Menurut Wong 1977 jalan yang dilalui oleh bidang yang bergerak ( ke arah
yang bukan arah dirinya ) membentuk gempal. Gempal sebagai konsep mempunyai
panjang, lebar, dan tinggi, tanpa berat, menentukan besar ruang yang
dikandungnya atau yang ditempatinnya.
Menurut Sanyoto 2009, bentuk gempal atau volume adalah suatu bentuk yang
memilikitiga dimensi, yakni panjang, lebar, dan tebal, yang merupakan  bentuk
wungkul yang bisa diraba. Berikut adalah jenis–jenis gempal menurut Sanyoto
2009 :
 Gempal padat : gempal yang penuh isi
 Gempal kosong : gempal yang berongga atau berlubang
 Gempal teratur : bnetuk gempal yang sifatnya matematis, misalnya kubus,
kotak, silinder, keucut, piramida, dan lain– lain
 Gempal tidak teratur : gempal yang berbentuk bebas, misalnya batu, pohon,
hewan, rumah, dan lain–lain

Page | 6
 Gempal nyata : gempal yang sifat tiga dimensinya dapat diraba nyata /
wungkul ( interior, patung, desain produk, kriya, dan lain-lain )
 Gempal semu : gempal yang hanya berupa gambar

Macam-macam raut gempal menurut Sanyoto 2009 antara lain adalah sebagai
berikut :
 Gempal kubistis, yaitu bentuk gempal yang bersudut- sudut, seperti kubus,
kotak, balok, piramida, dan lain–lain.
 Gempal silindris, yaitu bentuk gempal yang membulat / melingkar, seperti
tabung, kerucut, bola, dan lain–lain.
 Gempal gabungan antara kubistis dan silindris, dapat berbentuk macam–
macam benda seperti rumah, kendaraan, alat–alat rumah tangga, dan
benda–benda produk lainnya.
 Gempal variasi, yaitu gempal imajiner yang dibuat variasi khayal untuk
tujuan artistik, misalnya patung–patung surealis, lukisan–lukisan surealis,
dan gambar–gambar khayalan yang lain.

b. Unsur Rupa
1. Raut
Menurut Wong 1977 , raut merupakan rupa keliling sebuah rancang dan
jatidiri utama rancang tersebut. Sebuah bentuk trimatra dapat digambarkan pada
permukaan papar dengan beberapa raut dwimatra, dan kita harus menyadari hal ini
agar dapat mempertalikan rupa semua segi yang berlainan itu pada bentuk yang
sama. Menurut Sanyoto 2005 raut adalah cirri khas suatu bentuk. Bentuk apa saja
di alam ini tentu memiliki raut yang merupakan cirri khas suatu bentuk tersebut.
Bentuk titik, garis, bidang,gempal,masing-masing memiliki raut. Raut merupakan
ciri khas untuk membedakan masing-masing bentuk : titik, garis,  bidang, gempal,
tersebut.

2. Ukuran
Menurut Wong 1977, ukuran bukan hanya besar atau kecil, panjang atau
pendek, yang hanya dapat ditetapkan dengan perbandingan. Ukuran juga nyata
sehingga tiap bentuk trimatra dapat dinyatakan panjangnya,lebarnya, dan
tingginya, sedangkan isinya dapat dihitung.
Page | 7
Menurut Sanyoto 2009, adapun hasil susunan dilihat dari sisi ukuran antara
lain adalah sebagai berikut.

1. Susunan bentuk-bentuk dengan ukuran satu interval tangga,

artinya dengan ukuran yang sama, disebut susunan repetisi. Jika susunan
dengan ukuran yang sama diikuti dengan ukuran yang sama dengan jarak
yang sama, hasilnya tenang, rapi, resmi, tetapi ada kesan majemuk.

2. Susunan dengan bentuk-bentuk dengan ukuran dua atau tiga

interval tangga berdekatan atau bervariasi dekat, misalnya dua nomor yang
berdekatan, atau tiga nomor yang berdekatan

3. Warna
Warna memberi pengaruh kejiwaan (fungsi psikologis), seperti warna hijau
dan putih dalam kedokteran memberikan perasaan tenang.
Warna memberi pengaruh keindahan (fungsi estetis). Warna memberi
pengaruh perlambangan (fungsi simbolik), baik untuk kepentingan pribadi,
kelompok maupun yang bersifat formal, informal dan asosiatif. Warna heraldik;
warna yang dipakai menurut kebiasaan (konvensi). Istilah-istilah teknis dalam
warna: Hue: Dicetuskan oleh Munsell sebagai sebutan untuk warna primer; merah,
kuning dan biru.
Value: adalah warna-warna yang memberi kesan gelap terang atau gejala
warna dalam perbandingan hitam dan putih. Apabila suatu warna ditambah dengan
warna putih akan tinggi valuenya dan apabila ditambah hitam akan lemah
valuenya. Warna kuning mempunyai value yang tinggi, warna biru mempunyai
value rendah.
Intensitas: adalah hubungan kemurnian warna untuk menunjuk kekuatan
warna. Hal ini akan menghasilkan cerah tidaknya suatu warna. Misalnya
menambah warna kuning pada merah suram bisa mengubah menjadi jingga yang

Page | 8
keras. Namun pemberian pigmen putih seringkali mematikan intensitas, karena
membuatnya pucat menjadi warna-warna pastel.
Komplementer: adalah warna yang kontras atau warna yang saling berhadapan
dalam lingkaran warna. Contohnya, warna kuning dengan ungu, merah dengan
hijau, biru dengan jingga. Analogus: adalah warna yang letaknya berdekatan
(dalam lingkaran warna)
Warna hangat dan sejuk: Warna hangat adalah warna yang menyolok dan
bersifat mendekat bagi yang melihat, seperti warna merah, kuning dan jingga.
Sedangkan warna sejuk adalah warna kebalikan dari warna hangat dan bersifat
menjauh bagi yang melihat, seperti biru dan hijau. Tone (warna kromatik) Warna
ini juga disebut nada warna, yaitu warna dilihat dari tingkat kecerahan atau
keredupannya yang terdiri dari: Warna mono-kromatik, yaitu tingkat kecerahan
dan keredupannya bertolak dari satu warna.
Warna poli-kromatik, yaitu yang tingkat kecerahan dan keredupannya
bertolak dari lebih dari satu warna.

4. Tekstur
Menurut wong dalam bukunya trimatra barik ialah kaifiat permukaan bahan
yang digunakan untuk membuat sebuah rancang. Barik dapat dibiarkan
sebagaimana adanya atau diolah secara khusus; dapat licin, kasar, kusam atau
berkilat menurut kehandak rancangnya. Barik dapat berukuran kecil, yang
menekankan kedwimatraan permukaan ebagai hiasan atau berukuran besar yangh
menekankan kesan raba trimatra.

c. Unsur Pertalian
1. Kedudukan
Menurut Wong 1977 kedudukan harus ditentukan oleh lebih dari satu di antara
tiga tampak dasar. Kita harus mengetahui bagaimana sebuah titik bertalian dengan
bidang muka / pungkur, sutuh / telapak, dan lambung kubus khayal.
Menurut Sanyoto 2009, kedudukan suatu bentuk pada ruang trimatra akan
nampak lebih nyata, bisa dilihat ataupun diraba. Si pengamat tidak hanya dapat
mengamati objek dari depan seperti halya terhadap objek dalam ruang dwimatra,
tetapi berputar–putar mengitari objek. Dengan demikian kedudukan objek pada
Page | 9
ruang trimatra lebih banyak memengaruhi keseimbangan di mana–mana. Setiap
pengamat berputar, keseimbangan juga berubah. Hanya kedudukan objek di
tengah– tengah pusat ruang saja yang tidak memengaruhi keseimbangan.

2. Arah
Arah: arah dilihat berdasar lebih dari satu tampak. Sepotong garis dapat sejajar
dengan bidang lain pada kubus khayal. Arah pada bidang dapat diubah dengan tiga
cara :
 Diputar pada sumbu tegak
 Diputar pada sumbu datar
 Diputar pada bidang itu sendiri.
Perputaran bidang pada sumbu tegaknya mengubah susunan sejajar.
Perputaran ini berpengaruh pada kedudukan bidang karena setiap perubahan arah
dengan sendirinya akan mengubah kedudukan. Bidang dapat disusun memancar
dan membentuk lingkaran, atau dapat pula berkelok-kelok. Perputaran pada bidang
itu sendiri berarti sudut atau lereng tiap bidang itu bergerak dari satu kedudukan
ke kedudukan lain tanpa mempengaruhi arah bidang . hasilnya berupa raut terpilin.
Jika dikehendaki, bidang dapat pula dilengkugkan atau ditekuk. (Wong, 1977)
Unsur arah dapat mempengaruhi tata rupa, sehingga dalam menyusun bentuk-
bentuk perlu diperhitungkan. Untuk memudahkan menyusun bentuk raut dilihat
dari sisi arah maka arah horisontal, diagonal, dan vertikal, dapat disusun bentuk
interval tangga arah 1,2,3,4,5,6,7, disesuaikan denngan tangga nada not musik.
(Sanyoto, 2005)

3. Ruang
Menurut Sanyoto 2005, ruang trimatra: jenis ruang yang benar benarbdiartikan
sebagai “ruangan” yang berongga atau ruang sempurna yang memiliki tiga dimensi
penuh, panjang, lebar, dalam/ tebal. Ruang trimatra sesungguhnya merupakan
ruang yang biasa kita lihat sehari-hari sebagai alam semesta/ awang awung. Semua
bentuk di alam ini termasuk karya seni tiga dimensi seperi berbagai bentuk
bangunan/arsitektur, taman,patung, interior, kerajinan, hasil-hasil industri dan lain-
lain yang dapat dijamah/diraba adalah menempati ruang trimatra. Menurut Wong
Page | 10
1977 ruang yang nyata, tidak maya, dapat dilihat sebagai benar benar ditempati
atau tidak ditempati atau berongga

4. Gaya Berat
Menurut Wong 1977,gaya berat nyata adanya, berpengaruh pada kemantapan
sebuah rancang. Segala bangun trimatra tunduk pada hukum gaya berat, yang
berarti ada susunan dan penempatannya yang tidak mungkin

d. Unsur Ragang
Unsur ragang pada nilai racana dan terutama penting untuk memahami
geometri. Semua unsur ragang digunakan untuk menunjukan komponen geometri
sebuah rancang trimatra.
1. Sisi
Pengolahan sisi sama seperti pengolahan sanding. Pada pengurangan, dibuat
lubang pada sisi. Kita dapat menggunakan segala raut negatif yang tidak
melemahkan rencana. Penambahan memungkinkan segala raut yang beralas papar
ditempel pada sisi papar. Raut yang disayat sebagian selalu dapat di biarkan
menjulur atau dilipat ke luar dan ke dalam . (Wong, 1977)

D. Contoh-Contoh Karya Trimatra

Page | 11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seni rupa tri matra (tiga dimensi) adalah merupakan hasil karya seni rupa yang
memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi atau benda yang mempunyai volume. Seperti
patung, bangunan, keramik, dan relief.
Perbedaan utama nirmana tri matra dan nirmana dwi matra adalaah pada bidang dan
objeknya.

Page | 12

Anda mungkin juga menyukai